Suasana Pendidikan yang semakin kritis. Tidak ada lagi kata kemanusiaan, seolah-olah peran pencari rantai makanan yang paling bawah tidak berhak mendapatkan keadilan. Banyak yang tidak menyukai Krani dalam segi hal kemampuan atas keberhasilan sehingga beberapa rekan kerjanya bersifat iri dan dengki menggunakan cara licik untuk mengeluarkannya dari tempat dia bekerja.
Kali ini lawannya benar-benar ingin membunuhnya. Krani di kejar-kejar dua pria misterius sepulang dia bekerja. Krani berusaha menyelamatkan diri, tanpa sadar di depannya ada mobil yang melaju kencang. Dia tertabrak, tubuhnya terlempar di Tengah derasnya hujan. Saat Krani terbangun, dia menyadari ada sesuatu yang aneh dengan dirinya.
Ketika Krani keluar kamar, sudah ada para dayang-dayang yang menunggunya di depan pintu. Merasa heran dengan situasi yang terjadi, Krani balik ke kamarnya untuk memastikan dirinya. Dengan memandangi kaca, betapa terkejutnya dia saat melihat dirinya menjadi seorang perempuan yang tidak lain adalah ratu di era wangsa selatan jaya pura.
Kebingungan semakin dia rasakan setelah mengetahui fakta bahwa dia harus menikah dengan raja Paku Bumi. Krani berusaha untuk menjelaskan bahwa sebenarnya dia adalah seorang wanita di masa depan yang terperangkap dalam tubuh sang ratu dan tidak tertarik untuk menikahi raja, karena dia tunangan seorang pria yang ada di masa depan. Semua pembicaraan itu hanya dianggap omong kosong oleh sang raja. Pernikahan antara ratu dan raja akhirnya pun tetap berlangsung.
...----------------...
“Ini tidak benar, aku sebenarnya ada Dimana?” Krani kebingungan menatap sekitar. Di ruangan yang sangat sangat antik dan indah. Dia melihat berbagai macam hiasan, perhiasan mahal yang tersusun di atas meja rias susunan bunga-bunga yang sangat indah di setiap sudut ruangan.
Ketika bercermin, dia menjerit melihat wajahnya yang berubah.
“Kau siapa?”
Krani berlari mendekati pintu. Dia mengintip melihat para dayang yang membungkuk berdiri. Pakaian ciri khas Kerajaan, dia perlahan mendorong pintu lalu berjalan melewati mereka. Para dayang langsung mengejar memintanya untuk berhenti.
“Yang mulia Ratu!” teriakan dayang Kun yang paling kuat.
Krani kebingungan melewati pintu-pintu istana sehingga dia keluar melompati pembatas ruangan yang lainnya. Dia melompat lalu berhenti melihat di depan sejauh mata memandang menyadari dirinya berada di era Kerajaan terdahulu.
“Tunggu! Sedari tadi aku di kejar tapi tidak ada yang menyakiti ku. Terutama para dayang yang menyebutku dengan yang mulia ratu. Apa aku menyebutku ratu?” gumam Krani tersenyum menyudutkan bibirnya.
Dia di bawa para dayang memasuki istana Ratu. Di dalam ruangan, ada dayang pendamping yang menahan tangis dan dayang utama yang berdiri memperhatikannya. Sang tabib datang memeriksa Krani yang di panggil dengan sebutan Ratu Renggana.
“Siapa nama anda yang mulia Ratu?”
“Tabib berkumis. Kau tadi sebelum memberikan pertanyaan menyebut diri ku Renggana. Aku ini seorang guru yang bernama Krani. Seorang pengajar honorer yang mempunyai misi mencerdaskan anak bangsa!”
“Ratu, siapa nama ayah anda?”
“Ahahah! Nama ayah saya si pak Tomo. Ibu saya seorang wanita hebat yang bisa menjadikan saya wanita sukses memiliki masa depan” jawab Krani dengan bangga.
Karena melihat sang ratu meracau, tabib memberikan suntikan penenang dan meminta sang ratu menelan ramuan yang pahitnya tiga kali lipat. Setiap kali sang ratu memuntahkannya, tabib berkulit putih itu memaksa bahkan menyuruh kedua dayang menguncinya.
“Wahai kau tabib yang tidak tau diri. Sekali lagi kau bertindak kurang ajar pada ku, maka aku tidak akan melepaskan mu. Aku kan menjadi ratu negeri ini, kau pasti akan ku hukum gantung.”
