NovelToon NovelToon

Permaisuri Dari Kaum Kafir (Kesempatan Kedua)

Kesempatan ke dua

Otor datang lagi dengan karya baru nih readers..

Meski otor coba genre baru, tapi novel otor ini nggak jauh-jauh dari romance ya..

Terus otor yakin kalian pasti udah banyak baca novel lain dengan laur yang hampir mirip, tapi semua penulis pasti punya ide dan cara pengembangan yang beda-beda ya...

Jadi tolong nikmati saja alurnya, karena ini murni pemikiran otor sendiri...

Selamat membaca....😘

*

*

*

"Kaisar, tolong ampuni Hamba. Tolong bebaskan Hamba!!"

Jian Ying yang sudah tak berdaya terus memohon dengan suaranya yang lirih. Seluruh tubuhnya sudah tidak bisa digerakkan karena kedua tangan dan kakinya telah patah akibat disiksa secara brutal oleh algojo atas perintah Kaisar Han, suaminya sendiri.

"Tidak ada lagi kesempatan bagi wanita berhati iblis macam dirimu di dunia ini!!"

Air mata Jian Ying terus menetes melihat tatapan kebencian dari pria yang selama ini ia cintai setengah mati. Pria yang membuatnya rela mengorbankan kedua Orang tua dan Kakaknya demi cinta.

"Cepat penggal kepalanya sekarang juga!!"

Jian Ying hanya bisa pasrah saat ini. Sekilas dia menatap ke arah kedua Orang tua dan Kakaknya yang telah terbujur kaku. Mereka juga telah di habisi oleh Kaisar kesayangan itu. Jian Ying juga melihat Shuwen, dayang setianya telah tak bernyawa.

Jian Ying kembali menatap Kaisar Han. Dengan sorot matanya penuh keputusasaan itu, tersirat berbagai macam pesan di sana. Kebencian, kemarahan, serta kekecewaan yang mendalam.

Kini Jian Ying sadar sebesar apapun cinta yang ia miliki untuk Kaisar, itu tidak akan cukup kalau hanya sebelah pihak saja yang merasakannya.

Cinta suaminya itu hanya untuk Li Mei. Selir kesayangan Kaisar Han juga kesayangan seluruh penduduk Dinasti Han.

Dia hanyalah permaisuri yang di beri Tahta karena keluarganya mempunyai puluhan ribu pasukan perang yang handal. Dinasti Han yang sangat membutuhkan dukungan kekuatan perang demi memperluas kekuasaannya tentu membutuhkan dukungan itu meski dari kaum Kafir. Kaum yang berasal dari kaum rendahan, pengemis dan perampok.

Mau tak mau Kaisar Han menikahi Jian Ying sebagai syarat yang di ajukan Tuan Xiao selaku pimpinan kaum Kafir satu tahun yang lalu.

Tentu Tuan Xiao melakukan itu demi putri tercintanya yang diam-diam mencintai Kaisar Han. Seorang Kaisar yang tampan dengan kecerdasan dan juga kepiawaiannya memimpin kedaulatan Dinasti Han. Juga karena Tuan Xiao ingin kaumnya ditakuti oleh kaum Bangsawan yang selalu merendahkan kaum kafir. Tuan Xiao ingin memperkuat kaumnya dengan menempatkan putrinya di sisi Kaisar Han.

Namun Kaisar Han hanya menganggap pernikahan itu sebagai perjanjian saling menguntungkan saja. Karena jika putri dari pimpinan Kaum Kafir menikah dengannya, maka menurutnya derajat Kaum Kafir akan sedikit terangkat, tentu itu sudah impas.

Terlebih Kaisar Han sama sekali tidak menyukai Jian Ying. Wanita angkuh, sombong, kasar dan tidak bisa di atur. Persis seperti kaumnya, pembelot dan penentang.

SLIINGG......

Suara pedang yang di angkat dari sarungnya membuat telinga Jian Ying berdengung. Dia sudah siap menghadapi kematiannya saat ini juga.

Hidupnya harus berakhir mengenaskan hanya karena cinta.

Tapi sekarang tatapan matanya yang masih lurus menatap Kaisar yang duduk dengan santai di depan sana di temani dengan Li Mei, selir kesayangan Kaisar membuat Jian Ying bersumpah...

"Jika aku diberikan kesempatan hidup kedua. Aku memilih melepaskan semua ini, cinta dan perasaanku demi keluargaku dan diriku sendiri"

JLEGG....

