"Aku udah selesai sayang. Baru banget nih kelasnya kelar. Yaudah aku tunggu ya."
Kanaya - perempuan usia dua puluh satu tahun semester enam tengah memasukkan binder ke dalam tasnya.
Satu tangan dia masih memegang hp di telinganya. Model rambut layer butterfly cut, kulit kuning langsat dan tinggi 170 cm. Dia memiliki bentuk mata mirip biji almond dan bibir yang tipis dengan lipmatte warna nude kesukaannya. Kuliah mengambil jurusan Ilmu Komunikasi di salah satu Universitas Swasta yang ada di Jakarta.
Penampilan yang tidak feminim dan tidak juga cuek. Suka-suka dia aja mau bergaya apa. Yang jelas dia cukup terkenal di fakultasnya karena kecantikan dia dan jualan makanan online mamanya yang super banget enak. Kanaya Shanifah Galianna Lubov.
"Yaudah tunggu lima belas menit aku sampe. I love you."
Kanaya tersenyum mendengar suara yang berada di seberang telepon. Suara disebarang tidak terdengar lagi dan tanda sudah dimatikan setelah cowok itu mengucapkan kata i love you buat dia. Terdengar buru-buru karena sudah ingin menjemput dia kampus.
"Di jemput Galan, Nay?"
"Iya biasa lah. Calon imam." Kanaya terkekeh geli.
Lasya - salah satu teman dekat Kanaya yang satu jurusan sama dia justru memasang raut muka mencibir. Suka iri dia memang melihat kemesraan hubungan Kanaya dan juga Galan. Kemana Kanaya pergi pasti akan selalu ada Galan disamping dia.
Sudah dua tahun melihat Kanaya dan Galan yang selalu bersama-sama. Bahkan rasanya Kanaya nggak pernah menceritakan Galan yang jelek-jelek. Curahan isi hati Kanaya tentang Galan semuanya baik-baik.
Lasya cuma bisa berlapang dada aja kalau udah ngedengerin Kanaya yang curhat apalagi mendengar rencana Galan yang akan melamar dia tahun depan setelah Kanaya lulus kuliah.
Rasanya menemukan Galan adalah suatu keberuntungan buat Kanaya. Tidak seperti dirinya yang selalu apes dalam menjalankan kisah cintanya. Udah ditinggal LDR, diselingkuhin eh malah dia yang di putusin juga.
Lasya benar-benar ingin mencari pasangan yang seperti Galan. Dia lelaki yang sangat tampan, memiliki karier cemerlang, perhatian dan tidak pernah aneh-aneh dibelakang Kanaya.
Lasya yakin banget kalau Kanaya memang sudah berjodoh dengan Galan.
"Awas lo nggak undang gue!"
"HAHAHAHAHA ya iyalah masa gue nggak undang lo sih, Sya. Lo kan nanti jadi panitia di acara gue. Gue bakalan tempatin lo jadi panitia konsumsi sesuai kesukaan lo yang doyan makan. Ehhhh... jangan deh! Entar makanan buat tamu-tamu bisa habis lagi." Kanaya tertawa ngakak.
Senang sekali meledeki Lasya. Dia itu cewek pintar, manis dan doyan banget makan. Kanaya suka iri kalau udah melihat Lasya yang suka makan banyak-banyak. Karena sebanyak apapun makanan yang Lasya makan rasanya dia tetap segitu-gitu aja badannya. Padahal udah Kanaya sempat suruh minum obat cacing waktu itu hihihi.
"Ihhhh rese lo, Nay! Kanayaaaaa tungguinnnn!"
"Nggak mau ah. Gue udah mau dijemput tau sama pangeran dan bentar lagi dia sampe." Kanaya buru-buru meninggalkan Lasya. Tapi pas sampai di pintu kelas, dia sempat menjulurkan lidahnya pada Lasya yang masih sibuk memasukkan buku-buku ke dalam tas.
"Nayaaaaaa!"
***
Model rambut pompadour undercut warna hitam, hidung mancung, alis sedikit tebal, kulit kuning langsat dan memiliki rahang yang kokoh dengan sedikit brewok tipis disekitarnya. Tinggi dia sekitar 179 cm. Mengenakan kemeja hitam lengan panjang yang digulung setengah tangannya.
Aroma vanilla lembut eksotis yang dipadukan dengan harum woody yang maskulin disertai apel membuat cewek yang berada di hadapannya tidak bisa menghentikan ciuman dia. Tapi untung aja dia masih sadar kalau dia berada di area kampus. Jadi mau nggak mau dia melepaskan bibirnya.
"I love you." tatap Kanaya melemparkan senyumannya.
Cowok yang berada di hadapannya dengan jarak yang masih dekat mengecup pipinya lagi. Dia mengusap-usap pipi Kanaya dengan lembut.
Satu tangannya seketika memperlihatkan bungkusan makanan kesukaan Kanaya. Ice cream yoghurt dengan topping longan, kiwi, mango, mochi mix dan roasted almond. Jangan lupa sauce milonya nyam, nyam, nyam.
Kanaya langsung menatapnya dengan berbinar-binar. Dia mengambil bungkusan makanannya dengan secepat kilat dari tangan Galan Farrabi Altezza.
"Makasihhhhhhh. Aku buka ya." Kanaya dengan tidak sabar lagi langsung membuka yoghurt kesukaan dia.
Padahal baru semalam dia bilang kalau dia lagi pengen banget makan yoghurt dan sekarang Galan udah membawakan aja ke hadapan dia.
