NovelToon NovelToon

PERMAINAN BIKIN CANDU

First time

Di sebuah kamar remang remang yang hanya disinari oleh cahaya perkotaan Roma.

"Ben!!! Sakit!" teriak seorang wanita ketika harta berharganya dijamah oleh seorang pria berambut pirang.

"Tahan! Dikit lagi! Cakar punggungku!" sahut pria dipanggil Ben itu.

Tak lama kemudian, wanita itu mencakar punggung Ben.

"Aaaaaaah! Ben!" teriak wanita itu hingga tanpa sadar meneteskan air mata.

"Maafkan aku, Zoe. Kamu yang menawarkan diri pertama kali" lirih Ben sambil menyeka tetesan air mata itu menggunakan jarinya.

Ia masih diam tidak bergerak karena berniat mengurangi rasa sakit dan rintihan wanita dibawahnya.

"Hmm, rasanya enak juga lama lama" lirih Ben tanpa sadar membuat Zoe kesal karena wanita itu masih kesakitan.

Dicubitlah pinggang Ben.

"Aawww! Sakit Zoe!" balas teriak Ben ketika merasakan cubitan namun ia langsung tersenyum smirk kepada wanita dibawahnya.

"Tahan ya, aku akan pelan pelan" lanjutnya membuat Zoe hanya tersenyum tipis.

Zoe sendiri yang menginginkan Ben, jadi dia pun tidak bisa protes atau mengumpat pria itu saat berusaha menyatu dengannya yang ternyata sakit.

Ben sebenarnya juga sedang grogi karena ini pengalaman pertamanya.

Selama ini Ben memendam perasaan kepada Zoe yang sudah dikenal sebagai musuhnya sejak anak anak. Awalnya Ben mengikuti keluarganya yaitu keluarga kaya raya yang bernama keturunan Fredo untuk bermusuhan dengan keluarga Caprio karena persaingan bisnis yang akhirnya mau tidak mau Zoe juga terkena rasa benci keluarganya.

Hal yang sama dirasakan oleh keluarga Caprio, mereka sangat membenci keluarga Fredo karena berani bermain kotor dalam bisnis wine sampai membakar gudang besar wine milik mereka meskipun sampai sekarang tidak terbukti tuduhan itu, tapi Lio Caprio, ayah Zoe sudah yakin jika kebakaran ini adalah perbuatan Perzo Fredo, ayah Ben.

Apalagi kisah cinta kedua pria direktur perusahaan wine itu sangat rumit dalam percintaan. Lio Caprio berhasil merebut cinta pertama Perzo Fredo dengan licik hingga lahirlah kakak Zoe yang bernama Lazuardo Caprio, pewaris pertama keluarga Caprio.

Dengan amarah, Perzo berani datang ke pernikahan cinta pertamanya yang direbut musuhnya itu dan memberikan satu tembakan di langit hingga para tamu saat itu terkejut. Disitulah kebencian mereka semakin membara.

"Aku bersumpah, akan menjadi musuh abadimu Lio! dan kau Violet, jika anak kalian adalah perempuan maka dia akan menjadi wanita yang dikhianati oleh keturunanku! Kalian harus merasakan kehancuran dan rasa sakit yang aku alami! Perusahaan Wine Fredo akan menguasai perusahaan wine di Italia, Caprio tidak akan bisa mengalahkan Fredo!" teriaknya.

Perkataan Perzo membuat Lio murka karena menyumpahi anak perempuan mereka yang belum lahir. Namun, Violet, cinta pertama Perzo yang dinikahi Lio menahan amarah sang suami karena hari ini adalah hari pernikahan mereka yang bahagia, jangan sampai ternoda dengan sumpah serapah dari pria yang patah hati.

Kembali ke ranjang panas Ben dan Zoe.

Setelah didiamkan beberapa saat, Zoe yang juga sudah mulai tenang dan terbiasa, berkata "lakukan pelan - pelan".

Mendapatkan lampu hijau, Ben pun mulai beraksi kembali dengan pelan dan sebisa mungkin terasa lembut bagi Zoe.

Ben membuat Zoe heran ternyata pria ini bisa begitu lembut padanya karena selama ini wajah Ben begitu kaku, dingin dan tidak berperasaan padanya. Apalagi saat satu sekolah, Ben selalu membuat gara gara padanya.

Ben mulai melakukan permainan yang sepertinya akan menjadi candu.

Zoe pun tetap memeluk punggung Ben namun semakin lama semakin nyaman ia rasakan dan suara seksi lolos dari bibir cantiknya.

"Aaaah, Ben!"

"Panggil namaku, Zoe!" minta Ben.

"Ben!" wanita itu mengikuti keinginan pria yg bergerak diatasnya.

"Aaah, Zoe! Kamu beneran bikin aku melayaaang!" sahut Ben.

Suara keduanya bersautan di sebuah ranjang hotel bintang 5 di Roma, ibukota Italia.

