Dari kejauhan seorang lelaki yang memiliki paras yang indah rupawan, hidung yang mancung, kulit yang bagus, postur tubuh yang indah. Lelaki manapun pasti menginginkan keindahan yang dimiliki lelaki tampan yang kini duduk di antara mereka.
Dari dulu Jackie dikenal sebagai ketampanannya, banyak wanita yang selalu datang memberikan sebuah hadiah dan juga berusaha mendekati Jackie untuk dijadikan kekasih.
Tetapi pria itu selalu dingin terhadap perempuan, sudah banyak wanita yang dia tolak dengan alasan tidak mau mencari pasangan terlebih dahulu. Hadiah yang terus diberikan oleh para wanita selalu datang dan dia juga menerimanya dengan suka hati.
Dia tidak ingin ada satupun wanita dari mereka yang sakit hati akibat sebuah penolakan, walau begitu Jackie selalu menolak kalau ada wanita yang selalu mengungkapkan perasaan kepadanya terlebih dahulu.
Yang dia tahu wanita itu di kejar bukan mengejar? Tapi sekarang kenapa banyak wanita yang mengejar lebih dulu dari pada dikejar oleh lelaki.
"Gila sudah berapa banyak hadiah pemberian wanita yang lu terima. Apa hadiah ini selalu lu simpan di kamar?" tanya salah satu teman yang melirik kearah Jackie.
"Kalau bagus gua terima kalau jelek gua kasih ke orang." balas Jackie yang sibuk bermain handphone.
"Apa dari semua penggemar lu, lu gak tertarik di antara mereka semua? Semua penggemar lu cantik cantik gak ada yang jelek. Apa lu beneran gak suka dari mereka." timpal salah satu lelaki yang sibuk bermain gitar.
"Menurut gua mereka semua sama tidak ada yang membuat gua tertarik." mereka semua yang ada di tongkrongan menggeleng kepala, memang dari banyak penggemar Jackie semuanya cantik dan seksi.
Tetapi bagi Jackie tidak ada gunanya, apalagi menurut dia terlalu berlebihan. Standar pasangan seseorang berbeda-beda pasti Jackie memilih wanita yang lebih dari para penggemarnya.
Selesai nongkrong Jackie memutuskan untuk pulang menggunakan motor ninja, motor yang selalu dia gunakan untuk kepentingan pribadi. Jackie melamun sambil menatap langit kamar, kamar yang luasnya sangat megah hanya dialah yang tidur sendiri di kamar ini.
Tak ada satupun orang ataupun wanita manapun yang menginjak kamar ini kecuali ibunya dan juga para pembantu yang bekerja di rumah. Jackie melirik kearah meja belajar, ia memutuskan bangun untuk mengambil benda pipih yang tergeletak di meja tersebut.
"Jam segini enaknya ngapain ya?" ucap Jackie sambil memainkan handphone, lalu dia tidak sengaja menekan salah satu aplikasi yang berada di dalam handphone.
Aplikasi kencan yang selalu Jackie gunakan untuk meluangkan waktu, sudah banyak wanita yang Jackie kencani tapi dia memilih untuk bermain-main dalam hubungan yang sudah lama ia jalani.
Sedangkan di tempat lain terdapat seorang wanita yang memiliki paras cantik, body yang nyaris sempurna. Penampilan yang digunakan wanita itu sangat sesuai dengan lekuk tubuhnya, banyak pria yang ingin mendekati wanita ini tetapi selalu dia tolak.
tok! Tok!
Suara ketukan yang terdengar dari luar membuat wanita itu masuk, wanita cantik ini membawa salah satu berkas perusahaan yang memang akan diberikan oleh pemilik perusahaan.
"Selamat siang bu. Ini ada berkas meeting kerja sama yang baru saja kita lakukan." ucap wanita itu dengan memberikan map untuk diberikan oleh Amelia.
Amelia dengan teliti membuka setiap lembaran berkas tersebut, sampai akhirnya ia memutuskan untuk menandatangani berkas tersebut. Barulah ia menatap sekretarisnya kembali.
"Bisa kamu minta OB untuk membelikan saya kopi?" tanya Amelia kepada Marta.
"Tanpa kamu minta saya sudah membelikan kopi untuk temanku ini." ucap Marta saat ia membawa dua minuman entah dari mana asalnya.