Galan adalah lelaki yang sangat disyukuri oleh Kanaya. Sudah dua tahun dia menjalani hubungan bersama Galan yang super duper menyayangi Kanaya dan juga sangat perhatian sekali. Apa yang Kanaya mau pasti Galan turuti. Galan benar-benar lelaki baik bagi Kanaya.
Selama dua tahun ini dia nggak pernah merasakan yang namanya berantem hebat. Kalau berantem kecil-kecilan pasti ada lah ya, namanya juga berhubungan. Tapi biasanya kalau ribut atau berdebat cuma karena membahas Galan yang lagi cemburu.
Iyah! Sekali pun Galan perhatian, peduli, pengertian dan sangat menyayangi Kanaya tapi jangan salah kalau Galan begitu cemburuan dan juga posesif.
Galan nggak memperbolehkan Kanaya berhubungan dekat dengan cowok mana pun. Kalau teman-teman dekat biasa aja nggak masalah tapi Galan sangat membatasi Kanaya. Biasanya kalau Kanaya mau nongkrong pasti Galan akan jemput dan contohnya sekarang. Galan selalu menjemput Kanaya setiap pulang dari kuliahnya. Dia bahkan hafal jam kuliah Kanaya yang selesai jam berapa aja. Galan nggak pernah absen buat menjemput Kanaya. Paling kalau dia absen sudah pasti dia lagi ada meeting di kantor yang nggak bisa dia tinggalin.
Galan bekerja di salah hotel bintang lima sebagai General Manager. Dia sudah bekerja hampir lima tahun di umur dia yang sudah dua puluh tujuh tahun ini. Karir yang dia miliki memang bagus.
Jabatan tertinggi di hotel dengan kinerja yang dia hasilkan selalu mendapatkan performance yang sangat baik setiap tahunnya. Beberapa kali dia mendapatkan rewards trip ke luar negeri.
Tapi jangan heran kalau karir dia yang bagus sudah pasti memiliki saingan yang sengit. Ada aja yang nggak suka sama dia di tempat kerjanya. Galan pernah cerita waktu itu. Tapi untung Galan tidak mau ambil pusing. Selama dia bekerja mengikuti aturan, dia akan masa bodo sama hal yang bertentangan dengan dirinya.
"Aaaaaa." Kanaya menyodorkan suapan yoghurt ke mulut Galan yang langsung membuka mulutnya. Kanaya senyum-senyum mengunyah yogurtnya. Happy banget.
"Nanti jadi balik ke rumah?"
"Nggak jadi langsung ke apartemen aja. Soalnya besok ada tugas yang harus dikumpulin jadi takut waktunya mepet." Kanaya masih sibuk mengunyah yoghurtnya.
Selama dia sudah memasuki semester akhir, Kanaya memutuskan untuk mencari tempat tinggal di dekat kampus dia. Jarak rumah dia dengan kampus soalnya lumayan cukup jauh dan bisa menghabiskan waktu sekitar satu jam kalau nggak macet.
Jadi dia memutuskan untuk mencari tempat tinggal dekat kampus. Apalagi semester-semester ini makin banyak tugas dan udah menjelang skripsi. Tadinya Kanaya mau mencari kos-kosan aja. Tapi Galan langsung menolak dan nggak ngebolehin Kanaya yang tinggal di kos-kosan. Padahal Kanaya juga mencari tempat kos-kosan khusus wanita tapi tetap aja nggak dikasih.
Akhirnya Galan menyuruh Kanaya untuk menyewa apartemen aja. Galan berinisiatif untuk membayarkan uang sewa apartemen Kanaya tapi Kanaya nggak mau. Udah terlalu banyak merepotkan Galan selama ini. Sempat ribut juga karena Galan memaksa Kanaya untuk tidak membayarkan uang sewa. Dia sempat main transfer aja ke rekening Kanaya tapi Kanaya marah dan langsung mengembalikan uangnya.
Nah, apartemen yang di tempati Kanaya nggak terlalu jauh dari kampus. Sekitar lima belas sampai dua puluh menit kalau macet. Dan kebetulan dekat juga sama tempat kerjanya Galan. Makanya dia selalu antar jemput Kanaya setiap hari atau makan siang bareng.
"Siapa yang chat?" tanya Galan yang mendengar hp Kanaya berbunyi notif chat dari tadi.
"Bentar. Liat dulu." Kanaya mengambil hp dia dari dalam tas. Melihat notif chat dari layar hpnya.
"Siapa?"
"Temen kuliah aku Argesta. Nih." Kanaya menyodorkan hp dia. Membiarkan Galan mengecek hp dia untuk memastikan seperti biasa.
Kanaya nggak pernah menyembunyikan apapun termasuk Galan dan begitu pun juga dirinya. Selalu terbuka dalam hal apapun itu. Bahkan rasanya Galan juga udah sangat mengenal Kanaya secara luar dalam. Selalu tahu apa yang Kanaya butuhkan dan malah Kanaya juga jadi sangat bergantung sama Galan. Apa-apa Galan dan akan selalu Galan.
Sementara Kanaya masih menghabiskan yoghurtnya. Galan mengecek hp Kanaya. Ternyata benar kalau Argesta, salah satu teman kampus Kanaya yang mengirimkan chat. Dia mengingatkan tugas kelompok yang akan dikumpulkan minggu depan. Jadi Argesta membagikan materi mana yang harus Kanaya cari.
