Suasana pagi minggu yang cerah sangat mendukung kegiatan olahraga pagi di taman kota. Taman kota memang menjadi tempat favorite untuk dikunjungi. Tak terkecuali seorang gadis cantik dengan rambut panjangnya yang bernama Vanka Natalia Lubis. Tapi untuk kali ini, gadis itu hanya joging seorang diri.
Melihat orang-orang bersama pasangan mereka, membuat Vanka sedikit tersingung. Seolah kemesraan mereka sedang mentertawakan dirinya yang hanya sendirian.
"Emang mereka pikir gue jomblo apa. Gue punya pacar kok, ganteng lagi. Cuma gak bisa nemenin aja hari ini" gerutu Vanka merasa kalau orang di sekitarnya mengatai dirinya karena berjalan seorang diri
Ya. Vanka memang mempunyai kekasih yang bernama Daniel Magenta. Tapi pria itu tak bisa menemaninya dengan alasan ingin menemani neneknya di rumah sakit.
Vanka tak memperdulikan sekitarnya. Ia berjalan keluar dari halaman taman kota itu. Menelusuri trotoar jalan yang sudah di sinari oleh cahaya matahari yang mulai menghangatkan tubuhnya.
Tiiittt...Tiiittt....
Suara klakson mobil membuat Vanka yang sedang mengikat sepatunya, menoleh ke sumber suara. Tampak mobil sedan berwarna hitam tak dapat melanjutkan jalannya, karena di depannya ada seorang pria berbadan tinggi berjalan gontai tanpa perduli sekitarnya.
Tuh cowok masih punya telinga kan? Masa suara klakson mobil se-kenceng itu gak bisa dengar
Tiiiiiiiiiittt........
Kali ini empunya mobil menekan lama klakson mobilnya, berharap pria yang di depan mobilnya akan melipir kesamping. Sampai akhirnya empunya mobil mengeluarkan kepalanya lewat jendela mobil.
"Woy...Dek! Kalo jalan kepinggir dikit. Kamu halangin jalan mobil saya!" seru seorang pria paruh baya dengan nada mulai emosi
Tak ada reaksi apapun dari pria itu. Ia tetap berjalan gontai dengan tatapan lurus kedepan. Raut wajahnya benar-benar datar dan rambut berantakan tak terurus.
"Kalo kamu gak minggir, saya tabrak kamu, mau?" ancam pria pemilik mobil itu
Vanka membulatkan matanya mendengar ancaman pemilik mobil itu. Ia menatap pria itu terus berjalan tanpa memperdulikan ancaman yang barusan ia dengar. Vanka melirik pemilik mobil itu lewat jendela mobil yang terbuka. Wajah empunya mobil benar-benar merah padam sekarang, mungkin saja ancaman itu benar, pikir Vanka
Dengan langkah sedikut ragu, Vanka berjalan ke arah pria itu dengan gugup. Vanka mencoba mensejajarkan langkahnya.
"Hey! Lo gak dengar apa kata orang di belakang?" tanya Vanka menatap pria di sampingnya penuh tanya
Jangankan menjawab, melirik saja enggan pria itu lakukan. Vanka berdesis, ia kembali menoleh arah belakang. Pemilik mobil itu terlihat sangat gusar.
Dengan keberanian yang entah datang dari mana, Vanka langsung menarik lengan pria itu, dan membawanya ke pinggir jalan.
Kini mobil itu dapat melaju melanjutkan perjalanannya.
Vanka terus menarik pria itu naik ke atas trotoar jalan. Pria itu diam saja, seperti orang yang sedang terhipnotis. Vanka melepaskan tangan pria itu, lalu berdiri berhadapan dengannya. Vanka dapat mengamati seluk-beluk wajah pria aneh di hadapannya. Paras yang tampan. Matanya begitu sayu, alisnya tebal, dan rambutnya berwarna blonde.
"Lo tadi kenapa gak kepinggir? Gimana kalo lo benar-benar di tabrak oleh Bapak-bapak tadi?" tanya Vanka bingung dengan sikap pria di hadapannya
Hanya tatapan kosong pria itu yang dapat Vanka lihat. Bibirnya sama sekali tak bergerak untuk menjawab pertanyaan Vanka.
Nih orang gak waras kah? Tapi mana mungkin orang gila se-tampan ini.
