Disaat langit masih gelap,sayup-sayup terdengar suara azan menandakan waktu subuh telah masuk.Ku seret kaki perlahan menuju kamar mandi untuk berwudhu,lalu melaksanakan kewajiban dua rakaat.Tak lupa berdoa kepada sang pencipta dan diakhiri dengan membaca mushaf yang sudah menjadi kebiasaanku selama ini.
Tak lama kudengar suara ibu memanggil "San kamu udah bangun nak?Buruan udahh siang,udah sholat belum?"
"Udah bu"bergegas aku keluar mendekati ibu yang sedang membuat sarapan untuk kami.Walau sarapan sederhana kami bersyukur masih diberi rezeki.
"Wah kayanya enak nih,jadi ga sabar pengen sarapan masakan ibu."aku duduk di samping ibu.
"Rima mana San,kok belum keliatan?Cicit ibu tidak melihat keberadaan putri keduanya.
"Bentar lagi juga kesini bu."jawab Sandra membantu ibu menyiapkan sarapan.
"Huum harum, adek udah laper bu,mana nasi goreng buat adek?"suara cempreng si kecil terdengar dari arah belakangku.
Ibu dengan telaten menaruh nasi goreng buatan beliau dipiring kami.Kami makan dengan lahap hanya denting sendok beradu dengan piring terdengar. Nasi goreng kampung kesukaan kami berdua.
Selesai sarapan Sandra membereskan piring-piring bekas sarapan baru menghampiri ibunya yang tengah merapikan baju - baju mereka di lemari.
"San nanti siang kamu jadi kan kerumah bibi ita?"ibu bertanya.
"Insya Allah bu,nanti setelah sholat dzuhur aku kesana sekalian bawa adek ya bu ga apa - apakan?"tanya Sandra.
"Ya sudah,kalau begitu ibu berangkat duluan ya.Jangan lupa kamu berbenah baru menyusul ibu ke sana." titah ibu .
Ibu menganti pakainya dengan pakaian yang sedikit layak walau sudah lusuh tapi masih pantas."Assalamualaikum."pamit ibu.
"Waalaikumsalam."Jawab kami berbarengan, kulihat punggung ibu semakin jauh dan menghilang di tikungan.Aku bergegas berbenah supaya nanti siang sebelum kerumah bibi ita pekerjaan rumah sudah beres dan rapi.
Disela-sela pekerjaanku,ku lihat adek ku tengah asik bermain dengan mainannya.Walau mainan sederhana sudah cukup membuat dia tersenyum bahagia.
Tak terasa waktu dzuhur telah tiba,terdengar suara azan dari mesjid yang letaknya tidak begitu jauh dari rumah.Perlahan aku ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu dan melaksanakan kewajiban empat rakaat dan tidak lupa berdoa mengadu kepada sang pemilik.
"Rima,mau ke ibu ga?.Tapi sebelum pergi rapikan dulu mainannya ya."Ujarku sambil tersenyum pada adik perempuanku yang masih berusia enam tahun.
"Hore....hore,kita ke ibu."Rima berteriak senang,mengikuti perintah sang kakak dengan senyum terbit di bibir mungilnya.
Di bawah teriknya matahari kami berdua berjalan menyusuri jalan pintas menuju rumah tante Ita dimana ibu ikut membantu masak - masak di sana.
Begitu ramai sanak saudara dan para tetangga yang berkumpul di sana karna disana akan diadakan selamatan aqiqah anak bungsu bibi Ita.
Rima berlari kecil saat melihat ibu,aku hanya berdiri mematung melihat ibu yang bercucuran keringat.Sementara saudara yang lain terlihat duduk-duduk santai sambil bercanda dan sesekali diselingi tawa.
Ibu tersenyum melihat kedatangan kedua putrinya,dan merentangkan tangan memeluk Rima yang berlari kearah ibu.
"Kalian udah makan?"Seru ibu saat aku menghampirinya. Aku mengangukkan kepala mengiyakan.
"Ibu."Lirih sandra.
"Hmm....?"Sahut ibu.
Aku menghembuskan nafas yang ku rasa agak sesak melihat pemandangan yang ada didepan mataku saat ini.
" Ibu masih lama?"tanya Sandra gusar.
"Dikit lagi juga selesai,ada apa nak?"tanya ibu lembut.
Netraku melihat begitu banyak makanan yang tersaji di prasaman yang mengungah selera. Aku kasihan melihat Rima sepertinya sangat ingin memakan sajian prasmanan tapi itu tidak mungkin yang ada malah mendapat hinaan dari yang punya hajat jika kami mengambil makanan prasmanan.
...****************...