Galan melihat-lihat isi chat yang ada di hp Kanaya secara menyeluruh. Memastikan kalau Kanaya tidak mengirimkan chat kepada cowok mana pun. Kalau teman kuliah dia ya nggak masalah tapi Galan nggak mau kalau Kanaya membalas chat-chat yang nggak jelas. Karena banyak yang suka mengirim chat sama Kanaya. Alasannya mau memesan makanan tapi malah jadi chat-chat modus murahan. Ada juga yang suka chat dari nomor nggak jelas tapi biasanya Galan yang memblock nomor nggak jelas itu.
"Tapi paling minggu depan aku ada kerja kelompok bareng gitu sama dia."
"Nggak di apartemen kamu kan, Nay?" Galan memastikan.
Dia tidak mau kalau ada cowok atau teman kampus dia sekali pun yang datang ke apartemen Kanaya. Kalau ramai-ramai sih nggak masalah tapi kalau kerja kelompok berdua, Galan sudah pasti tidak akan setuju.
"Di kampus atau di coffe shop."
"Kapan?"
"Nggak tau. Belom dikasih tau kapannya soalnya aku harus cari materi dulu juga. Jadi baru nanti bahas bareng buat presentasi." Kanaya memegang perutnya yang kekenyangan. Sudah habis yoghurt yang dibawa oleh Galan. Bahkan Galan hanya makan beberapa suap dan sisanya Kanaya yang menghabiskan sendiri.
"Yaudah pokoknya kasih tau aku ya sayang nanti. Sekarang aku anterin kamu dulu soalnya aku abis ini mau meeting."
Kanaya mengangguk-anggukan kepala dia. Udah nggak sanggup berbicara lagi saking kenyang banget. Galan malah tersenyum geli melihat Kanaya. Selalu lucu melihat ekspresi dia kalau lagi kekenyangan kayak gini. Pasti kursi sandaran dia dibaringkan jadi setengah biar dia bisa merebahkan badannya.
Galan mengacak-acak rambut Kanaya dan langsung menyalakan mesin mobilnya.
***
"Kamu nggak jadi meeting?" tanya Kanaya yang sudah meletakkan tas dia di atas meja. Kanaya berjalan ke dapur untuk mengambil segelas air dan meneguknya.
"Nggak jadi sayang. Dibatalin nih katanya lagi ada urgent jadi reschedule lusa." Galan meletakkan hp dia di atas meja setelah membalas chat dari salah satu vendor yang akan melakukan kerja sama di tempat kerja hotel dia.
"Jadi kamu nggak balik lagi ke hotel?" Kanaya menghampiri Galan dan meletakkan segelas air di meja untuk dia.
"Nanti aja. Lagian jam kerja aku juga udah kelar jadi paling cuma ngecek-ngecek aja kayak biasa." Galan membuka dua kancing kemeja dia dan menyandarkan badannya ke sofa. Dia menarik Kanaya kesisinya dan membuat Kanaya menyandarkan kepala dia ke bahu dia.
Mendekap di dalam pelukan Galan selalu membuat hati Kanaya merasa hangat. Dia semakin merasakan tulusnya perasaan Galan. Makin tidak sabar untuk menjadi seorang istri dari Galan Farrabi Altezza.
Tangan Galan menyusuri kerah baju Kanaya dan menyusup ke dalam. Merasakan motif bra yang dipakai Kanaya adalah model brokat. Sudah pasti pembelian dari Galan.
Sentuhan tangan Galan membuat Kanaya sedikit menggeliat dan mendongak di dalam sandaran Galan. Nafas yang Kanaya hembuskan mulai kasar. Tapi Kanaya tidak mau diam saja. Dia menghampiri mulut Galan dan menghisap bibirnya. Dan satu tangan Kanaya mulai meraba-raba halus permukaan luar celana Galan.
***
Kanaya meremas sprei dengan kuat. Tubuh dia kembali merasakan getaran yang menyebabkan kepala dia mendongak dan juga pinggul dia yang terangkat di atas tempat tidur. Mulut dia terbuka mencari nafas yang sempat terhenti.
Gerakan Galan membuat desahan Kanaya terdengar. Seketika Kanaya merasakan tubuhnya yang semakin menggelinjang. Badan dia kembali ambruk kesekian kali. Getaran yang dia rasakan masih ada sambil merasakan sisa-sisa nikmat yang Galan berikan untuk dia.
Galan mendekati wajah Kanaya yang terkulai lemas. Dia mengusap rambut Kanaya yang sudah basah karena keringat. Sudah satu jam lima belas menit dia bermesraan dengan Kanaya di dalam kamar apartemennya.
Berawal dari sofa dan kemudian mereka melanjutkan di atas tempat tidur sampai sekarang. Galan berhasil membuat Kanaya mencapai puncaknya sebanyak lima kali dengan jeda yang tidak lama.
Sedangkan Galan melakukan pelepasan saat sudah sekitar satu jam permainannya. Galan memang sekuat itu dalam mempermainkan Kanaya di atas tempat tidur. Dia senang sekali melihat Kanaya yang terlihat menikmatinya walau sudah lelah.
Galan masih belum mencabut kemaluan dia dari lubang kemaluan milik Kanaya. Masih merasakan milik Kanaya yang basah membuat dia semakin ingin memainkannya lagi.
Kanaya setengah histeris mendapatkan permainan Galan yang sedikit mulai liar. Bibir Kanaya dihisap oleh Galan. Dia memasukkan lidahnya ke dalam mulut Kanaya yang langsung disambut Kanaya dengan baik. Kanaya melumatkan bibir Galan dalam hisapan bibir tipisnya yang selalu membuat Galan tergoda.
