NovelToon NovelToon

Mencintai Gadis Biasa

Bab 01

"Lusy, Lusy dimana kamu, Lusy tolong ayah" teriak seorang pria Paruh baya kepada anak nya

Dengan langkah yang tergopoh-gopoh, ia lari sebisanya dan bersembunyi di dalam rumah dengan ekspresi wajah yang ketakutan seperti sedang di kejar-kejar oleh hantu

"Ayah, ayah kenapa, kenapa wajah ayah terlihat ketakutan" Tanya seorang wanita muda yang berlari menghampiri sang ayah yang terlihat ketakutan dengan keringat yang bercucuran

"I itu di luar, di luar ada..." belum sempat sang ayah menjelaskan apa yang terjadi

"Danu keluar kau, jangan Coba-coba bersembunyi dari ku, bayar hutang mu segera atau aku akan membunuh mu" teriak seseorang dari depan pintu dengan nada yang terdengar kasar

"Ayah, mereka datang lagi, sebaik nya ayah bayar saja hutang ayah pada mereka, agar kita Tidak dikejar-kejar lagi"

"Dasar anak sialan, kalau ayah punya uang, mana mungkin ayah mau dikejar mereka sampai sekarang"

Lusy terdiam kala mendengar penuturan sang ayah, benar saja, andai ayah nya punya uang pasti mereka akan terbebas dari sejak lama

"BRAKKK". Suara dobrakan pintu yang begitu keras yang dilakukan oleh beberapa anak buah rentenir penagih hutang

Wajah tuan Danu langsung terlihat pucat pasu, Lusy yang menyadari nya seketika memeluk sang ayah dengan erat tanpa rasa takut

"Tuan, tolong beri kami waktu beberapa hari lagi, saya berjanji akan segera melunasi nya" ucap Lusy dengan berani

Tanpa basa-basi, Seorang pria bertubuh besar tinggi itu langsung mendekat kearah Lusy, dengan ekspresi wajah yang sangat menyeramkan, ia mencengkram wajah Lusy dengan sangat kuat hingga mampu membuat wanita muda itu meringis kesakitan

"Tuan kami sudah cukup bersabar menunggu kalian mengembalikan uang nya, dan sekarang sudah jatuh tempo yang kesekian kalinya, bisa-bisa nya dengan berani kau katakan mau minta waktu lagi Hahh..! Jangan harap nona" Bentak pria itu dengan kemarahan nya

"Bos, apa sebaiknya kita bawa saja wanita ini untuk dijadikan sandra" timpal anak buah nya

Mendengar itu, tuan Danu langsung berlutut di hadapan Pria itu dengan memohon-mohon agar tidak membawa putri nya

"Tuan, tolong jangan sakiti putriku, aku akan membayar semua hutang ku tapi tolong jangan bawa putri ku, beri aku waktu beberapa hari lagi, aku pasti akan membayarnya"

"Siapa yang akan menjamin jika kau benar-benar akan membayarnya, sebaiknya biar kami membawa Putri mu untuk dijadikan sebagai jaminan" Bentak pria itu sembari menarik paksa Lusy dari pelukan ayah nya, Lusy yang mencoba untuk memberontak dan menangis meminta tolong pada sang ayah namun tiba-tiba...

"Biar ku lihat siapa yang akan berani membawanya sebagai jaminan...!!!" Teriak seseorang dari ambang pintu

Adegan pemaksaan itu tiba-tiba terhenti seketika, dengan cepat Pria kasar itu dan kedua anak buah nya melepaskan Lusy hingga membuat Tuan Danu yang berada dibelakangnya kehilangan keseimbangan dan terdorong ke belakang hingga jatuh tepat mengenai sebuah meja dan kepalanya terbentur begitu saja hingga mengakibatkan ia pingsan di tempat

Melihat kejadian itu, Lusy seketika meraung dengan sangat keras berusaha membangunkannya, namun tak ada respon sama sekali dari sang ayah

Sementara itu...