Jian Ying merasakan tengkuknya di tebas dari belakang dengan pedang yang sangat tajam.

"Uhuk..uhuk..."

"Permaisuri? Anda sudah sadar?" Seorang dayang terlihat begitu panik melihat Permaisurinya membuka mata dengan terbatuk-batuk.

"Silahkan di minum dulu Permaisuri" Dayang itu membantu Jian Ying untuk duduk dan meneguk minumannya.

"S-shuwen?" Jian Ying baru sadar kalau yang ada di hadapannya saat ini adalah Shuwen, dayang setianya. Padahal Jian Ying menyaksikan sendiri bagaimana Shuwen ikut di eksekusi oleh algojo itu sebelum kedua Orang tuanya.

Jian Ying lalu melihat ke seluruh tubuhnya. Dia meraba kedua kaki, tangan dan lehernya.

"Iya Permaisuri, ini Hamba. Hamba senang sekali akhirnya Permaisuri bisa sadar kembali setelah lima hari tidak sadarkan diri" Shuwen menangis bersimpuh di sisi ranjang milik Jian Ying.

"Lima hari?" Kepala Jain Ying terasa berdenyut. Dia masih belum paham apa yang sedang terjadi saat ini.

Seingatnya, dia sudah mati karena dihabisi oleh suaminya sendiri. Tubuhnya telah remuk dengan kepala terpisah dari tubuhnya.

Tapi kenapa saat ini dia berada di dalam kamarnya. Dia masih utuh meski kepalanya terasa pusing. Shuwen juga masih baik-baik saja dihadapannya.

"Benar Permaisuri. Maaf Hamba lupa karena terlalu senang, Hamba panggilkan Tabib istana untuk memeriksa Permaisuri"

Jian Ying tak mencegah Shuwen yang sudah berlari keluar dari kamarnya. Semua itu karena Jian Ying yang masih belum bisa mencerna semua itu.

"Salam dari Hamba Permaisuri" Kedatangan tabib yang memberi salam sampai bersimpuh membuat Jain Ying terdiam.

Dia tak berkata apapun, entah apa yang sedang ada dalam pikiran Jian Ying. Dia juga masih terdiam saat Tabib istana itu memeriksanya.

"Keadaan Permaisuri sudah kembali pulih. Tapi masih begitu lemah. Hamba mohon Permaisuri tetap beristirahat untuk beberapa waktu lagi" Ucap Tabib itu sambil memeriksa denyut nadi di pergelangan tangan Jian Ying.

"Memangnya apa yang terjadi pada ku sebelumnya?" Tanya Jian Ying dengan datar, tatapannya pun lurus ke depan tanpa memandang Tabib dan Shuwen yang saling menatap dengan penuh tanya.

"Permaisuri terjatuh di taman Harem dan k-kepala Permaisuri terbentur batu"

Shuwen ketakutan karena Jian Ying saat ini menatap ke arahnya.

"Musim apa sekarang ini?"

"Satu minggu lalu baru memasuki musim semi Permaisuri"

"Musim semi? Berarti saat ini adalah dua bulan sebelum aku di eksekusi mati oleh pria kejam itu, dan satu minggu yang lalu adalah saat aku menanggung malu karena ajakan untuk bermalam bersama di tolak oleh Kaisar untuk ke sekian kalinya selama satu tahun pernikahan kami"

"Baiklah kalian boleh keluar" Ucap Jian Ying dengan datar lalu kembali membaringkan tubuhnya.

Tingkah Jian Ying yang aneh itu membuat Suwen dan Tabib itu kembali kebingungan. Dia tak lagi melihat Jian Ying yang berteriak mengusir mereka keluar dari kamarnya.

"Hamba mohon undur diri Permaisuri" Tabib itu di ikuti Shuwen keluar dari kamar Permaisuri.

Kabar tentang kembalinya Permaisuri setelah lima hari tak sadarkan diri langsung menyebar ke seluruh penjuru istana.

Hal itu juga langsung terdengar di telinga Sang Kaisar yang Agung.

Cklak....

Kaisar meletakkan bidak berwarna hitam pada papan Igo nya.

Wajah datar dan dinginnya sama sekali tak menunjukkan reaksi apapun melihat Permaisurinya telah kembali sadar.

"Dia masih ingin kembali ternyata" Gumam Han Shun Yuan, Kaisar Han yang begitu di segani oleh rakyatnya.

Bukan sekedar mimpi

Tak ada yang tau, di dalam kamar sang Permaisuri, Jian Ying menangis sendirian di sana. Dia menggenggam erat baju di bagian dadanya karena merasakan nyeri yang begitu terasa di dalam sana.

