NovelToon NovelToon

Because My Familiy

pengenalan tokoh

Cintya Kusuma Dewi adalah mahasiswa di universitas x yang sangat pintar dan berbakat di jurusan desain dan IT. Beberapa kali hasil desainnya berhasil mengundang decak kagum para dosennya hingga membuatnya meraih beberapakali predikat cumlaude. Tapi hal itu tak membuat gadis berperawakan mungil serta berparas cantik dan imut itu sombong. Cintya tetaplah gadis sederhana yang tangguh dan pekerja keras walaupun dia dibesarkan dikeluarga dengan ekonomi pas pasan. Sebenarnya ayah Cintya dulunya adalah seorang arsitek dan ibunya mantan agen rahasia tiongkok. Karena sebuah kasus yang dulu pernah ditangani ibunya, membuat penjahat itu dendam lalu menghabisi keluarga Cintya. Beruntung Cintya bisa selamat lalu Cintya diasuh dan dibawa oleh paman dari ayahnya di sebuah desa terpencil di pulau seberang. Paman Cintya yang menyadari bakat serta kecerdasan Cintya, akhirnya memutuskan untuk pindah kembali ke kota kelahiran Cintya bersama anak dan istrinya. Cintya memiliki seorang adik bernama Jasmine. Walaupun mereka bersaudara tetapi ada perbedaan fisik yang mencolok diantara keduanya. Jasmine berperawakan khas penduduk pribumi serta berkulit sawo matang. Sedangkan Cintya memiliki kulit yang lebih putih dan bermata sipit mirip ibunya hanya saja postur badannya lebih tinggi serta rambut bergelombang yang berasal dari gen ayahnya. Cintya juga memiliki seorang sahabat masa kecilnya bernama Santi.

Suwandi Djayahadiningrat, dilihat dari namanya sudah pasti dia memang ada keturunan darah biru. Ibunya merupakan seorang putri asli kerajaan Xo yang cantik serta penyayang. Sedangkan ayahnya seorang pengusaha sukses yang berpengaruh di kota Z. Dan wajah tampan yang menurun dari ibunya serta kepandaian yang dia dapat dari ayahnya, Suwandi sekarang berhasil menjadi CEO di perusahaan ayahnya menggantikan posisi ayahnya yang sekarang sedang ingin berbulan madu keliling dunia bersama istri tercintanya.

Imam Subroto, terlahir dari keluarga yang cukup mampu. Ayahnya seorang walikota yang sangat berpengaruh di kota Z. Tapi dia tidak ingin mengikuti jejak ayahnya dan sekarang telah memiliki sebuah perusahaan desain yang baru dia rintis beberapa tahun ini semenjak dia masuk dalam kuliah desain hingga dia bertemu dengan cintya yang sekarang menjadi kekasihnya. Imam sangat menyayangi cintya karena dia kagum pada sifat serta kepintaran gadis itu bahkan beberapa ide dari kekasihnya itu membuat perusahaannya semakin berkembang pesat. Dan kedekatan mereka berdua, sempat membuat para fans mereka berdua merasa patah hati dan kecewa.

***********

Di sebuah kantin di kampus tampak seorang gadis seorang sedang duduk sedih seorang diri di meja.

Bagaimana ini....tabunganku sudah mulai berkurang sementara uang kuliah terus mendesak. Kalo saja ayah tidak dipecat karena penyakitnya jantung dan strokenya, ibu tidak akan kebingungan mencari uang seorang diri. Aku jadi ngga tega minta uang kuliah sama ibu. Apa aku cari kerja aja ya. batin cintya

"Door!! " Harun berusaha mengagetkan cintya

"Eh kak Harun...." ucap cintya dengan lesu

"Kenapa lo? Tumben muka lo kusut gitu gak bertenaga?" tanya harun

"Bokap gue udah ngga kerja lagi kak karena bokap gue belakangan ini penyakitnya sering kambuh dan uang pesangon bokap gue juga ngga banyak itupun buat nambah usaha jahitan nyokap gue. Gue bingung mau cari kerja karena bentar lagi kita kan harus bayar kuliah. Padahal gue udah sebar lamaran tapi kenapa belum ada panggilan...oh ya...nih tugas kakak,udah selesai " ucap cintya sambil menyodorkan sebuah flashdisk kepada harun.

"oh ya? Cepet amat? padahal tujuan gue kesini bukan untuk ambil ini. Gue mau traktir lo makan es krim di tempat yang lagi viral" Harun berkata sambil teesenyum manis.

"serius...mau traktir gue? porsi makan gue banyak lo...ntar kantong lo gak kempes tuh" goda Cintya

"Ya elah Cintya...mana pernah sih gue perhitungan sama lo. Eh ngomong ngomong soal kerjaan, kenapa lo ngga minta aja sama cowok lo. Bukannya dia udah punya perusahaan ya walaupun masih baru sih.. " balas harun dengan wajah nyengirnya

"Udah sih...tapi dia malah mau kasih gue posisi sekretaris"

"Ya bagus dong...pasti gajinya lumayan tuh" ucap harun

"Ya ngga bisa gitu dong kak...kalo gue terima trus Santi mau dikemanain? Dia itukan sahabat gue , gue juga lagi yang udah minta mas Imam masukin dia kesitu. Masak gue juga yang harus nusuk dia dari belakang. Mana adik adiknya masih butuh biaya lagi" jawab Cintya

"Iya gue tahu...tapi masalahnya nasib lo sendiri gimana?" tanya Harun

Mereka pun diam beberapa saat sampai Harun akhirnya membuka pembicaraan.

"Eh Cin...gue mungkin bisa masukin lo ke tempat kerja gue hanya saja bos dari Jaya Group Corporate itu ngga suka adanya nepotisme. Jadi semua karyawan yang masuk kesitu harus mulai dari bawah dulu baru lo bisa naik jabatan kalau lo punya kemampuan. Dan itu berlaku adil untuk semua karyawan. Hanya saja ketika lo baru diterima disitu lo harus siap dulu dalam posisi apapun tanpa memandang gelar. Gimana lo mau?" tanya harun.