"Tuan Ronald, a apa yang anda lakukan di sini?" tanya pria itu dengan menunduk takut menatap lawan bicara nya

"Seharusnya aku yang bertanya, apa begini cara kalian menagih hutang dari seseorang Hahh!" Ucap nya dengan nada yang dingin dan penuh amarah

"Ma Ma'af tuan, kami di perintahkan oleh tuan Dika"

'DEG'. Lusy tertegun saat mendengar nama yang di ucapkan oleh Pria itu, namun ia tak berani menanyakan nya

"Kembali pada tuan mu dan jangan pernah datang lagi kesini"

"Ta tapi Tuan" Pria itu mencoba untuk protes namun melihat tatapan tajam lelaki itu langsung membuat nyali nya ciut seketika

Beberapa saat kemudian...

Di kediaman Ronald Wijaya

"Tuan Ronald, terima kasih karna telah menyelamatkan nyawa ayah ku, apa yang bisa ku lakukan untuk membalas kebaikan tuan"

"Jadi lah kekasih ku" jawab Ronald tanpa basa-basi

Lusy yang terkejut mendengar nya, seketika tak bisa berkata-kata untuk sesaat, sampai pada akhirnya Ronald berbalik menatap nya dan mencengkram leher Lusy dengan cukup kuat hingga membuat nya meringis menahan sakit

"Kenapa, apa kau akan menolak? Jika kau ingin ayah mu kembali sehat seperti sedia kala maka jangan coba-coba untuk menentang ku"

"Tu tuan, aku tidak bisa menjadi kekasih mu, aakkh...". Lusy berusaha menjelaskan namun cengkraman itu semakin kuat hingga membuat ia menjerit kesakitan

dari arah lain

"Lusy kau ba..." kata-kata seseorang tiba-tiba terhenti saat melihat pemandangan yang ada di depan nya

Ronald menatap tajam pada Lusy dan melepaskan Cengkraman tangan nya Lusy seolah mengerti dengan arti tatapan itu

"Dika, Kita putus saja" ucap nya dengan wajah menunduk

"Lusy apa maksud mu?" Tanya Dika dengan ekspresi menahan amarah dan kembali menatap wajah Pria yang ada di samping Lusy yang tak lain adalah kakak nya sendiri

"Kau, kau ingin merebut kekasih ku, Ronald kau bajingan" Bentak Dika sambil menunjuk wajah Ronald

"Hehh! Jangan kan hanya untuk merebut kekasih mu, bahkan jika aku mau aku bisa merenggut nyawa mu sekarang juga"

"Kkau, dasar bajingan, aku akan mengadukan hal ini pada ayah, agar ayah menghapus nama mu dari daftar keluarga Wijaya" ancam Dika yang mencoba menakuti Ronald

"Coba saja kalau kau berani,! keluarga Wijaya adalah milikku, jangankan hanya kau dan ibu mu, bahkan ayah mu pun tidak berhak untuk itu" jelas Ronald

"Tunggu, jadi kalian berdua adalah kakak adik?" tanya Lusy dengan ekspresi bingung

"Dia bukan adikku, dia hanya anak dari seorang wanita sampah yang telah merebut posisi ibuku, dia sama sekali tidak pantas menjadi adikku" tekan Ronald dengan tatapan penuh dendam

"Ronald Dasar kau pria bajingan, Lusy ayo kita pergi dari sini". Ucap Dika sembari menarik tangan Lusy untuk mengikuti nya, belum sempat ia membawa Lusy menjauh

"Jika selangkah saja kau berani lari dari ku, maka nyawa ayah mu yang akan menjadi taruhan nya" kata-kata Ronald kembali membuat Lusy terdiam dan tak bergeming saat Dika terus berusaha membawanya pergi

"Dika, kita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi, sebaiknya kau segera pergi dari sini" ucap Lusy dengan berusaha menahan air matanya yang sebentar lagi akan segera lolos

"tidak, aku tidak akan membiarkan mu bersama pria bajingan ini, Lusy aku sangat mencintai mu" Kata Dika

"Lusy, apa kau percaya jika aku mengatakan Dia adalah dalang di balik kecelakaan ayah mu hari ini" Ucap Ronald tiba-tiba.

