Kinan yang baru selesai jualan gorengan keliling kampung segera pulang ke rumahnya karena sudah terlalu lama meninggalkan sang putra yaitu Raka yang berusia empat tahun di rumah sendiri. Dia sedang tidak enak badan. Beberapa hari ini dia sering mengeluh sakit perut. Kinan pikir karena dia sering telat makan. Mungkin asam lambungnya naik. Jadi Kinan hanya memberinya kunyit parut yang diperas airnya lalu meminumkannya.
Air kunyit dipercaya bagus untuk mengobati sakit mag. Maklum lah Keadaan ekonomi keluarga Kinan sedang tidak baik. Bisa dibilang sedang terpuruk setelah dua tahun suaminya kena PHK karena perusahaan tempat dia bekerja mengalami kebangkrutan.
Uang pesangon yang tidak seberapa pun habis perlahan untuk kebutuhan sehari- hari dan juga untuk membayar cicilan rumah. Cicilan rumah yang masih sepuluh tahun lagi baru lunas, sementara Rangga sang suami belum juga mendapat pekerjaan tetap. Dia selama ini dia hanya kerja serabutan saja dan itu pun tidak setiap hari dia mendapat pekerjaan.
Seminggu hanya dua atau tiga hari saja dia kerja dengan upah harian yang tidak mencukupi kebutuhan hidupnya. Hingga Kinan pun berusaha untuk membantu sang suami dengan berjualan gorengan dan nasi uduk keliling komplek perumahan.
Setahun berlalu Kinan dan Rangga pun sudah tidak mampu membayar cicilan rumah, sehingga terpaksa dia oper kredit rumah tersebut pada temannya yang kebetulan sedang mencari rumah.
Uang sisa dari oper kredit rumah, Rangga pakai untuk modal usaha membuka rumah makan bersama teman sekantornya dulu tapi baru enam bulan berjalan rumah makan tersebut harus gulung tikar karena temannya berkhianat menggelapkan uang hasil penjualan untuk dia pakai sendiri. Sehingga lambat laun uang habis, modal pun habis. Bahkan untuk bayar gaji karyawan pun tidak ada terpaksa harus hutang bank.
Di rumah kontrakan ini lah sekarang Kinan dan Rangga beserta Raka tinggal. Sampai di depan rumah Kinan terkejut melihat beberapa orang di sana sedang marah- marah. Ternyata dia adalah sang pemilik rumah yang sedang menagih uang sewa rumah yang sudah tiga bulan belum dibayar.
"Maaf bu, saya belum ada uang, tolong beri saya waktu untuk mencari uang dulu.." ucap Rangga yang ternyata sudah ada di rumah.
"Selalu saja kamu bilang seperti itu, saya sampai bosan mendengarnya..! Kamu pikir saya nggak butuh uang hah..? Kamu sudah tiga bulan lho nunggak nggak bayar sewa rumah. Seharusnya kamu saya usir dari rumah saya. Lebih baik saya sewakan rumahku pada orang lain...!'' jawab Bu Lulu si pemilik rumah sewa.
"Maaf bu, maaf, tolong beri waktu tiga hari, saya janji akan membayarnya..." ucap Rangga.
"Mas... " ucap Kinan setelah sampai di depan rumah.
"Hei Kinan...! bilang tuh sama suami kamu supaya kerja, cari uang buat bayar sewa rumah....! Jangan jadi pengangguran terus...!" ucap Bu Lulu dengan muka tak bersahabat.
"Suami saya kerja kok bu, tapi tidak setiap hari, dia belum mendapatkan pekerjaan tetap, mungkin belum ada rejeki mendapat pekerjaan..." sahut Kinan.
"Itu bukan urusanku, yang jelas tiga hari lagi saya datang ke sini harus ada duit. Kalau tidak, kalian harus meninggalkan rumah saya, saya akan sewakan rumah ini pada orang lain yang bayarnya benar tidak seperti kalian...! " ucap bu Lulu.
"Oya , kamu tadi baru pulang jualan kan..? Berikan uangnya padaku...!" seru bu Lulu sambil mengulurkan tangan kanannya pada Kinan.
"Jangan bu, uang ini akan Kinan belikan beras untuk makan hari ini dan untuk modal jualan besok..." sahut Kinan sambil memegangi dompetnya.
"Saya nggak perduli...! Berikan uangnya padaku..!" bentak bu Lulu merebut dompet dari tangan Kinan lalu mengambil seluruh uang hasil jualannya kemudian melempar dompet yang sudah kosong ke muka Kinan.
"Bu, bu Lulu saya mohon bu, jangan ambil uang itu, saya tidak punya uang lagi, nanti kami mau makan apa..? Trus besok bagaimana saya bisa jualan kalau tidak punya modal...?" Kinan menangis memohon pada bu Lulu.