Boleh...boleh...trus kapan gue bisa kirim cv nya" tanya Cintya dengan antusias diiringi senyuman sejuta wattnya

Hmm...cintya cintya manis sekali sih senyum lesung pipit lo, buat hati gue meleleh aja. batin Harun

"Ntar gue kirim alamat emailnya ke lo biar gue hubungi langsung bagian HRD nya" balas Harun dengan senyuman manis yang semakin menunjukkan ketampanannya.

"Oke aku tunggu kabarnya...sorry yah kak gue pergi dulu , gue masih ada kelas" ucap Cintya yang langsung berdiri

"Tapi ntar jadi kan kita keluar bareng!" ucap Harun dengan setengah berteriak karena Cintya udah berjalan beberapa langkah.

"Ntar gue kabarin!" balas Cintya dari kejauhan

Di tempat lain di sebuah bandara terlihat seorang pemuda tampan baru keluar lobby bandara.Pemuda itu adalah suwandi. Anak pemilik Jaya Group yang baru lulus kuliah dan sekarang menjabat CEO di perusahaan milik ayahnya.

"Selamat siang tuan...selamat datang kembali" ujar Sebastian sang asisten dengan ramah sambil membukakan pintu mobil. Suwandi hanya mengangguk saja lalu langsung masuk ke dalam mobilnya.

Sebastian dulunya adalah seorang preman yang menolong Suwandi ketika Suwandi sedang dalam bahaya karena dikejar kejar musuh ayahnya. Entah kenapa Sebastian merasa kasihan dengan pemuda yang umurnya lebih muda lima tahun darinya lalu menolong menyembunyikan Suwandi. Hingga dia sendiri hampir kehilangan nyawa karena menolong Suwandi. Setelah Suwandi selamat, Suwandi segera mencari pemuda yang sudah menolongnya hingga dia menemukannya dalam keadaan mengenaskan dengan luka disekujur tubuhnya dan hampir tewas. Demi membalas budi, Suwandi lantas membawanya serta merawatnya hingga dia sembuh. Semenjak saat itu Sebastian berjanji akan selalu setia serta mengikuti kemanapun Suwandi pergi. Sebastian pun menjadi asisten kepercayaan suwandi.

"Kita pulang ke rumah dulu...atau langsung ke perusahaan tuan?" tanya Sebastian.

"Apa keluargaku ada di rumah?"tanya suwandi balik

"Tidak tuan....tuan besar dan nyonya sudah berangkat ke London tadi pagi" jawab Sebastian.

"Kalau begitu kita ke perusahaan. Percuma saja aku pulang ke rumah. Mereka berdua itu sudah tua masih saja suka berbulan madu" gerutu Suwandi. Sebastian hanya sedikit tersenyum melihat kekesalan majikannya itu

Dua minggu kemudian

Harun benar - benar telah mewujudkan janjinya kepada Cintya. Cintya sekarang bekerja di Jaya Group Company tapi sebagai OB. Bagi Cintya itu tidak masalah karena gaji OB disana lebih banyak dua kali lipat dari perusahaan lainnya.

Sedangkan Imam yang mengetahui kekasihnya bekerja di perusahaan lain membuatnya frustasi. Pasalnya dia sangat mengharapkan Cintya mau bekerja di perusahaannya karena beberapa ide - ide desain yang dilontarkan Cintya secara spontan kepadanya mampu membuat perusahaannya bisa berkembang dengan pesat serta mendapatkan kepercayaan dari beberapa investor. Imam yang tidak mau menyerah terus berusaha merayu cintya untuk mau bergabung ke dalam perusahaannya. Tapi pribadi cintya yang tidak suka bergantung serta merepotkan siapapun membuat dia lebih memilih untuk mengikuti kata hatinya. Dan kata hatinya berkata dia harus memilih bekerja di Jaya Group Company walaupun hanya sebagai OB toh lambat laun dia merasa pasti punya jalan untuk bisa naik jabatan. Lagipula banyak sekali orang - orang yang ingin bekerja di perusahaan itu karena perusahaan itu berani membayar mahal pekerjanya dan akan memberikan bonus kalau mereka bisa menunjukkan kinerja yang baik.

Suatu hari, Cintya sengaja berangkat kerja dua jam lebih awal dari biasanya. Hal ini dia lakukan karena dia ingin mengerjakan skripsinya sebentar di tempat kerjanya. Ketika Cintya akan berangkat kerja dan sedang menuju halte tanpa sengaja dia melihat sebuah mobil mewah yang menabrak seorang nenek yang hendak menyebrang. Pada waktu itu keadaan halte memang masih sepi.

"Awaaas!!" spontan teriak cintya

ciiit.....Braak !

Walaupun tidak terlalu kencang menabrak tapi karena keadaan nenek itu lemah jadi dia sempat pingsan karena syok. Cintya segera berlari menghampiri korban sementara sang sopir buru buru keluar

Nenek Hilda! ucap cintya yang terkejut

"Apa anda keluarganya nenek ini?" tanya sang sopir

"Bukan....tapi dia tetanggaku" ucap cintya bergegas memangku kepala sang nenek lalu menepuk nepuk pipinya

"Nenek!...nek...sadarlah...kita harus segera membawanya ke rumah sakit" ucap cintya yang panik

"Maaf nona bukan maksudku untuk tidak bertanggung jawab tapi aku sedang buru buru, Ini kartu namaku dan kartu atmku, kau bisa pakai itu untuk biaya rumah sakit" ujar sopir itu.

"Apa kau sudah gila hah!! Kau yang menabraknya jadi kau yang harus bertanggung jawab!! Antarkan nenek ini ke rumah sakit! balas cintya sambil melempar kembali kartu atm tersebut

"Tapi nona....

"Ada apa ini!" ucap seorang pria tampan majikan dari sopir tersebut.

"Maaf Tuan...tapi nona ini meminta kita mengantarkan nenek ini ke rumah sakit" jawab sopir itu.

