NovelToon NovelToon

Zero: Tahta Oyama

Bab 1: Awal yang Keras

Kaito Takeda baru saja pindah ke SMA Oyama, sekolah yang dikenal sebagai sarang berandalan paling kejam di Kota Toagi. Di sinilah tempat di mana pertarungan jalanan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, dan kekuatan fisik adalah hukum yang berlaku. Namun, Kaito tidak datang ke sini untuk mengikuti arus; dia datang untuk menaklukkan.

Pagi pertama di sekolah baru dimulai dengan suasana tegang. Kaito melangkah masuk melalui gerbang sekolah, matanya menyapu seluruh area yang penuh dengan siswa-siswa berpenampilan garang. Banyak dari mereka menatapnya dengan penuh curiga dan permusuhan.

"Gua denger, ini SMA Oyama, ya?" gumam Kaito pada dirinya sendiri sambil mengamati lingkungan sekitar. Dia bisa merasakan aura kebrutalan yang tebal, seperti aroma darah yang tertinggal setelah pertempuran.

Saat Kaito berjalan menuju kelasnya, sekelompok siswa yang duduk di dekat tangga menatapnya dengan tajam. Salah satu dari mereka, seorang pemuda berambut pendek dengan tato di lehernya, bangkit berdiri dan mendekati Kaito.

"Hei, lu anak baru, ya?" tanyanya dengan nada sinis. "Lu tau nggak, di sini lu nggak bisa jalan sembarangan. Kalau lu nggak mau dipukulin, lu mending tau diri dari awal."

Kaito menghentikan langkahnya dan menatap pemuda itu dengan dingin. "Gua cuma mau ke kelas. Apa itu masalah buat lu?"

Pemuda itu tertawa kecil, tapi tawanya terdengar seperti ejekan. "Brengsek, lu denger nggak apa yang gua bilang tadi? Lu pikir lu bisa sesantai itu? Di sini, lu harus bayar pajak kalau mau lewat."

Kaito menyeringai, merasa tantangan itu mulai menarik. "Oh, jadi lu yang ngatur di sini? Babi, gua bener-bener nggak tau kalau harus bayar buat lewat."

Pemuda itu menyipitkan mata, marah dengan nada sarkastik Kaito. "Lu ngajak ribut, anjing? Kalau iya, gua bakal tunjukin gimana caranya kita main di sini."

Tanpa banyak bicara lagi, pemuda itu melayangkan pukulan cepat ke arah Kaito. Namun, Kaito dengan sigap menangkis serangan itu dan membalas dengan pukulan keras ke rahang pemuda tersebut. Pemuda itu terhuyung mundur, darah mengalir dari sudut bibirnya.

"Taik! Lu cari mati, ya?" teriak pemuda itu sambil mengusap darah dari bibirnya.

Kaito melangkah maju, sikapnya penuh percaya diri. "Gua nggak cari mati, gua cuma nggak suka diatur sama bajingan kayak lu."

Seketika, siswa-siswa lain yang duduk di sekitar tangga itu bangkit berdiri, bersiap untuk menyerang Kaito bersama-sama. Kaito tahu dia harus bertindak cepat. Dengan gerakan lincah, dia menyerang mereka satu per satu, menghantam mereka dengan pukulan dan tendangan yang telak.

Pertarungan menjadi semakin brutal, dengan suara pukulan yang terdengar jelas di seluruh koridor. Kaito melawan dengan keganasan yang tidak terduga, membuat setiap lawan yang mendekat jatuh terkapar. Setiap serangan yang dia layangkan penuh dengan kemarahan yang terpendam, seolah-olah dia menyalurkan semua frustrasinya ke dalam pertarungan ini.

Ketika pertarungan berakhir, Kaito berdiri di atas lawan-lawannya yang tergeletak di lantai. Napasnya sedikit tersengal, tetapi tatapannya penuh dengan kemenangan. Dia tahu bahwa ini baru awal, dan SMA Oyama masih memiliki banyak tantangan yang harus dia hadapi.

Seorang siswa lain, yang menonton dari kejauhan, mendekati Kaito dengan senyum lebar di wajahnya. "Gua Mokoto," katanya sambil mengulurkan tangan. "Lu keren juga, baru pertama kali nginjek Oyama udah berani ngelawan Kenji dan anak-anaknya."

Kaito menerima uluran tangan Mokoto, tapi tatapannya tetap waspada. "Gua Kaito. Gua nggak cari masalah, tapi kalau ada yang ngajak, gua nggak bakal mundur."

Mokoto tertawa, suaranya penuh dengan antusiasme. "Itu yang gua suka, brengsek! Lu kayaknya bakal cocok di sini. Tapi lu harus ingat, Oyama itu keras. Lu nggak bisa cuma ngandelin otot. Otak juga penting."

