NovelToon NovelToon

Become A Mother Of My BFF

Hari kelulusan SMA

Hari kelulusan SMA Dharmawangsa Jakarta angkatan  tahun 2018-2021

Begitulah tulisan yang tertera dalam spanduk yang terpasang di gerbang sekolah hari ini. Hari kelulusan SMA yang dinantikan oleh setiap siswa ketika selesai menjalani ujian akhir sekolah.

Perayaan hari ini tampak meriah.  Semua siswa tampak tertawa senang begitu mendapatkan ijazah kelulusan mereka.

Karena ini adalah acara bebas, maka setiap siswa bisa melakukan apapun pada saat ini. Beberapa siswa tampak berfoto bersama teman-temannya. Beberapa lagi sibuk menunjukkan ijazah mereka pada orangtuanya. Sebagian lagi sudah tampak pulang meninggalkan tempat acara.

Beberapa siswa perempuan tampak berkumpul di sudut lain. Mereka tampak bercanda dan bercerita tentang rencana kedepannya.

"Akhirnya aku bisa kuliah di kampus impian ku. Tapi sayangnya, waktu kita berkumpul akan semakin sedikit." Ucap Dita sedih.

"Iya juga ya! Tapi kita masih bisa bertemu sesekali, kan?" Timpal Fina.

"Tentu saja bisa . Kita masih tinggal di kota yang sama, 'kan? Tinggal atur jadwal lalu ketemuan. Lagipula kita juga bisa tetap berkomunikasi di grup chat, 'kan?" Ucap Riana.

"Kamu dan Alina sih enak bisa sering ketemu karena kampusnya berdekatan. Kami berdua yang susah karena kampus kita beda daerah." Ucap Fina.

"Tapi kampus kita juga beda, kan? Waktu belajarnya juga pasti berbeda." Ucap Alina.

"Iya ,sih. Tapi  kalian bisa tetap ketemu karena masih satu arah." Dita tak mau kalah.

"Ish.. apaan ,sih? Kuliah saja belum di mulai, sudah memikirkan hal lain." Ucap Riana.

"Iya, nih! Bagaimana kalau kita ambil gambar saja dengan kamera ku? Mumpung lagi cantik." Usul Alina.

"Kamu biasanya juga cantik. Keturunan bibit unggul, sih." Canda Dita pada Alina.

"Iya. Pakai kaos dan celana pendek juga sudah cantik. Ayahnya saja begitu tampan . Tapi omong-omong ayahmu tidak keliatan dari tadi. Padahal aku sudah dandan dari subuh buat ketemu ayahmu lho. Mungkin saja ayahmu jadi tertarik padaku!" Ucap Fina sambil lihat kiri kanan dengan penuh percaya diri.

"Dih! Aku tidak sudi punya ibu tiri kayak kamu. Bisa-bisa aku jadi pembantu gratis. Semuanya aku yang kerjakan. Kayak ibu tiri di dalam drama." Canda Alina sambil tertawa.

Yang lainnya juga ikut tertawa. Mereka berempat memang sudah akrab sehingga bisa bebas bercanda antara satu dengan yang lainnya.

"Lagipula Alina sudah punya calon ideal untuk ibu sambungnya." timpal Dita.

"Siapa?" Tanya Fina pura-pura tidak tahu.

"Siapa lagi kalau bukan Riana Nina Zara." Canda Dita.

"Hahaha.... Lucu sekali." Riana tampak cemberut.

"Aduh! jangan cemberut dong. Wajahmu jadi jelek tahu. Ibu!" Timpal Alina menggodanya.

"Terserah kalian sajalah! Aku pulang nih ya!" Ia pura-pura merajuk.

"Jangan merajuk, dong! Oke-oke kita tidak akan menggoda mu lagi. Bagaimana jika kita ambil beberapa gambar sekarang?" Usul Fina.

Mereka akhirnya mengambil beberapa gambar bersama secara bergantian karena tidak ada yang bisa membantu untuk mengambilkannya. Semuanya tampak sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Bahkan para orang tua tampak mengobrol dengan serius hingga melupakan keberadaan anak-anaknya.