.

.

.

BERSAMBUNG

Bab 02

"Apa maksud mu?"

"Lusy jangan percaya pada nya, aku sama sekali tidak tau apa-apa tentang ayah mu, bukan aku yang menyuruh para preman itu untuk menagih hutang pada ayah mu" kata Dika tanpa sadar seolah ia telah mengakui kesalahannya tanpa harus dipaksa oleh siapapun

"Lihatlah,! Bukan kah sekarang kau sudah mengakui nya sendiri, aku tidak mengatakan ayah Lusy terluka karna para penagih hutang itu, tapi kau sudah menjelaskan nya dengan cukup baik" ujar Ronald yang merasa penuh kemenangan

Lusy bukan lagi anak kecil yang tidak mengerti apa-apa, ia tentu dapat memahami dengan sangat teliti atas kata-kata yang di ucapkan oleh Dika, ia mundur beberapa langkah kebelakang seolah kehilangan keseimbangan nya, untuk saat ini ia benar-benar tak tau harus berbuat apa setelah mengetahui kenyataan nya, ia benar-benar tak habis pikir bisa-bisa nya lelaki yang selama ini sangat di cintai nya telah tega menyakiti ayah nya hingga membuatnya terbaring di ranjang rumah sakit dalam keadaan koma

"Lusy, Lusy tolong dengar dulu penjelasan ku, aku tidak bermaksud melakukan itu, aku tidak bermaksud untuk melukai ayah mu" ujar Dika yang mencoba membela dirinya di hadapan Lusy

"Biar ku jelaskan yang sebenarnya, Kau memang tidak berniat untuk menyakiti paman Danu, tapi kau berniat ingin membuat Lusy jatuh ke perangkap mu dan kau bisa melakukan apapun yang kau mau terhadap dirinya" timpal Ronald yang membuat amarah para Dika semakin membara

Dika yang semakin terbakar oleh amarah nya, dengan tidak sabar sebuah tinju berhasil mendarat di wajah Ronald hingga membuat ia tersandung dan jatuh tepat di pelukan Lusy

"Dika cukup! pergi dari hadapan ku sekarang juga" bentak Lusy yang akhirnya buka suara

Dika yang masih tak terima karna kejahatan nya telah terbongkar dihadapan Lusy, sekali lagi ia mencoba melayangkan pukulan pada Ronald namun kali ini ia gagal karna anak buah Ronald telah datang diwaktu yang tepat dan berhasil menghalangi nya

"Tuan ma'af kan aku, aku datang terlambat, aku siap menerima hukuman apapun yang diberikan tuan" ujar David yang merupakan asisten pribadi Ronald

"Seret bajingan itu keluar dan jangan biarkan dia mengganggu Lusy lagi"

"Baik Tuan"

Dengan sigap anak buah nya menyeret Dika keluar dengan paksa

"Di mana kotak obat nya, biar aku ambil" ucap Lusy yang merasa khawatir dengan Ronald, Pipinya terluka dan sudut bibirnya mengeluarkan darah akibat pukulan dari Dika yang cukup keras

Ronal memberi tau Lusy di mana ia menyimpan kotak obat nya, dengan sigap Lusy langsung mengambil nya

Setelah beberapa saat Lusy telah selesai mengobati luka di wajah Ronald

"Tidak seharusnya kamu membuat Dika marah, lagi pula aku bukan anak kecil lagi dan aku dapat mengerti dengan sangat jelas apa yang terjadi" ucap Lusy dengan nada sendu

Ronald menatap wajah cantik wanita muda yang ada dihadapan nya, perlahan ia mengulurkan tangan nya dan menyentuh pipi mulus yang sembab itu dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya tengah menggenggam sebuah benda berukuran kecil nan usang, namun entah mengapa seperti nya benda itu sangat berharga bagi Ronald

