Celine Ainsley tidak menyangka, teman mantan sewaktu SMA dulu, begitu bersemangat datang pada reunian lima tahun mereka.
Terlihat dari banyaknya yang datang pada reunian tersebut, dan bahkan Joseph Scott, senior yang dulu pernah ia nyatakan rasa suka, juga datang bersama dengan seorang wanita cantik.
Tunggu dulu!
Sepertinya wanita cantik itu ia kenal. Iya benar!
Setelah Celine perhatikan wanita cantik itu, akhirnya ia mengenalinya.
Ternyata wanita cantik itu seniornya juga, yang ia dengar gosipnya kala itu menyukai Joseph.
"Kalau jodoh, memang tidak akan kemana, ternyata mereka memang berjodoh, dan aku dengar beritanya, mereka telah bertunangan"
Tiba-tiba Bertha, sahabat Celine dari sejak SMA berbisik di telinga Celine, membuat Celine semakin malu, mengingat peristiwa memalukan, yang ia lakukan lima tahun yang lalu.
Ia menyatakan cinta pada Joseph di halaman sekolah, dengan menyerahkan surat cintanya kepada Joseph, di saksikan teman-teman sekolah mereka.
Wajah datar Joseph terlihat acuh tak acuh menatap surat cinta yang ia sodorkan, dan memandangnya dengan tatapan dingin.
"Dasar kekanakan, menyingkir dari depanku! kau menghalangi jalanku! aku tidak menyukai anak kecil!"
Kata-kata dingin yang keluar dari mulut Joseph, membuat wajahnya memerah menahan malu.
Dan dengan kasar Joseph meraih surat cinta itu dari tangannya.
Lalu dengan cueknya, Joseph melemparkan surat itu ke tanah, lalu meninggalkannya dengan aura yang terasa begitu dingin.
Ia terpaku di tempatnya berdiri, lalu terdengarlah suara tawa teman-teman sekolahnya.
Tawa yang begitu riuh menertawakan dirinya karena di tolak Joseph.
Dengan cepat ia meraih surat yang di lempar Joseph dari tanah.
Kemudian berlari menuju gudang belakang sekolah.
Ia pun menangis di sana, karena begitu malu dipermalukan Joseph.
Semenjak hari itu, ia selalu menghindari Joseph, sampai Joseph lulus dari sekolah mereka.
Dua tahun kemudian ia dapat melupakan Joseph, dan menutup pintu hatinya mencintai Joseph.
Tiga tahun kemudian ia pun, dapat sepenuhnya melupakan Joseph.
Dan tidak pernah mengingat lagi, akan sosok pria yang membuat ia pernah mempermalukan dirinya itu.
Hingga akhirnya ia lulus dari Universitas, dan membantu Ayahnya bekerja di restoran Ayahnya.
"Celine... kau datang juga, ya!" seru seorang pria menghamburkan dirinya duduk di samping Celine.
Ronald Melvin, mantan teman satu kelasnya, sangat menyukainya sejak ia di tolak Joseph, dan diam-diam selalu mengikutinya.
Tapi ia, hanya menganggap Ronald sebagai teman saja, tidak lebih dari pada itu.
Walau begitu, Ronald tidak menjauh darinya.
Ia sudah mengungkapkan perasaannya pada Ronald, kalau ia hanya menganggap Ronald sebagai teman saja.
Ronald, pria periang yang selalu membuatnya tertawa, dan ia menyukai humor Ronald.
Bersama Bertha, mereka tiga sahabat yang selalu kompak, dan sering bersama ke mana pun.
"Iya!" jawab Celine tersenyum.
"Apa kau sudah melihat Joseph?" tanya Ronald berbisik pada Celine.
"Siapa Joseph?" tanya Celine tersenyum, menjawab bisikan Ronald.
Celine tidak menyangka, Ronald masih mengingat akan sosok senior mereka yang berprestasi itu.
Joseph siswa pintar yang selalu mewakili sekolah mereka, kalau ada pertandingan apa pun itu.
Basket, bola voli, sepak bola, dan mata pelajaran lainnya, Joseph selalu yang menjadi terdepan.
Joseph di kenal siswa dingin, memiliki wajah yang tampan, dan latar belakang keluarga kaya di kota mereka.
Membuat Joseph populer dikalangan siswi, dan banyak siswi yang menyukainya, termasuk salah satunya dirinya.
"Kamu tidak ingat lagi dengan Joseph?" tanya Ronald mengerutkan keningnya, menatap Celine tidak percaya.
"Kenapa?" Celine bertanya balik, memandang Ronald sembari tersenyum.
Ia bukannya tidak ingat, tapi memang tidak ingin mengungkit tentang Joseph lagi, karena ia sudah lama menyerah pada Joseph.