"Itu bukan urusanku...!" jawab bu Lulu lalu pergi meninggalkan teras rumah Kinan.
Kinan terus saja menangis. Rangga tak tega melihat sang istri. Dia pun lalu memeluknya.
"Sabar ya dek..." ucap Rangga sambil mengelus punggung Kinan. Lalu Rangga mengajak Kinan masuk ke dalam rumah karena mereka sudah menjadi tontonan tetangganya.
"Mas, kenapa mas Rangga sudah ada di rumah..? Bukankah mas Rangga tadi pagi pamit mau kerja...?" tanya Kinan.
"Maaf dek, mas nggak jadi kerja. Pekerjaannya sudah dimasuki sama orang lain. Nanti sore mas baru ke sana lagi..."
Iya, Rangga memang bekerja di gudang penyortiran paket. Kerjanya pun tidak setiap hari. Kalau sedang ada saja dia akan mendapat panggilan kerja. Itu pun harus berebut dengan orang lain. Kalau dia tidak segera mendaftar maka akan keduluan orang lain. Belum lagi pihak vendornya tidak jelas, kadang sudah mendaftar giliran datang ke tempat kerja, sudah dimasuki oleh orang lain.
Seperti hari ini Rangga sudah mendaftar dan pagi- pagi disuruh berangkat ke tempat kerja, tetapi sampai di sana sudah ada yang menempati pekerjaannya sehingga dia harus pulang lagi ke rumahnya.
"Mas, cobalah mencari kerjaan yang lain, jangan di tempat itu. Itu tempatnya nggak bener. Mas sudah berkali- kali dikerjai sama pihak Vendor...." ucap Kinan.
"Mas juga maunya begitu dek, tapi mau bagaimana lagi, mas belum dapat kerjaan di tempat lain..."
"Makanya usaha lebih keras lagi dong mas...! Kamu lihat sendiri tadi, hasil jualanku hari ini diambil semua oleh bu Lulu. Lalu kita mau makan apa mas...?" Kinan mulai emosi.
"Belum lagi tiga hari lagi kita sudah harus pegang uang tiga juta untuk bayar kontrakan, uang dari mana mas..?"
"Mas juga nggak tahu dek, jangan bikin mas tambah pusing. Ini semua salah kamu juga, mas sudah memberikan uang sisa hasil pesangon tapi kau tidak menggunakannya dengan baik..."
"Apa mas..? Kau menyalahkan ku..? Kau memberikan uang lima ratus ribu padaku dan aku sudah gunakan uang itu untuk modal jualan. Lalu kau menyalahkanku tidak menggunakan uang dengan baik..?'' Kinan kesal.
"Apa kamu tidak tahu uang hasil jualan aku gunakan untuk makan sehari- hari...?" tanya Kinan.
"Lalu mana hasil kerja kamu mas...? Untuk bayar sewa rumah saja tidak cukup...! kita sudah tiga bulan nggak bayar sewa rumah mas..! Sana kamu cari uang sekarang..!" seru Kinan.
"Dan satu lagi, apa kau lupa mas kalau kau yang tidak bisa menggunakan uang dengan baik, mana usaha rumah makan yang kamu gadang- gadangkan bersama teman kamu itu..? Nggak ada hasilnya sama sekali. Kamu malah terjerat hutang di bank untuk gaji karyawan...!"
"Itu bukan salahnya mas , Kinan..! Itu karena teman mas saja yang tidak bisa menjaga amanah. Dia korupsi hasil penjualan, hingga akhirnya restauran pun bangkrut...!" sahut Rangga tidak terima disalahkan.
"Makanya, jangan terlalu percaya sama teman. Teman itu tidak ada yang tulus, mereka baik sama kita karena ada maunya saja. Setelah mereka mendapatkan apa yang mereka mau, mereka akan melupakan kita..."
"Sekarang lihat, kita sedang keadaan terpuruk seperti ini, tak ada satu temanpun yang perduli sama kita kan..? Mana mereka yang dulu sering mas bantu..? Mana mereka yang dulu sering pinjam uang ke mas ? Nggak ada satu pun yang perduli sama kita..!'' Kinan kembali menangis.
"Sabar dek sabar..." ucap Rangga memeluk sang istri.
Iya dulu waktu kehidupan ekonomi mereka masih baik- baik saja Rangga memang sering meminjamkan uang pada teman- temannya yang membutuhkan. Rangga orangnya tidak tegaan kalau melihat teman meminjam uang dengan muka sedih.
Padahal dari beberapa teman yang meminjam tak sedikit yang membohonginya. Mereka bilang akan dikembalikan minggu depan tapi hingga tahun depan tidak ada kabar, ditagih pun jawabannya besok- besok terus. Kalau seperti itu terus Rangga pun menjadi malu. Masa mau meminta haknya sudah seperti pengemis saja.