***
"Cih dasar penjilat." gumam Amelia dengan meminum kopi yang diberikan oleh Marta, Marta menggeleng kepala melihat tingkah laku temannya.
"Dari dulu sampai sekarang masih aja gak berubah. Oh ya jadi kapan lu punya pasangan, ingat ya teman kuliah kita ngundang ke acara pernikahannya. Jangan sampai lu dihina sama mereka gara-gara lu gak bawa pasangan."
Amelia meletakan cangkir kopi dengan memberikan helaan nafas kepada Marta, "Mau gimana lagi gua udah trauma sama kehidupan percintaan gua. Gua udah gak mau mikirin kehidupan pernikahan lagi."
"Coba aja dulu. Siapa tahu kali ini lu berhasil, lagian cuman satu hari aja sekalian nanti bawa pacar lu untuk ke acara pernikahan teman kuliah. Benarkan!"
Kali ini perkataan Marta benar, tapi dia harus mencari pacar dimana. Selama dirinya bekerja ia sudah tidak memikirkan cinta lagi, lagian kenapa harus sekarang.
Marta yang melihat sahabat sekaligus bosnya ini seperti memikirkan sesuatu, wanita itu datang menghampiri Amelia dengan memberikan sebuah ponsel.
Amelia menatap ponsel Marta lalu menatap wanita tersebut, Marta geram dengan wanita di depannya. Dengan langsung ia menarik kursi dan kursi tersebut di dekatkan supaya jarak mereka tidak terlalu jauh.
"Coba lu lihat aplikasi yang ada di hp gua."
"Ya lalu?" ucap Amelia dengan santai, kini Marta merasa kesal dengan sikap bosnya.
"Aduh Amelia. Gua udah bilang sama lu, jangan terlalu sibuk sama pekerjaan. Kali-kali lu bergaul sama yang lain supaya lu bisa cari pasangan, dan aplikasi ini banyak dipakai orang untuk cari pasangan." kata Marta menjelaskan apa yang ia katakan.
Amelia merasa tidak percaya dengan sekretaris pribadinya, masa iya di zaman sekarang ada aplikasi yang seperti ini. Kalau aplikasi ini gak manjur gimana, masa dia harus percaya sama ucapan Marta.
"Gini aja mana hp lu." pinta Marta kepada Amelia, "Buat apa?"
"Udah sini." Amelia mengeluarkan benda pipih yang selalu dia simpan, Marta dengan cepat merebut hp tersebut lalu ia mendownload aplikasi yang ada di hpnya.
Setelah selesai barulah Marta menggunakan akun sandi yang dimiliki Amelia, "Nih."
Marta memberikan hp tersebut lalu Marta kembali bicara, "Gua udah menginstal aplikasi yang gua katakan barusan, nanti lu tinggal cari cowok yang lu mau. Untuk kencan atau apalah. Atau lu bisa cari pacar sewaan buat bantu lu ke acara pernikahan teman kuliah kita."
"Ide lu bagus juga. Ya udah nanti gua bakal gunakan aplikasi yang lu maksud, tapi cuman sehari aja kan setelah itu lu gak maksa gua untuk cari pasangan."
"Ya." jawab Marta, lalu wanita itu kembali bekerja setelah berbicara dengan Amelia.
Tiba di rumah Amelia menaruh tas di meja kerja, lalu ia kembali melihat kearah handphone saat tubuhnya sudah kembali segar.
"Apa gua gunakan aplikasi ini aja. Siapa tahu gua bisa cari cowok untuk gua sewa." Amelia membuka aplikasi tersebut, lalu ia cari sampai dirinya menemukan salah satu foto pria yang membuatnya tertarik.
Amelia menekan foto dan di sana ada beberapa informasi dari pria yang ada di foto tersebut, tanpa ragu Amelia menekan foto itu untuk diajak kenalan. Sedangkan Jackie yang dari tadi bermain game melihat notifikasi dari aplikasi kencan, ternyata saat dia buka ada satu wanita yang meminta pertemanan.
"Cantik juga." ucapnya pelan, "Apa dia baru bermain aplikasi ini?" tanya Jackie saat melihat foto wanita yang meminta pertemanan.
Jackie langsung menerima pertemanan dari wanita ini, lalu tanpa disengaja Jackie mengirim sebuah pesan. Tanpa pikir panjang Amelia membalas pesan tersebut sampai akhirnya mereka memutuskan untuk bertemu setelah akhir pekan.