"Aku dengar dia sudah mengambil alih grup Scott, dan menjadi CEO menggantikan Papanya" bisik Ronald.
"Kenapa kau ceritakan padaku tentang dia, menjadi seorang Ceo? kau memang tukang gosip, kau cemburu padanya karena sukses, ya?" tanya Celine tidak tertarik mendengar apa yang di bisikkan Ronald.
"Ck! kau tidak asyik Celine, aku kan hanya sekedar memberitahukan saja padamu, tidak ada maksud lain!" Ronald kesal mendengar pertanyaan Celine, yang begitu dingin.
"Sudah.. sudah.. jangan membicarakan tentang Joseph lagi, si Alice tunangannya itu, kalau ia dengar seseorang membicarakan calon suaminya, ia akan marah" bisik Bertha.
"Dengar itu, jangan bergosip!" bisik Celine dengan tajam kepada Ronald.
"Baiklah, siapa juga yang senang membicarakan musuhnya sendiri" gumam Ronald menggerutu.
Celine nyaris tertawa mendengar apa yang digumamkan Ronald, karena sahabatnya itu menganggap Joseph musuhnya.
Musuh dalam mendapatkan cintanya.
Walau ia sendiri sudah beberapa kali mengatakan kepada Ronald, kalau ia sudah tidak lagi mencintai Joseph.
Bersambung.......
Celine merasa, sedari mereka memulai reunian, seseorang diam-diam memandang terus ke arahnya.
Tapi ia tidak ingin mengetahui, siapa gerangan yang melirik ke arahnya tersebut.
Ia merasa penampilannya tidak menarik sama sekali, dan tidak akan menarik perhatian siapa pun dalam acara reunian mereka itu.
Ronald yang suka melakukan sesuatu hal padanya, mengambil sepiring dessert untuknya.
"Ini enak, makanlah sedikit!" kata Ronald meletakkan piring kecil itu ke atas meja, tepat di depan Celine.
Celine tidak dapat menolak kebaikan Ronald, karena pria itu memiliki sikap yang baik padanya.
"Terimakasih" ucap Celine meraih piring dessert, lalu menyendok cake tersebut, "Enak"
Celine menganggukkan kepalanya, memuji dessert yang di berikan Ronald, membuat pria itu tersenyum begitu senangnya.
"Aku ingin ke toilet sebentar!" kata Celine setelah ia memakan habis cake pemberian Ronald.
Tempat acara reunian mereka berada pada sebuah restoran hotel mewah, dan biaya yang mereka keluarkan dari pihak sekolah.
Biaya itu dari anggaran iuran, yang mereka berikan tiap bulannya, semasa mereka bersekolah dahulu.
Tiga ruang VIP di jadikan satu, dengan berbagai menu makanan dapat mereka nikmati di acara reunian tersebut.
Celine keluar dari ruang VIP, untuk pergi mencari lokasi toilet.
Dengan langkah tenang, ia menelusuri koridor restoran hotel menuju lokasi toilet.
Celine pun menemukan toilet.
"Sudah ku katakan padamu! jangan mencoba mencari perhatian Joseph! aku dan dia akan menikah! keluarganya sudah merestui hubungan kami berdua! kalau kau berani lagi melirik Joseph! ku butakan matamu itu!!"
Terdengar suara seorang wanita dari dalam toilet, saat Celine akan membuka pintu toilet.
Membuat tangannya seketika berhenti, saat akan memegang gagang pintu.
Suara itu terdengar begitu marah, penuh penekanan ancaman dalam setiap kalimat wanita itu.
Celine tidak menduga, ternyata Alice yang terkenal lembut, dan suka tersenyum itu, ternyata bertolak belakang, dengan apa yang sebenarnya.
Celine mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam toilet, ia tidak ingin melihat pemandangan apa yang ada di dalam toilet.
Sekarang ia telah mengetahui, seperti apa Alice itu sebenarnya.
Ia akan berhati-hati jika bertemu dengan wanita cantik itu.
Celine memutar balik tubuhnya, untuk berlalu dari depan pintu toilet tersebut.
Mendadak langkahnya terhenti.
Ia melihat seorang pria, akan masuk ke dalam toilet pria, yang bersisian dengan toilet wanita.
Joseph Scott, memandang Celine dengan tatapan, yang sulit di artikan Celine memandangnya.
Yang ia rasakan, tatapan Joseph sangat dingin padanya.
Setelah lima tahun, ia tidak pernah bertemu lagi dengan pria itu, tatapan mata Joseph sepertinya sulit untuk ia artikan.
Celine dengan cepat memalingkan matanya, dan bergegas untuk pergi dari sana.
Tanpa mengucapkan sapaan pada Joseph, ia melangkah melewati toilet pria tersebut.
Celine tidak menyadari, tatapan mata Joseph terus mengikutinya meninggalkan lorong toilet.