Akhirnya mau tidak mau, rela tidak rela Rangga pun hanya bisa mengikhlaskan saja uangnya yang tidak kembali. Anggap saja itu tabungan dia di akhirat.
"Ibuu..ayah...hua...huaa..." suara Raka menangis dari dalam kamar.
"Raka..." Kinan dan Rangga lari menuju kamar.
"Kenapa sayang...?" tanya Kinan memeluk Raka.
"Perut Raka sakit bu..hua..hua..."
"Dek, biar mas beli obat di warung saja ya, kasihan Raka dari kemarin sakit perut terus..." ucap Rangga.
"Tapi uangnya nggak ada mas...?"
"Nanti mas coba hutang di warung bu Narti..." sahut Rangga sambil keluar kamar menuju warung.
Kinan pun segera merebus air lalu memasukkannya ke dalam botol bekas sirup. Lalu dia membungkus botol tersebut dengan kain kemudian dia menempelkannya ke perut Raka berharap bisa mengurangi rasa sakitnya.
Tak berapa lama Rangga pun pulang dari warung dengan keadaan lesu.
"Mana obatnya mas..?" tanya Kinan.
"Maaf dek, mas nggak bawa obatnya, bu Narti tidak mau memberi hutang karena kamu masih punya hutang di warungnya..." sahut Rangga sedih.
"Iya mas, Kinan memang masih punya hutang di warung bu Narti tiga ratus ribu. Sama bu Warni enam ratus ribu. Kinan belum bisa mengembalikan uang mereka.." jawab Kinan.
" Banyak banget sih utang kamu dek, hutang buat apa aja sampai banyak begitu..!" Rangga kesal.
"Mas, kamu ini lupa atau hilang ingatan sih..? Kinan kan pinjam uang untuk nambahi uang sewa rumah yang selalu kurang. Kamu yang setiap bulan tidak mampu mengumpulkan uang untuk bayar sewa rumah, selalu saja Kinan yang harus mencari kekurangannya...!''
"Iya..iya..maaf ini salah mas...! Mas yang nggak becus buat nyari uang..! Mas memang suami yang payah..!" Rangga kesal pada diri sendiri.
"Ayah..ibu.. Sakit...hua..hua..." Raka kembali menangis.
"Sabar ya sayang..." Kinan mengusap- usap perut Raka.
"Mas, tolong jagain Raka, Kinan mau membuat air kunyit dulu..."
"Iya dek..."
🌸🌺 Jangan lupa kasih, like, vote, koment ,... Terima kasih 🥰🥰
Bersambung...
Keesokan harinya pagi- pagi Kinan memberanikan diri pergi ke warung bu Narti untuk hutang beras. Dari kemarin siang dia dan keluarganya tidak makan nasi karena uang belanja dan modal jualan diambil semua oleh bu Lulu. Untung saja di belakang rumah Kinan menanam singkong yang sudah siap panen.
Kinan pun hanya memetik singkong tersebut dan mengukusnya untuk mengganjal perutnya yang tidak terisi nasi.
"Assalamualaikum.." ucap Kinan.
"Waalaikumsalam.." jawab Bu Narti.
"Bu, maaf saya boleh hutang beras satu liter saja bu, dari kemarin saya dan anak saya belum makan nasi...."
"Enak saja, hutang kamu saja tiga ratus udah dua bulan belum dibayar, masa sekarang mau ngutang lagi. Nggak bisa, nanti dagangan saya habis nggak dapat untung karena dihutangi kamu terus..." jawab Bu Narti.
"Bayar dulu hutangnya yang kemarin baru nanti saya hutangi lagi..."
"Maaf bu, saya nggak ada uang, uang hasil jualan saya kemarin diambil oleh bu Lulu semua karena saya belum bayar uang sewa rumah selama tiga bulan...."
"Sukurin... Makanya kalau nggak punya uang nggak usah sok- sokkan sewa rumah. Untung kamu nggak diusir dari rumahnya bu Lulu. Kalau diusir, kalian mau tinggal di mana coba..? Di kolong jembatan...?" tanya Bu Narti.
"Sudahlah Kinan, sana pulang saja, kamu mau mohon- mohon pun saya nggak akan kasih hutang lagi. Saya sudah tidak percaya sama kamu... Kamu ini kebanyakan nggedabrus...." sambung Bu Narti.
"Bu, saya mohon. Kalau nggak boleh satu liter setengah liter juga nggak papa bu, asal anak saya bisa makan nasi. Kasihan dia sedang sakit..." Kinan sambil menangis.
"Kalau saya bilang nggak bisa ya nggak bisa..! Maksa banget sih...! Sudah sana pergi..! Pagi- pagi sudah mau hutang , saya aja belum dapat penglaris..!" bentak bu Narti.