“Ehemm. Maafkan hamba yang mulia. Pengobatan berlebihan tidaklah baik. Hamba pamit undur diri.”
Di dalam ruangan sang ratu, Krani yang memainkan peran sebagai penunggu tubuh Renggana bertanya pada pada dayang pendamping tentang kejadian apa yang menimpa dirinya. Sang dayang menceritakan bahwa dirinya di temukan dengan tubuh penuh tusukan di atas jembatan.
“Ratu, pada saat itu hujan turun sangat deras. Keadaan mu sangat kritis. Untuk saja sang panglima perang dan penjaga sang raja menemukan mu.”
“Aku baik-baik saja. Tidak ada sedikit pun bekas luka di tubuh ku.Bawa kau ke tempat itu dayang pendamping..”
Karena sangat bersemangat, Krani berlari sekencang-kencangnya Krani tidak mengetahui jembatan yang di tuju berganti dengan danau yang di atasnya di tanami bunga teratai. Airnya setiap hari di kuras sehingga kedalaman menjadi dangkal.
Pryuur___ “Ratu!” teriak para dayang berusaha menyelamatkannya.
Sekujur tubuhnya basah, sang ratu bermuka masam berjalan cepat mengarah ke paviliun Tengah. Di depan, ada dayang yang tidak memperhatikan sehingga hampir saja dia berbenturan dengannya. Sang dayang sangat ketakutan membungkuk meminta maaf. Dia bersuara sangat keras, sang raja memperhatikan dari kejauhan bergumam dalam hati.
“Mustahil dia berhasil melewati masa kritis. Lihatlah, wanita aneh itu terlihat baik-baik saja.”
“Kasim pendamping, bawakan sang ratu pada ku.”
“Baik yang mulia Raja..”
Tepat menyampaikan perkataan sang hakim, ratu Renggana berlari sangat cepat menemuinya. Sang raja melotot melihat penampilan sang ratu. Dia mengibaskan hidungnya karena tidak tahan dengan bau anyir. “Ratu, apa yang terjadi pada mu?”
“Aku sibuk dengan urusan ku. Raja, aku butuh jembatan itu Kembali.”
“Tidak bisa, ibu suri yang memberikan perintah memusnahkan semua hal yang mengganggu mu.”
“Apa? Kau kan raja di negeri ini. Bagaimana bisa seorang raja tidak berguna bahkan tidak bisa melakukan hal sepele?”
“Lihatlah, dia bahkan melupakan kejadian di malam itu. Dirinya yang seharusnya sudah terbunuh” gumam sang raja.
Praakkk__
Sang ratu memukul dan mendorongnya. Semua mata yang tertuju sangat terkejut atas Tindakan sang ratu. Di dalam tubuh ratu Renggana kini di diami wanita era modern Bernama Krani. Gadis yang tidak memperdulikan apa yang di lakukannya kepada sang raja.
“Aku tidak akan melepaskan mu sebelum kau mengabulkan permintaan ku!”
Sang ratu berlari di kejar sang raja, tidak biasanya sang raja paku bumi bertingkah tanpa menghitungkan tradisi dan adab seharusnya di terapkan seorang raja. Kecepatan lari sang ratu lebih cepat dari sang raja.
“Ratu, aku meminta maaf atas tingkah ku. Besok kita akan menikah dan kau tidak perlu ketakutan lagi.”
“Memangnya kau siapa? Seenaknya saja mau menjadi suami ku? Huuhh..”
“Dayang Kun, apa yang terjadi pada sang ratu?”
“Maafkan hamba yang mulia, sang ratu mengalami hilang ingatan setelah kecelakaan di jembatan.”
Di dalam ruangan ibu suri, dia mendengar masalah besar yang menimpa sang ratu. Pihak klan utara berbondong-bondong berusaha mempertahankan jabatan sang ratu karena dia tidak mau klan Selatan melengserkannya.
Hari pernikahan tiba, semua proses acara adat istiadat di lewati dengan lancar. Tiba keduanya memasuki ruangan kebesaran sang raja. Ada empat lilin yang di tegakkan di dekat ruangan Tengah. Pikiran Krani sangat kacau, dia belum siap melakukan malam pertama bahkan kepada pria yang tidak dia kenal.