Masih teringat jelas di dalam ingatannya saat suaminya menghukumnya dengan sangat keji. Ayunan balok kayu di kedua lengannya hingga membuatnya patah. Juga tongkat besi yang di pukulkan dengan begitu keras sampai membuat tulang keringnya remuk

Jika saja Kaisar bukanlah pria yang begitu ia cintai hidup dan mati, pasti rasanya tidak akan sesakit ini.

Jian Ying begitu mencintai Kaisar Shun Yuan. Baginya, pria itu adalah nyawanya, hidup dan matinya.

Buktinya, Jian Ying rela menukar semua itu dengan kedua Orang tua dan Kakaknya. Dialah penyebab seluruh keluarganya ikut di eksekusi mati. Dialah yang lebih memilih cinta daripada keluarganya.

Kedua Orang tua dan Kakaknya ditangkap karena diam-diam memberikan bantuan ribuan pasukan pada Kerajaan Go sampai akhirnya Kaisar Han mengetahui semuanya, mereka di anggap pengkhianat dan di siksa di dalam penjara.

Bodohnya Jian Ying waktu itu yang sudah buta akan cinta. Dia justru membiarkan Orang tua dan kakaknya di penjara daripada memilih mereka di bebaskan dengan syarat Jian Ying lengser dari posisinya saat ini.

Hingga tiba saatnya ketika dia ikut di jebloskan ke penjara karena nekat meracuni selir kesayangan Kaisar.

Tidak di anggap selama satu tahun pernikahan mereka. Tidak di sentuh sama sekali oleh suaminya. Serta penghinaan yang acap kali keluar dari bibir indah Kaisar. Semua cinta dan perhatian Kaisar nampaknya telah habis pria itu curahkan untuk Li Mei, selir kesayangannya. Rasa cemburu itulah yang membuat Jian Ying gelap mata.

Dia mengutus salah seorang dayang untuk mengoleskan racun pada mangkuk yang digunakan oleh Li Mei untuk makan.

Hal itulah yang membuat Jain Ying di siksa dengan sangat kejam dan di beri hukuman mati beserta seluruh keluarganya.

Jian Ying yakin kalau semua yang ia alami itu bukanlah sebuah mimpi. Dia mengangkat tangannya yang berkulit seputih kapas. Dia menyingkap hanfu di tangannya hingga lengannya terlihat.

Dia melihat luka di lengannya sepanjang sepuluh senti. Luka bakar yang terlihat mengering dan hampir pudar. Dulu Jian Ying tak memiliki luka itu sama sekal, tubuhnya bersih dan mulus.

Itulah yang membuat Jian Ying yakin jika yang di alaminya itu bukanlah mimpi belaka. Dia memang terlempar kembali di waktu dua bulan sebelum kejadian itu.

Jian Ying mengusap luka itu dengan telunjuknya. Dia ingat betul bagaimana luka itu bisa terbentuk.

Tes....

Lagi-lagi air matanya menetes tanpa terkendali. Rasa sakit di hatinya benar-benar menguasai bibir dan matanya yang terus menangis dan mengeluarkan air matanya ketika mengingat bagaimana kejamnya Kaisar menyiksanya.

Sret.....

Kaisar mengambil tusuk konde dengan bentuk burung Pheonix di atas kepala Jian Ying. Tusuk konde itu adalah pemberian sang Kaisar di saat pernikahan mereka. Tusuk konde yang memiliki lambang agung karena hanya boleh di pakai oleh seorang Permaisuri.

"Jangan Kaisar. Itu adalah milikku yang paling berharga!!" Jian Ying tak bisa bergerak untuk merebut kembali tusuk kondenya karena kedua tangannya telah di rantai di sisi dan kanannya.

Kaisar hanya tersenyum sinis karena menganggap jika Jian Ying hanya menginginkan kekuasaan sesuai arti dari tusuk konde itu.

Padahal bagi Jian Ying, tusuk konde itu sangatlah berarti karena hanya dengan tusuk konde itu yang bisa membawanya selalu dekat dengan Kaisar meski hatinya begitu jauh ia jangkau.

Kaisar membawa tusuk konde berwarna emas dengan sentuhan batuan berwarna merah yang membentuk bunga yang sangat indah.

Kurang lebih kaya gini ya bentuknya....

Jian Ying sudah ketakutan saat melihat Kaisar justru membakar bagian ujung tusuk kondenya di atas perapian.