Akhirnya Kinan pun pulang dengan tangan kosong dan perasaan sedih karena tidak bisa membawa beras untuk masak pagi ini. Di tengah perjalanan pulang Kinan bertemu dengan mak Surti janda anak dua yang bekerja sebagai art di apartement.
"Kinan kamu dari mana...?" tanya mak Surti wanita berusia lima puluh tahun itu.
"Dari warung mak, mak Surti mau berangkat kerja ya...?"
"Iya, mana belanjaannya...?" tanya mak surti.
"Nggak ada mak, tadi saya mau ngutang tapi karena hutang yang dulu belum dibayar makanya nggak dikasih..." jawab Kinan.
"Oya mak, Mak Surti kan kerja di apartement, kira- kira ada lowongan buat saya nggak ya mak, tolong dong tanyain ke tetangga majikan mak Surti ada yang lagi butuh art apa nggak, kalau ada Kinan mau dong mak..." ucap Kinan.
"Aduh, kalau soal itu sih mak nggak tahu, tapi nanti mak coba tanyain ke satpam deh, biasanya kalau ada penghuni apartement butuh art suka nyuruh satpam buat nyariin..." jawab mak Surti.
"Beneran ya mak, nanti tanyain, Kinan lagi butuh banget pekerjaan nih..."
"Iya, nanti kalau ada mak kabarin kamu ya..."
Iya mak terima kasih..." jawab Kinan.
Kinan lalu melanjutkan perjalanan pulang ke rumahnya. Sampai halaman rumah Kinan melihat suaminya baru pulang kerja. Iya, kemarin sore Rangga kembali dapat panggilan kerja dari tempat sortir paket. Semalaman Rangga pun kerja hingga pulang pagi.
"Mas, udah pulang..?" tanya Kinan sambil mencium punggung tangan sang suami.
"Iya dek, kamu dari mana..?"
"Dari warung mau ngutang beras tapi nggak dikasih..." jawab Kinan sedih.
Rangga pun mengusap kepala Kinan, dia merasa kasihan pada sang istri yang sudah dua tahun harus menderita karena dirinya yang tidak mampu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.
"Ayo kita masuk dek, mas punya sesuatu buat kamu..."
" Sesuatu apa mas..?"
"Ayo masuk dulu..." Kinan dan Rangga pun masuk ke dalam rumah.
Rangga lalu duduk di kursi ruang tamu. Kemudian Kinan mengambilkan minum untuk sang suami.
"Minum dulu mas, kamu kelihatan lelah sekali, pasti semalaman nggak tidur ya matanya sampai merah gini..." ucap Kinan merasa kasihan pada sang suami.
"Tidur kok dek pas istrirahat, lumayan tiga puluh menit. Oya dek alhamdulillah hari ini mas gajian. Tadi pulang dari kerja mas langsung ambil uang di ATM..'' ucap Rangga sambil mengambil uang di dompetnya.
"Ini ada tujuh ratus lima puluh ribu, bulan kemarin mas kerja empat kali..." sambung Rangga.
"Alhamdulillah mas..." Kinan bersyukur dan terharu melihat sang suami pulang kerja membawa uang di saat dia sendiri sedang tidak memegang uang sepeserpun.
"Iya dek, sudah sana ke warung beli beras. Sekalian cicil bayar hutang ke bu Narti biar nggak marah- marah terus..." ujar Rangga.
"Iya mas, aku ke warung dulu ya..." sahut Kinan. Tapi sebelumnya dia masuk ke kamar untuk menaruh sedikit uang untuk simpanan.
"Dek, Raka gimana keadaannya udah nggak sakit perut lagi kan..?" tanya Rangga.
"Nggak mas, udah baikan itu anaknya lagi nonton tv. Rangga lalu menghampiri Raka di depan tivi. Kemudian Kinan pergi ke warung.
"Dek tunggu..."
"Apa mas..?" Kinan yang sudah berada di teras rumah pun menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya.
"Mas mau tidur, nanti jam sepuluh bangunkan mas ya, tadi mas ketemu Wandi, dia ajak mas kerja sama dia..."
"Wandi siapa..?"
"Itu lho suaminya Ririn yang rumahnya di rt sebelah...."
"Oh iya deh mas, nanti Kinan bangunin mas...''
"Tapi mas kerjanya jauh dek, di Bandung..."
"Memangnya mas kerja apa..?"
"Pasang panggung buat konser artis dek, kata Wandi, gajinya lumayan. Nanti jam sebelas mas sudah harus nemuin wandi di rumahnya, makanya kamu jangan lupa bangunin mas jam sepuluh biar mas bisa siap- siap. Lumayan masih ada waktu dua jam buat tidur..."
"Iya mas, ya udah Kinan ke warung ya..."
Sampai di warung Kinan disambut tidak ramah oleh bu Narti.