Satu hari ngobrol dengan pria bernama Z rasanya sangat menyenangkan, apalagi pria ini terbilang lucu jadi tidak mudah untuk mendapatkan pacar sewaan.
Dua minggu ngobrol di aplikasi mereka berpindah ke aplikasi lain, mulai saat itu mereka mulai akrab tibalah saatnya mereka memutuskan bertemu. Marta merasa bingung melihat sikap Amelia, akhir-akhir ini Amelia banyak memegang hp.
"Gimana serukan chating sama lelaki?" tebak Marta membuat Amelia terkejut saat mengetahui dirinya sedang ngobrol dengan seorang laki-laki.
"Gimana kamu tahu kalau aku sedang ngobrol sama cowok?"
Marta tertawa mendengar ucapan dari Amelia, wajahnya terlihat gugup seperti terpergok selingkuh dari istri sah.
"Wajah lu gak bisa bohong Amelia. Jadi apakah pria yang satu ini dari aplikasi kencan yang lu dapati?" tanya Marta membuat Amelia mengangguk.
Marta yang awalnya ingin bicara masalah pekerjaan malah tertarik dengan pribadi Amelia, "Kapan kalian bertemu?"
Amelia dengan cepat mengerutkan kening melihat sikap Marta, "Kenapa sekarang sahabatku ini ingin tahu masalah pribadiku. Apa kamu gak ada kerjaan lain Marta."
"Hehe, ada sih sebenernya. Tapi gua penasaran sama kisah cinta lu, lu udah dapat cowok yang lu cari."
"Udah. Tapi kayanya dia umurnya lebih muda dari gua."
"Maksud lu berondong?" tebak Marta membuat Amelia mengangguk cepat.
"Gak masalah kalau dia berondong asalkan dia tampan dan mau kerjasama." ucap Marta kembali saat wanita itu menatap Amelia.
Sekitar jam lima sore Amelia memutuskan pergi ke salah satu cafe yang sudah mereka janjikan, Amelia mengira kalau lelaki itu tidak akan datang ternyata lelaki itu sudah lebih dulu datang.
"Apa pria itu adalah bocah ingusan yang masih SMA?" batin Amelia saat sudah berada di depan pria yang sempat kenal di aplikasi kencan.
"Kamu Z?" tanya Amelia saat dia menarik kursi untuk ia duduki.
Pria tersebut mengangguk, Jackie merasa kalau wanita yang ada di aplikasi kencan sangatlah cantik. Baru pertama kali bertemu saja ia sudah menyukai wanita ini.
"Ada apa? Apa ada yang salah." ucap Amelia kepada pria bernama Z.
"Kamu sangat cantik. Saya mengira kamu tidak secantik yang ada di foto, ternyata lebih cantik aslinya."
Amelia tertawa mendengar ucapan jujur dari pria di depannya ini, tanpa basa basi Amelia segera meminta pria ini untuk menjadi pacar sewaan.
"Apa? Jadi wanita ini mengajak dirinya bertemu untuk menjadikannya pacar sewaan." batin Jackie menatap wanita di depannya sambil meneguk sebuah minuman.
"Jadi gimana kamu bersedia kan?" Amelia menatap bocah tersebut, lalu Jackie melepaskan minuman yang sempat dia minum.
"Boleh. Kamu mampu bayar berapa untuk jadikan saya pacar sewaan kamu." Jackie mengucap dengan lantang, tanpa diminta pun Amelia sudah menyiapkan bayaran untuk pria ini.
Jackie merasa kalau dirinya seperti menjual dirinya sendiri, entah apa yang dipikirkan wanita ini sampai melakukan hal senekat ini.
"Tulis saja uang yang kamu minta, nanti kamu bisa mengambilnya dengan cek yang saya berikan ke kamu." Amelia memberikan cek dan juga pulpen, Jackie merasa kalau wanita ini seperti ingin membelinya.
Tapi ya sudahlah yang penting dia bisa lebih dekat dengan wanita ini, walau dirinya dianggap pria bayaran.
Jackie memberikan cek tersebut, cek yang sudah tertulis nominal uang. Tidak terlalu besar kalau memang wanita ini mampu membayarnya.
Amelia melihat jumlah cek tersebut, lalu merobek cek itu dan diberikan kepada Z.