"Berikan kameranya! Biar om saja yang memotret kalian!" Seru seorang pria mendatangi mereka.

Dia adalah ayahnya Alina yang sejak tadi di bicarakan. Ervin Dafa Wijaya. Usianya masih tergolong muda untuk ukuran bapak-bapak yang sudah memiliki anak SMA. Ia masih berusia 39 tahun. Karena saat itu ia dan mendiang ibunya Alina menikah di usia muda. Sekitar usia 20 tahunan. Namun sayangnya pernikahan tersebut hanya bertahan selama dua tahun saja. Ibunya Alina meninggal ketika Alina berusia satu tahun. Sejak saat itu ayahnya belum menikah lagi. Hanya saja sepertinya ia akan segera menikah karena saat ini ia tengah menjalin hubungan dengan seorang wanita. Sayangnya Alina tidak menyukai wanita tersebut.

"Terima kasih om! Dari tadi tidak ada yang bisa dimintai tolong. Untung saja om datang tepat pada waktunya." Ucap Dita antusias.

"Kebetulan sekali ,ya! Oke! Senyum yang cantik semuanya." Ucapnya mulai mengambil foto.

Mereka berempat tampak tersenyum. Karena merasa punya fotografer dadakan, mereka tanpa sadar mengambil banyak foto. Ada yang foto berempat, ada juga yang berfoto berdua bahkan sendirian. Para orang tua yang tiba-tiba muncul juga mendadak ikut berfoto. Mereka akhirnya berfoto bersama dengan pengaturan timer di kameranya.

Acara berfoto akhirnya selesai. Dita, Fina dan keluarga mereka sudah kembali lebih dulu. Sementara Riana dan orangtuanya di undang makan siang bersama oleh ayahnya Alina.

Kedua keluarga tersebut sudah akrab karena Riana dan Alina sudah bertemu sejak SMP. Alina juga sering menginap di rumah Riana jika ayahnya punya urusan di luar kota. Ayahnya adalah seorang kontraktor yang sukses. Sehingga ia sering mendapatkan proyek kerjasama di luar kota. Mereka berdua tinggal di apartemen mewah di tengah kota.

Ervin mengajak mereka untuk makan siang di sebuah restoran mewah. Mereka lalu memesan makanan. Sambil menunggu makanan datang, mereka sesekali tampak berbincang.

"Om dengar dari Alina, katanya Riana mau kuliah di jurusan teknik sipil, ya?" Tanya Ervin pada Rania.

"Iya, om." Jawab Riana.

"Riana suka sekali menggambar sejak dulu. Dia pernah bilang jika dia mau menjadi seorang arsitek. Saya pikir itu hanya khayalannya saja. Ternyata dia memang serius ingin menjadi seorang arsitek ." Ucap Rima membanggakan putrinya itu.

"Itu sangat bagus sekali. Nanti kamu bisa magang di kantor om. " Ucap Ervin pada Riana.

Wanita itu tampak tersipu malu. Wajahnya terlihat bersemu merah. Membayangkan dirinya berada di atas gedung yang sama dengan pria di hadapannya itu membuatnya bahagia. Hanya saja ia terlalu malu untuk menunjukkan perasaannya pada semua orang.

"Iya, om! Kalau om tidak keberatan, itu akan benar-benar membantu." Ucap Riana canggung.

"Tentu saja tidak keberatan. Kan om sendiri yang menawarkannya padamu."

"Iya juga ya!" Kekeh Riana.

"Iya, Ri! Ayah juga bisa bantu kamu. Ayah kan juga lulusan teknik sipil. Makanya sekarang ayah jadi kontraktor sukses." Puji Alina merasa bangga dengan prestasi ayahnya.

"Alina terlalu melebih-lebihkan." Ucap Ervin.

Mereka lalu melanjutkan obrolan mereka dengan pembicaraan yang lebih santai sambil makan. Hanya saja sepertinya kebahagiaan itu tiba-tiba saja berubah menjadi hening ketika seorang wanita menghampiri meja mereka.