Dengan senyum licik penuh kebencian, Kaisar kembali mendekat pada Jian Ying dengan tusuk konde yang terlihat membara karena warna emasnya telah berubah menyala pertanda jika itu benar-benar panas saat ini.

"Jangan Kaisar. Hamba mohon ampun! Hamba menyesal Kaisar. Tolong kasihanilah Hamba"

Permintaan penuh penyesalan dari Jian Ying sama sekali tak di dengar oleh Kaisar.

"Kenapa baru sekarang kau menyesal kaum rendahan? Kenapa tidak dari dulu kau enyah dari dunia ini hah??!!!"

Kaisar menempelkan tusuk konde yang terlihat membara itu pada lengan Jian Ying yang tak tertutup hanfu.

"AKKKHHHHHH!!!!!" Teriak Jian Ying merasakan kulitnya yang terbakar.

"Hiks.. Hiks..." Jian Ying masih bisa mengingat betapa sakitnya luka itu saat di buat oleh Kaisar.

Bukan hanya tangannya saja yang terluka saat itu, tapi hatinya pun ikut terluka.

Jian Ying berjalan mendekat ke arah meja yang penuh dengan aksesoris miliknya. Tusuk konde kebanggaannya masih tersimpan rapi dalam sebuah kotak berwarna merah.

Yang semakin membuat Jian Ying yakin adalah, tusuk konde itu juga terlihat sedikit berubah. Ada warna sedikit kehitaman seperti baru saja di bakar.

Jian Ying mengusap air matanya dengan kasar. Luka dan tusuk konde itu menjadi bukti jika yang ia alami itu benar-benar terjadi.

"Aku membencimu Kaisar. Aku akan membuang jauh-jauh perasaan s*alan ini!!" Jian Ying menggenggam erat tusuk konde itu di tangannya.

Sekarang dalam pikirannya bukan lagi tentang cinta bukan lagi tentang bagaimana mendapatkan perhatian dari Kaisar. Tapi Jian Ying hanya memikirkan nasibnya serta nasib keluarganya.

Saat ini, Orang tua serta Kakaknya masih ada di dalam penjara. Dia harus mencari cara agar bisa mengeluarkan mereka dari sana dan keluar dari istana itu.

"Ayah, Ibu maafkan Aku. Kakak hiks..hiks.."

"Aku janji akan membebaskan kalian bagaimanapun caranya"

Tak ada gunanya lagi Jian Ying ada di sana. Dia tidak akan pernah di anggap kebenarannya oleh Kaisar dan seluruh rakyat yang ada dalam Dinasti Han.

Dia juga sudah tidak punya lagi kekuatan untuk bertahan. Seluruh pasukan milik keluarganya telah di ambil alih oleh Panglima perang sekaligus sahabat Kaisar, yaitu Cen Weisheng.

Jian Ying tersenyum kecut, pantas saja kaisar menyingkirkan seluruh keluarganya dan juga dirinya. Selain karena mereka berbuat salah, tapi tak ada lagi yang bisa do harapkan Kaisar dari kaum kafir seperti mereka.

Tapi jika ada yang menyebut orang paling tak tau diri di dunia ini, Jian Ying akan menyebutkan nama Kaisar Han dengan paling keras.

Meski keluarganya berasal dari kaum kafir, tapi keluarganya yang membantu kekaisaran menjadi semakin kuat dengan memenangkan beberapa wilayah dalam peperangan. Tapi apa balasan yang mereka terima dari Kaisar?

"Baiklah, mulai sekarang aku akan mengikuti apa yang kau mau dari dulu Kaisar yang Agung"

Tolong bertahanlah

Sudah tujuh hari ini Jian Ying terus berada di kamarnya semenjak ia sadar. Dia sama sekali tak berniat keluar dari kamarnya sama sekali meski keadaan tubuhnya sudah baik-baik saja. Dia hanya sedang menyiapkan diri untuk bertemu orang-orang kejam di luar sana.

Selana tujuh hari ini pun, tak ada satu pun yang satang menemuinya untuk menanyakan kabarnya sedikitpun termasuk Kaisar, suaminya sendiri.

Apa yang Jian Ying harapkan sebenarnya karena sejak awal dia di sana memang tidak pernah ada yang menyukainya. Lagipula, Jian Ying yang sekarang ini juga tidak mengharapkan siapapun datang menjenguknya.

Satu-satunya orang yang menyayanginya hanyalah Ibu suri agung, sedangkan beliau telah jatuh sakit semenjak dua bulan lalu.