"Dari pada nanti lo bahayain diri kayak tadi, gimana kalo gue anter lo pulang? Rumah lo dimana?" tanya Vanka menatap bibir pria itu, berharap bergerak untuk menjawab pertanyaannya
Bukannya menjawab, pria itu malah berbalik badan dan berjalan menjauh. Vanka menganga tak percaya. Ia berusaha menyelamatkan pria itu dari maut, lalu menawarkan jasa antar pulang baik-baik. Dan hasilnya? Dia di cuekin. Vanka berkacak pinggang, ada rasa kesal menyelinap hatinya.
"Heh cowok aneh! Kalo lo tadi mau bunuh diri setidaknya jangan di hadapan gue. Biarpun lo gak sayang sama diri lo sendiri, tapi masih banyak orang di sekitar lo yang menyayangi lo dengan tulus" ucap Vanka sedikit mengeraskan volume suaranya. Lalu berbalik badan ingin segera meninggalkan pria itu
Deg...
Jantung pria itu berdetak sedikit lebih cepat, ketika mendengar kata-kata terakhir dari gadis yang menolongnya tadi. Matanya mulai berkaca-kaca, tiba-tiba saja satu dari banyaknya kenangan terngiang di telinganya. Kata-kata yang ia dengar barusan, sangat mirip dengan kata-kata yang di ucapkan seorang gadis satu tahun silam.
Biarpun kamu gak sayang sama diri kamu sendiri, tapi masih banyak orang di sekitar kamu yang menyayangi kamu dengan tulus~ Vanya Septiana putri
Pria itu lantas langsung membalikkan badannya dan mengejar Vanka yang mulai berjalan menjauh darinya.
Sebuah dekapan dari belakang, membuat Vanka terhenyak. Suara tangisan pria yang memeluknya itu terdengar menyedihkan.
"Kamu kembali Vanya. Aku rindu kamu. Jangan tinggakkan aku lagi" ucap pria itu di sela isak tangisnya
Vanka mengerjapkan matanya beberapa kali, apa yang di lakukan pria ini padanya?
Vanka langsung berontak, ia mendorong pria itu dengan sikutnya kebelakang. Alhasil pria itu terjungkal ke bawah. Vanka membalikkan badannya menatap pria yang tadi memeluknya.
"Lo pikir gue cewek apaan? Main peluk sembarangan. Lo bukan siapa-siapa gue, jangan bertindak seenak jidat lo!" teriak Vanka memaki pria yang kini menatapnya sendu
Pria itu berdiri dan meraih kedua tangan Vanka. Gadis itu membulatkan matanya tak percaya.
"Vanya. Ini aku Nicky, pacar kamu" ucap pria itu sedikit merendahkan badannya agar bisa menatap mata Vanka sejajar
Mata Vanka berkaca-kaca, ia sungguh muak dengan pria yang dihadapannya ini. Vanka menatap pria itu tajam, ia mengangkat sebelah tangannya yang di pegang Nicky.
Plak
Satu tamparan berhasil mendarat mulus di pipi Nicky. Bagaikan tersambar petir, Nicky tertegun merasakan pipi yang terasa perih
"Gue bukan pacar lo! Gue Vanka, bukan Vanya. Lo gila ya!" teriak Vanka penuh emosi
Nicky baru tersadar dari halusinasinya. Ia menatap Vanka lekat dan melepaskan tangan kiri Vanka yang masih ia pegang. Kini tangannya beralih memegang kedua pundak Vanka.
"Kamu Vanya-saya yang terlahir kembali. Kamu milik saya. Saya sayang sama kamu" ucap Nicky tulus
Vanka dengan kasar menempis tangan Nicky dari kedua pundaknya. Ia menatap penuh kebencian pada pria tak tau malu di hadapannya.
"Sekali lagi gue beritahu, gue Vanka Natalia Lubis. Bukan Vanya kekasih lo! Dan gue sudah punya pacar, ngerti lo?" jawab Vanka dengan sorot mata tajam
Vanka membalikkan badannya, ia mencoba menghapus air matanya yang sedari tadi mengalir karena emosi.
"Kamu milik saya. Kamu tidak akan lepas dari saya. Saya akan selalu berada di samping kamu. Saya tidak akan membiarkan kamu pergi lagi dari saya" ucap Nicky terdengar tegas di telinga Vanka
Vanka tak lagi menengok kebelakang, ia memilih pergi dengan langkah cepat untuk meninggalkan Nicky yang menatapnya dengan menyunggingkan senyum simpul.
Kita bertemu lagi, Sayang.