"Maaf! Aku terlambat datang, sayang! Ada pekerjaan yang tidak bisa di tunda." Ucap wanita itu sambil mencium pipi Ervin dengan lembut.

Pria itu juga berdiri untuk menyambutnya. "Tidak apa-apa, sayang! Kami baru saja makan. Aku juga sudah memesankan makanan untukmu." Ucap Ervin.

"Terima kasih." Ucapnya pada Ervin. Ia lalu beralih melihat Alina.

"Selamat atas kelulusan mu, Alina." Ucapnya ramah sambil memberikan sebuah buket bunga untuknya.

Namun sepertinya hanya mereka berdua yang terlihat senang. Karena Alina justru tampak kesal saat ini. Ia sungguh tidak menyukainya.

...****************...

Nb: hai! Salam kenal. Ini adalah karya pertamaku. Semoga kalian suka dengan jalan ceritanya.

Mohon dukungannya ya! Biar makin semangat nulisnya. Kasih kritik dan saran juga ya.

Terima kasih.

♥️♥️♥️

Thiea

Galau

Suasana menjadi canggung setelah kehadiran wanita itu. Dia adalah Yasmin Indira, seorang wakil direktur di sebuah perusahaan majalah fashion ternama.

Sudah setahun belakangan ini ia menjalin hubungan dengan Ervin. Mereka bertemu ketika Ervin menjadi salah satu nara sumber yang diundang oleh perusahaannya.

Hanya saja Alina tidak menyukai wanita tersebut. Ia merasa jika wanita itu hanya ingin memanfaatkan ayahnya saja. Entah itu karena uangnya atau pengaruhnya. Pokoknya Alina tidak menyukainya sama sekali.

Ia juga sering menceritakan hal ini pada Riana. Tetapi Riana tidak pernah setuju padanya. Ia selalu mengatakan pada Alina bahwa mungkin ia hanya merasa belum siap menerima seseorang yang mungkin akan menggantikan posisi ibunya.

Dengan terpaksa ia menerima buket bunga yang di bawakan oleh Yasmin karena tak ingin merusak suasana saat itu.

"Terima kasih, Tante." Ucapnya kemudian dengan ekspresi wajah masam.

"Iya, sayang." Ucap wanita itu ramah dengan senyum terbaiknya.

Mereka lalu kembali makan dan melanjutkan obrolan ringan mereka.

Namun sepertinya Alina seketika kehilangan nafsu makannya. Ia tampak tidak bersemangat siang itu. Tentu saja karena kehadiran wanita yang tidak ia sukai itu. Ia hanya memainkan makanannya sedari tadi. Tidak memakannya barang sesuap. Riana tampak gemas melihatnya. Ia lalu menyenggol kakinya pelan menggunakan kakinya.

Alina seketika menatapnya. Riana tampak berbicara dengan gerakan tangannya tanpa bersuara.

("Kenapa kamu tidak makan? Jangan memainkan makananmu! Itu tidak sopan!") Riana.

("Aku tidak selera makan! Seseorang merusak mood ku!") Alina.

("Kamu tidak boleh begitu! Dia kekasih ayahmu! Habiskan makananmu! Jangan seperti anak kecil. Nanti kamu sakit lho kalau tidak makan. Cepat habiskan!") Riana tampak melotot kearahnya.

("Iya! iya! Aku makan! Dasar ibu tiri galak!") Alina tampak menjulurkan lidahnya.

Riana balas melotot kearahnya. Lalu mereka berdua tersenyum dan melanjutkan menghabiskan makanannya.

Keduanya sepertinya tidak sadar jika ada seseorang yang diam-diam memperhatikan mereka. Terutama memperhatikan Riana.

Alina memang sulit di atur, tetapi hanya gadis itu yang bisa meluluhkan hatinya. Pikir Ervin.

...****************...