Kanaya mulai tidak bisa membalas ciuman dari Galan. Tapi mulut dia tetap terbuka dengan tangan dia yang meremas sprei. Galan membawa kedua tangan Kanaya ke atas kepala dia dan menggenggamnya.
Lelaki yang telah berhubungan dengan dia selama dua tahun menaikkan ritmenya dalam menggoyangkan keperkasaannya. Mulut dia menyusup ke buah dada Kanaya yang sangat menegang dari tadi. Dia memainkan lidahnya dengan memutar-mutarkan di sekitar dada Kanaya dan menghisapnya.
Kanaya menggigit bibirnya dan menggelengkan kepalanya. Getaran yang dia rasakan mulai datang lagi. Melihat Kanaya yang sudah menunjukkan reaksi ingin mengeluarkan lagi membuat Galan mempercepat hentakan
Kanaya mendongakkan kepala dia dengan mengangkat setengah badannya. Nafas Kanaya kembali seperti tercekik dan tidak bisa bernafas. Sekitar lima detik dan badan Kanaya terbanting kembali ke atas tempat tidur. Galan merasa puas melihat Kanaya.
Sudah keenam kali berarti Kanaya mengeluarkan dari awal sampai tadi. Kanaya semakin terkulai lemas dan mata dia yang masih terpejam.
Galan mencium leher Kanaya dan menjilatinya setelah dia melepaskan tangan Kanaya. Membuat Kanaya tersenyum dan sedikit menggeliat merasakan Galan yang selalu mampu menyentuh bagian titik-titik sensitifnya.
Leher dan di belakang daun telinga Kanaya sedang Galan santap lagi sebagai makanan penutup dari permainannya. Galan merebahkan dirinya di sebelah Kanaya setelah turun dari atas tubuhnya. Dia menarik Kanaya pelan ke dalam dekapannya. Kepala Kanaya bersandar di dada Galan. Memejamkan mata dia karena dia mulai mengantuk.
Aku sangat menyayangi sosok Galan Farrabi Alteza. Dia adalah masa depan aku dan juga calon imamku kelak. Aku banyak memberikan dia atas apa yang diri aku miliki sejak saat aku berhubungan dengan dia karena hidup aku memang untuk dia seorang. Dan begitu pun juga Galan yang selalu mengutamakan aku dalam hidupnya. Kita tidak memiliki impian yang muluk-muluk. Impian kita hanya ingin menghabiskan sisa-sisa umur kita dengan bersama. Melahirkan anak-anak yang lucu, merawat dan juga membesarkannya. Aku sudah tidak sabar lagi ingin menikah dengan dia. Menjadi istri dari seorang Galan Farrabi Alteza.
***
"Udah sholatnya? Makan dulu sayang." Kanaya menyiapkan makanan yang dia masak di atas meja.
Nasi goreng ikan asin pedas dengan telor dadar di atasnya. Makanan kesukaan Galan. Sebenarnya Galan termasuk penyuka makanan apa aja. Cuma karena bahan-bahan di kulkas tinggal sedikit jadi Kanaya memasakkan Galan nasi goreng ikan asin.
Kanaya pintar memasak walau masih ada beberapa resep masakan yang tidak seenak mama dia katanya. Kalau mama dia jangan ditanya lagi. Mau minta dibuatkan apapun pasti bisa dan yang pasti enak-enak banget.
Kanaya banyak belajar masak dari mamanya dan juga youtube. Cuma karena sekarang lagi banyak tugas kuliah jadi resep yang dia mau pelajari lagi belum menambah dalam listnya. Tapi Galan sudah sangat berbahagia bisa selalu menyicipi masakan Kanaya kalau dia lagi masak.
"Udah sayang. Kamu abis ini sholat ya."
"Iyaaa." Kanaya menjawab dengan raut jahilnya.
Galan memang rajin banget sholat. Tidak pernah ketinggalan dalam melaksanakan ibadah wajibnya. Bahkan dia sering memberitahu Kanaya sedikit-sedikit soal agama atau mengingatkan Kanaya sholat.
Kanaya juga sholat cuma masih bolong-bolong aja dan tidak serajin Galan. Kalau Galan tidak pernah ketinggalan lima waktu. Jadi kurang apa lagi coba dari Galan. Dia adalah cowok yang sangat tampan, memiliki karier yang bagus, bertanggung jawab, perhatian dan juga rajin sholat.
Jadi nggak usah dihubungkan dengan apa yang Galan lakukan karena bagi Galan, sholat adalah kewajiban utama yang harus dilakukan setiap umat muslim.
"Kamu nggak makan?" tanya Galan yang sudah menyendok nasi goreng ke dalam mulutnya.
"Nggak ah nanti aja masih kenyang juga. Tugas aku ini banyak bangetttttt. Materinya kayaknya susah deh apalagi dosennya ngasih kelompok cuma dua orang aja. Aturan sih kalo kayak gini itu anggota kelompoknya lima orang." Kanaya menggerutu kesal. Dia membuka laptopnya di sebelah Galan duduk.
"Mana coba liat." Galan ikut mengintip materi yang Kanaya mau cari.
"Tuh. Sialan banget nih dosen." Kanaya semakin menggerutu. Galan masih serius melihat materi yang mau dikerjakan oleh Kanaya sambil tetap mengunyah nasi gorengnya.