Dia bertekad malam ini dapat menghindari sang raja. Setelah makan malam selesai, sang ratu meminta sang raja melakukan permainan ular tangga. Namun, sikap sang raja mengabaikan semua perkataannya.
“Mari kita mulai ratu..” sang raja meniup lilin lalu mendekatinya.
“Tidak jangan sentuh aku!! Dasar kau pria mesum!”
Meskipun kehidupan kerajaan sangat berbeda, tetapi Krani tetap dituntut untuk menjadi layaknya seorang ratu pada umumnya. Dia harus bersikap lebih anggun, memiliki tata krama, dan berwibawa. Sekeras apapun Krani berusaha untuk kembali ke kehidupan semula, usahanya menjadi sia-sia. Siapa Sosok lain yang Masuk ke Raga Renggana? Terlepas dari itu, kepala dayang utama kribo dengan segenap hati membantu sang ratu untuk belajar kehidupan kerajaan.
Sang Raja sesekali merasa heran dengan tingkah laku ratu yang berbeda. Tetapi kehidupan baru sebagai pasangan yang telah menikah pun dimulai. Sementara itu, Raja selalu bersikap patuh dan lemah di hadapan ibu suri. Meskipun dia bertahta sebagai raja yang disegani orang, tetapi ibu suri memiliki kekuasaan yang lebih besar dibandingkan dengan sang raja. Krani Bersatu dalam tubuh Renggana bertemu sang raja di tengah malam. Baik raja dan ratu saling memandang dengan senyuman licik, seolah-olah mereka masing-masing mencoba mencari tahu motif satu sama lain. Secara khusus, Krani mencari raja untuk mengusulkan aturan “Jaga jarak”.
Raja Paku bumi tampak tidak terpengaruh oleh sarannya saat dia menatapnya dengan geli. Di malam hari, ratu Renggana yang di tempati sosok Krani berupaya semaksimal mungkin membaca situasi agar tidak bisa dikenali. Dia pun secara diam-diam pergi meninggalkan istana. Dengan jiwa yang tidak mau terperangkap dalam tubuh manusia lain, dia datang ke pasar malam mencari para cenayang agar bisa membantu masalahnya. Saat dia salah memasuki ruangan, dia tidak mengetahui bahwa dia bertemu dengan sang raja. Raja pun dengan bergegas mengejar Renggana.
----------------
Perkumpulan para Menteri mendengar layangan dari Klan Selatan perihal pengangkatan selir untuk sang raja. Atas rekomendasi dari ratu Timka, ibunda sang raja memberikan kejutan sehingga Klan Utara tidak bisa mencampurinya.
Tidak di sangka, Kesimpulan pertemuan kali ini adalah ketegasan sang raja yang membela selir pilihan dan mengabaikan tuduhan yang di layangkan dari klan Utara. Penutupan pertemuan menambah banyak praduga dari pihak Klan Selatan.
“Jika sang raja dominan membela selir pilihan maka ini akan menambah keuntungan kita” bisik sang perdana Menteri klan Selatan.
Di dalam aula, sang ibu suri memberikan penekanan agar sang raja tidak mengabaikan sang ratu.
“Cucu ku raja Paku Bumi. Kau harus lebih memprioritaskan ratu dari pada para selir.”
“Tentu saja ibu suri..”
Peristiwa tadi malam tidak sedikitpun di ingat sang ratu. Dia terbangun melihat kedua dayang tersenyum memandanginya. Krani tampak tidak nyaman segera merapikan bajunya. Dia melotot melihat ikat pita dan rambutnya yang berantakan. Meskipun dia menempati tubuh lain, dia tetap harus menjaga kesuciannya.
“Gawat! Ini tidak mungkin! Aku harus segera memeriksanya!” gumamnya bergegas menuju ke kamar mandi.
“Beri aku ruang sedikit dayang, kenapa di dalam sini kalian tetap ada…!”
Kehidupan yang sangat tidak dia inginkan, dia menekuk wajah dan sesekali menghela nafas. Keinginannya agar segera pergi meninggalkan alam yang seharusnya tidak dia tempati. Selesai membersihkan dan merias diri. Dia melamun di depan kaca melihat sosok wajah kekasihnya yang tinggal di era modern.
“Huufhh! Apa aku yang salah? Salah satu tamu di pesta pernikahan semalam. Aku melihat ada Galih yang menatap ku. Oh tidak Krani, sekarang yang lebih penting adalah memeriksanya” gumam Krani.