"Kalau gitu kesepakatan kita sampai di sini. Nanti saya akan kabarin kamu kalau saya butuh kamu lagi." setelah bertransaksi dengan Z Amelia memutuskan kembali ke perusahaan.
Jackie menatap cek yang baru saja dia dapatkan, tapi kenapa wanita ini melakukan hal ini. Apa dia sungguh menganggap dirinya seperti ini, tanpa uang pun ia sudah kaya lagian buat apa uang yang sedang ia genggam ini.
"Unik juga wanita ini." batin Jackie tersenyum menatap cek yang kini ia pegang.
Amelia duduk di sofa panjang sambil menikmati secangkir kopi susu hangat dengan televisi yang kini menyala. Saat kenikmatan kehidupan yang santai, tiba-tiba saja terdengar suara getaran hp di atas meja.
Amelia meletakan cangkir tersebut lalu beralih ke hp, di sana sudah banyak pesan dan panggilan masuk. Sampai ia menemukan percakapan yang membuat dirinya kesal, teman kuliahnya yang sebentar lagi akan menikah.
***
Waktu pun tiba, setelah menunggu Amelia akhirnya bisa membawa Z untuk dijadikan partner kerja.


Jackie merasa baju yang dikenakan Amelia sangatlah terbuka, dia merasa marah saat buah dada dan tubuh Amelia diperlihatkan dengan jelas. Jackie segera membuka jas untuk menutupi tubuh Amelia.
"Pakai ini." Amelia merasa aneh dengan sikap pria satu ini, tapi Amelia merasa acuh dengan apa yang diperlukan Z.
Mereka berdua masuk ke dalam mobil, "Sejak kapan kamu bisa bawa mobil."
"Sejak masih sekolah." Amelia dengan cepat melirik Z saat lelaki ini mengatakan sekolah.
"A-apa? Kamu masih sekolah!!" Jackie mengangguk mendengar ucapan dari Amelia, "Kenapa? Apa ada yang salah."
"Tapi kenapa kamu sangat berbeda malam ini."
"Karena aku tidak mau wanitaku ini dipermalukan di depan orang, kalau partner kerjanya masih anak sekolah." jawab Jackie membuat Amelia merasa kalau pria ini berbeda dari yang lain.
Tibalah mereka di tempat tujuan, secara bersamaan mereka berdua keluar dari mobil. Banyak sekali tamu undangan yang datang, sedangkan Amelia tidak melihat keberadaan Marta.
"Ada apa? Apa kamu sedang mencari seseorang?" ucap Jackie melihat Amelia seperti mencari sesuatu.
"Aku sedang mencari temanku. Dia bilang sudah datang lebih dulu, tapi dimana dia." Amelia sibuk memperhatikan tamu undangan, sampai dirinya tidak sadar kalau langkahnya lebih dulu dari Jackie.
Jackie melangkah mencari keberadaan Amelia, sampai dirinya mendengar suara keributan entah dari mana.
Di sana banyak sekali orang yang menonton, Jackie mengira orang lain ternyata Amelia beserta temannya. Mereka seperti memiliki dendam masing-masing, walau begitu ia tidak akan ikut campur kecuali kalau wanita ini dihina.
Benar saja tembakannya kalau wanita tersebut sedang dihina di depan banyak orang, karena dirinya sudah tidak tahan mendengar hinaan tersebut. Jackie muncul dalam keributan mereka.
"Kayanya ada yang sengaja menghina pacarku. Apakah saya yang salah dengar atau memang disini sengaja menjatuhkan orang lain." kata Jackie yang melirik kearah salah satu wanita yang kini terdiam saat di tatap olehnya.
"Kamu siapa? Kenapa kamu ikut campur masalah saya."
Jackie menyentuh pinggang Amelia dengan cepat membuat mereka semua pada berbisik, "Saya sebagai kekasih wanita yang kamu hina, tidak suka kalau pacar saya diperlakukan seperti barusan. Apa kamu tidak takut kalau saya akan membalas perbuatanmu?"
Wanita tersebut tertawa terbahak bahak mendengar kalimat yang diucapkan Jackie, bagaimana bisa ada laki-laki miskin seperti ini. Apalagi dia bakal membalasnya, lucu sekali bukan.
"Jangan belagu, lagian kamu baru datang kemari. Orang miskin seperti kamu tidak akan mampu datang ke pesta ini." Jackie terkekeh mendengarnya, lagian pesta seperti ini sudah sering ia datangi.