Vanka sekarang telah berada pada taksi yang ia pesan. Sekelebat kejadian yang barusan ia alami teringat oleh benaknya. Vanka benar-benar tak menyangka bertemu dengan pria aneh itu. Bagaimana bisa dirinya disangka kekasih pria itu yang terlahir kembali. ini bukun dongeng, ini dunia nyata. Vanka menyenderkan kepalanya pada tepi jendela taksi. Ia menerawang menatap kearah luar.
"Kenapa gue mendadak kepikiran dia ya? Gue juga sedikit iba melihat tatapan sendu dan suara isak tangis tuh cowok" gumam Vanka mengingat saat Nicky memeluk dirinya dari belakang.
"Semoga cowok itu gak melakukan apa yang ia katakan tadi. Dia gak boleh hadir lagi dalam kehidupan gue, bakal parah kalau Daniel sampai tau" Vanka menghela napasnya, suasana pagi sudah mulai menghangat oleh cahaya matahari.
***
Vanka turun dari mobil Daniel. Mereka terlihat memakai seragam sekolah yang berbeda. Daniel turun dari mobilnya dan mengampiri Vanka yang tersenyum kearahnya.
"Kamu langsung masuk kelas aja ya, jangan keluyuran. Aku gak mau kamu di godain siswa kelas tiga lagi" ucap Daniel mengelus rambut Vanka.
"Iya, mereka juga gak bakal berani lagi kan karena takut sama kamu" sahut Vanka tersenyum manis.
"Ya udah, masuk giih! Aku bakal berangkat kalo kamu sudah gak keliatan lagi" suruh Daniel lalu tertawa kecil.
"Emang aku apaan bisa gak keliatan" komentar Vanka ikut tertawa lalu mengecup pipi Daniel.
"Bye. Hati-hati di jalan" Vanka melambaikan tangannya dan masuk gerbang SMA Merah Putih.
Daniel memandang punggung Vanka dari kejauhan, sampai gadis itu mamasuki koridor sekolah. Daniel sendiri bersekolah di SMA Kartika. Daniel pun masuk kedalam mobil dan melaju meninggalkan tempat itu.
Jam pelajaran Bahasa Inggris, kelas begitu riuh karena Bu Nike belum masuk juga sejak 15 menit jam masuk sekolah berlalu. Keriuhan itu di ciptakan oleh beberapa kegiatan murid di kelas. Kegiatan khas jam kosong. Ada yang ngerumpi para cogan, ada yang nobar konser BTS di Youtube sampai teriak histeris, ada juga yang milih bogan(bobo ganteng) di kursi belakang. Vanka memilih curhat kepada teman sebangkunya, Talita.
"Kemarin ya, gue ketemu cowok aneh waktu lari pagi di taman kota" curhat Vanka mengarahkan tubuhnya menghadap Talita yang asik mengemut lolipopnya.
"terus"
"Dia bilang kalo gue itu Vanya, pacarnya dia. Gila banget kan? padahal gue bilang sudah punya cowok, tapi dia malah ngancem gue, Ta" curhatan Vanka mulai berbaur dengan emosi yang tertahan sejak kejadian kemarin.
"serius lo? Ada cowok kayak gitu?" tanya Talita hampir tak percaya.
" Ya beneran. Dia bilang kalo gue ini milik dia, terus dia bakal selalu ada di samping gue dan bahkan dia ngelarang gue dekat sama cowok lain. Gak tau diri banget kan tuh cowok?" Vanka melipat kedua tangannya di dada.
"Dia-nya ganteng gak?" tanya Talita sedikit antusias.
"Ganteng sih, menarik banget malah. Tapi tetap aja horor bagi gue" sahut Vanka melirik Talita yang tersenyum sendiri.
"Kenapa lo? Ngayal lagi?" terka Vanka seolah tau apa yang dilakukan temannya.
"Hehe...tau aja ko Van. Seandainya yang di gituin gue, gaka bakal nolak deh sama yang ganteng" ucap Talita nyengir lebar.
"Yeey elu gitu mulu. Emang jomblo gak enak yah?" goda Vanka yang mendapat tatapan menusuk dari Talita. Tawa Vanka langsung pecah begitu saja.
Tiba-tiba Bu Nike masuk, seluruh kegiatan murid terhenti seketika. Semua berlarian menuju tempat duduk masing-masing. Bu Nike memang dikenal sebagai guru yang cukup kiler. Mempunyai sepasang mata yang galak ditambah kacamata yang apabila di turunkan kebawah, maka malapetaka akan menyapa.