“Yang mulia ratu, kita harus bergegas.”
“Ya aku datang dayang Kribo. Memangnya kita mau kemana?”
“Kita akan menghadiri pertemuan dengan ibu suri..”
Tiba di dalam ruangan kebesaran milik ibu suri, Krani berusaha tenang. Dia menghapus bagian rencananya untuk jujur ke wanita yang paling berpengaruh di negeri tersebut untuk tidak jadi berkata jujur bahwa dirinya bukan lah ratu Renggana.
“Ratu, aku berharap besar pada mu. Semoga kau bisa membantu segala apa yang di cita-citakan sang raja. Terlebih lagi, seorang raja di wajibkan memiliki enam istri sah dan dua puluh selir pilihan. Tapi karena aku berbelas kasih maka aku hanya memprioritaskan lima istri sah dan empat selir saja.”
“Wah-wah, itu sangat bagus nenek! Eh maaf maksud saya yang mulia ibu suri. Saya tidak mempermasalahkan!”
Sang ratu kesenangan mendengar kabar gembira di lanjutkan seusai kunjungan. Dia jadi merasa sangat aman dan tidak tersentuh sang raja. Memberikan pernyataan jaga jarak, saat sang surya terbenam. Krani mulai mendongakkan kepala menunggu sang rembulan.
“Aku ini titisan anak cenayang. Pasti ad acara yang ampuh agar bisa Kembali ke alam ku!” Sang ratu memejamkan mata merasakan energi dari sang bulan.
Dia kehilangan seluruh ingatan di alamnya, perlahan ingatan milik tubuh sang ratu Renggana memperlihatkan dua pria misterius yang menikamnya. Salah satu pria yang Nampak familiar, sepasang mata tajam menyerupai sang raja.
“Ratu, di luar sangat dingin. Mohon agar ratu Kembali ke ruangan kebesaran.”
“Dayang Kribo, aku ingin bertanya pada mu. Siapa nama asli raja bodoh itu?”
“Maaf Ratu, walau hamba tidak bisa menjawab tapi ratu bisa melihat semua catatan di perpustakaan pribadi Kerajaan..”
Sang dayang mengikuti langkah ratu Renggani. Dia di dorong keluar agar tidak ikut masuk ke dalam ruangan. Kali ini Krani tidak ada waktu membaca buku, dia harus mengetahui cara memanfaatkan kekuatan bulan. Berlari mengendap-endap keluar mencari rumah cenayang atau biksu yang bisa membantunya.
“Yahh! Walau bagaimanapun aku tetap membutuhkan mu dayang pendamping.”
“Ratu, hihihi! Aku sudah lihat situasi bagian wilayah Tengah aman. Dayang utama Kribo juga sudah tidur.”
“Terimakasih. Kau jangan mengikuti ku ya.”
“Ratu! Janji Cuma sebentar. Aku bisa kena penggal kalau ketahuan raja” ucap sang dayang pendamping memelas.
Sang ratu memberikan dua jempol dengan senyuman. Dia berlari melewati bagian gerbang rahasia. Membaca Alamat yang di tulis sang dayang pendamping pada secuil kertas. Krani yang memiliki pengetahuan mengenai tulisan aksara memudahkannya membaca tulisan era kuno. Di sudut jalan, ada dua pohon yang di ikat dengan kain berwarna hitam.
Dia mencari tempat persembunyian melihat ada seorang pria yang memasuki halaman rumah. Krani memantau dalam Gerakan sangat hati-hati. Dia melihat dari bagian samping, sang cenayang berbaju hitam menoleh ke arahnya. Begitu pula sosok pria yang menggunakan penutup wajah.
Krani berlari sekencang-kencangnya, dia di kejar para pengawal wilayah garis depan. Penyamaran berpakaian menyerupai pria. Dia di Tarik sang raja dari bagian belakang barisan pilar. Sang raja menutup mulutnya, Krani yang tidak mau ketahuan bergegas memijak kaki sang raja sangat kuat.
Melompat berjuang hingga sampai di wilayah sang ratu. Dayang pendamping membantunya berganti, dia juga telah menyediakan penghangat ruangan.
“Ratu, apakah kau di dalam?” ucap sang raja dari depan pintu.