"Aku tidak bisa! Aku tidak punya banyak waktu. Lagipula memangnya siapa kau berani beraninya memerintahku!" bentak Suwandi

Mendengar itu, Cintya jadi semakin geram, "Hei apa hatimu terbuat dari batu sampai sampai tidak melihat nenek ini pingsan karena kau tabrak! Lagipula nenek ini begini karena ulah sopirmu!!" balas Cintya.

"Sebastian...berikan dia cek dengan jumlah yang lebih dari cukup untuk biaya rumah sakit" ujar suwandi majikan dari sopir itu.

Melihat sebuah taksi lewat cintya segera menyetopnya lalu meminta bantuan kepada sopir taksi itu untuk membawanya ke rumah sakit.

"Tunggu nona! bawalah cek ini" ujar Sebastian sambil menghampiri taksi itu.

"Ck...ck dasar orang kaya semuanya hanya dinilai dengan uang, kau pikir aku sudi menerima uang dari manusia yang tidak berperasaan seperti kalian? Aku tidak butuh uang kalian!! " balas Cintya.

Kemudian Cintya segera masuk taksi dan memerintahkan sopir itu untuk segera jalan menuju rumah sakit.

Suwandi yang kesal kembali masuk ke dalam mobilnya. Setelah itu dia mulai mengomel ngomel serta mengingat ingat dengan jelas wajah wanita itu.

"Dasar wanita aneh...berani beraninya dia menghinaku seperti itu. Kalau aku bertemu dia lagi akan aku lihat seberapa besar nyalinya menghadapiku" ujar Suwandi

Di tempat lain, cintya yang panik segera menghubungi cucu nenek tersebut yang kebetulan seorang dokter untuk menunggunya di rumah sakit. Begitu tiba disana sang cucu segera memeriksa neneknya yang ternyata tidak ada luka yang parah pada dirinya. Hanya perasaan syok saja yang belum sepenuhnya hilang dari pikiran nenek tersebut.

"Cintya...makasih ya udah bawa nenek aku kesini?" ucap Rayhan cucu nenek tersebut.

"Sama sama kak...kalau begitu aku tinggal kerja dulu ya, aku takut telat karena aku masih dalam masa training" Setelah itu Cintya hendak pergi.

"Tunggu! Memangnya kau bekerja dimana cintya? Biar aku antar" ujar Rayhan.

"Ngga usah kak...aku naik ojol aja, kak Rayhan tunggu nenek kakak aja disini" balas Cintya.

"Baiklah...hati hati dijalan" ujar Rayhan sambil tersenyum manis padanya.

*****

Beberapa menit kemudian....

"Haah...kupikir aku sudah terlambat ternyata aku masih punya waktu sepuluh menit. Lumayan buat ganti baju" gumam Cintya sendiri

Lalu Cintya bergegas menuju toilet karyawan di lantai bawah di dekat loker karyawan. Setelah itu dia bergegas menuju ruang alat kebersihan karena dia bertugas piket hari ini. Ketika menuju belokan karena buru - buru akhirnya dia menabrak seorang pemuda. Hingga membuat pemuda itu kesal.

"Sial...kau!!" ujar Suwandi

"Kau!!" ucap Cintya juga bersamaan.

"Apa kau tidak punya mata sampai tidak bisa melihat diriku sebesar ini!" ucap Suwandi yang sejak kejadian tadi sudah kehilangan mood kerja.

"Hei memangnya aku wanita super yang bisa melihat benda dari balik dinding!" balas cintya.

"Kau ini!! Tunggu sebentar...kau memakai seragam ini? Apa kau karyawan disini?" tanya Suwandi.

Setelah Cintya sejenak menatap penampilan Suwandi dan Sebastian yang seperti eksekutif muda itu pun juga berpikir kalau mereka berdua salah satu orang penting di perusahaan ini tapi yang jelas bukan bosnya. Sayangnya itu hanya pemikiran Cintya.

"Iya...memangnya kenapa?" tanya Cintya.

"Kau tidak tahu siapa aku!!" bentak Suwandi

"Memangnya kau siapa!" seolah menantang Suwandi

"Kalau kau berpikir ingin mengadukanku pada atasanmu silahkan saja. Kau pikir aku takut" ujar Cintya sebelum pergi sambil tersenyum manis menunjukkan lesung pipitnya yang sebenarnya hanya ingin mengejek suwandi.

Suwandi melihat dari kejauhan Cintya membalikkan badannya lalu menjulurkan lidahnya dengan maksud mengejeknya

"Dia itu...mengejekku seperti aku anak kecil saja" gumam suwandi

Wow apa ini...baru kali ini ada gadis yang seberani itu pada tuan...gadis yang menarik batin sebastian.

"Eee tuan....kita harus bersiap - siap karena rapat sebentar lagi dimulai" ujar Sebastian.

Tanpa basa basi lagi mereka berdua melangkah menuju ke dalam ruangan kantor Suwandi. Beberapa staff karyawan yang sudah datang menunduk hormat serta menyapa mereka.

Di dalam kantornya Suwandi segera membuka pembicaraan.

"Cari tahu latar belakang gadis itu "ucap Suwandi yang masih geram.

"Sudah aku lakukan dari tadi tuan" jawab Sebastian santai sambil menyodorkan ponselnya.

"Mahasiswa pintar di Universitas X dan beberapa kali mendapatkan gelar cumlaude baik jurusan desain maupun IT. Tahun ini semester akhir dia kuliah. Lahir dalam keluarga sederhana dan apa ini ayahnya baru kena PHK karena sering sakit. Bagaimana bisa ada perusahaan setega ini kepada karyawannya" ujar suwandi

"Dan berita yang lebih mengejutkan lagi tuan, Dia kekasih Imam Subroto. Pengusaha yang baru merintis beberapa tahun belakangan ini. Mereka berdua teman satu kampus" tambah sebastian.

"Ini aneh sekali...kalau Imam memang kekasihnya kenapa dia tidak bekerja pada kekasihnya saja. Kekasihnya pasti akan memberikan posisi yang bagus untuknya" ujar suwandi.