"Good morning studens"
"Good morning, mom" sahut mereka serempak.
"Ok, kalian kedatangan murid baru hari ini. Saya harap kalian bisa berteman baik dengan dia" ucap Bu Nike dengan tatapan tajamnya.
Bu Nike sedikit mencondongkan badannya ke belakang untuk menyuruh seorang di luar pintu untuk masuk.
"Silahkan masuk"
Dan tampaklah seorang pria menggunakan baju khas murid baru, baju yang baru dan terlihat bersih dari yang lainnya. Pria itu masuk kedalam kelas dengan wajah datarnya, namun langsung memikat kaum hawa kelas 12 IPA-1. Vanka yang sedari tadi sibuk mengeluarkan buku Bahasa Inggris-nya, tak menyadari kedatangan pria itu.
" Silahkan perkenalkan diri kamu terlebih dahulu" suruh Bu Nike.
"Hello guys. My name is Nicky Ferdian Nanda. I moved from Kartika High School. Thanks" perkenalan diri yang singkat dengan wajah super datar
Deg
Jantung Vanka bagai berhenti berdetak, posisinya masih membelakangi yang ada di depan sana.
Suara itu? Nicky?
Vanka perlahan membalikkan badannya menghadap depan, diiringi degup jantung yang mulai tak beraturan. Vanka sukses terbelalak, ketika manik mata Nicky bertemu tatap dengannya. Pria itu tampak tersenyum simpul penuh makna.
"Nicky, silahkan kamu duduk di samping Ari, pojok kanan" suruh Bu Nike menunjuk Ari yang mengangkat satu tangannya.
Nicky berjalan perlahan, matanya terus tertuju pada Vanka yang juga menatapnya dengan wajah sedikit pucat.
Cowok itu? Kenapa berjalan kearah sini?
Nicky berhenti di samping Talita yang tersenyum menatap pria yang berdiri disampingnya. Nicky mengalihkan pandangannya pada Bu Nike yang menatapnya bingung.
"Boleh saya duduk di sebelah Vanka, Bu?" tanya Nicky dingin.
Deg...
Vanka menganga lebar, sepertinya awal dari malapetaka akan segera dimulai.
"Yah...jangan dong Bu, saya sudah betah di samping Vanka" keluh Talita cemberut. Vanka langsung mengangguk membenarkan perkataan Talita, yang langsung memeluknya seolah tak ingin terpisah
"Tidak usah lebay kalian berdua. Talita, kamu bisa pindah di samping Ari sekarang" titah Bu Nike tegas.
"Tapi Bu, saya gak mau duduk di belakang" protes Talita.
"Saya lihat kamu selalu duduk di barisan depan dari kelas 10, saatnya kamu berbagi sama teman untuk duduk di depan" sahut Bu Nike.
Talita cemberut, ia benar-benar tak ingin jauh dari Vanka. Lebay memang, tapi itulah Talita, ia bahkan tak melepaskan pelukannya pada Vanka, hingga sebuah suara melepaskan tautan pelukan itu.
"Please!" ucap Nicky dengan nada memohon ia menyunggingkan sedikit senyuman hingga membuat Talita membuka mulutnya lebar.
"Manisnya" gumam Talita terpana lalu melepaskan pelukan pada Vanka yang berekspresi bingung.
Talita menyampirkan tas pada bahunya dan meraih beberapa buku yang ada diatas meja, tanpa mengalihkan pandangannya pada Nicky.
"Silakan Nicky ganteng" ucap Talita membiarkan pria yang sedari tadi berdiri disampingnya untuk duduk.
Talita langsung beranjak mengambil posisi duduk di sebelah Ari.
Nicky menaruh tas Army miliknya di atas kursi. Ia duduk dengan tenang dengan tatapan lurus kedepan. Vanka masih shock dengan apa yang terjadi hari ini. Ia menoleh pria aneh itu sekarang duduk manis disampingnya. Vanka menggigit ujung tasnya yang sedari tadi ada diatas meja.
Drama korea akan segera dimulai. Dan pemeran utama wanita akan tersiksa sekarang. ~ Vanka.
Kriiinnnnggggg.....
Bunyi bel istirahat adalah moment yang paling di tunggu semua murid. Sasaran utama mereka adalah kantin. Tak terkecuali Vanka yang mulai beranjak dari kursinya, tapi sebuah tangan kekar menghentikan pergerakannya.
"Apaan sih lo pegang-pegang" protes Vanka lalu menghempaskan tangan Nicky kasar.