“Jangan ganggu aku! Malam ini aku tidak mau kau di dekatku!” teriak sang ratu bernada tinggi.
Seorang pria memberi peringatkan kepada ratu agar dia tidak mudah percaya dengan siapapun mereka yang tinggal di istana. Karena, semua orang yang berada di lingkungan istana mempunyai kepentingan pribadi. Sehingga, sang ratu harus berhati-hati dengan orang-orang di sekitar ratu dan tidak memandang siapa mereka.
Ratu Renggana Berusaha Kabur dari Istana! Raja Paku bumi menghampiri sang ratu yang sedang makan seorang diri. Dia pun duduk berhadapan dengannya. Tetapi tingkah laku ratu membuat raja tidak habis pikir, karena dia dengan seenaknya bersendawa di depan raja. Para kasim dan dayang-dayang yang menyaksikannya pun juga ikut terkejut.
Sementara itu, para sekutu raja khawatir apabila rencana mereka diketahui oleh ratu. Hal mengerikan yang paling mereka takuti jika ratu mendengar semua percakapan mereka. Maka kemungkinan besar akan terjadi pertumpahan darah. Ratu renggana yang sebenarnya berprofresi sebagai pengajar terkenal menunjukkan bakatnya di depan para dayang-dayang dan kasim. Dia sangat tertarik pada alat Lukis, mesin jahit dan juga lihai berkarya sehingga membuat semua semua terpukau.
...----------------...
“Ratu, tuan Galih ingin bertemu.”
Suara sang dayang kribo membukakan pintu bagian ruangan Tengah. Krani masih kebingungan melihat sosok pria di hadapannya. Sangat jelas tadi malam aku pingsan setelah melarikan diri dan mencari keberadaan tempat Dimana rumah cenayang berada. Siapa dia?” gumam Krani memandanginya.
“Bagaimana keadaan ratu? Saya sudah pernah memberikan peringatan melalui surat. Kenapa engkau mengabaikannya?”
“Hhhahh! Ya aku terlalu sibuk. Tapi, aku sangat berterimakasih karena kau telah menyelamatkanku. Benarkan?”
Di sela jawaban sang ratu dengan cara bicara dan tatapannya. Galih mengepal tangan mendekatinya lebih dekat. Dia menawarkan kesetiaan dan perlindungan kalimat terakhir yang tidak terduga di tangkap sang ratu adalah ucapan saudaranya yang mengatakan sangat merindukannya.
“Duh siapa sih pria ini? Orang yang terdekat adalah orang yang paling mudah menusuk mu dari belakang bukan?” gumam Krani bergerak menjauh.
Galih meminta ijin untuk pergi, di benak dan pikiran yang sangat kecewa melihat sang ratu melupakan semuanya. Dia berjanji pada dirinya sendiri akan membunuh semua orang yang menyakiti sang ratu. Terutama penusukan di jembatan menjadikannya manusia yang paling bersalah karena terlambat menyelamatkan sang ratu.
Krani yang kini di panggil dengan sebutan ratu Renggana, berdiri di samping selir yang pertama yang terpilih. Di area palangan padang rumput Kerajaan, tanpa di duga selir yang licik itu mengajaknya melukis Bersama.
“Kali ini kau pasti kalah. Aku tau kau hanya ratu bodoh yang di rekomendasikan klan utara untuk menjebak sang raja” gumam selir Nus tersenyum menyeringai.
Peralatan melukis di sediakan, kanvas berukuran lebih besar serta menggunakan pewarna cat dengan buah dan dedaunan. Para dayang tersenyum kecil melihat sang ratu hanya memandangi buah-buahan sedangkan selir Nus mulai menulis.
“Ada apa dengan diri mu ratu? Akui saja kekalahan mu dan tinggalkan tempat ini.”
“Selir Nus, sejujurnya aku tidak mau mencari masalah atau berlawanan pendapat pada mu. Aku memastikan tidak ada percikan api di antara kita. Kalau kau cemburu dengan raja maka kau ambil saja dia dan ikat di kamar mu.”
Sang ratu mulai menumbuk buah yang dia pilih. Satu sentukan menggunakan dua warna yang di padukan, dalam sekejab lukisan indah tercipta. Hasil karya yang sangat indah, sang ratu yang terlebih dahulu menyelesaikannya.