Celine kembali bergabung dengan Bertha dan Ronald.
Mereka kembali melanjutkan obrolan mereka, bersama dengan mantan teman sekolah mereka yang lain.
"Celine, apa kau sekarang sudah memiliki kekasih? kapan kalian akan menikah?" tanya seorang teman mereka, dari ujung meja, membuat yang lain mendengar apa yang di tanyakan wanita itu.
Wajah Celine memerah mendengar pertanyaan temannya itu, membuat ia gugup, dan tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut.
"Kalau kau sendiri, bagaimana? apakah sudah menikah?" Bertha kembali memberikan pertanyaan pada teman mereka itu.
Semua tertawa mendengar pertanyaan, yang di kembalikan Bertha kepada teman mereka tersebut.
"Dia belum menikah, dia di selingkuhi sama pacarnya, dan akhirnya putus!" sahut teman mereka yang lain, menjawab pertanyaan Bertha.
"Untung kau mengetahui pacarmu selingkuh, kalau aku, saat akan menikah baru ketahuan kalau pacarku ternyata telah menghamili wanita lain!" sahut teman mereka yang lain.
Semua terdiam mendengar kisah cinta teman mereka, dan ada yang kemudian memeluknya untuk menghiburnya.
"Lalu, apakah kalian tetap menikah?" tanya yang lain.
"Tidak! aku langsung membatalkan pernikahan, dan memutuskan hubungan dengannya!!"
"Bagus! kamu luar biasa hebat! apa kamu tidak memberi dia pelajaran, untuk kenang-kenangan dari mu?" tanya yang lain menimpali.
"Aku tendang selangkangannya, sampai dia menjerit kesakitan!"
"Aduhhh!!" Ronald merasa ngilu mendengar, apa yang di lakukan teman mereka itu, kepada mantan pacarnya tersebut.
Ronald sampai merapatkan kakinya, dengan wajah meringis menahan sakit, karena terbawa suasana cerita teman mereka itu.
Celine terkekeh lucu, melihat raut wajah Ronald yang terlihat seperti kesakitan.
Sementara di sudut ujung ruang VIP, di meja lainnya, sepasang mata sedari tadi, diam-diam terus saja melirik ke arah Celine.
Bersambung......
Ponsel Celine berbunyi, dan setengah malas Celine melirik ponselnya.
Begitu ia lihat siapa yang meneleponnya, ia dengan cepat menerima panggilan tersebut.
"Papa, ada apa?" tanya Celine.
"Putriku, apakah kau sudah selesai reunian? Papa kedatangan tamu, yang ingin sekali bertemu dengan mu!" sahut Ayahnya dari dalam ponsel.
"Belum selesai, Pa!"
"Oh, ya sudah, lain kali saja mereka bertemu dengan mu!"
Dari nada bicara Ayahnya, Celine dapat merasakan Ayahnya sedikit kecewa, karena acara reunian mereka belum selesai.
Sepertinya ia harus pulang sebelum acara reuni selesai.
"Baiklah, lanjutkan lagi reunian nya!" kata Ayahnya kemudian.
Pembicaraannya dengan Ayahnya berakhir.
Tapi Celine merasa tidak enak hati memikirkan Ayahnya.
"Bertha, Ronald! Papaku kedatangan tamu, dan ingin berkenalan denganku, aku pulang lebih dulu, ya? kalian lanjutkan saja reunian nya!"
Celine bangkit dari duduknya, lalu meraih tas kecilnya.
"Aku antar, ya!" Ronald dengan cepat bangkit dari duduknya.
"Tidak usah! kalian lanjutkan saja sampai selesai!" Celine menahan Ronald untuk tidak mengantarnya.
Wajah Ronald terlihat sedih, karena tidak diijinkan Celine untuk mengantar Celine pulang.
"Kau kan besok bisa datang ke restoran Papaku, jangan buat wajah sedih seperti itu, seakan aku telah menindas mu!" Celine memukul lengan Ronald dengan tasnya.
"Aduh!" Ronald meringis, dan dengan cepat mengelus lengannya yang sakit, "Hati-hati di jalan, ya?" sahutnya saat Celine melangkah pergi.
Celine melambaikan tangannya menjawab Ronald, sembari dengan cepat melangkah meninggalkan ruang VIP tersebut.
Dengan langkah tergesa-gesa, ia kembali menelepon Ayahnya.
"Pa! aku sekarang dalam perjalanan pulang, aku tidak akan lama sampai di rumah!"
Celine mendengar jawaban Ayahnya, dan ia pun tersenyum, begitu mendengar jawaban Ayahnya.
Setelah sampai di lobby hotel, Celine berlari menuju pintu utama hotel.
Sesampainya di tepi jalan, ia segera melambaikan tangannya menghentikan taksi.
"Joseph!!"