"Lusy, apa kau benar-benar melupakan ku, apa sedikitpun kamu tidak mengingat masa kecil kita?" pertanyaan itu spontan keluar begitu saja dari mulut Ronald tanpa di sadari nya

Sepasang mata sendu yang kini terlihat mulai berembun, Lusy dapat melihatnya dengan sangat jelas, seorang pria yang di kenalnya sebagai pria arogan dan kejam itu ternyata juga bisa menangis

Ronald mengangkat sebuah benda kecil yang terbuat dari kayu berbentuk bintang bulan sabit dan bintang yang terletak di bagian tengah nya, ia memperlihatkan benda kecil itu pada Lusy dan berharap ia mengenali nya

Lusy menatap benda itu dengan seksama, ia terlihat familiar tiba-tiba sepotong ingatan masa lalu baru saja melintas di kepala nya, namun beberapa detik kemudian Lusy merasakan kepalanya mulai berat dan terasa sakit sehingga mengakibatkan ia pingsan di tempat dan membuat Ronald menjadi panik dengan keadaan nya

...----------------...

Di Rumah Sakit yang sama tempat tuan Danu di rawat, Dokter baru saja menjelaskan tentang apa yang dialami oleh Lusy di masa lalu, semasa kecil Lusy pernah mengalami sebuah kecelakaan hingga mengakibatkan ia kehilangan sebagian ingatan masa kecil nya, Namun sampai sekarang tak ada seorang pun yang tau kecelakaan apa yang di alami oleh Lusy hingga mengakibatkan ia amnesia

Flash back on

"Kakak, apa yang kau lakukan di pinggir jalan, kenapa kau menangis sendirian, di mana orang tua mu?" tanya seorang gadis kecil yang berumur sekitar lima tahun

"Siapa kau, kenapa kau menyebutku sebagai kakak mu, aku bukan kakak mu" Ujar anak lelaki itu yang tak terima di panggil kakak

"Kakak jangan marah, aku hanya ingin berteman dengan mu, ini untuk mu" ucap gadis kecil itu sembari memberikan sebuah mainan kecil berbentuk bulan sabit yang terdapat bintang di tengah nya

Tanpa basa-basi anak lelaki itu langsung menerimanya dengan wajah yang datar

"Kakak, bolehkah aku tau namamu, nanti jika sudah besar aku akan menemui mu lagi dan aku akan menikahi mu" ucap gadis kecil itu dengan penuh percaya diri

"Dasar bocah ingusan, masih kecil sudah berani bicara soal pernikahan, memangnya siapa juga yang ingin menikah dengan mu" protes anak lelaki itu

"Baiklah aku tidak memaksa mu, jika kau tak mau maka kita bisa menjadi teman saja" ucap nya dengan ekspresi sedih seolah terluka atas perkataan anak laki-laki itu

Ronald kecil yang menyadari betapa tulusnya gadis kecil yang ingin berteman dengan nya itu, ia pun menerimanya dan dengan senang hati mengijinkan untuk memanggil nya dengan sebutan kakak

"Berjanjilah padaku, kita akan bertemu lagi suatu saat nanti dan aku akan menagih janji mu untuk menikahi ku ketika kita telah dewasa nanti" ucap Ronald kecil sembari menjulurkan jari kelingking nya pada Gadis kecil itu

"Uumm,,, tapi....!!!" gadis kecil itu terlihat ragu untuk melanjutkan kata-katanya

"Tapi kenapa?" tanya Ronald kecil

"Kakak, tidak bisa kah kau tinggal di sini lebih lama lagi agar kita bisa bermain bersama dan tumbuh besar bersama" tanya nya dengan tatapan penuh harap

"Ma'af kan aku, aku tidak bisa tinggal di sini lebih lama lagi, ada sesuatu yang harus aku selesaikan, aku berjanji jika masalah keluarga ku sudah selesai, aku akan segera datang menemui mu dan kita akan hidup bersama selamanya" ujar Ronald kecil yang berusaha menjelaskan pada gadis kecil itu

.

.

.