"Itu juga yang menjadi pikiran saya tuan, untuk apa dia bekerja disini. Apalagi posisinya hanya sebagai OB tapi berdasarkan informasi HRD dia masuk kesini atas bantuan salah satu staff perencanaan kita, Harun. Kakak senior Cintya di kampus dan juga teman seangkatan Imam" ujar Sebastian.

Tanpa bicara Suwandi berdiri dari kursi kerjanya lalu menatap pemandangan dari balik kaca jendela ruangannya

Gadis yang unik dan misterius. Baiklah...aku akan lihat seberapa besar nyali dan kemampuanmu menghadapiku batin suwandi.

naik jabatan

Setelah membersihkan ruangan lobby, cintya bergegas menuju pantry. Dia mengingat pesan kak Harun dan rekan kerja wanitanya untuk membuat kopi serta mengantarnya ke ruangan rapat di lantai dua.

"Berdasarkan keterangan kak Harun ruangannya di pojok dekat jendela. Apa bener disini...aku ketuk aja deh" gumam cintya

tok tok tok (suara ketukan pintu)

kok ngga ada jawaban...apa aku ketuk lagi aja ya batin cintya

Tanpa cintya sadari bahwa dibelakangnya ada seorang pria yang sedang memperhatikannya dari belakang. Pria itu mendekat sambil tersenyum menyeringai. Sedangkan Sebastian yang memperhatikannya hanya diam memandang aneh kelakuan bosnya.

Gadis itu lagi...Lihat saja, aku akan mengerjaimu kali ini. Batin suwandi

Suwandi lantas sedikit berbisik di telinga cintya,"apa yang sedang kau lakukan?" tanya pria itu.

Cintya yang terkejut spontan menyikut perut suwandi. Sebelumnya dia memang merasa ada yang mendekati dia dari belakang tapi dia tidak tahu siapa orangnya. Dengan sedikit kemampuan beladirinya membuat tangannya refleks menyikut perut Suwandi hingga Suwandi merasa kesakitan. Beruntung kopi di tangannya tidak ikut tumpah atau terjatuh.

"Aaah!...auuw!" jerit Suwandi sambil memegangi perutnya.

Cintya semakin terkejut karena ternyata orang yang dibelakangnya adalah lelaki yang tadi pagi sudah membuatnya kesal.

"Tuan...anda tidak apa apa?" tanya Lina sekretarisnya yang baru keluar ruangan rapat.

"Hei! apa yang kau lakukan pada bos besar kita!" bentak Sebastian.

Mendengar itu wajah cintya langsung pucat.

Apa?? Ternyata dia bosku disini? Mati aku... batin Cintya

"Maaf...maaf tuan...saya gak sengaja....itu... gerakan refleksku" ucap Cintya.

"Apa maksudnya gerakan refleks? Maksudku, apa yang sedang kau lakukan disini!" tanya suwandi dengan tegas sambil meringis memegangi perutnya dan sedikit merapikan jasnya.

"Sa...saya sedang mengantarkan pesanan kopi ke ruangan rapat" jawab Cintya sambil berusaha menghilangkan kegugupannya.

"Ini benar ruangan rapat...masuk saja. Tunggu! Buatkan aku kopi hitam tanpa gula" ujar Suwandi dengan tegas lalu dia berjalan masuk mendahului Cintya diikuti Sebastian dibelakangnya serta Lina sekertarisnya.

"Ba...baik tuan" jawab Cintya.

"Dasar om singa karatan bujang lapuk, apa ngga ada kerjaan selain marah marah" gumam Cintya dengan lirih

Sebastian yang sekilas mendengarnya hanya tersenyum tipis

Hm....Singa karatan...bujang lapuk...kids jaman now ada - ada saja bahasanya. batin Sebastian

Ketika Cintya sedang memberikan kopi kepada harun, dia terkejut dengan tindakan bosnya yang menggebrak meja dengan berkas - berkas file yang sebelumnya dibawa lina.

"Apa aku membayar mahal kalian hanya untuk menghasilkan desain sampah seperti ini!! Asal kalian tahu...banyak klien besar kita yang kurang puas dengan desain yang kalian ajukan. Beberapa klien kita ada yang berniat membatalkan kerjasama dengan perusahan kita. Apa aku membayar kalian untuk membuat perusahaanku bangkrut!! Dalam satu hari kalau kalian tidak bisa membuat klien kita menyatakan puas akan aku potong separuh gaji kalian dan sebagian aku pindahkan ke kantor cabang!! bentak suwandi.

Terlihat semua staff hanya diam menunduk ketakutan. Sedangkan Cintya yang sudah berada diluar ruang meeting hanya bergumam setelah sekilas mendengar kemarahan suwandi di ruang rapat.

Ya ampun Cintya kau sudah cari masalah dengan singa buas yang kelaparan. Bagaimana kalau dia memecatku, tabunganku bisa berkurang lagi padahal aku butuh tabungan itu untuk mewujudkan mimpi adikku. Tapi ya sudahlah...mungkin memang nasibku. Lebih baik aku segera bikin kopi sebelum dia bertambah marah. batin cintya.

Cintya bergegas menuju pantri di lantai 1 dengan setengah berlari. Setelah itu dia kembali bergegas menuju ruang rapat di lantai 2. Dengan langkah gemetar Cintya mendekati Suwandi yang tengah duduk dengan menunjukkan wajah garangnya. Lalu ketika melihat Cintya, Suwandi menatap tajam cintya yang sedang berjalan mendekatinya.

Ayo cintya...lakukan saja tugasmu dengan baik dihadapannya setelah itu aku bisa keluar dari ruangan eksekusi ini . batin cintya.

"I i..ni kopinya tuan" ucap Cintya.

Suwandi hanya diam menatap tajam cintya yang ada di dekatnya.

Cantik....oh tidak kenapa aku bisa berpikir seperti ini batin suwandi.