Kaito tersenyum tipis. "Gua paham. Dan gua siap buat hadapin apa pun yang datang."

Dengan itu, Mokoto menepuk bahu Kaito sebelum berjalan pergi, meninggalkan Kaito yang masih berdiri di tengah koridor dengan pikiran penuh rencana. Dia tahu bahwa ini baru permulaan. SMA Oyama adalah tempat di mana hanya yang terkuat yang bisa bertahan, dan Kaito berniat untuk menjadi yang terkuat di antara mereka semua.

Bab 2: Tantangan di Pagi Hari

Hari kedua di SMA Oyama dimulai dengan keheningan yang aneh. Kaito berjalan menuju gerbang sekolah dengan perasaan waspada. Setelah pertarungan kemarin, dia tahu bahwa lebih banyak masalah akan datang. Di Oyama, reputasi dibangun dengan darah dan kekerasan, dan Kaito siap melangkah lebih jauh.

Saat memasuki area sekolah, Kaito segera melihat sekumpulan siswa berkumpul di halaman. Mereka tampak seperti sedang menunggu sesuatu—atau seseorang. Di tengah kerumunan, dia mengenali Kenji, pemuda yang dia hajar kemarin, berdiri dengan ekspresi penuh dendam. Di sebelahnya, ada beberapa anggota geng lainnya, masing-masing dengan tatapan garang yang tak menyembunyikan niat jahat.

Kaito mendekat dengan tenang, tatapannya tajam. Dia tahu bahwa pertarungan ini tidak bisa dihindari. Kenji menyeringai saat melihat Kaito, seolah menunggu saat ini sejak kemarin.

"Kaito, brengsek!" teriak Kenji sambil menunjuk Kaito dengan penuh kebencian. "Gua belum selesai sama lu, anjing. Gua bakal pastiin lu nggak bakal bisa jalan lagi setelah gua beresin lu hari ini."

Kaito hanya menatap Kenji tanpa berkata apa-apa, tapi dalam hatinya, dia merasakan adrenalin mulai memompa. Dia tahu bahwa ini bukan sekadar pertarungan; ini adalah pertaruhan harga diri.

Kenji memberi isyarat kepada anak buahnya, dan mereka segera mengelilingi Kaito. Suasana menjadi tegang, seolah-olah seluruh dunia menahan napas menunggu pertempuran pecah. Namun, Kaito tetap tenang, matanya memantau setiap gerakan.

"Lu pikir kemarin udah cukup buat bikin gua takut?" kata Kaito dengan suara rendah tapi penuh tantangan. "Babi, lu nggak tau siapa yang lu hadapi."

Kenji mendesis marah, kemudian melayangkan pukulan kuat ke arah Kaito. Tapi Kaito, dengan refleks cepatnya, mengelak dan membalas dengan pukulan keras ke perut Kenji. Serangan itu membuat Kenji terhuyung mundur, tetapi dua anggota geng lainnya langsung maju menyerang Kaito dari sisi kanan dan kiri.

Kaito menangkis salah satu pukulan, tapi tinju lainnya mengenai bahunya, membuatnya sedikit terhuyung. Dia cepat-cepat kembali ke posisi bertahan, melawan dengan serangan balik yang kejam. Satu tendangan keras ke lutut lawan membuatnya jatuh, sementara siku Kaito menghantam rahang siswa lainnya dengan kekuatan penuh.

"Anjing, kalian berdua nggak cukup buat bikin gua jatuh!" teriak Kaito dengan suara penuh amarah, semakin brutal dalam setiap serangannya.

Tapi Kenji tak tinggal diam. Dengan wajah penuh amarah, dia menyerang Kaito lagi, kali ini dengan lebih liar. Kaito berhasil mengelak dari beberapa pukulan, tetapi Kenji berhasil melayangkan satu pukulan ke wajahnya, membuat bibir Kaito berdarah.

Kaito menyeringai, menghapus darah dari bibirnya. "Itu aja yang lu punya, bajingan? Gua masih berdiri, brengsek."

Pertarungan berubah menjadi lebih brutal dan kacau. Kaito menghadapi tiga lawan sekaligus, setiap pukulan dan tendangan yang dia layangkan membawa niat untuk menghancurkan. Dia menghantamkan tinjunya ke wajah lawan dengan kekuatan yang membuat mereka jatuh satu per satu. Darah dan keringat mulai bercampur, membuat pertarungan semakin intens.

Tepat saat Kaito merasa dia hampir menguasai pertarungan, sebuah suara berat terdengar dari belakang kerumunan. "Cukup!"

Semua orang berhenti dan menoleh ke arah suara itu. Seorang pria bertubuh besar dan berotot dengan wajah penuh luka bekas pertarungan muncul, berjalan perlahan ke tengah kerumunan. Dia adalah Takashi, ketua salah satu Geng di SMA Oyama, yang terkenal karena kekejamannya dan kekuatannya yang tak tertandingi.