"Kenapa wajahmu seperti itu, hah? Kamu berani nantang aku, kamu ingat iya aku ini seorang artis, orang seperti kamu mampu aku singkirkan." ucap wanita itu yang mengira kalau Jackie bukan orang terpandang.
"Hem. Apa kata kamu aja!!" kini Jackie melirik kearah Amelia, "Mari sayang kita pergi dari sini." Jackie membawa Amelia menjauh dari kerumunan, Amelia merasa kalau pria ini sedikit berbeda.
Jackie dengan Amelia sudah menjauh dari kerumunan, kini Amelia menatap Jackie saat pinggangnya sudah di lepas.
"Makasih kamu sudah membantuku." kata Amelia membuat Jackie melirik, "Makasih aja. Kamu gak mau beri aku imbalan."
"Hah? Imbalan!! Imbalan seperti apa yang kamu mau." ujar Amelia saat ia sedang melihat bahwa Z seperti memikirkan sesuatu.
"Imbalan kalau suatu saat kamu jadi milikku." balas Jackie membuat Amelia tertawa, ternyata pria di sampingnya pandai menghibur.
"Kenapa? Ada yang salah dengan ucapanku." Amelia seketika berhenti tertawa lalu beralih dengan cara menggelengkan kepala.
Dia tidak tahu apakah ucapan dari pria ini benar atau tidak, tapi ia menganggapnya hanya sebulan kebohongan. Lagian dia ini masih bocah, jadi ia hanya memaklumi saja.
Acara selesai Jackie diminta untuk menginap, tetapi pria tersebut menolak. Dia tidak ingin identitasnya terungkap, dan niatnya akan terbongkar kalau ternyata dia ingin menjadi wanita ini kekasihnya.
"Kamu yakin tidak mau masuk dulu."
"Tidak usah. Lagian aku harus bawa mobil ini ke tempatnya, jadi kamu istirahatlah aku akan datang lagi." Amelia mengangguk, melihat kepergian Z barulah ia masuk.
Rasanya sangat menyenangkan bisa ngobrol dengan Z, tapi kenapa pria itu bernama Z apa dia sungguh tidak punya nama selain 'Z'.
Selama perjalanan Amelia terus memikirkan Z, dia juga tidak sempat menanyakan nama aslinya.
"Ya sudahlah, lagian suatu saat aku akan cari tahu siapa dia." Amelia masuk ke dalam rumah.
Setelah kejadian pesta tersebut, dia tidak pernah bertemu lagi dengan 'Z'. Karena dia pikir kerjasama yang mereka lakukan sudah selesai, dan bayaran untuk pria itu sudah dia kirimkan.
Amelia melakukan pekerjaan seperti biasa, sedangkan di tempat lain Jackie sibuk bermain basket di lapangan. Lapangan sepi hanya ada dirinya seorang, terus mengejar bola yang kini ia mainkan. Sudah banyak bola yang ia masukan ke dalam ring.
Entahlah berapa kali ia mencetak poin bola, sampai permainan yang ia lakukan berhenti dan melangkah untuk mengambil sebotol minuman yang dia letakan di pinggir lapangan.
Duduk sambil menikmati minuman membuat rasa lelahnya hilang, "Wanita itu sekarang lagi apa ya?"
Jackie mengambil hp, mencari tahu kesibukan wanita bernama Amelia. Gak ada postingan dari aplikasinya, hanya ada beberapa catatan yang muncul setelah dua hari yang lalu.
"Apa aku menyamar jadi anak magang atau OB supaya bisa dekat dengannya." pikir Jackie saat dia terus melihat status aplikasinya.
Pulang kuliah Jackie meminta orang kepercayaannya untuk mengurus berkas, berkas lamaran yang akan ia ajukan ke kantor yang Amelia miliki.
"Den, Aden kan udah punya banyak uang. Kenapa Aden meminta saya untuk mengurus berkas lamaran. Apa nyonya dan tuan tahu tentang ini?" tanya salah satu laki-laki yang kini berdiri di samping Jackie.
"Karena saya ingin melihatnya lebih dekat." batin Jackie. Lalu Jackie kembali melihat kearah Mr. M, "Udahlah kamu urus aja, lagian saya bosan setiap hari kuliah saya ingin melakukan kegiatan lain selain kuliah."
"Baiklah den." Mr. M mengangguk dengan perintah yang diberikan oleh Jackie, sedangkan Jackie tersenyum saat rencananya akan berjalan.