Setelah itu cintya mendekati satu persatu staf lainnya untuk menyerahkan pesanan kopinya. Ketika cintya melewati Harun, Harun berbisik kepadanya,

"Sst...cintya...bukankah kau mahasiswa jurusan desain?" bisik Harun.

"Memangnya ada apa kak?" jawab cintya dengan berbisik.

"Bantu aku merubah sedikit desainku" pinta Harun

Dari kejauhan suwandi yang memperhatikan itu segera membentak mereka berdua.

"Hei kalian berdua!! kenapa kalian berbisik - bisik! Ini ruangan rapat bukan tempat untuk bergosip! Kalau kalian mau bergosip silahkan keluar dari tempat ini!!" Suwandi berkata dengan tegas.

Dengan sedikit gugup Harun segera berdiri lalu menyampaikan maksudnya.

"Maaf Pak...bukan maksud saya untuk bergosip. Saya hanya sedikit meminta bantuan kepada teman saya ini. Teman saya ini mahasiswa jurusan desain satu kampus dengan saya. Dan beberapa hasil desain saya, saya dapatkan ide dari dia" jawab Harun dengan mantab

"Kak Harun...apa yang kakak lakukan...Kakak bisa membuatku dalam masalah" bisik cintya kepada Harun.

"Maaf cintya...aku terpaksa melibatkanmu...kau tahu kami semua sedang diujung tanduk. Jadi tolonglah kami...kau bisa menggunakan beberapa desainku" jawab Harun dengan berbisik.

"Tapi kak....." bisikan Cintya kepada Harun langsung terhenti ketika suwandi mulai berbicara kepadanya.

"Kalau begitu tunjukkan kemampuanmu di hadapanku. Kalau kau berhasil, aku akan menaikkan jabatanmu. Tapi kalau kau tidak berhasil, aku akan memecatmu. Kau setuju dengan tawaranku nona Cintya?" ujar suwandi dengan gaya angkuhnya.

Sialan pria ini benar - benar sudah memanfaatkanku. batin cintya.

"Baiklah tuan tapi beri aku waktu lima belas menit untuk mempersiapkannya" jawab Cintya

"Aku tidak punya banyak waktu. Sepuluh menit dari sekarang" jawab Suwandi

Tanpa basa basi lagi Harun segera menyerahkan proposalnya kepada Cintya.

"Cintya ini....kau bisa memakai beberapa desainku untuk sedikit kau ubah" ujar Harun sambil menunjukkan beberapa gambar di laptopnya.

"Baiklah...tolong kakak bantu aku menyambungkannya ke proyektor. Kita tidak punya banyak waktu dan bisa aku pinjam ponsel kakak?" jawab Cintya yang mulai membaca proporsal itu dengan cepat.

Harun yang bingung hanya menuruti saja segala permintaan cintya. Setelah Harun menyelesaikan pekerjaannya, Cintya segera mengambil alih tempatnya. Jemari lentiknya terlihat lihai untuk mengubah salah satu desain milik Harun menjadi desain yang sesuai dengan keinginan proposal tersebut.

Suwandi yang sejak tadi melihat kinerja cintya sedikit merasa sedikit terkesan dengan kelihaian jemari tangan lentik cintya dalam memainkan benda kotak pipih itu. Cintya mengubah beberapa bagian dari desain itu. Dia juga terlihat sibuk untuk menyambungkan sesuatu dengan software di ponsel Harun dan dalam waktu delapan menit semuanya sudah selesai. Gadis itu langsung tersenyum bahagia menunjukkan lesung pipitnya di wajah imutnya yang membuat kaum adam tidak bisa memalingkan wajahnya. Bahkan Suwandi pun sempat berpikir kotor.

Wajahnya lucu sekali, rasanya aku ingin mencubit pipinya yang mulus itu. batin suwandi

Suwandi masih sibuk mencermati wajah Cintya padahal Sebastian dan staff lainnya sedang sibuk menatap cara kerja dan hasil karya Cintya yang membuat orang merasa sedikit takjub. Tapi berbeda dengan Suwandi yang malah asik tenggelam dengan pemikirannya sendiri.

Gadis ini sepertinya sudah sangat lihai dengan keahliannya. Apa ini sebabnya, seorang playboy seperti Imam berusaha mendekatinya? batin Sebastian.

"Sudah selesai...silahkan kak" ujar Cintya sambil menyodorkan ponsel Harun kembali kepada pemiliknya dan sedikit mengkode Harun supaya menjalan presentasi dengan bantuan ponselnya.

"Apa maksudmu? Bukankah ini karyamu? Kenapa bukan kau saja yang mempresentasikan?" tanya balik harun

"Tapi bukankah ini karya kak harun? Aku hanya sedikit merubahnya" cintya berkata dengan heran.

"Mungkin awalnya iya, tapi kau sudah mengubahnya sebagian besar. Aku juga kurang paham dengan karyamu ini. Jadi kau saja yang mempresentasikan." jawab harun

"Tapi Kakak....."

"Apa yang dikatakan oleh temanmu itu benar. Jelaskan tentang karyamu ini di depanku" pinta suwandi sambil tersenyum menyeringai.

Setelah menarik nafas panjang, akhirnya Cintya mulai mempresentasikan hasìl desainnya yang terkesan agak rumit namun sangat indah. Dilihat dari budgetnya juga masih bisa diatur agar lebih hemat namun tetap menonjolkan keindahan ruang yang terkesan alami seperti yang diminta oleh kliennya. Tak butuh berapa lama juga cintya menjelaskan beberapa detailnya karena rata rata semua orang disitu sangat paham tentang desain.

Diakhir presentasi Suwandi memerintahkan Lina sekretarisnya saat itu juga untuk segera mengirimkan email kepada kliennya tentang desain dari cintya serta meminta tanggapannya saat itu juga hingga membuat semua orang yang ada di ruang rapat itu harap harap cemas menunggu hasilnya.

"Hasilnya sudah keluar" perkataan Lina sukses membuat semua orang menoleh kepadanya.