BERSAMBUNG

Bab 03

Dengan tatapan sayup keduanya saling berpelukan dan berpisah di tempat itu, Ronald kecil kini memilih untuk pergi bersama dengan dua pengawal pribadi nya yang baru saja tiba

Tak berselang lama...

Lusy kecil yang memilih untuk pulang kerumah nya, di tengah jalan tiba-tiba sebuah mobil melaju dengan sangat kencang dan alhasil mobil itu pun menabrak Lusy hingga menyebabkan ia sekarat untuk waktu yang lama

Flash back off

...----------------...

Tak terasa air mata Ronald kembali mengalir dalam diam sambil menggenggam erat tangan Lusy yang kini tengah terbaring di atas ranjang rumah sakit

Di kediaman keluarga Wijaya.

Tuan Rudi saat ini terlihat tengah marah besar, ia tak terima dengan sikap putra sulung nya yang telah memperlakukan adiknya semena-mena ditambah lagi Dika yang telah mengadukan segala perbuatan Ronald terhadapnya termasuk merebut kekasihnya

"Ma, bujuk ayah agar dia secepatnya menghapus nama Ronald dalam daftar ahli waris, aku mau Ronald meminta ampun dan berlutut dihadapan ku" Ucap Dika dengan nada memelas pada sang ibu

"Sabar sayang, kita tidak boleh bertindak gegabah, serahkan saja semua urusan ini pada mama, mama pasti akan membujuk ayah mu agar segera menyingkirkan h*ma itu" Ucap Nyonya Emi yakni ibu dari Dika Wijaya

Di sebuah ruang keluarga.

Tuan Rudi telah memerintahkan seseorang untuk membawa Ronald pulang kerumah dan menghadapnya, tanpa diduga Ronald malah datang dengan sendirinya bersama dengan kedua pengawalnya

"Sudah ku katakan tidak perlu repot-repot untuk mencari ku, selama masalah di antara kita belum selesai aku akan terus datang mencari kalian" ucap Ronald dengan penuh penekanan

"Dasar kau anak d*rhaka, berani-beraninya kau melakukan kejahatan terhadap adik mu sendiri, kau juga dengan tidak tau malu telah merebut kekasih adik mu, aku benar-benar sangat malu karna memilikimu sebagai putra ku" bentak tuan Rudi yang sudah tersulut emosi

"Apa kau bilang, coba katakan sekali lagi aku tidak mendengar nya tadi" ucap Ronald yang bertingkah seperti orang yang sedang mengejek lawan bicaranya

Dengan senyum sinis ia berjalan mendekat ke arah ayah nya

"Tuan Rudi Wijaya, Ma'af kan atas kelancangan ku sebelumnya, tapi bolehkah aku meralat ucapanmu barusan, kau bilang kau malu karna memiliki aku sebagai putra mu, lalu apakah kau tau bahwa sebenarnya aku jauh lebih malu karna memiliki seorang ayah pengkhianat seperti kamu" ucap Ronald sembari memandang ayahnya dengan penuh kebencian

"Kau, dasar anak tidak tau diri! Apa begini caramu berbicara pada ayah mu hah?, kau memang tidak pernah di ajarkan sopan santun sejak dulu, lihat kelakuan mu sekarang, bahkan kau tidak pantas mendapat gelar sebagai ahli waris di keluarga Wijaya"

"Jika aku tidak pantas, lalu apakah Dika yang lebih pantas?!" ucap Ronald yang beralih menatap ibu dan anak yang ada di samping ayah nya itu

"Tuan Rudi Wijaya, ku beri tahu kau sekali lagi, aku adalah satu-satunya pewaris di keluarga Wijaya, dan kau sama sekali tidak berhak untuk itu, keluarga Wijaya adalah milik ibuku, setelah ibuku tiada maka akulah yang menjadi satu-satunya yang berhak atas keluarga ini baik saham dan semua properti yang ada di keluarga Wijaya merupakan hasil jerih payah ibuku, dan kau,,,! kau itu hanya benalu yang menumpang di keluarga ku lalu memungut sebuah k*toran dari luar sana dan membawanya pulang tanpa rasa malu" ucap tegas seorang Ronald yang benar-benar sudah terbakar emosi