Hingga mereka sama sama merasakan puncaknya.

"Aaaah, Ben.. aku mau..." ucap Zoe lalu dipotong Ben karena merasakan hal yang sama.

"Aku..aku jugaaa" sahut Ben dan akhirnya tumpahlah semburan lahar putih diantara mereka menjadi satu.

"Aaaaaaaaaaahkkkk!" seru keduanyaa sambil berpelukan.

Keduanya pun langsung ambruk diranjang setelah pelepasan pertama itu dan mengatur nafas.

"Terima kasih, Zoe. Terima kasih sudah menjadikan aku pria pertama untukmu" ucap Ben dengan senyuman tampan namun Zoe malah memberikan wajah sendu.

"Ben" panggil Zoe.

"Iya?" sahut Ben.

"Terima kasih sudah mengambil pengalaman pertama ku, tapi maafkan aku tidak bisa bersamamu, karena aku.." ucap Zoe terpotong karena mengambil nafas panjang.

"Aku akan menikah dengan pria Perancis yang dijodohkan ayah denganku" lanjutnya membuat Ben langsung mendudukan diri di ranjang dan menatap dingin Zoe yang masih berbaring dihadapannya.

"Apa kamu bilang?" tanya Ben tak percaya.

"Maafkan aku" lirih Zoe.

Ben yang merasa dibohongi dan dimanfaatkan saja, langsung turun dari ranjang tanpa berkata apapun.

Ia memakai pakaiannya dan berniat keluar kamar. Namun sebelum itu ia berkata pada Zoe "Jika hubungan ini hanya permainan diantara kita, aku tidak akan melepaskanmu semudah itu. Tapi jika sudah menyangkut keluargamu apalagi tentang Lio Caprio, aku tidak bisa melawan karena ayahku sangat membencinya dan aku ikut membencinya"

"Dan sesuai perjanjian kita malam ini atas permainan yang telah kita mainkan, aku akan membiarkan wine milik keluargamu lolos dalam tender di Roma. Cuma kali ini aku membiarkan kamu menang sebagai bayaran karena kamu memberikan keperawananmu padaku" lanjutnya dengan suara datar dan dingin.

Setelah berkata seperti itu, Ben keluar kamar dan menutup pintu dengan keras.

Braaak!!!

Zoe yang mendengar perkataan Ben, merasa bahwa kebencian pria itu pada ayahnya tidak main - main.

Ia pun merasa sedih, pria yang tanpa ia sadari sudah masuk ke hatinya entah mulai kapan harus pergi darinya karena hubungan mereka tidak mungkin untuk 2 keluarga yang saling membenci.

"Maafkan aku, Ben" lirihnya sambil menitihkan air mata.

Beberapa saat kemudian, karena tubuhnya lengket, Zoe berniat menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan matanya fokus melihat bercak merah di ranjang.

"Aku benar benar memberikan pengalaman pertamaku kepadanya" lirihnya lagi lalu lanjut jalan masuk ke kamar mandi dan mengguyur tubuhnya dengan air shower.

Ben kembali ke kamarnya dengan perasaan kecewa.

"Bisa bisanya aku mencintainya sampai rela memberikan perjakaku dan demi dia, aku mengalah soal tender" lirihnya ketika sampai ke kamar dan duduk di tepi ranjang.

"Aaakh!! Mengesalkan sekali!" geramnya.

Lalu Ben memilih untuk membersihkan dirinya di kamar mandi agar sisa sisa aroma tubuh Zoe tidak menempel padanya lagi.

Beberapa jam yang lalu

...*Flashback On*...

Disebuah Club Bar malam di Roma, dengan keramaian para manusia berdugem dan melepaskan stress, terlihat sebuah ruangan VIP yang dijadikan tempat pertemuan negosiasi tender penyedia wine untuk acara ulang tahun Roma yang akan menyelenggarakan pesta wine kepada masyarakat.

Arthur, CEO penyelengara acara yang ditugaskan pemerintahan Roma mengurusi hal ini mengundang 2 perusahaan wine terkenal untuk mempresentasikan keunggulan winenya.

Kenapa Arthur memilih club atau bar untuk diskusi bisnis ini karena ia ingin santai dan memperkenalkan dunia malam Roma kepada 2 orang yang masih muda jika dibandingkan dengannya.

2 orang itu adalah Ben dari perusahaan Wine Fredo dan Zoe dari perusahaan Wine Caprio. Mereka terlihat tak saling mengenal dan tak berbicara satu sama lain dengan nyaman, padahal mereka berasal dari wilayah yang sama yaitu Tuscany.

"Baiklah Nyonya Zoe dan Tuan Ben, silahkan kalian mempresentasikan wine keunggulan yang dapat menarik saya" ucap Arthur dan sampingnya ada 2 lelaki seperti karyawannya.

"Baik, saya akan mempresentasikan wine saya terlebih dahulu. Tidak masalah bukan, Tuan Ben?" ucap Zoe dengan percaya diri.