"Mau ngapain lagi kamu ke sini Kinan..? Kan tadi saya sudah ngomong sama kamu kalau saya nggak mau ngutangi kamu lagi sebelum utang kamu dibayar.." ucap bu Narti.
"Saya nggak mau utang kok bu, saya mau beli beras dua liter, telor setengah kilo sama ini, ini juga dan ini..." ucap Kinan sambil memilih belanjaan yang dia butuhkan.
"Eh Kinan, kamu mau bayar pakai apa semua belanjaan ini..?" tanya bu Narti.
"Saya punya uang kok bu, tadi suami saya baru gajian..." jawab Kinan sambil memperlihatkan dompetnya.
"Kalau kamu punya uang bayar dong hutangnya...!"
"Iya, ini buat nyicil bayar hutang ya bu, dua ratus ribu dulu sisanya nanti kalau suami saya gajian lagi, nanti sore dia mau berangkat kerja lagi sama temannya..."
"Gimana sih..? Kok cuma dua ratus ribu..?"
"Maaf bu , ini sisanya buat pegangan saya, takutnya kayak kemarin saya nggak ada uang sama sekali..."
"Ya sudah, nih belanjaannya semua jadi delapan puluh ribu..."
Kinan lalu membayar dengan uang seratus ribu dan bu Narti pun mengembalikan dua puluh ribu.
"Inget ya Kinan, utang kamu masih masih ada seratus ribu. Nanti kalau suami kamu gajihan lagi langsung dilunasi ya..."
"Iya bu... "
"Eh bu, Narti , Kinan abis bayar hutang ya..?" tanya bu Warni yang tiba- tiba nongol.
"Iya nih , tapi cuma dua ratus ribu masih ada sisa seratus lagi..." jawab Bu Narti.
"Lho kok hutang di saya nggak dibayar, sini bayar hutangnya, hutang kamu enam ratus ribu.." ucap Bu Warni.
"Iya bu, ini dua ratus ribu dulu ya sisanya nanti.." jawab Kinan sambil mengambil uang di dalam dompet..
"Ini bu..." Kinan mengulurkan tangannya memberikan dua lembar uang seratus ribu.
"Udah semuanya aja sini..'' sahut bu Warni mengambil semua uang yang ada di dompet Kinan.
"Jangan semua bu, ini buat pegangan Kinan..." sahut Kinan.
"Halah.. Pake pegangan segala. Nih kamu pegangan dua puluh ribu aja ya. Berarti utang kamu tinggal tiga ratus ribu..." ucap Bu Warti mengembalikan uang dua puluh ribu yang dari kembalian bu Narti.
"Ya Alloh bu Warni..." Kinan menangis.
"Udah nggak usah nangis, nggak usah merasa teraniaya, saya cuma ambil hak saya kok, memangnya salah. Lagian kamu juga sudah belanja itu kan..." ucap bu Warni sambil menunjuk kantong belanjaan Kinan.
Kinan pun pergi dari warung dengan perasaan sedih dan sakit hati atas perlakuan bu Warni. Dia segera pulang ke rumah untuk masak nasi dan dadar telor dan masak sayur bening bayam dan jagung. Dia juga memberikan jajanan buat Raka yang dia beli di warung bu Narti.
Pukul setengah sepuluh masakan pun sudah siap tersedia. Kinan segera menyuapi Raka karena kasihan dari kemarin hanya makan singkong rebus saja.Raka pun makan dengan lahap.
Tepat pukul sepuluh Kinan membangunkan Rangga. Rangga pun lalu mandi kemudian makan sebelum dia berangkat ke rumah Wandi.
"Dek, mas berangkat ya, kamu baik- baik di rumah, jagain Raka, nanti kalau Raka sakit perut lagi bawa ke puskesmas saja biar ketahuan penyakitnya apa. Uangnya masih ada kan..?" ucap Rangga.
"Masih mas, tapi tinggal seratus lima puluh ribu. Sisanya tadi diambil semua oleh bu Narti dan bu Warni untungnya tadi Kinan nyisain uang di rumah kalau nggak mungkin Kinan udah nggak pegang uang lagi karena semua diambil sama mereka. ..." jawab Kinan sedih.
"Ya sudah nggak papa, yang penting masih ada pegangan..." Rangga mengusap kepala sang istri. Rasanya kali ini dia begitu berat meninggalkan sang istri dan anak di rumah.
Kinan lalu mengambil sisa uang di kamar.
"Mas, ini uang buat pegangan mas di Bandung, untuk beli makan.." ucap Kinan memberikan satu lembar uang lima puluh ribu.
"Nggak usah dek, kamu pegang saja. Kata Wandi di tempat kerja mas dapat makan kok...."
"Tapi mas..."
"Nggak papa dek, kamu pegang saja, takutnya nanti Raka minta jajan..."
"Iya mas, hati - hati ya... oya mas pulangnya kapan..?"