"PLAKK" sebuah tamparan yang cukup keras tepat mendarat di wajah Ronald, tamparan itu telah diberikan oleh Emi yang merupakan istri kedua dari Rudi Wijaya yang tak lain adalah ibu tiri Ronald Wijaya, Bekas tamparan yang terasa memanas di pipinya, Ronald seketika meradang dan tanpa ragu memberikan balasan dua kali tamparan pada wanita yang ada di hadapan nya itu

"PLAKK, Plakk" berhasil membuat Emi merasakan sakit nya, Ronald tersenyum sinis melihat wajah Emi yang memerah karena menahan sakit, Dika menyaksikan itu dengan rasa tidak terima dan berniat ingin membalasnya, namun aksinya telah berhasil dihalangi oleh kedua pengawal Ronald

"Ronald cukup!" Sela tuan Rudi yang mencoba menghentikan aksi Ronald

"Kenapa pak tua, apa kau takut sekarang, Hahaha,.. aku hanya memberikan dua kali tamparan di wajah wanita mu dan dua pengawalku hanya membekuk putra kesayangan mu, tapi lihatlah wajah mu yang ketakutan itu sangat lucu, Hahaha....!"

Ronald tertawa puas melihat ekspresi wajah tuan Rudi yang terlihat kesal

"Kau lihat, aku bisa melakukan apa saja untuk menyingkirkan siapa saja yang mencoba menghalangi ku, dan ku peringatan kalian bertiga, aku tidak akan mentolerir perbuatan kalian di masa depan jika kalian ada yang berani mengusik hidup ku, dan satu lagi satu lagi untuk kau Dika (menunjuk kearah Dika) mulai detik ini Lusy sudah menjadi wanita ku, jika kau berani mengusiknya lagi maka aku tidak akan segan pada mu"

Peringatan itu di ucapkan oleh Ronald sebelum ia pergi dari tempat itu (kediaman keluarga Wijaya)

Lima hari kemudian...

Lusy yang kini tinggal di apartemen yang telah disediakan khusus oleh Ronald, semenjak kejadian beberapa hari yang lalu ia tidak pernah lagi bertemu dengan Dika, rasa cinta nya yang dulu begitu besar terhadap Dika kini telah berubah menjadi rasa benci dan kecewa yang teramat besar, namun tak bisa di pungkiri setelah menjalin hubungan sebagai pasangan kekasih selama beberapa tahun sangat sulit bagi Lusy untuk bisa melupakan kenangan-kenangan manis saat ia bersama Dika

Seorang Asisten pribadi yang di sediakan oleh Ronald khusus untuk melayani Lusy, ia dengan telaten menyiapkan segala keperluan Lusy termasuk menyiapkan makanan nya

"Non Lusy, sarapan non Lusy udah bibi siapin di meja makan" ujar Bi Nirah yang berkata dari depan pintu kamar Lusy

"Simpan saja bi, aku tidak mau makan" sahut Lusy dengan nada terdengar lemas

"Tapi Non, tuan muda bilang jika non Lusy tidak makan lagi nanti bisa di hukum sama tuan muda"

"Biarkan saja bi, tak apa jika dia menghukum ku, mungkin itu akan lebih baik dari pada hukuman Tuhan yang begitu berat ini" sahut Lusy lagi

"Astaghfirullah hal'Adzim gak boleh gitu atuh non, percaya sama Gusti Allah, non Lusy gak boleh nyerah gitu aja, kalau non Lusy sakit siapa yang bakal ngerawat tuan Danu"

Lusy tersadar dan seolah-olah ia baru saja tertampar dengan kata-kata yang baru saja di ucapkan oleh Bi nirah

"Benar kata bi nirah, kalau aku sakit siapa yang akan merawat ayah" gumam Lusy dalam hati

.

.

.

BERSAMBUNG

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!