"It's okay. Lady first" sahut Ben.

Lalu wanita satu satunya di ruangan VIP itu melakukan presentasi dengan apik dan mengagumkan. Setelah 15 menit berlalu, giliran Ben yang mempresentasikan winenya.

Pria ini begitu maskulin dan sangat memahami wine dari perusahaannya hingga membuat Zoe sedikit insecure.

"Pria ini memang sangat menguasai wine miliknya" batin Zoe.

"Tapi aku tidak mau kalah" lanjutnya dalam hati.

15 menit kemudian, Ben sudah selesai melakukan presentasi.

Arthur dan 2 karyawannya bertepuk tangan karena sangat puas dengan persaingan dari kedua pembisnis dihadapannya.

"Kalian luar biasa! Wine kalian memang sungguh menarik dan memiliki cita rasa yang berbeda" puji Arthur.

"Namun karena ini adalah tender besar untuk pesta rakyat Roma, saya harus memilih salah satu pemasok 90% wine dengan merk yang sama untuk acara ini. Mungkin dari yang kalah tender bisa memberikan 10% winenya" lanjutnya.

Ben dan Zoe sama sama bertekad menang dalam hati mereka. Apalagi Zoe, dia tidak boleh kalah kali ini sebab mewakili kakaknya yaitu Lazuardo Caprio yang tidak bisa hadir karena menemani sang istri melahirkan anak pertama mereka.

"Aku harus menang untuk kakakku yang sudah menjadi ayah!" semangatnya dalam hati.

Sedangkan Ben dia sangat percaya diri untuk menang karena statusnya saat ini adalah CEO alias direktur perusahaan Wine Fredo yang telah ia pegang sejak 2 tahun lalu.

Ayahnya sangat percaya dengan dia karena selama ini Ben telah banyak memberikan kemajuan bagi perusahaan keluarganya ini.

"Kapan Tuan Arthur memberikan keputusannya?" tanya Ben.

"Sepertinya aku harus berdiskusi dengan pemerintahan Roma dulu. Beri saya waktu 5 hari, nanti hasilnya akan saya kirimkan melalui email" jawab Arthur.

"Baik jika begitu, saya selaku direktur Wine Fredo mengharapkan yang terbaik dari pilihan anda" sahut Ben sangat berkarisma.

"Idih, pamer jabatan!" batin Zoe.

"Benar yang dikatakan direktur Ben, bahwa pilihan anda pasti yang terbaik" sahutnya dengan senyuman manis kepada Arthur namun beberapa detik kemudian ia alihkan senyuman smirk menatap Ben.

"Hahaha kalian meskipun saingan tapi kompak juga ya. Meskipun kalian berloma untuk bisnis, aku rasa ada sesuatu yang membuatnya terlihat seperti kekasih" celetuk Arthur membuat Ben dan Zoe terkejut.

Mana ada kisah cinta diantara mereka yang keluarganya saja saling bermusuhan.

"Haha, Tuan Arthur pintar sekali bercanda. Tapi kami tidak mungkin bersama karena keluarga kita saling bersaing jadi kami pun harus bersaing dalam bisnis ini" sahut Zoe.

"Iya iya, saya paham hubungan keluarga kalian. Persaingan diantara Fredo Wine dan Caprio Wine mungkin terdengar sampai penjuru Eropa. Ayah ayah kalian begitu melegenda di dunia per-wine-an" ucap Arthur.

"Tapi saya hanya mau bilang, bahwa cinta anak manusia akan begitu menakjubkan" lanjutnya dengan senyuman penuh makna.

Ben dan Zoe saling tatap dengan datar. Suasana menjadi canggung dan Arthur pun menyadari.

"Baiklah, presentasi sudah selesai. Waktunya kita bersenang senang!!!" seru Arthur lalu ia berdiri.

"Kalian sudah dewasa kan? Jadi silahkan menikmati dunia malam Roma yang sangat menggiurkan" lanjutnya lalu ia keluar ruang VIP diikuti 2 karyawannya menuju kerumunan jedag jedug.

Tinggalah Ben dan Zoe diruang VIP itu.

"Aku dengar kamu baru sampai Italia dan langsung menggantikan kakakmu untuk tender ini, luar biasa" Ben memulai percakapan sambil menyeruput minumannya.

"Apa yang kamu dengar tidak salah" sahut Zoe dingin dan datar sambil menikmati minumannya juga.

"Hahaha, 4 tahun tidak bertemu kamu semakin dingin dan angkuh saja, Zoe Caprio" sindir Ben.

Zoe tersenyum smirk dan menjawab "4 tahun tidak bertemu dengan Ben Fredo ternyata pria yang dulu berandalan jadi sekarang sudah jadi CEO" balas wanita cantik dengan mata birunya itu.

Ben tersenyum smirk dan tetap menatap Zoe dengan tatapan yang khas darinya sambil tetap menikmati minuman dingin ditangannya.