"Kita akan bertemu lagi nona." gumamnya dengan melihat foto Amelia di sebuah aplikasi.
Tiga hari mengirim berkas lamaran, akhirnya Jackie di terima bekerja sebagai seorang karyawan. Walaupun dia masih berstatus mahasiswa, ia mampu masuk ke dalam perusahaan dengan mudah.
"Den. Besok Aden mulai bekerja di perusahaan A."
Notifikasi pesan yang diberikan oleh Mr. M diterima olehnya, Jackie tersenyum saat mengetahui pesan baik dari Mr. M, ia yakin suatu saat dia bisa mendapatkan hati wanita tersebut.
"Kenapa lu senyum-senyum sendiri?" tanya salah satu laki-laki yang melihat Jackie tersenyum sambil menatap hp.
"Biasa lagi jatuh cinta mungkin." balas temannya, Jackie tidak peduli dengan candaan dari temannya. Yang ia pedulikan hanyalah misi untuk mendekati Amelia.
Jackie meminta izin ke salah satu dosen untuk bekerja paruh waktu, sekarang Jackie menuju perusahaan tempat dirinya melamar.
"Selamat pagi pak." sapa Jackie saat dia sudah berada di depan pintu perusahaan.
"Pagi. Mas ini karyawan baru?" tanya satpam itu kepada Jackie dengan sapaan ramah.
"Ya pak." Jackie melangkah masuk buat mendatangi seseorang, seseorang yang memang di percaya oleh Amelia.
Jackie sama sekali tidak fokus dengan ucapan laki-laki yang sedang bicara, ia malah fokus mencari ruangan Amelia.
"Maaf pak. Dimana ruangan atasan perusahaan ini." ucap Jackie membuat lelaki tersebut berhenti bicara, ia malah menatap Jackie.
"Bu Amelia belum datang jam segini. Biasanya beliau datang setelah urusan pribadinya selesai." Jackie mengangguk, lalu mereka kembali untuk melihat-lihat isi perusahaan.
***
Perusahaan ini memang tidak terlalu besar, mungkin lebih besar perusahaan orang tuanya. Tapi dia salut dengan wanita ini dengan umur yang masih muda udah memiliki perusahaan sendiri.
Sedangkan dia hanya memiliki bengkel, walau bengkelnya terbilang besar tapi ia masih saja bekerja.
"Hari ini kamu mulai bekerja ya."
"Baik pak." Jackie melangkah ke tempat kerja, ia melihat komputer sudah tersedia. Banyak sekali yang harus dia lakukan, mungkin akan sibuk dari sebelumnya.
"Dimana dia? Kenapa belum datang juga." batin Jackie saat melihat ruangan Amelia.
Hampir tiga hari Amelia bolak-balik mengurus kerjasama dengan pemilik perusahaan di kota B, selama tiga hari ini Marta selalu membantunya dan saatnya ia kembali ke negara asal.
"Gimana keadaan perusahaan?" tanya Amelia saat dia fokus dengan tablet.
"Perusahaan baik-baik aja. Tapi ada karyawan baru namanya Z." Amelia yang mendengar itu melirik kearah Marta, "Apa kamu bilang Z?"
"Iya Bu." Marta bingung dengan reaksi Amelia, apa Amelia mengenal Z.
Amelia kini menuju kantor, tanpa basa-basi ia mencari keberadaan Z. Dia pikir kalau Z adalah pria yang sama, tapi nyatanya salah. Z bukan dia melainkan orang lain, Amelia mengiranya dia tapi orang lain.
"Ada apa? Kamu masih kebayang sama Z yang waktu itu kamu bayar untuk dijadikan pacar sewaan?" Marta menutup pintu ruangan Amelia sambil melangkah menatap Amelia.
"Iya."
"Apa kamu mulai menyukai Z?" Amelia menatap Marta saat mendengar pertanyaan dari sekretaris pribadinya.
"Mana mungkin aku menyukainya, lagian aku gak tahu identitas dan gak tahu namanya. Kenapa harus tergila-gila dengannya." Amelia membatin sambil berpura-pura menyalakan komputer.
"Kamu harus sadar Mel. Dia hanya pacar sewaan kamu, itupun sudah lama. Sekarang kamu fokus sama pekerjaan kamu, apa kamu mau terulang lagi seperti dulu. Jangan pernah mengejar laki-laki nanti kamu yang merasakan sakitnya." tutur Marta.