"Diluar dugaan....klien kita sangat puas dan berharap proyek ini bisa berjalan secepatnya" ujar Lina sambil menunjukkan sebuah email dari laptopnya.

"Bagus...Harun...aku serahkan proyek ini padamu. Kalau kau berhasil aku akan memberikan bonus tiga kali lipat gajimu" ucap suwandi kepada Harun.

Semua bertepuk tangan atas keberhasilan cintya dan Harun.

Lalu Suwandi mengalihkan wajahnya menatap intya yang sedikit menampakkan senyum manis di wajahnya pertanda ikut bahagia karena bisa menyelamatkan sahabat yang sudah sering membantunya itu.

"Dan kau...sesuai janjiku aku akan memberikan posisi baru untukmu. Kau akan bekerja bersama Lina menjadi sekretarisku" ujar Suwandi sambil tersenyum tipis.

"Apa!! "

ucap mereka bertiga kompak secara bersamaan

Sedangkan Lina malah merasa senang karena akhirnya ada yang akan membantu meringankan pekerjaan dia.

"Kenapa? Apa ada yang tidak suka dengan keputusanku?" tanya Suwandi kepada cintya, Harun dan Sebastian.

"T...t...tuan...terima kasih atas kesempatan yang anda berikan. Tapi bukankah bakatku akan lebih terasah kalau bekerjasama dengan Harun? Dan itu...akan lebih menguntungkan perusahaan bukan?" tanya Cintya sambil menunjuk ke arah harun.

Suwandi langsung menggebrak kembali meja rapat. Entah kenapa dia merasa sangat kecewa mendengar pernyataan Cintya. Dia sangat benci yang namanya penolakan sedangkan Cintya sudah berusaha menolaknya secara halus.

"Nona Cintya Kusuma Dewi!! Katakan siapa bos di perusahaan ini!" bentak Suwandi

"A...an...da sendiri tuan" jawab Cintya sambil menundukkan kepala.

"Kalau begitu patuhi perintahku!! Hari ini juga kau bekerja sebagai sekretarisku bukan sebagai Office girl jadi ganti pakaianmu itu!" ucap Suwandi dengan tegas.

Dasar singa karatan...apa mengaum memang sudah menjadi hobimu. batin cintya.

"Cintya menghembuskan nafas kasarnya.

Tapi tuan, maaf saya tidak membawa baju kerja lainnya" Cintya berkata dengan tegas.

"Sebastian!" panggil Suwandi

"Ya tuan" jawab Sebastian.

"Urus dia...dan pastikan satu jam lagi dia harus sudah berada diposisinya" ucap Suwandi.

"Baik tuan" Sebastian menjawab sambil memberi hormat.

Setelah berkata seperti itu, Suwandi membubarkan meetingnya lalu pergi begitu saja meninggalkan ruang rapat diikuti sekretarisnya.

"Nona Cintya...Dalam lima belas menit baju bajumu akan tiba. Kau tunggulah di lobby setelah ganti baju dan istirahat makan siang temui aku di ruangan presdir" Sebastian

Setelah menjelaskan itu, Sebastian pun ikut keluar ruangan. Sedangkan Cintya bersama Harun juga keluar mengekor Sebastian agak jauh di belakang sambil berbincang santai karena sekarang waktunya istirahat.

"Selamat ya Cin...sekarang kau jadi sekretaris bos besar" goda Harun.

"Ini semua gara - gara kau, kak!" ujar cintya dengan kesal.

"Lho memangnya kenapa? Bukankah itu lebih baik daripada jadi office girl? Apalagi aku dengar bos kita juga masih single lho alias belum menikah" goda Harun.

"Hahaha...sayangnya itu bukan berita menyenangkan bagiku. Karena mas Imamku tetaplah pangeranku yang lebih bisa membuatku terpesona daripada wajah topeng berkarat bos kita itu" balas Cintya.

"Masa sih...tapi semua wanita disini mengidolakan bos kita dan asistennya itu" Harun

"Itu karena mata mereka saja yang rabun, sudah ah kak aku malas membicarakan dua bujang lapuk itu. Sekarang yang harus aku pikirkan bagaimana aku harus menjelaskan pada mas Imam. Masalahnya mas Imam juga selalu menawariku posisi yang sama kepadaku. Tapi aku malah menolaknya sedangkan disini...aku tidak bisa menolak tawaran si raja singa itu..." Cintya

"Maaf cintya...sejak awal bukankah aku sudah bilang padamu untuk bergabung saja dengan perusahaan kekasihmu itu...apalagi posisi yang ditawarkan bagus tapi kau malah memilih posisi office girl disini. Dan menurutku lebih baik kau cerita saja yang sejujurnya kepada Iman. Aku rasa itu lebih baik daripada harus membohongi dia. Dan satu hal lagi, carilah alasan yang tepat supaya Imam bisa menerima keadaanmu" Harun berusaha menasehati sahabatnya itu.

Setelah itu mereka berdua berpisah arah. sedangkan Sebastian yang baru masuk ke ruangan kerja suwandi, langsung tersenyum melihat bosnya sedang duduk termenung seperti memikirkan sesuatu.

"Apa yang anda pikirkan tuan? Apa anda memikirkan gadis itu?" tanya Sebastian sambil tersenyum simpul.

"Yah....gadis itu benar benar membuatku penasaran. Sebenarnya apa saja kelebihannya hingga membuat seorang imam begitu memujanya" ujar suwandi.

"Mungkin karena dia cantik, pintar dan masih muda. Bahkan aku sempat terkesima melihat kinerjanya tadi. Dia seperti sudah lihai menggunakan beberapa teknologi. Tapi yang membuatku heran kenapa dia lebih memilih bekerja disini bukan bekerja bersama kekasihnya" Sebastian.