"Alina! Kenapa sikapmu seperti itu pada tante Yasmin? Ayah tidak suka melihatnya. Tante Yasmin mungkin akan sakit hati dengan sikapmu." Ervin tampak kesal dengan sikap acuh tak acuh putrinya pada Yasmin ketika di restoran tadi.

Sesampainya di apartemen, ia langsung menegur putrinya itu.

"Ayah kan tahu kalo Alina tidak suka pada wanita itu. Tapi ayah tetap saja menjalin hubungan dengannya. Apa ayah tidak pernah perduli dengan perasaan Alina?" keluhnya.

"Ayah tahu itu, tapi apa kamu tidak bisa mencoba untuk menerimanya. Kamu sendiri yang bilang kalo kamu butuh seorang ibu. Tapi kamu sendiri yang bersikap seperti ini. Sebenarnya mau kamu apa?" tanyanya Ervin.

"Alina hanya tidak suka padanya. Alina merasa kalau dia cuma mau manfaatin ayah doang! Ayah 'kan bisa cari wanita lain! Tidak harus dia." Ia tampak mencari-cari alasan.

Ervin tampak menghela nafas kasar sambil memijat pangkal hidungnya.

"Ayah benar-benar tidak tahu harus bagaimana lagi. Kalo kamu memang tidak suka sama tante Yasmin, oke! Ayah akan putus dengannya. Percuma hubungan ini dilanjutkan kalau kamu sendiri tidak bisa menerimanya. Apa kamu pikir semudah itu mencari seorang wanita yang mau dinikahi oleh seorang duda beranak satu seperti ayah?" Jelas Ervin merasa kecewa.

Alina mendadak diam. Ia sepertinya sudah bersikap egois karena hanya mementingkan dirinya sendiri.

Setelah ibunya meninggal, ayahnya tidak pernah lagi menjalin hubungan dengan wanita manapun. Yasmin adalah wanita pertama yang masuk ke dalam kehidupan Ervin setelah istrinya meninggal.

Alina sadar jika ayahnya pasti kesepian dan membutuhkan seorang pendamping hidup. Mungkin memang benar yang di katakan Riana. Mungkin ia memang belum siap menerima kehadiran wanita lain dalam hidup ayahnya. Ia takut jika posisi ibunya akan tergantikan dengan wanita lain.

"Maafkan Alina, yah! Alina akan mencoba untuk menerima kehadiran tante Yasmin. Tapi tolong berikan Alina waktu. Ayah tidak perlu putus dengannya. Alina hanya takut jika Ayah di rebut dari Alina." Jelasnya sedih .

Ervin memeluknya. "Tidak akan ada seorangpun yang bisa merebut ayah darimu. Tenang saja sayang." Ucapnya.

"Baiklah, yah!"

...****************...

Dua tahun kemudian......

Kesibukan kuliah membuat Riana dan Alina jadi jarang bertemu. Keduanya tampak sibuk dengan tugas kuliahnya masing-masing. Jika bertemu pun mungkin hanya bisa di akhir pekan. Itupun hanya beberapa jam.

Namun mereka tetap menjalin komunikasi lewat grup chat yang mereka buat di aplikasi handphone mereka. Dita dan Fina juga tergabung di dalam grup chat tersebut. Sehingga mereka tetap bisa berkomunikasi.

(percakapan berikut terjadi melalui grup chat).

Grup chat

FINA: Malam girls! Kalian lagi sibuk nggak? Aku mau cerita, nih !

........

........

RIANA: Cerita apa lagi? Pasti tentang pria pujaan kamu itu lagi ya? Kenapa lagi memangnya?

FINA: Ish kok gitu, sih. Aku kan lagi galau, nih!

RIANA: Hehe.... Sorry deh! Memangnya kenapa lagi dia? Bawaannya galau terus?

FINA: Huhuhu.... Reza ternyata sudah punya pacar... Aku baru tahu dari teman kampusku. Katanya dia sudah menjalani hubungan dari sebulan yang lalu dengan wanita itu. Wanita itu juga sangat cantik. Sepertinya aku nggak punya harapan lagi, deh.