"Kamu mau kemana?" tanya Nicky datar.
"Terserah gue dong, jangan mentang-mentang lo sudah berhasil masuk sekolah disini lo bakal bebas ngekang gue. Urus hidup lo" ucap Vanka dengan sorot mata jengahnya, ia ingin menyusul Talita yang tertegun di depan pintu menyaksikan aksi mereka berdua.
"Kamu harus makan bersama saya. Kamu tidak boleh makan sembarangan, saya sudah bawa bekal sehat dari rumah" ucap Nicky tegas, membuat Vanka berbalik dan menatap Nicky tak percaya.
"Cihh...gue udah gede ya, gak usah lebay urusin hidup orang. Pacar gue aja gak pernah se-lebay itu" sahut Vanka tersenyum sinis dan melanjutkan langkahnya merangkul Talita yang masih melongo melihat drama itu.
Kamu harus makan bersama saya
****
Vanka dan Talita membawa napan masing-masing menuju meja paling pojok kanan. Vanka sedikit merenggangkan kursi dan duduk disana, ia sudah tak sabaran menyantap mie ayam dan jus jeruk kesukaannya.
"Van, kok lo tadi galak banget sama siapa tuh, anak baru?" tanya Talita membuka pembicaraan.
"Nicky maksud lo?"
"Ya, Nicky ganteng" sahut Talita tersenyum centil
"Ck, cowok gitu emang pantes di kasarin. Hobi kok ganggu hidup orang" cibir Vanka sembari mengarahkan garpu yang terisi mie ayam kearah mulutnya, tapi tertahan oleh sesuatu. Vanka tersentak saat sebuah tangan kekar merebut garpu yang ia pegang dan menghempaskan kedalam mangkuk begitu saja.
Vanka menoleh kearah sosok yang hampir membuatnya kehilangan kesabaran.
"Jangan makan sembarang, makan bekal yang saya bawakan" ucap pria itu, yang tak lain adalah Nicky.
Vanka geram, ia menggerbak mejanya. Beberapa pasang mata menyaksikan keributan mereka. Kini mata Vanka tengah beradu tajam dengan mata sayu milik Nicky.
"Harus berapa kali sih gue bilang sama lo? jangan ganggu hidup gue. Gue gak perlu perhatian dari lo, suka-suka gue lah mau makan apa aja. Yang penting gue suka dan gue kenyang" bentak Vanka menegadah menatap tajam Nicky yang lebih tinggi darinya.
"Ikut saya ke kelas, kita makan bersama" ucap Nicky masih mempertahankan ekspresi datarnya, ia meraih tangan Vanka dan menariknya agar ikut bersamanya.
"Eh, apaan sih lo. Lepasin gak!" erang Vanka berusah menarik tangannya, tapi tenaga Nicky jauh lebih besar dari dirinya.
Talita dengan susah payah meneguk mie ayam yang sudah terlanjur masuk dalam mulutnya. Drama apakah ini? Drama korea kah?
Nicky terus menarik tangan Vanka menuju kelas. Ia tak perduli ada banyak pasang mata yang memperhatikan mereka. Vanka memukul-mukul punggung Nicky, berharap pria itu dapat melepaskannya. Di saat moment tak terlupakan itu berlangsung, ada satu tangan yang mengarahkan kamera ponselnya untuk megambil gambar mereka berdua.
Nicky melepaskan tangan Vanka saat gadis itu telah berhasil ia dudukkan di kursinya. Vanka menatap tajam dengan mata sedikit berair karena menahan kesal. Pergelangan tangannya sedikit merah karena genggaman Nicky yang kuat.
Nicky turut duduk di samping Vanka. Nicky mengeluarkan kotak bekal berwarna putih dari dalam ranselnya. Ia membuka penutup bekal itu, ada sandwich dengan beraneka sayur disana. Nicky juga mengeluarkan sebotol susu dari samping dalam ranselnya. Vanka menatap sinis pria yang disampingnya, apakah pria ini benar orang waras?
Nicky meraih satu sandwich dari kotak bekalnya. Lalu mengarahkan pada mulut Vanka agar gadis itu memakannya.
"Jangan nangis, cepat makan" suruh Nicky dengan ekspresi datar.
"Gue gak sud...." ucapn Vanka terpotong dengan masuknya ujung sandwich dalam mulutnya. Mau tak mau Vanka menggigitnya dan mencoba mengunyah dengan malas.
Kok enak ya? tapi nih cowok gak racunin gue kan? atau mau pelet gue?