Selamat datang di karya terbaru Ima Susanti,moga cerita yang di suguhkan di sukai oleh pembaca setia karya dari author.
Like dan komen kakak - kakak semua merupakan penyemangat bagi author dalam menulis bab selanjutnya😘😘🙏🙏
"Adek ga usah lihat kesana ya,nanti kita makan dirumah aja." Seruku dengan lembut.
Beraneka ragam makanan menggugah selera terlihat disana. Bukanya tidak mau mengambilkan untuk sang adik,tapi aku takut akan kemarahan dari bibi Ita karna lancang mengambil tanpa seijin dirinya.
"Rima mau? Ibu ambilin dulu ya." Ujar ibu sambil menurunkan Rima dari pangkuannya dan perlahan berjalan menuju prasmanan.
Rasa takut menjalar di sekujur tubuhku melihat ibu melangkah mengambil makanan.Takut mendengar kemarahan dari bibi Ita atau hinaan dari keluarga yang lainya.
Ku lihat Rima makan dengan sangat lahapnya,karna kami memang jarang bisa makan dengan daging. Ibu tersenyum sambil mengelus kepala Rima dengan lembut.
Apa yang aku takutkan terjadi juga,kulihat bibi Ita melangkah menuju ketempat kami berada. Lalu bibi Ita menegur ibu dengar suara yang kurang enak didengar.
"Mbak lo kok ngambil makanan tanpa seijin aku sih,seenak aja ga tau diri amat." Ujar bibi Ita ketus.
"Aku minta maaf atas kelancangan mbak, ta,kasian Rima pengen makan ayam goreng." Ujar ibu memohon supaya adik iparnya tidak marah.
"Enak saja,makanya kalau mau makan enak kerja cari uang dong. Udah miskin ga tau diri." Ujar Ita sambil melipat tangan didada.
"Sekali lagi mbak minta maaf ta,tolong jangan marahin anak-anak mbak ya." Mohon ibu memelas.
"Besok-besok kalau ada acara ga usah bawa anak,bikin rugi aja." Ujar Ita ketus lalu berlalu dari hadapan kami karna dipanggil mertuanya yang mau pulang juga.
Ibu memeluk kami sambil mengusap kepala kami dengan lembut. Gurat kesedihan terlihat dimatanya.
"Udah ga usah dipikirin,ayo bantu ibu membereskan ini,setelah itu kita pulang." Ujar ibu mengalihkan perhatian kami.
Dengan mata yang berkaca-kaca,bulir air mata di sudut matanya sudah mengembun buru-buru dihapus dengan ujung jilbab lusuh yang ibu pakai.
"Ibu kok nangis ?"tanya Sandra melihat kesedihan ibunya.
Ibu menggelengkan kepalanya sambil tersenyum,berusaha menutupi kepedihan hatinya.
"Sudah,ayo buruan habis ini kita langsung pulang." Ujar ibu tetap lembut.
"Sandra." Lirih ibu.
"Kenapa bu." Sesaat aku menoleh kearah ibu dan menghentikan sejenak pekerjaan yang tengah aku lakukan.
"Nanti kalau kamu sudah sukses,jangan lupa sama keluarga ya san,sekaya apapun kamu nanti. Jangan pernah melupakan kalau kami mempunyai saudara baik saudara jauh maupun saudara dekat. Kalau kamu mampu, tolong bantu saudara yang membutuhkan bantuan." Ujar ibu dengan suara yang agak bergetar.
"Insya Allah bu. " jawab Sandra sembari tersenyum.
"Alhamdulillah udah selesai,kalian tunggu disini sebentar,ibu mau ijin dulu sama bibi Ita. Setelah itu baru kita pulang." perintah ibu pada kami berdua.
Kami berdua mengangguk melihat ibu menuju bibi Ita yang tengah membagi bingkisan kepada orang-orang yang membantu di acara hajatan di rumahnya.
Ibu berharap mendapatkan bingkisan yang sama seperti yang lain. Tapi apa yang ibu dapatkan cuma hinaan dan cemoohan.
"Maaf mbak bingkisan udah habis. Lagian tadi Sandra dan Rima udah pada makan kan? Cukuplah segitu." Ujarnya dengan ketus dengan kedua tangan bersedekap didada.
...****************...
Terimaksih buat pembaca setia karya - karya aku. Terimaksih like dan komennya,tanpa kakak2 semua aku bukanlah siapa2 dan tidak akan mungkin sampai di titik ini. 😊😘😍🙏
Tinggalkan jejak dengan memencet tombol like dan komen yang banyak agar Author semangat menulis bab selanjutnya😊😘😍🙏
Padahal ada beberapa bingkisan masih ada sebelahnya. Aku yang mendengarnya langsung berbisik di telinga ibu.