"Oh ini mah aku tau buku referensinya. Cuma emang buku lama. Nanti deh aku lihat judulnya lagi biar nggak salah jadi nanti aku kirim fotonya ke kamu."
"Benerrrrr?"
"Iya aku tau cuma lupa. Nanti aku cariin."
"Duhhh gemes banget calon suami gue." Kanaya merangkul manja dan mengecup pipi Galan.
Bahasa Kanaya yang selalu cuek bikin Galan semakin menyayangi Kanaya. Pribadi Kanaya memang suka apa adanya saat sama Galan atau sama siapa pun.
Mungkin itu yang disukai sama Galan kalau Kanaya selalu berbeda dengan perempuan lainnya. Galan suka sama Kanaya yang tidak pernah menjaga image dia saat sama dirinya dan ternyata itu bikin Galan semakin merasa nyaman.
"Kok calon sih. Suami dong."
"Kan belom nikah jadi calon lah bego."
"Oh iya, ya. Eh entar kalo udah jadi istri dosa tau ngomong gitu sama suami."
"Ya mumpung belom jadi suami beneran sekarang jadi nggak masalah kan." Kanaya menjulurkan lidahnya. Biarin aja dia mau ngomong apa lagian Galan udah biasa mendengar celetukan dia yang suka seenaknya. Kadang Galan juga jadi ikutan hahaha.
"Berarti jadi ya nikah tahun depan?"
"Jadi lah aku udah nggak sabar. Pengen tinggal sama kamu." ucap Kanaya senyum-senyum.
Membayangkan dia sudah menikah bersama Galan dan hidup bersama. Galan memang pernah menginap di tempat Kanaya tapi kan rasanya beda. Karena kalau udah jadi suami istri bisa tinggal setiap hari dan bermesraan setiap saat hihihi.
"Yaudah kita tunangan dulu ya." Galan menyuap sendok terakhir nasi gorengnya.
Kanaya menoleh ke arah Galan yang memang duduk disamping dia sambil meneguk air minumannya.
Tunangan? Kanaya nggak pernah kepikiran bahkan buat tunangan dulu sama Galan. Maklum aja di otak dia cuma menikah sama Galan tanpa melakukan adat istiadat tunangan atau apapun sebelumnya. Tapi ide Galan bikin Kanaya tersenyum.
"Tunangan itu pakai cincin kan? Ini aku udah pakai dari kamu." Kanaya menunjukkan jari manis dia. Cincin manis berwarna gold dengan diamond cantik pemberian Galan.
Hadiah ulang tahun buat Kanaya kemarin.
Galan jadi tertawa kecil. Lucu banget melihat Kanaya yang cuek, polos dan juga suka ngambek sama dia.
"Iya cuma kan kalo tunangan aku juga pakai cincin yang sama kayak kamu. Nanti kita undang yang deket-deket aja buat ngerayainnya. Gitu sayang."
"Iya aku juga tau ihhhh! Maksudnya ngapain pakai tunangan dulu. Nggak usah ah ribet nanti aja langsung nikah hihihi."
"Aku ikut kamu aja sayang. Mau nikah besok juga hayo." tantang Galan dengan nada dia yang terdengar yakin banget.
Memang sudah lama dia ingin menikahi Kanaya. Tapi mama dan papa Kanaya sempat menyarankan agar Kanaya lulus kuliah dulu. Jadi Galan hanya nurut aja.
"Mau nya lo aja emang!"
"Emang lo nggak mau?" tanya Galan yang mengikuti bahasa Kanaya. Semenjak berhubungan dengan Kanaya jadi bikin Galan suka ikut-ikutan cuek juga setiap melontarkan ucapannya.
"Mauuuuuuu." Kanaya langsung nyengir kuda.
"Dasar nih anak sok-sokan aja."
"GALANNNNN HAHAHAHAHAHHAHA... pffttttt hahahaha stopppp hahahahhaa..." Kanaya tertawa ngakak banget karena tangan Galan yang menggelitik-gelitik perut dia.
Benar-benar nggak bisa digelitikin pasti bikin dia tertawa terpingkal-pingkal. Kanaya berusaha menghindari Galan yang semangat banget menggelitik dia.
"Nayaaaa! Siniiiii nggak." Galan melihat Kanaya yang berlari dari dirinya.
"Galannnn nggak mau hahahahhaaha..."
"Biarin aja! Rasain."
"HAHAHAHAHAHHAHAHAHHAHHAHAHAA pfffffttttt hahahahhaha... mpphhhh... Galan aku udah mandi." Kanaya melepaskan bibir Galan yang seketika mencium dia dalam dekapannya.
"Nggak apa-apa nanti mandi aja lagi."
"IHHHH!"
Galan kembali mencium Kanaya. Membawa dia masuk ke dalam kamar dan menutup pintu kamarnya.
***
Kanaya tersenyum sumringah mendapatkan kiriman paket buku-buku referensi buat tugas dia. Siapa lagi kalau bukan dari Galan. Padahal Kanaya masih ingat kalau Galan akan memberitahu judul-judul bukunya aja tapi sekarang Galan malah yang menyiapkan semuanya. Kanaya masih belum melepaskan senyuman kebahagiaannya. Semakin bersyukur memiliki Galan dalam hidupnya.