DITA: Aduh Kasihan sekali sahabat ku ini ! By the way maaf karena baru gabung. Lagi pusing karena banyak tugas.

FINA: tuh kan, Memang kasian sekali hidupku. Hiks... Hiks...hiks... Oh iya, tuan putri kita kemana? Sudah seminggu terakhir ini dia tidak aktif di grup.

RIANA: Dia juga lagi sibuk sama tugas juga. Pusing juga katanya. Hahaha...

DITA: Iya nih! Sepertinya semakin dewasa semakin banyak juga yang harus dipikirkan.

RIANA: Iya, kamu benar! Dulu waktu sekolah aku ingin cepat kuliah agar bisa merasakan bagaimana jadi orang dewasa. Kayaknya asyik banget lihat kehidupan anak kuliahan. Nah sekarang aku malah ingin kembali lagi jadi anak sekolahan. Hu..hu ..hu...

FINA: Hahaha iya nih. Aku jadi rindu sama ibu kantin.

DITA: Rindu hutang lagi ya, Fin? Hehehe...

FINA: Sembarangan kalau bicara suka betul.. Hahahaha .....

RIANA: Hahaha.... di kantin kampus gak sering hutang juga kan Fin?

FINA: Sialan kalian berdua. Kenapa mengejekku terus? Sebal! Girls! Kayaknya aku keluar duluan, ya! Mama sudah manggil-manggil nyuruh makan.

RIANA: Eh kabur dia! Aku juga sudah, ya. Tugas ku masih banyak. Mau bantu ibu juga. Banyak pesanan.

DITA: Oke.

(Chat berakhir)

...****************...

Sementara itu di apartemennya, Alina tampak lesu menatap layar ponselnya. Pikirannya tampak kacau saat ini. Ia baru saja dikejutkan oleh berita yang tidak pernah ingin didengarnya.

Ayahnya memutuskan untuk bertunangan dengan kekasihnya. Pertunangan tersebut akan dilangsungkan pekan depan. Tadinya ia ingin curhat dengan teman-temannya. Rasanya ingin sekali gabung dengan percakapan mereka di grup. Tetapi ia segera mengurungkan niatnya itu.

Alina sudah berjanji pada ayahnya untuk mencoba menerima kehadiran Yasmin. Tetapi tetap saja ia merasa belum siap untuk menerima wanita itu di dalam hidupnya.

...****************...

Jangan lupa dukung selalu karya ku ini ya. Menerima kritik dan saran. Terima kasih.

Memendam rasa.

Pagi ini suasana tempat katering milik ibunya Riana tampak sibuk. Ada sebuah acara yang akan di adakan di kantor utama milik ayahnya Alina. Perayaan ulang tahun perusahaan yang selalu diadakan setiap tahunnya. Ini tahun ke empat mereka bekerja sama. Ervin mempercayakan urusan konsumsi kepada usaha katering yang dikelola ibunya. Seluruh staff beserta direksi begitu memuji masakan wanita yang hampir memasuki usia paruh baya itu.

Biasanya Riana juga ikut membantu ibunya pada acara-acara besar seperti ini. Setelah mempersiapkan segalanya, mereka lalu pergi ke tempat acara. Sesampainya di sana, mereka segera mempersiapkan hidangan di meja yang sudah di tentukan. Riana juga ikut membantu menata makanan di tempat prasmanan. Ada beberapa jenis hidangan yang di buat berdasarkan permintaan pihak perusahaan.

Hari itu Riana memakai kemeja putih dan celana panjang berwarna hitam. Sama seperti yang dikenakan oleh semua pegawai katering hari itu. Ia juga mengepang rambut panjangnya agar terlihat rapi. Setelah lulus sekolah, ia memang sengaja memanjangkan rambutnya agar terlihat berbeda. Ia juga tampak semakin cantik dengan rambut panjangnya.