"Besok sore kata Wandi sudah pulang kok dek. Kan nanti malam mas langsung kerja pasang panggung, kira - kira selesai sampai besok siang. Sorenya balik ke sini deh..." jawab Rangga.
"Ya udah hati- hati ya mas..." ucap Kinan lalu memeluk sang suami. Entah kenapa Kinan merasa berat melepas kepergian Rangga kali ini.
Rangga pun tersenyum melihat tingkah sang istri yang tumben sekali terlihat manja.
"Kenapa dek...?"
"Nggak, ade ingin mas cepat pulang..." Kinan menangis.
"Eh, kenapa nangis..? Mas cuma pergi sebentar kok nggak lama...." Rangga mengusap kepala sang istri.
"Tapi mas bakalan pulang ke rumah ini lagi kan..?" Kinan sambil mendongakkan kepalanya menatap sang suami.
"Tentu saja dek, kalau mas nggak kembali ke sini memangnya mas mau ke mana..?" sahut Rangga lalu mengecup bibir Kinan. Kinan pun tersenyum.
"Mas, tapi lusa kita harus bayar sewa rumah lho,..."
"Iya, nanti mas usahakan ya..."
Rangga pun lalu berpamitan pergi ke rumah Wandi dengan jalan kaki. Karena dari rumah wandi mereka akan naik mobil menuju Bandung. Kinan melihat kepergian sang suami dengan hati tidak tenang. Begitu juga dengan Raka yang tumben sekali nangis melihat sang ayah pergi, biasanya juga tidak.
Kinan hanya bisa berdoa dalam hati supaya sang suami selalu dilindungi dan pulang membawa rejeki.
Bersambung...
🌸🌺 Jangan lupa kasih dukungannya 🌺🌸
Pukul satu siang Kinan menemani Raka main di teras rumah. Tiba- tiba datanglah mak Surti yang baru pulang dari tempat kerja.
"Assalamualaikum..''
"Waalaikumsalam .. Eh mak Surti, sini mak duduk..'' sahut kinan mempersilahkan mak Surti duduk di teras rumahnya.
"Kinan, tadi mak sudah nanya ke satpam katanya ada lowongan kerja. Kinan jadi mau kerja..?" tanya mak Surti.
"Iya mak, jadi, beneran ada lowongan kerja mak..?"
"Iya..Kalau Kinan beneran mau kerja besok ke sana aja bareng sama mak. Jam setengah delapan nanti mak samper ya , soalnya jam delapan sudah harus sampai sana..." ucap Mak Sarti.
"Iya mak, besok Kinan berangkat bareng mak, terima kasih ya mak , mak Surti sudah mau carikan Kinan kerja..."
"Iya Kinan.. Tapi kalau kamu kerja anakmu sama siapa..? Bukannya suamimu juga kerja..?"
"Nggak papa mak, dia sudah biasa di rumah sendiri kalau Kinan jualan..."
"Oh ya sudah kalau begitu saya pamit ya, jangan lupa besok setengah delapan sudah siap ya..."
"Iya mak, sekali lagi makasih..."
Keesokan paginya Kinan dan mak Surti berangkat ke apartement dengan berjalan kaki. Sekitar lima belas menit berjalan akhirnya mereka pun sampi di apartement.
Mereka berdua menaiki lift.
"Oya Kinan , mak lupa ini kartu nama calon majikan kamu..." ucap mak Surti memberikan kartu nama. Kinan pun menerimanya.
"Tuan Andrew, lantai 12 nomor 56..." ucap Kinan.
"Iya, kalau mak di lantai sepuluh...''
Di lantai sepuluh mak Sarti keluar dari lift sedangkan Kinan lanjut ke lantai dua belas. Kinan keluar dari lift begitu pintu lift terbuka. Lalu dia berjalan ke arah kiri dan mencari pintu bernomor 56.
"Nah ini dia..." Kinan lalu menekan bel.
Tak berselang lama, pintu pun terbuka menampilkan pria tampan bertubuh tinggi besar berkulit putih serta bulu - bulu halus tumbuh di dada, tangan dan kakinya. Kinan bisa melihat semua dengan jelas karena pria itu bertelanjang dada hanya menggunakan celana pendek ketat sepaha hingga memperlihatkan miliknya yang menonjol di balik celananya.
Hal itu membuat Kinan merasa risih dan canggung. Pria itu menatap Kinan dengan tatapan dingin.
"Kamu siapa..?" tanya pria yang bernama Andrew.
"Maaf apa benar ini apartemen milik tuan Andrew...?" tanya Kinan.Pria itu pun mengangguk.
"Kenalkan saya Kinan, saya mendengar kalau tuan Andrew sedang membutuhkan seorang art, saya ingin melamar untuk bekerja di sini tuan..." ucap Kinan.
"Masuklah.." ucap pria itu membalikkan badan dan berjalan masuk ke dalam apartementnya. Kinan pun mengikutinya di belakang.