Galan yang selalu mensupport apapun yang Kanaya lakukan. Dia benar-benar memperlakukan Kanaya sebaik mungkin. Apa yang Kanaya butuhkan Galan selalu cepat melakukannya. Kadang Kanaya jadi merasa nggak bisa kalau nggak ada Galan. Yah, gimana ya karena Galan selalu memudahkan apa yang dikerjakan oleh Kanaya. Dia adalah sosok lelaki yang tidak ada tandingannya sama sekali.
Kanaya mengirimkan foto buku-buku yang dia terima kepada Galan. Sekalian mengucapkan terima kasih. Hp Kanaya berbunyi. Ada video call dari Galan.
"Udah terima sayang bukunya?" tanya Galan buka suara. Tampan sekali dia hari itu. Mengenakan Jack & Jones sheridan LS shirt medium blue denim.
"Udah. Baik banget sih calon aku uuuwwwhh makin sayang." Kanaya mencium layar hpnya.
"Muahhhhh!" Galan membalas ciuman Kanaya dari layar hpnya. Bikin Kanaya tertawa padahal Kanaya tahu kalau Galan sedang ada di tempat kerjanya. Galan cuek aja mau dimana pun dia berada tapi dia tetap bisa menampilkan kemesraan dia sama Kanaya.
"Nanti aku ada kerja kelompok ya tapi di coffee shop gitu?"
"Dimana?"
"Di deket Gandaria sih kayaknya tadi temen aku bilang disitu aja."
"Cieee berduaan nih." ledek Galan. Iseng aja pengen bikin Kanaya manyun. Padahal jelas dia cemburu juga sama teman cowok yang berada di dekat Kanaya.
"Ihhh apaan sih. Sialan banget! Orang cuma kerja kelompok." Kanaya langsung mencibir kelakukan Galan yang mulai dengan cemburunya.
"Pulangnya aku jemput ya."
"Nanti aku kasih tau ya soalnya kan belom tau selesai jam berapa."
"Yaudah nanti share loc ya sayang."
"Oke. Kamu jadi meeting?" tanya Kanaya kemudian. Ingat kalau Galan pernah cerita tentang vendor yang sempat mengundurkan jadwalnya buat hari ini.
"Jadi tapi nanti sorean. Aku makan sendiri dong makan siang hari ini." Galan sedikit merengut. Kebiasaan dia kalau makan siang pasti sama Kanaya setiap harinya. Kanaya balik meledeki Galan. Lucu banget lihat Galan yang seperti anak kecil. Selalu suka melihat dia yang kalau lagi merengek manyun kayak anak kecil.
Aku sangat menyayangi seorang Galan. Hidup aku memang jadi bergantung pada dirinya yang selalu memberikan apa yang aku butuhkan. Dia sering melakukan hal-hal kecil seperti ini. Dia begitu mengerti apa yang aku butuhkan dalam hidup aku. Bahkan dia sering memberikan aku kejutan-kejutan lucu yang tidak aku kira. Aku sering tidak dibiarkan melakukan apapun sendiri tanpa ada dirinya dalam hidup aku. Tidak pernah aku bayangkan jika dia tidak pernah hadir dalam hidup aku. Mungkin aku tidak sebahagia ini ~Kanaya
***
"Lo dapet dari mana, Nay buku-buku kayak gini?" tanya Argesta melihat buku-buku yang Kanaya bawa.
"Dari calon gue lah. Bersyukur lo dapat kelompok sama gue makanya." Kanaya membanggakan dirinya. Lebih tepatnya dia bangga karena memiliki Galan yang menjadi calon suami dia kelak.
Argesta hanya tertawa-tawa melihat kelakuan Kanaya. Sudah tahu dari siapa. Dia sempat mengenal juga calon yang dimaksud oleh Kanaya. Beberapa kali melihat Galan yang datang ke kampus Kanaya untuk menjemput dia. Bahkan hampir setiap hari dia melihat Galan yang datang ke kampus Kanaya. Kadang dia suka turun dari mobil tapi kadang Galan yang menunggu Kanaya di mobil aja.
"Eh tempatnya bagus nih, Ges disini. Gue belom pernah." Kanaya melihat sekeliling dia.
Tempat coffe shop yang Argesta pilih memiliki tempat yang aesthetic. Berada di salah satu mall daerah Jakarta Selatan juga. Tadinya Argesta menyuruh ke Gandaria cuma karena disana sepertinya terlalu ramai jadi akan sulit buat mereka yang sedang mengerjakan tugas. Tapi Kanaya suka sama tempat yang Argesta pilih. Nggak terlalu besar dan nggak terlalu ramai juga. Nyaman banget. Kanaya jadi mikir kalau dia akan membawa Galan kesini nanti. Tempatnya bisa menjadi salah satu coffee shop favorit apalagi Galan yang suka banget sama minum kopi.
Kanaya melihat hpnya sebentar. Ada kiriman foto yang Galan kirim. Kanaya tersenyum melihat Galan mengirimkan foto Galan bersama makanan yang dikirimkan sama Kanaya. Rupanya sudah sampai pesanan dia ke tempat kerja Galan. Tadi sempat memesankan Galan makanan karena mengingat Galan yang akan makan siang sendiri. Biar dia nggak merengut lagi hehehe...
Kanaya juga belum sempat bilang sama Galan kalau tempat coffee shop yang di pilih sama Argesta berbeda sama info yang sempat Kanaya berikan tadi. Tapi nanti aja kalau dia udah mau selesai. Lagian Kanaya yakin kalau Galan nggak akan marah hanya karena dia pindah tempat aja. Cuma kerja kelompok juga bukannya ngedate.