Takashi menatap Kaito dengan tajam, lalu memandang Kenji dan anak buahnya yang terkapar di tanah. "Apa yang kalian lakukan di sini? Mau bikin SMA Oyama jadi arena sirkus?"

Kenji mencoba berdiri, tapi tubuhnya terlalu lemah setelah dihajar Kaito. "T-Takashi... dia anak baru yang kurang ajar. Dia—"

"Diam!" bentak Takeshi, suaranya menggelegar. "Lu bikin masalah dan kalah. Sekarang, keluar dari sini sebelum gua yang beresin lu."

Kenji mengangguk takut-takut dan segera merangkak pergi, diikuti oleh anak buahnya yang lain. Takeshi kemudian mengalihkan perhatiannya kembali ke Kaito, yang masih berdiri dengan napas sedikit terengah-engah.

"Kaito, ya?" kata Takeshi sambil mendekati Kaito. "Gua denger lu baru di sini, tapi udah bikin ribut sama banyak orang."

Kaito menatap Takeshi tanpa takut. "Gua nggak suka diatur. Gua cuma jawab tantangan mereka."

Takeshi tersenyum tipis. "Lu punya nyali, gua kasih itu. Tapi Oyama itu tempat yang keras, dan lu nggak bakal bisa bertahan sendirian."

Kaito mengangkat bahu, masih dengan tatapan penuh keyakinan. "Gua di sini bukan buat bertahan. Gua di sini buat nguasain."

Takeshi tertawa kecil, seolah-olah mendengar lelucon yang sangat bagus. "Bagus, gua suka ambisi lu. Tapi kalau lu beneran mau nguasain Oyama, lu harus lebih dari sekadar berani. Lu butuh otak, strategi, dan dukungan."

Kaito tersenyum tipis, menyadari bahwa dia baru saja mendapatkan perhatian dari salah satu orang terkuat di sekolah ini. "Gua ngerti, dan gua siap belajar."

Takashi mengangguk, lalu menepuk bahu Kaito dengan keras. "Bagus. Lu bakal lihat sendiri seberapa kerasnya Oyama. Gua berharap lu bisa bertahan lebih lama dari yang lain."

Dengan itu, Takashi berbalik dan berjalan pergi, meninggalkan Kaito yang masih berdiri di tengah lapangan, dikelilingi oleh siswa-siswa lain yang masih terdiam, terkesima oleh keberanian Kaito. Hari itu, Kaito telah membuat langkah pertama dalam perjalanannya untuk menguasai SMA Oyama. Namun, dia juga menyadari bahwa tantangan yang lebih besar dan lebih brutal menunggunya di depan.

Bab 3: Ujian Pertama

Setelah kejadian di lapangan kemarin, berita tentang Kaito menyebar dengan cepat di seluruh SMA Oyama. Setiap siswa sekarang tahu bahwa ada pendatang baru yang berani menantang siapa pun tanpa rasa takut. Beberapa memandangnya dengan rasa kagum, sementara yang lain melihatnya sebagai ancaman yang harus segera dihancurkan.

Pagi itu, Kaito duduk di kelasnya, memandangi papan tulis kosong dengan tatapan kosong. Namun, pikirannya sibuk memikirkan langkah-langkah berikutnya. Dia tahu bahwa menguasai SMA Oyama tidak akan mudah, dan dia harus cerdas dalam setiap gerakan yang dia buat.

Tiba-tiba, pintu kelas terbuka dengan keras. Seorang siswa bertubuh kekar dengan rambut acak-acakan dan tato di lengannya masuk, matanya langsung tertuju pada Kaito. Suasana di dalam kelas seketika berubah tegang, dan semua siswa yang tadinya sibuk dengan urusan masing-masing sekarang menoleh dengan penuh perhatian.

"Kaito, brengsek, keluar sekarang!" seru siswa itu dengan nada memerintah, tanpa basa-basi. "Ada yang mau bicara sama lu."

Kaito menatap siswa itu sebentar sebelum berdiri dengan tenang. "Siapa yang mau ketemu sama gua?"

"Bukan urusan lu, anjing," jawabnya sambil menggeram. "Lu bakal tau nanti."

Kaito mendengus pelan, lalu melangkah keluar kelas dengan tangan dimasukkan ke saku celananya. Dia mengikuti siswa kekar itu menyusuri lorong sekolah, menuju area yang lebih sepi di belakang gedung. Saat mereka sampai, Kaito melihat sekelompok siswa lain sudah menunggu, masing-masing dengan wajah penuh amarah dan siap untuk bertarung.