Setidaknya ada beberapa pria yang mengajaknya untuk berkenalan. Namun sayangnya ia belum tertarik untuk menjalin hubungan dengan pria manapun. Karena hatinya sudah terisi penuh dengan seorang pria yang dikenalnya.

"Riana juga datang membantu ibu, ya?  Sudah lama sekali om tidak melihatmu." Ucap seorang pria padanya ketika melihatnya sedang sibuk menata hidangan.

"Om Ervin! Iya sudah lama kita tidak ketemu. Lagi banyak tugas kuliah, om. Jadi jarang ketemu juga sama Alina." Jelasnya.

"Ah iya! Alina juga lagi sibuk mengerjakan tugas kuliahnya. Makanya dia tidak bisa datang hari ini."

"Oh begitu ya, om! Pantas saja dia jarang aktif di grup chat."

"Begitu ya! Hmm... Apa om bisa minta tolong padamu? Ini tentang Alina."

"Minta tolong apa ya, om?"

"Akhir-akhir ini kami jarang bicara karena kesibukan masing-masing. Alina juga selalu mengurung diri di kamar sepulang kuliah. Ia seperti sedang menghindar dari om. Apa kamu bisa bicara dengannya untuk mencari tahu? Alina selalu mendengarkan mu. Jadi dia pasti mau berbicara denganmu. Apa kamu bisa membantu om?" Pria berkacamata itu terlihat putus asa.

Sebenarnya Riana tahu pasti apa yang membuat sahabatnya itu menghindari ayahnya. Itu karena masalah pertunangan Ervin yang akan diadakan dua pekan lagi. Hal itu benar-benar membuat Alina frustasi. Di satu sisi ia tidak menyukai kekasih ayahnya, namun disisi lain ia ingin sekali melihat ayahnya menikah kembali dan hidup bahagia.

Alina benar-benar dihadapkan pada keputusan yang sulit.

"Iya, om! Nanti saya akan coba bicara dengan Alina." Riana tampak menyanggupi.

"Baiklah! Terima kasih ya, Riana!"

"Iya, om!" Serunya.

"Sayang! Ternyata kamu ada di sini? Aku cari kamu dari tadi lho. Kamu sedang apa di sini?" Tanya seorang wanita ketika menghampiri Ervin.

Wanita itu juga langsung menggandeng tangannya. Ia menatap sinis ke arah Riana. Hanya saja sepertinya Ervin tidak menyadari hal itu.

"Aku sedang bicara dengan Riana. Kau ingat dia, kan? Dia teman dekat Alina. Kita pernah makan siang bersama waktu hari kelulusan mereka." Jelasnya.

"Hmm... Aku lupa. Itu kan sudah lama sekali. Oh iya! Mama dan papa udah datang. Mereka nanyain kamu lho. Ayo kita ke sana!" Ajaknya.

Ia tampak bergelayut manja di lengan pria itu. Tampaknya Ervin juga merasa nyaman dengan hal itu karena ia membiarkannya. Itu hal yang wajar karena mereka sudah berpacaran cukup lama. Riana juga mendengar dari Alina soal pertunangan mereka yang akan dilangsungkan dalam waktu dekat. Hal itu juga yang membuat Alina pusing akhir-akhir ini.

"Baiklah! Om pergi dulu, ya! Jangan lupa apa yang kita bicarakan tadi!" Ucap Ervin sebelum pergi.

"Iya, om!" Ucap Riana.

Mereka berdua lalu pergi meninggalkan Riana. Riana kembali melanjutkan pekerjaannya.

"Memangnya kamu ada urusan apa sama dia?" tanya wanita bernama Yasmin itu dengan nada sinis.

"Kamu tidak perlu tahu. Itu hanya bisnis kecil." Jelas Ervin.

"Bisnis kecil apa? Kamu jangan macam-macam ya? Kita akan bertunangan sebentar lagi."

"CK! Kamu yang jangan berpikiran macam-macam? Jangan terlalu berlebihan. Ini hanya urusan bisnis." Ervin tampak kesal jika Yasmin sudah bersikap berlebihan padanya. Terkadang Yasmin terlalu posesif padanya.