Kanaya tahu walau Galan memiliki sisi kecemburuan tapi dia selalu berusaha mengerti apa yang Kanaya sedang lakukan. Dia masih bisa mengesampingkan ego dia dalam melihat Kanaya yang memiliki teman-teman cowok di sekitar dia.
***
Kanaya menghela nafas karena tugas yang dia kerjakan sudah hampir selesai. Sudah tiga jam dia berada di tempat coffe shop. Kanaya melirik jam tangannya. Sepertinya Galan lagi meeting jadi dia belum membalas chat Kanaya lagi. Nggak mau ganggu juga apalagi dia yang masih meeting. Kanaya sangat mengerti pekerjaan Galan yang suka membuat waktunya sibuk. Lagian apa yang dikerjakan Galan selalu membawa hasil yang memuaskan. Kanaya tahu itu.
"Gue masih laper masa ya. Gara-gara tugas nih jadi bikin gue kelaperan." Kanaya melihat menu yang disediakan di tempat coffe shop. Cuma makan croissant sama french fries aja tadi. Baru sadar dia belum makan siang.
"Lo mau makan dulu?" tanya Argesta yang suDah memasukkan laptop ke dalam tasnya.
"Iya gue mau pesen nasi goreng deh. Eh lo udah mau cabut? Nggak apa-apa duluan."
"Bener? Lo nggak berasa jadi jomblo kan kalo gue tinggal?" ledek Argesta dengan nada jahilnya.
"Sorry ya gue nggak pernah ngerasa jomblo selama Galan ada di dalam hidup gue." Kanaya balas meledeki Argesta.
"Yaudah gue duluan ya, Nay." Argesta pamit sambil terkekeh geli.
Dia menyelipkan uang di meja sebagai patungan udah kerja kelompok di tempat coffee shop bersama Kanaya tadi. Kanaya langsung melambaikan tangannya sama Argesta. Paling dia mau pacaran. Sudah tahu juga pacar Argesta yang dia pacari belakangan ini. Beda Universitas sih tapi Argesta pernah membawa pacarnya masuk ke dalam kelas. Dasar bucin.
***
Kanaya duduk bersandar sambil menunggu pesanan yang dia pesan tadi. Dia jadi teringat kalau satu bulan lagi Argesta akan ulang tahun. Tapi dia belum menyiapkan apa-apa. Kanaya mengambil hp dia yang ada di meja. Kira-kira apa ya hadiah yang cocok buat Galan nanti.
Kanaya masih memutar otaknya mencari hadiah yang akan dia berikan buat Galan. Dompet, topi, kemeja dan jam tangan udah pernah dia berikan. Pengen sesuatu yang bisa Galan pakai. Jadi ingat waktu dia memberikan jam tangan sama Galan dan dia sangat menyukainya. Sampai saat ini Galan masih memakainya dan tanpa melepaskan jam tangan yang diberikan dari Kanaya. Bikin dia semakin tampan aja memakai jam tangan sport pemberian dari dirinya.
Hp Kanaya berbunyi. Ada notif chat yang masuk.
Apa kabar, Nay?
Kangen deh udah lama nggak ketemu
Ada waktu nggak minggu ini?
Kanaya sedikit mendengus kesal melihat chat yang masuk. Dafandra - mantan Kanaya sebelum bersama Galan. Dafandra ini selalu mengirimkan chat sama Kanaya. Sempat menjalin hubungan sama Kanaya selama hampir tiga tahun tapi putus karena Dafandra yang pergi kuliah ke luar negeri dan dia memutuskan Kanaya begitu aja.
Tapi Kanaya tahu kalau Dafandra memutuskan dia karena perempuan lain. Kanaya sempat menemukan bukti foto dari salah satu teman dia yang kuliah juga di negara yang sama dengan Dafandra. Tapi Dafandra nggak mau ngaku. Dia bilang hanya ingin fokus kuliah aja. Bisa-bisanya dia nggak mau ngaku padahal Kanaya udah mengirimkan bukti. Memang sih Kanaya mengirimkan bukti foto saat sudah putus. Lagian Dafandra juga mengajak Kanaya balikkan lagi saat dia masih kuliah disana makanya Kanaya langsung mengirimkan foto Dafandra aja yang sedang berduaan sama cewek lain biar dia malu. Tapi rasanya dia sama sekali nggak tahu malu.
Dafandra bilang kalau dia menyesal memutuskan Kanaya. Beberapa kali dia mengajak Kanaya balikkan padahal Kanaya nggak pernah mau. Nggak pernah mau balas lagi juga apalagi dia sudah memiliki Galan.
Galan suka cemburu kalau tahu Dafandra yang masih ngebet banget buat memiliki Kanaya. Tahu kalau saat dia mendekati Kanaya, dia masih galau-galaunya. Tapi Kanaya bisa melupakan Dafandra dengan mudah berkat perhatian yang selalu diberikan sama Galan. Dia memang sosok yang hadir untuk menyembuhkan luka di hati Kanaya.
Jadi ingat waktu Galan yang pernah mengajak Kanaya ngobrol pertama kali saat Kanaya datang ke tempat hotel dia bekerja. Saat itu Kanaya sedang bersama teman-teman dia melakukan staycation. Galan menyapa Kanaya saat dia sedang breakfast. Bukannya modus tapi karena Kanaya melihat Galan yang menghampiri beberapa meja tamu hotel yang sedang melakukan breakfast juga. Menanyakan bagaimana breakfast tamu-tamu hotel dan menawarkan jika ada yang memerlukan bantuan.