Tiba-tiba Celine mendengar suara seorang wanita, memanggil nama Joseph.
Membuat ia seketika menoleh ke belakang, dan melihat Joseph keluar dari pintu lobby hotel.
Di belakang Joseph, tampak Alice berlari mengejar Joseph.
Celine yang sudah tidak memiliki perasaan lagi pada Joseph, tidak tertarik untuk memperhatikan ke dua orang itu.
Ia merasa Joseph dan Alice sedang bertengkar.
Tangannya yang melambai menghentikan taksi, segera membuka pintu taksi, begitu taksi berhenti tepat di sisi jalan.
Ia harus segera sampai di rumah, karena ia tidak ingin tamu Ayahnya lama menunggunya.
Sementara itu Joseph menepis tangan Alice, yang mencoba memegang tangannya.
Wajah datarnya memandang dingin Alice, yang mencoba lagi meraih lengannya.
"Menyingkir! jangan lagi mengganggu ku!!" tekanan nada suara Joseph yang dingin, terasa penuh peringatan pada Alice.
Alice seketika mundur satu langkah, melihat tatapan dingin, dan nada suara Joseph yang terdengar tidak suka padanya.
Joseph memandang taksi yang membawa Celine, dengan tatapan kecewa karena tidak berhasil menahan Celine.
Dengan wajah datar, yang terlihat kesal, Joseph kembali masuk ke lobby hotel.
Sementara itu, Celine akhirnya sampai juga di rumah, dan ternyata tamu Ayahnya masih mengobrol dengan Ayahnya.
"Pa!" panggil Celine begitu ia masuk ke dalam rumah.
"Oh, putriku, kau sudah pulang? mari sini, ini.. kenalkan sahabat Papa sewaktu di SMP dulu!"
Dengan wajah yang terlihat senang, dan senyuman yang tidak pudar sedari tadi, Ayah Celine, Ruben Ainsley, bangkit berdiri dari duduknya.
Ia menyambut Celine yang setengah canggung masuk ke dalam rumah, karena tamu Ayahnya memandangnya sembari tersenyum.
Ruben meraih tangan Celine, lalu memegangnya dan menariknya untuk duduk di sofa bersamanya.
Teman Ayahnya ternyata pria bertubuh gendut, seperti ikan buntal, dengan perut menonjol ke depan.
Dan sama seperti Ayahnya, suka memperlihatkan senyuman ramah, dengan raut wajah yang terlihat ceria.
"Kenalkan, ini putriku, usianya saat ini sudah dua puluh satu tahun!" Ruben kemudian memperkenalkan Celine kepada sahabatnya tersebut.
"Oh, halo Celine, salam kenal... namaku Aldrich Scott, sahabat Papamu dari sejak SMP!"
Bukan hanya senyuman sahabat Ayahnya yang terlihat ramah, ternyata nada suara sahabat Ayahnya juga terdengar sangat ramah.
Mendengar teman Ayahnya memperkenalkan namanya, Celine merasa nama belakang sahabat Ayahnya itu, mengingatkannya pada seseorang.
Sahabat Ayah Celine berdiri dari duduknya, lalu mengulurkan tangannya, untuk bersalaman dengan Celine.
Dan, Celine pun bangkit berdiri, menerima tangan sahabat Ayahnya untuk bersalaman.
"Halo Paman, namaku Celine Ainsley!" kata Celine memperkenalkan namanya.
Aldrich, sahabat Ayah Celine semakin memperlihatkan senyumnya menyambut uluran tangan Celine.
"Nama yang indah, putrimu sangat cantik, Ruben!" puji Aldrich.
"Tentu saja, putriku ini mirip dengan Mamanya, cantik!" jawab Ruben membanggakan Celine sembari tersenyum lebar.
"Kapan kau bawa jalan-jalan ke Mansion ku? istriku pasti sangat senang bisa berkenalan dengan putrimu!" kata Aldrich dengan penuh harap.
"Kalau aku ada waktu luang, kami akan datang berkunjung ke istana mu!" jawab Ruben, yang masih saja terus memasang senyuman senangnya.
"Baiklah, jangan lupa ya! aku tunggu, dan kalau bisa jangan terlalu lama untuk datang berkunjung, oke?" kata Aldrich dengan penuh harap.
"Iya, oke!" jawab Ruben sembari tangannya membuat tanda oke.
"Baiklah, sepertinya aku sudah harus pulang, aku takut di marahi sama Pamela, kau kan tahu seperti apa Pamela, dia kalau marah tidak akan berhenti mengoceh!" kata Aldrich sembari bangkit dari duduknya.
Senyuman di wajahnya terus saja mengembang, sama seperti Ayah Celine yang terus memperlihatkan senyumannya sedari tadi.
Dua sahabat yang sangat cocok! pikir Celine, memandang mereka bergantian.
Bersambung......
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!