"Aku rindu membuatmu menangis diam diam" celetuk Ben.

Zoe menatap tajam Ben. Kenapa pria itu tau jika dirinya selalu menangis diam diam karena ulah jail atau kalah dalam melakukan sesuatu dari Ben?

"Astaga! Aku keceplosan!" batin Ben meruntuki dirinya sendiri.

"Kamu nguntit aku?!" tanya Zoe dengan nada dinginnya.

Namun Ben tetap berusaha bersikap tenang.

"Hahaha, kamu sungguh GR sekali tuan putri. Semua orang di sekolah kita pasti tau jika setiap kali kamu kalah dariku atau kesal denganku, kamu akan menangis di gudang dan berteriak disana" jelas Ben.

Zoe pun menyadari kelemahannya waktu itu dan merasa hal itu sungguh memalukan.

"Hmmm, aku rasa diriku yang dulu begitu lemah dihadapanmu, tuan muda" sahut Zoe dengan senyuman smirk dan menyeruput minumannya.

"Oh berarti sekarang kamu tidak lemah?" tantang Ben.

"Menurutmu?" tantang balik Zoe.

"Hahaaha, baiklah. Biar pertemuan pertama kita sejak 4 tahun lalu berakhir baik baik saja, aku akan meninggalkanmu daripada kita bertengkar lagi" ucap Ben lalu berdiri dari posisinya berniat ingin ikut berdugem di bar

"Wait, Ben!" seru Zoe menghentikan langkah kaki pria yang akan keluar ruangan VIP.

"Apa?" tanya dingin Ben.

"Apa kamu bisa membiarkan ku menang kali ini?" balas Zoe membuat Ben membalik badannya lalu menatap wanita itu tajam.

"Aku dapat apa? Sebagai CEO aku tidak bisa mengalah begitu saja karena aku bertanggung jawab dengan perusahaan keluargaku" jawab Ben.

"Apakah kamu mau kita melanjutkan apa yang sudah kita lakukan 4 tahun lalu itu, Ben?" tawaran Zoe.

Seketika Ben terkejut dengan penawaran yang diberikan oleh Zoe.

"Kamu udah mabuk? serius ingin melanjutkan apa yang kita mulai 4 tahun lalu? Apa kamu tidak takut ancaman ayahmu itu?" tanya Ben.

"Aku merindukanmu" jawab Zoe lirih dengan tatapan yang tadinya tajam dan dingin sekarang terlihat sendu menatap Ben.

"Maafkan aku, 4 tahun lalu aku membuatmu babak belur dan masuk rumah sakit karena ayahku" lanjutnya.

Duaaaar!

Pertahanan Ben seketika runtuh mendengar permintaan maaf yang sangat ia harapkan dari wanita yang ia cintai dalam hatinya.

"Ayo lakukan apa yang telah kita mulai 4 tahun lalu dan aku akan memberikan apa yang kamu mau dengan memenangkan tender ini!" ucap Ben sungguh sungguh lalu ia menarik Zoe untuk keluar dari club itu menuju mobilnya.

"Mobilku?" tanya Zoe ketika akan masuk ke mobil Ben.

"Aku akan menyuruh seseorang untuk mengirimnya ke hotel" jawab Ben lalu Zoe pun masuk ke mobil saingannya itu. Entah apakah sekarang mereka masih saingan atau hubungan apa yang telah mereka jalin?

Ben melajukan mobil sportnya dengan cepat menuju hotel dimana memang mereka berdua menginap tanpa sengaja karena hotel ini adalah hotel terbaik di Roma.

Sebelum berangkat menuju club tadi untuk bertemu Arthur, mereka berpapasan di lobby.

Tidak ada pembicaraan selama perjalanan. Ben terlihat serius menyetir mobilnya dan Zoe terlihat canggung.

"Apa aku akan melakukan kesalahan dengan keputusan ini? Tapi aku tidak bisa kalah dalam tender ini karena jika kalah, aku akan kehilangan sahamku di perusahaan Caprio Wine. Warisanku juga akan diambil saat aku menikah dengan pria perancis itu. Setidaknya jika aku menang, aku masih bisa tinggal di Tuscany dan bekerja di perusahaan lalu warisanku aman meskipun harus dinikahkan dengan orang asing" batinnya.

Yap, Zoe telah dijodohkan oleh ayahnya, Lio Caprio dengan seorang pria dari perancis yang merupakan anak dari rekan bisnisnya disana. Usia pria itu 28 tahun yang dikenal cuek dan dingin, terlalu kaku namun terkenal pintar berbisnis juga. Hobinya balapan tapi tetap diberikan posisi direktur di perusahaan keluarganya karena dia anak tunggal.

PIlihan Zoe hanya ada 2 jika ingin kembali ke Tuscany yaitu menikahi orang perancis yang tidak ia kenal itu atau harus tetap di New York sebagai dosen padahal jiwanya ingin berbisnis wine.