"Yah....kau benar sebastian, karena itulah aku memintanya untuk menjadi sekretarisku. Selain aku bisa mengawasinya, aku juga bisa melihat sejauh mana kemampuannya dalam bekerja. Mengingat kedekatannya dengan Imam akan berbahaya kalau aku biarkan dia bekerja dibagian perencanaan. Aku takut dia bekerjasama dengan kekasihnya untuk membocorkan rahasia perusahaan serta menaikkan rating D&D Group" suwandi

"Anda benar tuan...oh ya...ini waktunya makan siang, apa anda mau saya pesankan sesuatu tuan?" Sebastian

"Kita makan siang di luar" jawab Suwandi sambil berdiri lalu membenarkan jasnya.

Lalu mereka berdua berjalan menuju lift.

kita berbeda jenis

Cintya sedang bercermin di hadapan toilet di tempat kerjanya.

"Baju apa ini, kelihatannya mahal sih, tapi sayang model roknya agak pendek. Kalau aku menendang bisa kelihatan celana dalamku. Apa ngga ada yang model celana. Aah pakai yang ini aja, Sepertinya model roknya lumayan panjang" gumam Cintya sendiri.

Akhirnya Cintya berganti baju kembali memakai baju kerja yang menurutnya nyaman. Setelah itu dia menghadapkan dirinya pada kaca.

"Hmm....lumayan....tapi aku tidak boleh menonjolkan penampilanku. Ntar mas Imamku bisa cemburu lagi sama dua bujang lapuk itu. Haaa...aku tahu....aku ikat saja rambutku jadi dua trus pakai kacamata khususku yang anti UV. Lagipula pekerjaanku pasti banyak berhubungan dengan komputer" gumam Cintya lagi.

Beberapa saat kemudian.....

"Hmm...sempurna...aku nerd, si cupu yang modis dan modern. Dengan begini tidak akan ada yang berusaha menggodaku" ucap Cintya dengan pedenya.

Setelah itu dia membereskan peralatannya dan langsung menuju tempat kerjanya yang sudah disediakan di samping Lina. Tidak lama setelah itu Sebastian datang bersama Suwandi yang menatap aneh penampilan Cintya.

"Cintya...apa itu kau?" tanya Suwandi dengan perasaan heran. Pasalnya tadi Cintya berpenampilan biasa tapi kenapa sekarang dia berpenampilan seperti seorang cupu walaupun tergolong cupu yang keren.

Cintya segera berdiri lalu membungkukkan badan sebagai tanda memberi hormat.

"Anda benar sekali tuan..." jawab Cintya sambil tersenyum manis.

"Tapi kenapa penampilanmu seperti ini? Dan kaca mata itu...bukannya tadi kau tidak pakai kacamata?" tanya Sebastian.

"Ini kacamata anti radiasi tuan. Aku tahu pekerjaanku pasti banyak berhubungan dengan benda elektronik ini. Jadi aku hanya ingin menjaga kesehatan mataku" jawab Cintya sambil menunjukkan ke arah laptopnya.

"Dan rambutmu bukankah lebih indah kalau diurai?" ujar Suwandi.

"Maaf tuan...apa anda bermasalah dengan penampilan saya tuan? Lagipula saya mengikat rambut ini supaya nantinya rambutku tidak mengganggu pekerjaanku" Cintya mencoba memberi alasan

**Si*al...dia membuatku tidak bisa berkata - kata lagi. Tapi ya sudahlah untuk apa aku memperhatikannya Bukankah sebentar lagi Laura akan datang. batin Suwandi

Apa apaan ini, hanya karena aku sekretarisnya bukan berarti aku harus tampil seperti model kan? batin cintya*.

Tanpa berkata apa apa lagi Suwandi segera masuk kembali ke dalam ruangannya disusul dengan Sebastian. Dan tidak lama kemudian Lina menyuruh Cintya untuk menyerahkan setumpuk dokumen kepada suwandi.

Ketika Cintya berada di dalam ruangan itu Suwandi memerintahkan Cintya untuk membantunya menyusun beberapa desain sedangkan Sebastian sibuk mengoreksi tumpukan dokumen itu.

Cintya tampak memberikan saran beberapa kali untuk mengkoreksi salah satu desain dari Suwandi. Bahkan dia tidak sungkan membantu Suwandi untuk mengubah sedikit desain Suwandi dari laptopnya. Terkadang ada sedikit perdebatan antara Cintya dan Suwandi tapi Suwandi suka akan hal itu karena selama ini bawahan yang dia jumpai jarang sekali membantah pendapatnya secara terang - terangan di hadapannya. Suwandi jadi merasa seperti ada seorang teman yang mendukungnya. Yah umur cintya yang baru akan menginjak 20 tahun membuat emosinya masih labil.

Sampai tiba - tiba kedatangan Laura yang langsung masuk keruangan suwandi, membuat konsentrasi keduanya langsung teralihkan. Apalagi Laura tidak sungkan langsung duduk dipangkuan suwandi.

"Sayaaaang....aku kangeen banget sama kamu" ucap Laura dengan manja.

Setelah itu Laura juga langsung mengecup bibir Suwandi membuat Cintya langsung berdiri dari kursinya dan pamit keluar ruangan.

"Tunggu...kau mana kemana Cintya...kita belum menyelesaikan desain ini" Suwandi berbicara sambil memangku Laura.

"Tuan tidak perlu khawatir, nanti aku kirim desain terbaruku. Tuan lanjutkan saja pekerjaan tuan..." ucap Cintya sambil menunduk tidak berani memandang.

Apa apaan ini...ck...mataku yang suci jadi ternoda. batin cintya.

Suwandi yang paham kondisi menyuruh Laura untuk berdiri dari pangkuannya.

"Sayang duduklah di sofa sebentar bersama Sebastian. Aku masih harus menyelesaikan desain ini" ujar Suwandi

"Ck...aku datang karena aku rindu tapi kau malah mengabaikanku" Laura menunjukkan wajah kesalnya.

"Aku juga sangat merindukanmu tapi beri aku waktu sepuluh menit...ok..." ucap Suwandi.

Tanpa menjawab tapi masih tetap dengan wajah masam Laura berdiri kembali lalu berjalan menuju sofa.