...****************...

Acara siang itu berlangsung dengan lancar. Riana tampak terpukau setiap kali melihat Ervin berpidato di depan podium. Ia punya sisi kharismatik dengan jiwa kepemimpinan yang kuat. Semua orang tampak serius memperhatikan dan mendengarkan setiap perkataannya.

Namun ketika melihatnya berdiri berdampingan dengan wanita yang akan menjadi tunangannya, ia mulai merasa sedih. Hatinya tampak sakit karena memendam perasaannya. Iya, Ervin lah satu-satunya pria yang sudah menempati semua ruang di hatinya saat ini. Entah sejak kapan ia sadar bahwa yang ia rasakan pada Ervin adalah perasaan cinta. Ketika masih duduk di bangku SMP, ia hanya kagum pada ketampanan Ervin. Saat beranjak dewasa, perlahan-lahan rasa kagum itu berubah menjadi rasa suka hingga saat ini ia menyadari bahwa ia mencintai pria itu.

Riana sama sekali tidak pernah memandang usianya. Baginya usia bukanlah penghalang seseorang untuk jatuh cinta. Karena ungkapan "cinta tak memandang usia" itu mungkin benar adanya. Namun ia selalu sadar diri dan tidak terlalu berharap pada pria itu. Ia tahu bahwa mustahil jika pria itu bisa membalas perasaannya. Mungkin baginya Riana sudah seperti anak kandungnya sendiri. Mengingat jika Riana seumuran dengan Alina.

Mungkin sudah saatnya untuk menyerah pada perasaannya. Mungkin sudah saatnya untuk mencoba menjalin hubungan dengan pria lain yang lebih pantas. Tetapi ia malah merasa semakin ragu jika hubungan kelak akan berhasil. Karena hatinya sudah terpaut begitu dalam pada pria matang itu.

...****************...

Riana tampak sibuk mondar-mandir mengantarkan minuman untuk para tamu. Beberapa pegawai tampak mengenalinya karena sudah biasa melihat wajahnya di setiap acara yang di adakan di kantor tersebut.

Beberapa pegawai bahkan ada yang terang-terangan menggodanya. Namun ia hanya menganggapnya sebatas candaan semata.

"Pelayan! Kemarilah!" Yasmin memanggil Riana ke mejanya.

Riana tampak mendatanginya.

"Iya, nona! Anda ingin minum?" Tanyanya dengan polos.

"Iya! Aku ingin segelas minuman." Ucapnya.

Riana memberikan segelas minuman padanya. Yasmin tampak meminumnya. Lalu ia meminta Riana untuk mengambilkan makanan untuknya. Riana mau tak mau pergi untuk mengambilkan makanan untuknya.

"Kenapa tingkat kematangan nya welldone? Tadi aku bilang kan kematangannya medium rare. Apa kamu tidak dengar? Ganti lagi steak nya! Aku tidak mau makan ini." Perintahnya pada Riana.

Riana masih bisa bersabar. " Baik, nona! Saya minta maaf. Saya akan segera menggantinya."

Riana lalu pergi untuk mengambilkan steak yang baru. Kali ini dengan tingkat kematangan yang sesuai.

"Iya. Ini sudah benar. Tapi kenapa salad nya sedikit sekali. Tambah lagi salad nya."

Riana tampaknya menyadari sesuatu. Yasmin sedang mengerjainya. Wanita itu menyuruhnya ini dan itu tanpa henti. Selalu saja ada yang salah dengan pesanannya. Riana sudah hampir di ambang batas kesabarannya kali ini. Jika saja seseorang tidak menghentikan amarahnya yang hampir meledak, mungkin akan terjadi pertengkaran hebat saat itu.

"Yasmin! Apa-apaan kamu ini?" Ervin tampak kesal.

...****************...

Jangan lupa untuk dukung karyaku ini ya. Tinggalkan like, komentar dan jangan lupa subscribe ya. Berikan vote juga ya.

Terima kasih.

♥️♥️♥️♥️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!