Ayahnya Lio Caprio semakin menekan putrinya itu dengan syarat lainnya yaitu harus menang tender untuk mengamankan warisan serta saham di perusahaan, jika tidak ia harus menikah tanpa memiliki apa apa di kampung halamannya.

Dengan pikiran yang bercampur itu, tak terasa Ben dan Zoe sudah sampai di hotel.

"Mana kunci mobilmu?" minta Ben.

"Buat apa?" tanya balik Zoe.

Ben menatap tajam wanita disampingnya itu.

"Buat aku jual!" kesal Ben.

"Ya buat bawa mobilmu ke hotel lah! Aku akan minta tolong kenalanku disini, jadi mana kuncinya" lanjut Ben.

Zoe pun mengambil kunci mobil minicooper di tas mahalnya.

Ben langsung keluar mobil dan diikuti oleh Zoe. Sebelum masuk lobby, Ben menitipkan kunci mobil Zoe ke receptionist karena nanti ada anak buahnya yg akan mengambil.

Setelah itu Ben bertanya "kamarmu atau kamarku?"

"Kamarku saja" jawab Zoe langsung karena dia yang meminta.

Mereka berdua naik lift menuju lantai 21 dimana kamar Zoe berada, sedangkan kamar Ben berada di lantai 16.

Sesampainya didepan kamar, Zoe langsung membuka pintunya menggunakan kartu yang ia miliki.

Ceklek. Bunyi pintu terbuka secara otomatis.

Tiba tiba Zoe menjadi tegang, dia merasa sesak karena hawa di kamarnya seharusnya dingin jadi menghangat mengenai tubuhnya.

Klek. Suara pintu tertutup ketika Ben sudah masuk ke kamar mengikuti Zoe.

Tanpa aba aba, Ben meraih lengan Zoe yang membelakangi nya dan ia langsung membalik tubuh wanita itu berhadapan dengannya.

Ben langsung menyambar bibir Zoe dengan kecupan singkat.

Cup.

Zoe terbelalak dengan kecupan lembut dari Ben, ia kira saat tubuhnya dibalik, pria itu langsung melu-mat bibirnya. Namun ternyata itu hanya bayangan kotornya saja.

"Isssh! Apa yang sedang kupikirkan!" batin Zoe sambil menatap Ben penuh tanya.

Ben tersenyum smirk, karena menyadari pikiran Zoe yang semakin dewasa.

"Aku akan melakukannya lembut seperti 4 tahun lalu. Aku tidak akan menyakiti musuhku diranjang" ucap Ben sambil memegang pipi Zoe dengan kedua tangannya.

Zoe tersihir dengan suara dan tatapan Ben yang terlihat begitu tulus padanya.

Ia pun tanpa ragu lagi menarik tengkuk Ben untuk bisa menyentuh bibir pria itu dengan bibirnya.

Zoe tidak lagi hanya memberikan kecupan seperti Ben tadi, namun ia sudah melu-mat bibir pria tampan itu dengan lembut namun menuntut membuat Ben tidak bisa menahan diri lagi.

Tubuh Zoe berjalan mundur dan Ben menuntunnya menuju ranjang sambil saling melepaskan pakaian mereka.

Zoe dengan cepat membuka kancing kemeja baju Ben, begitu pula dengan sang pria yang sudah menarik dress Zoe dari bawah keatas lalu terpaksa ciuman mereka terlepas sesaat.

Mereka saling tatap dengan nafas menderu.

"Zoe" lirih Ben dengan suara bergairah saat melihat wanita itu melepaskan pengait bra nya sendiri memperlihatkan kedua gundukan indahnya dan melepaskan kain pengaman di bagian inti bawahnya hingga terlihat hutan rimba tipis tipis.

Ben pun tak mau kalah, ia juga melepaskan celananya hingga senjata miliknya sudah berdiri tegak ingin dipuaskan.

"Astaga! Lebih besar daripada 4 tahun yang lalu!" batin Zoe yang agak ngeri ketika melihat sesuatu menonjol kearahnya dari tubuh Ben.

Ben yang melihat ketakutan dari wanita dihadapannya pun tertawa kecil.

"Haha, kamu pasti berfikir kenapa milikku lebih besar daripada 4 tahun lalu kan?" pancing Ben membuat Zoe kelagapan.

"Eh, pikiranmu kejauhan! Aku..aku hanyaa..." sahut Zoe yang terlihat malu dan gagap membuat Ben tak sabar lagi menunggu alasan sang wanita. Ia langsung mendorong pelan tubuh Zoe keatas ranjang dan merebahkannya disana.

Ben juga langsung memposisikan dirinya diatas Zoe.

"Jangan menyesal karena menantangku melakukan hal ini" ucap Ben.

"Aku hanya ingin melanjutkan apa yang kita mulai 4 tahun lalu hingga selesai dan hidupku akan kembali normal tanpamu tanpa rasa bersalah sekaligus aku kembali ke Tuscany sambil membawa tender besar dari Roma" sahut Zoe.