"Saya hanya ingin kamu sehat, tidak ada niatan buat kamu mati" ucap Nicky seakan-akan membaca pikiran Vanka.
Vanka membulatkan matanya, bagaimana pria itu bisa tahu apa yang ia pikirkan.
"Lo gak makan?" tanya Vanka mengalihkan pembicaraan.
"Saya akan makan kalau kamu mau menyuapi saya juga" sahut Nicky tanpa beban.
Modus
Nicky terus menyuapi Vanka, gadis itu pasrah saja. Dari pada ia tak makan, mending terima saja keadaan ini. Vanka mulai merasa iba pada Nicky yang tak menyentuh sedikitpun makanannya. Vanka meraih satu sandwich dari kotak bekal di samping Nicky.
"Jangan salah paham, gue cuma gak mau lo sakit perut gara-gara gue. Gue cuma baik sama lo buat sementara" ucap Vanka menyodorkan sandwich di tangannya, sedangkan matanya lurus kedepan.
Nicky tersenyum simpul, ia menerima suapan dari Vanka. Tapi saat Nicky membuka mulutnya, Vanka sengaja mendorong sandwich di tangannya agar masuk banyak ke mulut Nicky. Alhasil, mulut Nicky penuh sampai sedikit menggembung di pipinya, Vanka melirik Nicky dan mengulum senyumnya.
Rasain lo, emang enak gue kerjain. Hihi
****
Jam pulang sekolah akhirnya tiba juga. Vanka benar-benar jenuh harus duduk berdampingan dengan pria aneh itu. Vanka bergegas memasukkan semua buku ke dalam ranselnya. Vanka tak mau kalau Nicky mengikutinya sampai gerbang dan bertemu dengan Daniel.
"Talita! Gue duluan" ucap Vanka pada Talita yang masih mengemasi bukunya.
"Oke"
Vanka langsung ngacir meninggalkan kelas. Vanka sesekali menengok kearah belakang, kalau saja pria itu mengikutinya.
Aman
Vanka mengelus dadanya setelah tak mendapati pria yang ia maksud. Vanka mengalihkan kembali pandangannya kedepan.
"Saya antar pulang" ucap Nicky yang tiba-tiba sudah berada di samping Vanka
Vanka tersentak kaget, ia sedikit menjauhkan dirinya pada Nicky. Selain tak waras, ternyata dia juga ghaib.
"L-lo?" Vanka tercekat.
"Kamu pulang bersama saya" ucap Nicky seraya memasukkan kedua tangannya pada saku celananya.
"Gue gak mau. Gue sudah di jemput pacar gue" sahut Vanka sinis.
Nicky langsung memepetkan tubuh Vanka pada tembok. Vanka tersentak, ia menatap Nicky yang menatapnya tajam.
"Kamu milik saya. Kamu pacar saya, bukan pacar orang lain" tegas Nicky penuh penekaan.
"L-lo gak berhak ngelarang gue. Pacar gue Daniel, bukan lo" sahut Vanka sedikit takut.
"Saya menyayangi kamu. Kamu gak boleh bersama orang lain" ucap Nicky mulai sendu.
Vanka langsung mendorong kuat tubuh Nicky sampai pria itu hampir terjatuh, ia langsung berlari sekencang mungkin meninggalkan Nicky.
Nicky berdiri tegak, ia menatap nanar Vanka yang telah berlari jauh darinya.
Kamu akan jadi milik saya. Saya gak mau di tinggal sendiri lagi, cukup Vanya yang pergi. Kamu harus tetap disini, jadi kekasih saya.
Vanka terus berlari sampai ia keluar dari gerbang. Vanka menghampri Daniel yang sudah menunggu dengan bersandar di depan mobilnya.
"Loh, Sayang. Kamu kenapa? Kok lari?" tanya Daniel heran melihat Vanka dengan napas naik-turun.
"Gapapa kok, aku cuma lari dari Talita. Abisnya dia maksa minta temenin ke Mall, aku gak mau aja" sahut Vanka asal.
"Ohh. Yaudah, ayo pulang" ucap Daniel tanpa rasa curiga, lalu merangkul Vanka untuk masuk kedalam mobil.
Tanpa mereka sadari, sepasang mata telah mengawasi mereka dari dalam mobil berwarna silver. Pria itu segera menjalankan mobilnya, ketika mobil Daniel bergerak meninggalkan gerbang utama SMA Merah putih.
Saya akan selalu mengawasi kamu, Vanka.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!