Di tengah-tengah mereka berdiri seorang pemuda dengan postur tegap dan wajah dingin. Rambutnya hitam dan pendek, dan sorot matanya tajam seperti mata elang. Kaito langsung mengenali siapa dia—Takagi, salah satu petarung terbaik di SMA Oyama yang terkenal dengan kebrutalan dan kecerdasannya dalam pertarungan.

"Lu pasti Kaito," kata Takagi dengan nada datar, tetapi penuh dengan kekuatan. "Gua dengar-dengar, lu bikin keributan sama anak-anaknya Kenji kemarin. Dan sekarang lu berani-beraninya sok jadi jagoan di Oyama. Babi, lu pikir lu siapa?"

Kaito menatap Takagi tanpa gentar. "Gua cuma jawab tantangan mereka. Kalau lu mau ngajak ribut juga, gua siap."

Takagi menyeringai, menyukai tantangan yang dilihatnya di mata Kaito. "Berani juga mulut lu, ya? Tapi gua nggak kayak Kenji. Kalau gua ngajak ribut, gua pastiin lu nggak bakal bisa pulang dalam satu potong."

Kaito mengencangkan tinjunya, bersiap untuk apa pun yang akan datang. "Gua nggak peduli seberapa keras lu, Takagi. Lu coba aja, gua bakal hadapin lu."

Tanpa banyak kata lagi, Takagi langsung maju dengan kecepatan yang mengejutkan, melayangkan pukulan lurus ke arah wajah Kaito. Tapi Kaito, yang sudah siap, berhasil menghindar dan balas menyerang dengan siku ke arah rahang Takagi. Namun, Takagi dengan cekatan menangkis serangan itu dan menendang keras ke perut Kaito, membuatnya terhuyung mundur.

Pertarungan pun dimulai dengan brutal, diiringi sorakan liar dari siswa-siswa lain yang menonton. Setiap serangan Takagi dihantamkan dengan akurasi mematikan, sementara Kaito berusaha menangkis dan membalas dengan serangan yang tak kalah ganas. Udara di sekitar mereka terasa berat, dipenuhi dengan intensitas pertarungan yang semakin memanas.

"Lu pikir lu bisa jadi raja di Oyama, ya, bajingan?" teriak Takagi sambil melayangkan serangan beruntun. "Taik, gua bakal pastiin lu nggak punya kesempatan!"

Kaito menggertakkan giginya, menahan rasa sakit yang mulai menjalar di tubuhnya. Tapi dia menolak untuk menyerah. Dia tahu bahwa pertarungan ini adalah ujian pertama untuk membuktikan dirinya. Dengan tekad yang membara, dia menangkis serangan Takagi dan balas menyerang dengan pukulan yang lebih kuat. Satu tinju keras menghantam tulang rusuk Takagi, membuatnya mengerang kesakitan.

Tapi Takagi bukanlah petarung yang mudah dikalahkan. Dengan amarah yang terpancar dari matanya, dia menyerang Kaito dengan kombinasi serangan yang cepat dan brutal. Kaito berusaha sekuat tenaga untuk bertahan, tetapi satu pukulan keras ke pelipisnya membuatnya goyah. Pandangannya sempat kabur, tapi dia memaksa dirinya untuk tetap fokus.

Saat Takagi hendak melancarkan serangan terakhirnya, Kaito dengan gesit menghindar dan melayangkan tendangan keras ke lutut Takagi. Tendangan itu cukup untuk membuat Ryota jatuh berlutut, terkejut dengan serangan mendadak Kaito. Tanpa membuang waktu, Kaito menghantam wajah Takagi dengan siku, membuatnya tersungkur ke tanah.

Kerumunan yang tadinya bersorak liar tiba-tiba hening. Semua mata tertuju pada Kaito yang berdiri di atas tubuh Takagi yang tak berdaya. Napas Kaito terengah-engah, tetapi matanya tetap tajam, menunjukkan bahwa dia masih siap bertarung.

Takagi, dengan sisa-sisa tenaganya, mencoba bangkit, tapi tubuhnya sudah terlalu lemah untuk melawan. Dia menatap Kaito dengan mata penuh kebencian, tapi ada juga rasa hormat yang samar. "Lu... menang kali ini, anjing. Tapi ingat, di Oyama, lu nggak akan bertahan lama."

Kaito menatap Takagi dengan dingin. "Gua nggak datang ke sini cuma buat bertahan. Gua datang buat menang, brengsek."

Dengan itu, Kaito berjalan pergi, meninggalkan Takagi yang masih tergeletak di tanah. Pertarungan ini mungkin baru permulaan, tapi Kaito tahu bahwa jalan menuju puncak SMA Oyama masih panjang dan penuh dengan darah. Namun, satu hal yang pasti: dia tidak akan mundur. Dia akan terus maju, menghancurkan siapa pun yang berdiri di jalannya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!