Andrew duduk di sofa dan menyenderkan tubuhnya di sandaran sofa menghadap ke arah Kinan yang berdiri di depannya. di antara keduanya hanya terhalang meja kecil. Lagi- lagi Kinan dibuat risih karena walaupun tidak sengaja memperhatikan benda milik Andrew yang menonjol di balik celananya , tapi benda itu terpampang nyata dihadapannya seolah sedang mengintimidasi Kinan.
Kinan berusaha untuk tidak melihat ke arah benda itu walapun begitu tetap saja benda itu terlihat lewat ujung matanya.
"Jadi kau ingin bekerja di sini...?"
"Iya tuan.."
"Boleh lihat Ktp mu..?"
"Iya tuan silahkan ..'' Kinan menyerahkan ktp nya pada Andrew.
Andrew memperhatikan ktp Kinan dengan seksama.
"Jadi kau sudah mempunyai suami..?"
"Iya tuan..."
"Anak berapa..?"
"Anak saya satu tuan usia empat tahun..."
"Baiklah, saya menerimamu kerja di sini. Pekerjaan kamu mencuci baju, nyapu ,ngepel dan bersih- bersih. Kau tidak perlu memasak karena saya makan di luar. Kau datang ke sini seminggu tiga kali saja..." ucap Andrew.
"Jika pekerjaanmu sudah selesai kau bisa langsung pulang. Tapi ingat kau harus kerja dengan baik dan sungguh- sungguh. Semua harus bersih dan rapi .Jika tidak kau harus mengulangi pekerjaanmu sampai benar- benar bersih dan rapi. Apa kau paham..?"
"Paham tuan.."
"Baiklah mari saya tunjukan..." Andrew masuk ke dalam kamarnya sementar Kinaan merasa canggung dan hanya berdiam diri di pintu..."
"Ngapain kamu di situ...? Saya sudah mengajakku masuk ke kamarku kan..?" tanya Andrew.
"I..iya tuan..." Syahida lalu masuk ke dalam kamar Andrew.
"Ini kotak untuk baju kotor, kau nanti mencucinya dengan Tangan, jangan menggunakaan mesin cuci nanti baju mahalku rusak. Kau hanya boleh menggunakan mesin pengering saja.Tempat cucinya ada di sana...'' Andrew keluar dari
Andrew memberitahu semuanya pada Kinan.
"Kau sudah mengerti..?"
"Sudah tuan..''
"Baguslah kalau begitu, kau boleh mulai bekerja..."
"Baik tuan..."
Andrew pun lalu masuk ke kamar dan bersiap- siap untuk berangkat ke kantor. Tak berapa lama Andrew keluar dari kamarnya sudah rapi menggunakan jas dan menenteng tas kerjanya.
Kinan yang sedang beres - beres kaget melihat ketampanan Andrew yang begitu mempesona. Kinan dengan cepat menundukkan kepalanya.
"Saya mau berangkat kerja..."
"Baik tuan..." Kinan mengangguk.
"Ini ktpmu.." ucap Andrew.
Kinan pun menerima ktp dari tangan sang majikan.
Pukul dua belas Kinan pulang ke rumah. Di jalan tak sengaja melihat bu Lulu.
"Hei Kinan..jangan lupa besok kamu harus menyediakan uang untuk bayar sewa rumah. Kalau kau bohong lagi kau harus siap- siap pergi dari rumah kontrakan saya..."
"Ba..baik bu Lulu.." jawab Kinan.
Kinan segera pulang ke rumah, karena takut Raka akan nangis mencarinya karena terlalu lama ditinggal hingga tengah hari. Untungnya Raka anak yang baik dan nurut. Waktu Kinan pulang Raka sedang tidur. Makanan dan minuman yang Kinan sediakan untuknya pun sudah dia makan.
Kinan sedih melihat sang anak yang harus ditinggal sendiri di rumah. Tapi mau bagaimana lagi ini semua demi untuk mencari sesuap nasi dan untuk memperbaiki ekonomi keluarga.
Sore hari Rangga yang ditunggu- tunggu belum juga pulang. Ditelpon pun nomornya tidak aktif. Kinan menjadi cemas dibuatnya.
Hingga pagi menjelang lagi- lagi Kinan menelpon Rangga dan nomornya tidak aktif. Kinan semakin cemas takut terjadi aoa- apa dengan sang suami.. Tadi malam pun dia tidak pulas tidur karena terus memikirkan sang suami yang seharusnya sudah pulang. Dia ingin menelpon Wandi tapi dia tidak punya nomornya.
Bukan hanya takut terjadi apa- apa dengan sang suami , tapi Kinan juga cemas karena hari ini dia harus membayar uang sewa rumah. Sementara dia tidak memgang uang yang telah dia janjikan pada bu Lulu.