"Apapun yang kamu inginkan" ujar Ben lalu langsung membukam mulut Zoe dengan bibirnya. Kini ciuman Ben semakin liar dan menuntut lebih.

Tangannya sudah bergerilya ke kedua gundukan milik Zoe bergantian dan tangan satunya lagi sudah bermain di bagian bawah milik wanita itu.

"Hmmmmp" suara desahan tertahankan dari mulut Zoe ketika lidah Ben mulai bermain di pucuk gundukannya.

Ben harus memastikan jika senjatanya masuk ke tempat yang sudah basah agar tidak menyakiti si wanita.

Saat jari telunjuk Ben berada di inti Zoe bergerak bebas bermain disana, tiba tiba merasakan cairan hangat dan lengket.

"Akhirnya, kamu sudah siap melanjutkan apa yang kita mulai 4 tahun lalu, Zoe" lirih Ben menatap wanita dibawahnya yg sedang mengigit bibir karena merasa malu tapi juga nikmat.

"Rileks, aku akan pelan pelan" lanjutnya sambil memposisikan senjatanya yang sudah tegak itu untuk ia masukkan ke tempatnya.

...*Flashback off*...

Senyuman palsu

Setelah malam panas Ben dan Zoe yang bergairah tapi diakhiri dengan perpisahan, mereka pun keluar untuk checkout tanpa sengaja bertemu di lift.

Berduan didalam lift dengan canggung, membuat mereka tak saling menyapa atau berbicara.

Ting. Pintu lift terbuka di lantai 1 dimana lobby berada.

"Selamat pagi, Bos" sapa seorang pria muda mungkin berusia 25 tahunan menghampiri Ben.

"Pagi, Xio. Berikan kunci mobil yang kamu ambil semalam kepada wanita ini lalu urus check out kamar hotelku. Kalau sudah beres semua susul aku ke mobil" sahut Ben.

"Baik, Bos" ucap Xio lalu ia mengambil kunci di sakunya dan memberikannya kepada wanita di belakang sang bos.

"Ini Nyonya, kunci mobil anda" lanjutnya sambil menyerahkan kunci kepada Zoe.

"Terima kasih" sahut Zoe lembut.

Ternyata Ben sudah berjalan cepat keluar lobby dan masuk ke mobilnya.

Zoe hanya melihat punggung Ben dan rasanya begitu sakit di hati.

"Aku jatuh cinta dengan pria yang salah" batinnya.

Xio mengurus apa yang diperintahkan Ben lalu setelah selesai langsung masuk ke mobil bosnya itu.

"Sudah selesai, Bos" lapor Xio.

"Baik, segera ke bandara. Aku ada rapat di Tuscany" perintah Ben dingin.

"Baik, Bos" sahut Xio yang dapaf menilai jika mood bosnya sedang tidak baik.

"Kalau emosi bos begini, pasti sampai Tuscany langsung berburu" batin Xio sang asisten yang selalu menemani Ben kemanapun jika ada tugas keluar negeri atau kota, kecuali memang Ben ingin sendiri.

Ketika sudah sampai bandara, Ben menghubungi Arthur untuk membahas tender wine di Roma.

"Selamat pagi, Tuan Arthur" sapa Ben ramah.

"Pagi, Tuan Ben. Ada yang bisa saya bantu?" sahut Arthur.

"Untuk tender ulang tahun Pemerintahan Roma, sebaiknya anda memilih Caprio Wine saja karena ternyata stock kami di gudang menipis" bohong Ben.

"Wah sayang sekali, padahal saya pribadi sangat suka wine anda dan mungkin sebagian besar orang orang di forum rapat internal kami besok sependapat dengan saya" ujar Arthur.

"Saya senang jika Tuan Arthur menyukai wine Fredo, saya minta maaf belum bisa bergabung dengan tender kali ini. Mungkin jika anda mengadakan acara lagi bisa menghubungi saya untuk kerjasama selanjutnya" ucap Ben.

"Baik, masih banyak kesempatan bekerja sama dengan anda, Tuan Ben. Saya sangat menunggu moment itu" sahut Arthur.

"Saya juga akan menunggu kesempatan itu, Tuan Arthur" ucap Ben.

Setelah itu panggilan pun dihentikan dengan percakapan penutup.

Xio mendengarkan pembicaraan Ben merasa heran, kenapa bosnya bisa beralasan stock wine habis digudang padahal setiap hari perusahaannya memproduksi 1000 botol wine.

Tapi karena ia tau mood Ben tidak baik, maka rasa penasarannya ia simpan dulu.

Ben dan Xio pun kembali menggunakan jet pribadi yang mampu membawa mobil sport yang mereka kendarau tadi.

.

Di pesawat lainnya, Zoe juga sedang melalui perjalanan menuju Tuscany menggunakan kelas eksekutif. Hatinya terasa kosong melihat Ben sedingin itu padanya.