"Sudahlah bu,ayo kita pulang." Ku elus lembut tangannya.
Ibu tersenyum kepada kami,walau ada guratan kekecewaan dimatanya.
"Kalau begitu kami permisi dulu ta." Lirih ibu dengan sopan.
Bibi Ita terlihat tak perduli dengan ibu,sekan-akan kami ini terlalu hina dimatanya.
Baru beberapa langkah kami meninggalkan rumah bibi Ita,terdengar ada suara yang memanggil.
"San,Sandra..tunggu." teriak seorang laki - laki.
Kami menoleh mencari suara yang memanggil aku barusan.Terlihat pak herman suaminya dari bibi Ita berjalan kearah kami sambil membawa dua buah bingkisan.
"Ini ada sedikit buat kalian." Ujarnya sambil menyerahkan dua bingkisan yang ada ditangannya dan sebuah amplop.
"Ga usah paman,nanti kalau ketahuan bibi bisa panjang urusannya." cegahku.
"Ga pa..pa..bibi kalian ga bakal tau,dia lagi asik ngobrol sama teman-temanya.Sekarang buruan kalian pulang." Ujar pak Hendra.
"Makasih paman,kalau begitu kami pamit dulu." Ujarku hormat pada suami tante Ita.
Ibu cuma melihat kami tanpa berucap sepatah katapun. Entah apa yang dia pikirkan.
Lalu kami bergegas pulang menuju rumah dengan perasaan bahagia. Tak sabar rasanya membuka bingkisan dan amplop yang diberikan paman.
Matahari sudah terbenam tak kala kami sampai dirumah,ibu terlihat membereskan bawaan yang tadi paman kasih.
"Sandra mandi dulu nak,sekalian mandiin adik mu ya?" Ucap ibu lembut.
"Baik bu." Lalu aku bergegas memanggil Rima untuk mandi. Tak lama setelah kami selesai mandi ibu bergegas membersihkan badannya yang terasa lengket.
Terdengar suara ibu memanggil "Sandra...Rima.... ayo kesini nak,kita makan malam dulu."
Kami bertiga duduk di tikar lusuh satu-satunya yang kami miliki. Ibu membuka bingkisan yang tadi kami bawa,senyum terlukis diwajah ibu.
"Alhamdulillah malam ini kita bisa makan enak." Ujar ibu dengan mata berkaca-kaca.
Kami bertiga menikmati makan malam yang begitu spesial hari ini tanpa ada suara. Raut bahagia terpancar dari wajah kami.
Setelah selesai makan aku dan ibu duduk sambil bercerita, sementara Rima asik main dengan mainannya.
"Bu coba dibuka amplop yang tadi diberi paman bu." Ujarku antusias.
Tangan ibu terhenti,ketika membuka amplop dan mengeluarkan lima lembar uang pecahan seratus ribu. Terlihat air mata ibu luruh tak terbendung. Sudah begitu lama ibu tak pernah memegang uang sebanyak ini.
Aku pun ikut terharu melihatnya. Tidak menyangka bahwa masih ada orang yang begitu baik dan peduli dengan kami.
"Ternyata suami bibi Ita itu baik banget ya bu." ujar Sandra terharu.
"Alhamdulillah ya nak,dengan uang ini bagaimana kalau kita mulai membuka usaha kecil-kecilan." Tanya ibu meminta pendapat aku.
"Emang kita mau jualan apa bu." Sahut Sandra.
"Gimana kalau kita jualan nasi uduk dan lontong sayur saja,kita bisa dagang didepan rumah ." ujar Ibu bersemangat.
"Sepertinya ide ibu bagus juga,nanti Insya Allah aku akan bantu ibu." Kekeh Sandra .
"Bukanya kamu mau kerja san.?"
"Belum ada panggilan bu,selama belum ada panggilan aku lebih baik bantu ibu jualan." Ujarku tersenyum.
"Baiklah besok kita kepasar beli bahan-bahan yang diperlukan,Udah malam sekarang lebih baik kita tidur biar ga kesiangan."
Kami bertiga akhirnya tidur dengan hati yang sangat bahagia. Hari esok menunggu,hari yang lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Moga ini menjadi jalan pembuka perbaikan ekonomi keluarga kami. Sehingga tidak ada yang menghina keluarga kami.
...****************...
Terimaksih buat pembaca setia karya - karya aku. Terimaksih like dan komennya,tanpa kakak2 semua aku bukanlah siapa2 dan tidak akan mungkin sampai di titik ini. 😊😘😍🙏
Tinggalkan jejak dengan memencet tombol like dan komen yang banyak agar Author semangat menulis bab selanjutnya😊😘😍🙏
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!