"Ya ampun mas Rangga ke mana sih..? Di telpon nggak aktif terus...ya Alloh berilah perlindungan pada suamiku.." Kinan terus memanjatkan doa untuk keselamatan sang suami.
Sudah pukul delapan pagi, perasaan Kinan sudah tidak karuan, suami tidak kunjung pulang, dan sebentar lagi bu Lulu akan datang ke rumahnya. Tidak ada cara lain Kinan pun lalu nekad datang ke rumah majikannya untuk meminta bantuan.
Kinan kembali meninggalkan Raka sendiri di rumah dan dia bergegas menemui Andrew. Kinan segera menekan bel pintu apartement Andrew.
"Kamu..? Kenapa ke sini..? Hari ini bukan hari kamu bekerja kan..?" begitu Andrew membuka pintu melihat Kinan berdiri di depannya.
"I..iya tuan maaf saya ke sini mau minta tolong sama tuan.." sahut Kinan.
"Masuklah.." Kinan mengikuti Andrew masuk ke dalam.
Andrew seperti biasa di sofa sedang Kinan berdiri berhadapan dengannya.
"Ada apa..?" tanya Andrew dengan tatapan dinginnya.
"Ehm..itu tuan, anu..."
"Bicara lah yang jelas..."
"Sa..saya ingin pinjam uang sama tuan. Hari ini saya harus membayar uang sewa rumah yang tiga bulan belum dibayar. Tolong tuan kalau hari ini saya tidak membayarnya maka saya dan keluarga akan diusir.."
"Memangnya ke mana suami kamu, kenapa dia tidak membayarnya..?" tanya Andrew.
"Su..suami saya belum pulang tuan. Saya juga sedang cemas, seharusnya suami saya pulang kemrin sore, tapi sampai hari ini belum pulang juga. Ditelpon juga tidak aktif..."
"Berapa uang yang kamu butuhkan..?"
"Ti..tiga juta tuan.."
"Apa tiga Juta..? Banyak sekali. Kau baru kerja satu hari di sini tapi kau sudah berani meminjam uang dengan jumlah yang cukup banyak..."
"Maaf tuan, ini sangat mendesak sekali.."
" Jika saya meminjamkan uang padamu lalu kapan kau akan mengembalikannya..?"
"Kalau boleh saya membayar dengan tenaga saya tuan. Tuan bisa memotong gaji saya tiap bulan untuk membayar hutang..."
Andrew hanya tersenyum sinis.
"Saya tidak mau, kalau kau meminjam uang kau harus mengembalikan dalam bentuk uang juga bukan berupa tenaga..."
"Saya mohon tuan saya sangat butuh uang itu, .." Kinan kenyatukan kedua telapak tangannya di depan dadanya untuk memohon pada Andrew.
"Tadi kau bilang kau akan membayar dengan tenaga..?" tanya Andrew bangun dari duduknya lalu mendekati Kinan.
"I ..iya tuan.."
"Saya setuju kau membayar dengan tenaga tapi bukan tenaga kerja membersihkan kamar dapur, dan lainnya..." sahut Andrew.
"Saya butuh tenagamu untuk hal lainnya..." sambung Andrew.
"Maksud tuan apa..?" Kinan tidak mengerti.
"Saya butuh tenagamu untuk memuaskan hasratku, saya ingin kau membayar hutang mu dengan tubuhmu.."
Kinan pun tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya.
"Bagaimana apa kau setuju..?" tanya Andrew.
Kinan tidak dapat menjawab. Dia tidak mungkin menyerahkan tubuhnya untuk membayar hutang, tapi di sisi lain dia juga tidak sanggup kalau harus mengembalikan uang tersebut secara kes.
Andrew lalu masuk ke dalam kamarnya. Beberapa saat kemudian dia keluar membawa amplop coklat berisi uang.
"Ambillah uang itu..." ucap Andrew ambil melempar uang itu ke atas meja.
"Silahkan kau pikir sendiri bagimana cara mengembalikan uang itu. Mau cara nomor satu mengembalikan secara tunai dalam waktu dua minggu, atau kau membayar dengan tubuhmu.
Kinan menelan ludahnya, Andrew memberikan pilihan yang sama- sama sulit
"Bagaimana, ini..?" ucap Kinan dalam hati sambil meremas jari- jarinya.
"Ambil uang itu dan pulanglah, saya akan berangkat ke kantor. Pikirkan baik- baik, kau mau pilih cara nomor berapa.." ucap Andrew lalu masuk ke dalam kamarnya untuk bersiap berangkat ke kantor.
Kinan lalu mengambil amplop berisi uang tersebut dengan tangan gemetar. Lalu Kinan pun meninggalkan apartemen Andrew.
Bersambung...
🌸🌺 like, koment, vote dan dukungan kalian sangat berarti buat author 🌺🌸
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!