Selir Nah tidak senang melihat kehebatan sang ratu. Dia pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Para dayang sang ratu memuji dan meyakini ratu lebih unggul di bandingkan selir Nah. Belum puas dengan hasil karya yang di ciptakan hari ini. Sang ratu tidak mau berlama-lama tinggal di istana yang sangat di penuhi manusia mengerikan. Nyawanya sedang di incar, peristiwa penusukan, selir yang di duga seratus persen menaruh dendam dan ingin melenyapkannya terlebih lagi mertuanya yang tidak pernah Lelah menanyakan kabar tentangnya.
“Apakah pemilik tubuh ini memiliki sifat yang buruk sehingga banyak orang yang tidak menyukainya? Atau karena dia adalah orang yang paling susah untuk di lenyapkan?” gumam sang ratu menuju ke pavilion Selatan. Ratu berpikir, cara satu-satunya adalah Kembali ke jamannya. Segera membangun jembatan menggunakan kekuatan yang di miliki oleh ibu suri.
“Haduh! Kepala ku pusing sekali. Kenapa tiba-tiba aku kedinginan?”
“Yang mulia ratu!” dayang pendamping berlari menangkap tubuhnya.
“Dayang pendamping, aku tidak apa-apa.”
Ya, padahal dia mau mencari tau hal apa yang sangat di sukai sang ibu suri agar bisa mendapatkan apa yang dia inginkan. Dia tidak mau berurusan dengan tabib istana berkumis tebal atau minum minuman herbal yang sangat pahit.
“Dayang pendamping, dayang Kribo. Apakah kalian tau mengapa orang-orang di istana Tengah ramai berlalu Lalang?”
“Yang mulia ratu, ibu suri sangat menjaga penampilannya. Dia juga selalu menyuruh para penjahit ternama untuk membuatkan baju sebagus mungkin setiap harinya. Satu hari ada empat atau lima baju yang di hasilkan, dan yang mulia ibu suri memilih yang cocok untuknya.”
“Hey-hey dayang Kribo, kenapa kau menutupi berita hangat yang lainnya.”
Dayang pendamping membisikkan ke telinga sang ratu. Dayang Kribo ikut menguping mendengar bahwa sang dayang pendamping tau jika ibu suri tidak menerima setiap hari semua pakaian yang di jahit. Kesempatan emas bagi Ratu ingin memenangkan hatinya, dia memberikan misi kepada kedua dayang mencarikan bahan yang dia pesan.
Ratu Kembali keruangannya, dia menulis belanjaan yang akan di beli. Namun, sang raja memasuki ruangan mengajaknya meminum the Bersama.
“Ratu, aku ingin memahami mu. Malam ini aku akan tidur di istana ratu. Kehilangan ingatan pasti sangat memberatkan mu. Aku ingin mengetahui kegiatan apa saja yang kau lakukan hari ini.”
“Dia mulai mengorek keseharian ku. Mmhhh, kau tidak bisa mengelabui ku dengan jurus buaya liar mu raja. Apakah aku harus menyebut mu pria hiper___ ? kau hanya mementingkan nafsu mu saja. Kalau kau raja yang baik maka kau tidak mengundang selir tidur Bersama mu di saat hari pernikahan wanita ini” gumam sang ratu melototinya.
“Ssshhh aahhh minuman hangat ini sangat menghangatkan tubuh ku. Raja, hari ini aku ada kunjungan sepupu ku, kau tidak mungkin tidak mengetahuinya.”
“Kenapa kau tidak berterus terang saja ratu? Keluarkan semua rahasia mu!” gumam sang raja.
Raja Paku bumi menarik tangannya, dia mengeluarkan jurus rayuan maut dan kata-kata madu tumpah. Akan tetapi sang ratu meletakkan wadah dengan sangat keras. “Aku tau apa maksud mu raja. Kau mau membunuh ku kan?”
Sang ratu menahan tusuk sanggul yang di Tarik sang raja dari rambutnya. Urat mata menonjol, di dalam tubuhnya bukanlah Renggana yang asli. Krani menarik kuat tusuk sanggul miliknya lalu mengarahkan ke mata kanan sang raja.
“Raja Paku Bumi, kalau darah ku menetes akibat tangan mu. Maka aku memastikan sebelum mati, kau akan kehilangan kedua bola mata mu. Aku sendiri yang akan mencungkil dan mengeluarkannya!” ucap sang ratu meninggalkan ruangan dengan membanting pintu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!