"Aku benar benar bodoh! Bermain perasaan dengan Ben Jamin Fredo!" batinnya.

Namun tiba tiba teringat, pergaulan panas mereka hingga sensasi hangat di rahimnya ia rasakan lagi. Tak lama kemudian Zoe sadar jika tadi malam Ben tidak memakai pengaman dan menyemburkan benih pada rahimnya.

"Astaga! Bagaimana jika aku hamil anak Ben? Ayah bisa membunuhku dan menghancurkan keluarga Fredo sekaligus!" batinya menjadi panik.

"Hmm, sampai di Tuscany aku harus segera membeli obat pencegah kehamilan" lanjutnya dalam hati.

Satu jam setengah perjalanan Zoe di udara, akhirnya sampai juga di provinsi kelahirannya tepat di Firenze , bagian wilayah Tuscany (Italia bagian Barat-Tengah).

"Aaaah, akhirnya pulang juga setelah 4 tahun diasingkan ayah!" seru Zoe bahagia.

Tapi rasa bahagianya langsung memudar ketika mengingat bahwa dirinya harus segera ke apotik untuk membeli pencegah kehamilan.

"Aku harus segera ke apotik!" lanjutnya sambil berjalan keluar bandara.

Untung saja, di luar bandara ia ingat ada apotik besar karena bersebelahan dengan rumah sakit.

Zoe langsung masuk apotik dan meminta obat pencegah kehamilan kepada apoteker yang berjaga.

Ia mendapatkan 1 strip isi 10 pil. Sekalian ia membeli mineral.

Langsung saat itu juga Zoe meminum satu pil tersebut.

"Ah, leganya!" ucao Zoe kembali ceria meskipun entah kenapa ada bagian hatinya yg kecewa pada dirinya sendiri.

Tanpa sadar, ia menyentuh perutnya.

"Maafkan aku" lirihnya entah pada siapa, belum tentu juga penyemburan tadi malam dari Ben menghasilkan bayi juga kan, namun tetap saja Zoe merasa bersalah.

Beberapa menit menenangkan diri, tiba tiba ponselnya berbunyi dan nama sang ayah yang tertera memanggil.

"Haloo, putri ayah. Kamu dimana? Ayah dan ibu sudah menjemputmu di bandara" sapa Lio.

"Mati aku! Jangan sampai ayah tau aku dari apotik! Pasti diwawancarai nanti!" batin Zoe, lalu ia bergegas menjawab "Hai ayahku sayang, aku masih di kamar mandi. Tunggu aku ya, aku akan menghampiri ayah dan ibu" sahut Zoe.

"Baiklah, ayah dan ibu tunggu di Restauran Lezato. Ayo kita makan bersama" ajak Lio.

"Ayah tau aja aku belum makan. Oke, aku akan kesana setelah ini" ucap Zoe.

Lalu panggilan selesai.

"Huft. Untung aja ayah inisiatif ngajak makan" lirihnya lalu dengan buru buru di berjalan menuju restauran Lezato yang dekat dengan pintu kedatangan penumpang.

Zoe dapat melihat orang tuanya di restauran yang dituju namun ada 1 orang lagi yang tidak ia kenali.

"Ayah dan ibu sama siapa?" tanyanya pada diri sendiri.

"Biarin lah, aku udah kangen sama ayah dan ibu!" lanjutnya.

"Ayah! Ibu!" seru Zoe saat berlari menghampiri orang tuanya.

"Yaampun, putri kecilku. Ibu merindukanmu sayaang!" ucap Violet, sang ibu sambil memeluk erat Zoe.

"Aku juga sangat sangat merindukan ibu" sahut Zoe sambil membalas pelukan erat wanita yang telah melahirkannya itu.

"Eheem eheeem, ayah dilupain!" kode Lio karena istri dan putrinya seolah olah melupakan kehadirannya.

Violet pun melepaskan pelukannya dan membiarkan Zoe memeluk sang ayah.

"Aku juga rindu ayah" ucap Zoe.

"Ayah sangat merindukan tuan putri yang sekarang sudah jadi aunty" sahut Lio sambil mendekap putrinya.

Setelah beberapa saat berpelukan, Lio akhirnya melepaskan pelukannya pada Zoe dan menatap pria yang dari tadi melihat pertemuan orang tua dan putrinya.

"Oh ya, perkenalkan, dia adalah Junior Vaile, pria yang ayah jodohkan denganmu. Kejutan" ungkap Lio membuat Zoe yang tadinya senang langsung berekspresi dingin padahal pria yang dihadapannya saat ini adalah pewaris keluarga Vaile di paris, pemilik perusahaan migas terbesar disana.

"Hi, perkenalkan aku Junior, panggil Nior saja" pria berambut hitam lekat itu membuka suara terlebih dahulu sambil mengulurkan tangan kearah Zoe.