Sesaat suwandi melanjutkan pekerjaannya bersama Cintya. Tapi karena suasana hati Cintya yang gugup membuatnya hanya diam mengiyakan saja segala penjelasan Suwandi. Seakan mengerti kecanggungan Cintya membuat Suwandi memilih melanjutkan pekerjaannya nanti. Sedangkan Cintya segera pamit keluar menuju mejanya sendiri.

Dari balik pintu Cintya melangkah lalu duduk di mejanya sendiri dengan wajah masamnya. Lina yang memperhatikan cintya seperti itu menjadi heran.

"Hei...ada apa denganmu? Apa tuan suwandi memarahimu lagi?" tanya Lina.

"Tidak .. " Cintya berkata dengan menatap kosong ke depan.

"Lalu kenapa mukamu masam?" tanya Lina kembali.

"Itu karena mataku sudah ternoda" rengek cintya

"Ternoda? Tapi aku lihat mata kamu baik baik saja..." Lina.

"Tidak...aku gadis yang belum cukup umur untuk melihat hal seperti itu..." ucap Cintya dengan wajah seakan menangis.

Lina yang akan bertanya lagi mengurungkan niatnya ketika Sebastian juga keluar dari ruangan Suwandi dan hendak menuju ruangannya sendiri. Tapi melihat Cintya yang sedang bertingkah hendak menangis seperti anak kecil membuatnya mendekati dua wanita itu yang tengah duduk di mejanya.

"Ada ada denganmu?" tanya Sebastian dengan tatapan aneh.

"Cih...masih tanya lagi ada apa denganku, memangnya kau tidak lihat kejadian tadi di dalam atau kau malah belum puas melihatnya! Mataku yang suci jadi ternoda" ucap Cintya dengan ketus.

"Ck...kau ini seperti anak kecil saja" Sebastian.

"Aku memang masih kecil! Umurku saja belum genap 20 tahun" balas cintya.

"Astaga...jadi kau benar benar masih kecil kalau begitu mulai sekarang biasakanlah. Kalau perlu kau latihan dulu dengan pacarmu" ujar Sebastian dengan enteng.

Dasar orang kaya tidak punya moral, Apa kau terlalu merana sampai tidak sadar dengan dirimu yang sudah karatan itu...Dasar tidak punya malu. batin cintya

"Enak saja...memangnya aku seperti kalian yang tidak punya malu" gumam Cintya tapi sebastian masih bisa mendengarnya.

"Jadi kau tidak pernah melakukan hal itu dengan pacarmu? Kau pacaran atau menanam kacang?" ledek sebastian.

"Maaf ya Tuan aku tidak sejenis dengan kalian yang menganggap orang lain makhluk tak kasat mata" balas cintya.

"Apa maksudmu tuan?" tanya Cintya tapi sebelum Sebastian menjawab Cintya segera berkata, "Kecuali kalau tuan seperti satu makhluk dengan yang disana itu" ledek cintya sambil menunjukkan dengan wajah ke arah seorang pemuda berbadan tegap tapi sedikit genit layaknya LGBT.

Sedangkan pemuda yang ditatap oleh sebastian itu malah mengerlingkan sebelah matanya ketika mendapati Sebastian sedang melihatnya dari kejauhan membuat Sebastian jadi sedikit begidik melihatnya.

Lina yang sejak tadi melihat pertengkaran mereka berdua, berusaha sekuat tenaga menahan rasa tertawanya.

"Cintya kau!" ucap Sebastian dengan geram

"Apa?" tantang Cintya.

Sebastian yang geram akhirnya membalikkan badan hendak menuju ruangannya. Sedangkan cintya malah mengomel - ngomel sendiri.

"Begitulah kalau masa kecil kurang bahagia, akhirnya sampai dewasa pun tidak menyadari kalau dirinya itu sudah karatan alias sudah lapuk" gumam Cintya.

Lina yang sudah tidak tahan ingin tertawa kencang sambil beberapa kali memukul mukul meja.

"Hahahaha!!" Lina akhirnya tertawa lepas.

"Lina apa yang kau lakukan" ujar Cintya dengan cemas.

"Lina kecilkan suaramu, tuan suwandi bisa mendengarnya" tambah sebastian.

"Apa yang kalian tertawakan!!" bentak Suwandi yang tiba tiba sudah berada di depan pintu ruangannnya.

flashback on

Suwandi dan Laura kala itu sedang bercumbu. mereka berciuman sambil ******* bibir satu sama lain. Tangan suwandi pun juga tidak tinggal diam. Tangannya berkali kali mengusap usap punggung Laura dan ketika akan beralih meremas payudara Laura, kegiatan mereka berdua berhenti sewaktu mendengar tawa Lina dari luar. Suwandi pun memutuskan untuk melihatnya.

flashback off

OMG... Mati aku....batin cintya

"Aku bertanya kepada kalian!!" bentak Suwandi lagi.

"I..i..tu tuan...ada makhluk jenis lain" jawab cintya dengan spontan karena ketakutan.

"Makhluk jenis lain? apa maksudmu?" tanya suwandi yang bingung.

Terlihat lina kembali berusaha menahan tawa.

"Maksudnya...makhluk tak kasat mata seperti itu tuan" jawab Sebastian sambil menunjukkan arah pandangan ke pria gemulai itu.

Suwandi yang paling malas berurusan dengan pria gemulai itu lantas segera berkata, "Aku tidak menggaji kalian untuk bermalas malasan! Kalau kalian melakukan hal itu lagi, aku potong gaji kalian semua yang ada disini!" bentak suwandi

setelah itu dia kembali masuk ke dalam ruangannya Sedangkan lina kembali tertawa tapi tanpa suara sambil membungkam mulutnya dengan kedua tangannya sendiri.Dan Sebastian lebih memilih pergi ke ruangannya.

"Senang sekali dirimu, padahal kita begini karena dirimu" ujar cintya dengan sedikit sewot.

"Maaf....maaf....aku janji aku tidak akan mengulanginya lagi.okey? " ucap lina sambil masih menunjukkan senyum di bibirnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!