Apa yang dikatakan Marta benar, tapi kenapa sekarang dia tergila-gila dengan pria yang tidak tahu asal usulnya. Apalagi dia bertemu dengannya sekali, setelah itu ia memulai kehidupan masing-masing.
Jackie bekerja di kantor cabang milik Amelia, tidak di kantor pusat. Sedangkan kantor utama yang sekarang Amelia jalani, Jackie berharap bekerja di kantor utama, tetapi prediksinya salah ia malah dipindahkan ke kantor cabang.
Beberapa hari Jackie bekerja, dia sama sekali tidak bertemu dengan wanita itu. Tapi kali ini dia ditugaskan ke kantor pusat, kantor yang memang letaknya sangat jauh dari kantor cabang.
Jackie bergegas menggunakan sepeda motor, tiba di kantor Jackie memarkiran motor dan turun dari motor sambil membawa satu berkas yang dia bawa dari kantor pusat.
Jackie menyapa salah satu satpam di sana, dia juga menyampaikan niat untuk bertemu dengan Amelia. Jackie tidak pernah berharap untuk bertemu dengan wanita itu, sekarang tujuannya hanyalah mengantarkan pekerjaan.
"Silakan kamu naik ke lantai lima. Di sana ruangan ibu Amelia." ucap salah satu resepsionis yang memang tergoda dengan ketampanan Jackie.
"Terima kasih." Jackie pergi dengan membawa senyuman indah, membuat dua resepsionis itu tergila-gila dengan Jackie.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Marta saat melihat seorang laki-laki berdiri di depannya.
"Saya dari kantor cabang ingin bertemu dengan Bu Amelia. Apa ibu Amelia ada di dalam?" tanya Jackie kepada Marta sambil membawa satu berkas, Marta melihat kalau pria ini memang membawa berkas pekerjaan.
Marta mengizinkan lelaki ini masuk, Jackie melihat ruangannya masih kosong belum ada orang. Jackie memutuskan menunggu di sofa, dia terus menunggu sampai waktu menjelang sore hari.
"Kenapa jam segini Bu Amelia belum datang." kata Jackie sambil melirik jam tangan.
Jackie yang mendengar suara pintu, seketika melihat kearah pintu. Ternyata yang datang bukan pemilik perusahaan melainkan asisten yang dia temui.
"Permisi. Maaf!! Sepertinya hari ini Bu Amelia tidak bisa datang, boleh berkas yang kamu pegang diberikan ke saya. Biar saya yang akan mengantarkan berkas itu ke Bu Amelia."
Jackie menghela nafas panjang, sambil berdiri menghampiri wanita tersebut.
"Baiklah kalau gitu. Tolong sampaikan Bu Amelia untuk ditandatangani secepat mungkin, karena ini akan mempercepat pembangunan hotel di negara C."
"Baik, nanti saya akan sampaikan ke Bu Amelia langsung."
"Terima kasih." Jackie kembali setelah memberikan berkas kerjasama, dia memilih mampir ke salah satu cafe terdekat.
Jackie masuk ke dalam cafe, tanpa di sengaja Jackie melihat sosok wanita yang duduk di pojok dekat jendela. Wanita itu menatap kearah jendela, sedangkan Jackie tersenyum melihat wanita itu ada di cafe yang sama.
"Americano satu."
"Terima kasih." Jackie membawa satu pesanan ke salah satu tempat duduk, tempat dimana ada seorang wanita sedang sibuk menatap kearah luar jendela.
"Boleh saya duduk di sini, nona!!" ucap Jackie kepada wanita tersebut.
"Silakan." Jackie duduk sambil meletakan pesanan, dia juga membuka topi yang dia tutupi sedari tadi.
"Sudah lama datang ke tempat ini?" Amelia melirik saat mendengar suara yang memang dia kenali.
"Kamu?" Amelia sangat terkejut saat tahu siapa yang ada di depannya, pria bernama Z yang sekarang duduk di dekatnya.
Jackie tersenyum melihat reaksi Amelia, "Sudah lama iya kita gak ketemu. Gimana kabar kamu? Apa semua pekerjaan kamu berjalan lancar?"
"Ya begitulah."
Jackie menyeruput kopi sambil menatap Amelia, sedangkan wanita yang dia tatap masih menatap ke luar jendela.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!