Karena tidak segera menerima uluran tangan Nior, lengan Zoe disenggol oleh sang ayah. Mau tidak mau akhirnya Zoe menerima jabatan tangan dengan pria yang dijodohkan dengannya.

"Kamu sudah kenal aku, jadi aku tidak perlu memperkenalkan diri, bukan?" ucap Zoe dengan sinis.

"Ih, Zoe! Nior sangat baik, kamu juga harus bersikap baik sama calon suamimu" tegur Lio.

"Tidak apa apa, Tuan Lio. Saya mengerti, mungkin saja Zoe masih membutuhkan waktu untuk menerima pernikahan ini" sahut Junior bijaksana.

Lio pun menghembuskan nafas kasar melihat tingkah putrinya yang kurang dewasa.

Violet melihat suasana menjadi canggung langsung mencairkan suasana kembali.

"Yaudah kenalannya udah selesai, mari kita makan" ajak Violet karena makanan sudah tersedia di meja.

Akhirnya mereka berempat makan tanpa ada yang memulai berbicara dan hanya menikmati makan siang.

.

Sesampainya Ben di Firenze, kampung halaman yang sama dengan Zoe, ia langsung menuju hutan untuk berburu. Benar dugaan Xio bahwa tuannya itu sedang tidak baik baik saja perasaannya.

"Aku harus mendapatkan rusa, hari ini! Jika tidak, aku tidak akan pulang!" ucapnya kepada sang asisten.

"Baik, Bos. Aku akan menemanimu" sahut Xio.

"Alamak! Bisa bisa aku tidak tidur malam ini" batinnya.

Ben menyalurkan kekesalannya kepada Zoe melalui tembakan yang ia bawa. Bunyi senapan membuat perasaannya berangsur angsur membaik.

Hingga sore menjelang, rusa belum ia dapatkan.

"Bos, hari sudah senja, apakah anda tidak beristirahat dulu?" ajak Xio karena dirinya punya kelaparan dan lelah.

"Aku tadi bilang, sebelum mendapatkan rusa, aku tidak akan pulang!" sahut Ben dingin membuat Xio menghela nafas panjang.

"Jika kamu ingin pulang duluan silahkan, tapi jangan salahkan aku kalau gaji bulan ini aku potong 25%" ancam Ben membuat Xio langsung semangat lagi.

"Hahaha, tidak bos. Aku akan setia menemanimu sampai kapanpun" sahut Xio.

Tak lama kemudian, Ben melihat ada rusa dihadapannya. Matanya yang tajam terfokuskan membidik binatang itu. Xio ikutan tegang karena satu tembakan nanti akan menentukan mereka akan pulang atau tidak.

One..two...three...

Dooor!!

Suara tembakan terdengar nyaring mengeluarkan peluru yang berhasil menembus perut rusa.

"Yeaaay!!!" seru Xio yang sangat senang akhirnya si Bos mendapatkan rusa.

"Bawa rusa itu pulang" perintah Ben.

Xio pun membawa rusa yang sudah tak bernyawa itu menggunakan troli yang memang dari awal ia bawa.

Sesampainya di rumah, Ben langsung masuk ke kamar untuk mandi. Sedangkan Xio pergi membawa rusa itu menggunakan mobil menuju rumah utama keluarga Fredo.

Yap, Ben tinggal sendiri sejak menjadi direktur perusahaan keluarganya. Ia memilih membangun rumah di tepi hutan agar mudah untuk melakukan hobinya berburu.

.

Setelah makan siang, Zoe pulang bersama ayah ibu dan calon suaminya. Suasana mobil sangat canggung dan dingin.

Hingga mereka sampai ke rumah utama keluarga Caprio.

Zoe pamit untuk langsung ke kamarnya dan membersihkan diri.

Lio dan Violet merasa tidak enak dengan sikap putri mereka kepada Nior.

"Maafkan dia, ya Nior. Dia mungkin terlalu lelah" ucap Violet.

"Tidak apa apa, Nyonya. Saya dapat maklumi Zoe karena baru saja melalui perjalanan jauh dan tekanan tender" sahut Nior ramah.

"Kami sangat beruntung mendapatkan menantu sebaik kamu" puji Lio.

"Ah, Tuan dan Nyonya Caprio terlalu memuji" sahut Nior merendah.

"Yasudah, kamu bisa kembali hotel dulu. Nanti malam akan kami jemput lagi untuk dinner ya" ucap Lio.

"Baik, Tuan" sahut Nior menurut lalu ia pun keluar rumah utama Caprio.

Senyuman yang dari tadi ia tunjukkan kepada Lio, Violet, dan Zoe tiba tiba menghilang dan berganti senyuman smirk.

"Siapa juga yang mau nikah sama wanita angkuh itu, pede amat. Kalau aku gak diancam papi buat nikahi dia, mana mau aku sama Zoe Caprio yang sangat mengesalkan itu. Ayahnya juga sangat penjilat dan perayu" batin Nior ketika masuk ke mobilnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!