Melihat Galan yang asik jadi bikin Kanaya memulai obrolan panjang lebar. Dari situ Kanaya mulai dekat apalagi Kanaya sempat bertemu lagi dengan Galan di salah satu coffee shop. Galan cerita kalau dia sempat menyimpan nomor Kanaya waktu pemberian identitas di reception. Tapi Galan belum mulai melakukaan sapaan di chat meski dia sudah ingin mengenal Kanaya lebih dalam. Takut Kanaya risih apalagi terkesan Galan yang mencuri identitas Kanaya.
Obrolan panjang semakin terasa intens dengan Galan. Berlanjut dengan chat dan juga telepon-teleponan. Kanaya juga sempat ditanya Galan tentang statusnya. Tapi Kanaya bilang kalau dia habis putus karena diselingkuhi sambil tertawa-tawa. Ternyata Galan memahami luka yang Kanaya rasakan. Perempuan sebaik Kanaya memang tidak pantas disakiti menurut pikiran Galan. Pendekatan yang Galan lakukan memberikan ruang buat Kanaya untuk melupakan seorang Dafandra. Meski dia sudah sangat ingin memiliki Kanaya tapi Galan mau menunggu hati Kanaya sembuh seiring apa yang Galan berikan.
Galan mulai masuk ke dalam keluarga Kanaya yang rupanya juga sangat hangat menerima dia layaknya seperti keluarga sendiri. Sering antar jemput Kanaya dan juga membantu Kanaya saat melakukan pengiriman makanan melalui ekspedisi online yang biasa Kanaya lakukan untuk membantu mamanya. Galan ikut membantu menempel-nempel sticker di dalam paket makanan. Sering juga dia dikirimkan makanan oleh mamanya Kanaya dan enak-enak sekali makan yang dibuat buat oleh mama Kanaya.
Galan ternyata juga sering mengirimkan mama Kanaya makanan tanpa Kanaya tahu. Tiba-tiba aja suka ada makanan di rumah dia dan ternyata itu semua dari Galan. Perhatian yang dia berikan benar-benar mengambil hati mama dan papa Kanaya secara utuh.
Kanaya nggak mau menghiraukan chat yang dikirimkan oleh Dafandra. Tapi melihat dia yang mengajak ketemu artinya dia sudah kembali ke Jakarta. Ingat banget kalau dulu dia memang menyayangi seorang Dafandra. Tidak pernah ada dalam kamus dia mengkhianati perasaan cowok mana pun. Tapi kejadian yang diberikan sama Dafandra bikin Kanaya belajar kalau dia tidak mau menerima pasangan yang notabennya pernah punya pacar banyak. Dia pikir Dafandra bisa berubah tapi ternyata sama aja.
Sudah berapa kali juga Kanaya dinasehati oleh teman-teman dekatnya kalau Dafandra tidak akan bisa berubah. Apalagi mama dia yang memang tidak menyukai Dafandra. Awalnya Kanaya memang ragu tapi karena Dafandra selalu gigih membuat Kanaya percaya jadi dia percaya-percaya aja. Dafandra adalah sosok lelaki yang tampan. Memang banyak yang menyukai dia tapi sayang aja Dafandra terlalu kanak-kanak bagi Kanaya. Dan Kanaya merasa bodoh banget selalu mempercayai Dafandra selama itu.
Lagian dia juga tahu apa yang dimiliki oleh Galan lebih jauh dari apa yang dimiliki oleh Dafandra. Tapi Galan mampu menjaga perasaan Kanaya dengan begitu baik. Kanaya juga sadar kalau banyak perempuan yang menginginkan Galan hanya saja Galan sama sekali tidak membuka celah seperti Dafandra.
Kalau Dafandra tuh selalu membuka jalan buat perempuan yang menyukai dirinya. Sudah banyak Kanaya melihat sendiri dari chat yang masuk ke dalam hp Dafandra. Tapi alasan Dafandra hanya membalas sebatas teman aja. Dan Kanaya juga tidak mau banyak mengatur Dafandra karena dia memang keras kepala dan super egois. Selalu berujung ribut setiap Kanaya mengeluh saat dia membalas chat teman-teman perempuannya padahal dia sendiri nggak mau Kanaya membalas teman-teman cowoknya. Menyebalkan dia memang tuh!
Kanaya tidak mau menghiraukan chat dari Dafandra. Dia kembali mencari hadiah untuk diberikan sama Galan mumpung pesanan makanan dia belum datang. Otak Kanaya jadi buntu. Dia masih belum menemukan hadiah yang pas buat Galan.
Pikiran Kanaya kembali cerah mengingat dia berada di dalam mall. Mungkin ada barang yang dia bisa temukan saat melihat beberapa store nanti. Kanaya sempat celingak-celinguk melihat store yang ada disekeliling dia. Terlihat jelas karena coffee shop yang dia tempati memiliki jendela kaca yang jelas. Apalagi posisi duduk di dekat kaca. Ada store pakaian, jam tangan, accessories, toko bakery dan...
Sorot mata Kanaya masih terpaku disebuah toko bakery yang ada di seberang paling ujung. Cowok itu mengenakan Jack & Jones sheridan LS shirt medium blue denim. Dia tersenyum dan sesekali tertawa. Satu tangannya melingkar di pinggang seorang perempuan yang membuat dia tersenyum bahagia. Perempuan itu mengambil beberapa roti yang dia letakkan di tray yang di pegang oleh...
Galan Farrabi Altezza???
***
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!