"Shuwen!"

"Hamba Permaisuri" Shuwan sedikit terkejut karena Permaisurinya yang sejak tadi melamun mendadak memanggilnya.

"Bantu aku bersiap, aku ingin melihat Ayah dan Ibuku!"

"Baik Permaisuri"

Jian Ying sudah duduk di depan cermin dengan tatapan kosongnya. Dia begitu pasrah saat Shuwan menyanggul rambut panjangnya.

"Jangan pakaikan aku riasan yang tebal! Begini saja sudah cukup!" Cegah Jian Ying ketika Shuwan ingin mengoleskan pewarna bibir berwarna merah terang.

"Tapi, bukankah ini warna kesukaan Permaisuri? Saya juga baru menaburkan bedak saja di wajah Permaisuri, ini belum selesai Permaisuri"

Dulu Jian Ying memang menyukainya karena warnanya yang sama dengan hanfu yang dikenakannya. Selain itu, bibir berwarna merah juga membuatnya terlihat begitu tegas dan tidak bisa ditindas.

"Turuti saja permintaanku Shuwan!"

"B-baik Permaisuri"

Shuwen kembali terkejut saat Permaisurinya menolak memasang hiasan di kepalanya. Bahkan tusuk konde yang selalu dikenakan Permaisuri juga di tolak.

Selain itu, Jian Ying juga tak ingin mengenakan hanfu berwarna merah terang yang menandakan dialah Permaisuri Kerajaan Han.

Shuwen benar-benar tak percaya dengan perubahan Permaisurinya saat ini. Selain Jian Ying berubah menjadi pendiam, Jian ying juga merubah seluruh penampilannya.

Dari yang seperti ini...

Jadi seperti ini...

"Tapi Permaisuri, luka apa ini? Kenapa saya baru melihatnya?" Shuwen baru menyadari luka di tangan Jian Ying itu.

"Aku juga tidak tau. Saat aku bangun luka ini sudah ada di sini" Jian Ying tak mau repot menjelaskan semuanya pada Shuwen. Karena semuanya tak akan masuk di nalar.

Meski Shuwen masih bertanya-tanya tentang luka itu, dia tak berani bertanya lebih jauh.

🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺

Jian Ying di ikuti oleh Shuwen menuju ke penjara bawah tanah. Dimana kedua Orang tua serta Kakaknya di tahan di sana.

"Ayah, Ibu"

Jian Ying langsung bersimpuh di depan ruangan yang terhalang pintu besi. Dia menangis melihat keadaan Orang taunya saat ini.

"A-Ying" Lirih Ayahnya.

"Ayah, Ibu maafkan aku hiks..hiks..."

Tangis Jiang Ying tumpah di depan jeruji besi itu. Dia tak kuasa melihat kedua orang tuanya di ikat dan mengenakan pakaian lusuh.

Orang yang rela mengorbankan segalanya demi kebahagiaan Jian Ying sendiri. Tapi apa balasan Jian Ying pada mereka. Dia yang mata hatinya sudah tertutup cinta, malah membiarkan Orang tua serta Kakaknya hidup menderita di bawah siksaan Kaisar.

"A-Ying, apa yang terjadi padamu? Ayah mendengar jika kau tidak sadarkan diri beberapa hari. Apa kau baik-baik saja Nak?"

Dalam kondisi seperti itupun, Ayahnya masih mengkhawatirkan keadaannya. Rasa bersalah pun semakin menghantam Jian Ying.

"Aku baik-baik saja Ayah. Maafkan aku yang tidak peduli pada kalian. Tapi Aku janji Ayah, Ibu, setelah ini Aku akan mencari cara untuk membebaskan kalian. Aku tidak peduli lagi dengan gelar ini sekarang. Aku hanya ingin hidup tenang bersama kalian"

Bukan hanya kedua orang tua Jian Ying saja yang terkejut dengan ucapan Permaisuri tak di anggap itu. Tapi Jian Yang yang ada di jeruji sebelah, juga Shuwan yang senantiasa di sisi Jian Ying juga amat sangat terkejut.

"Tapi A-Ying, bukankah dari dulu kau mencintai Kaisar? Biarkan Ibumu di sini asalkan kau bahagia Nak"

"Tidak Ibu, aku sudah tidak lagi memikirkan tentang cinta. Aku hanya ingin kalian, orang-orang yang menyayangiku"

"A-Ying" Lirih Jian Yang yang begitu lemah.

Berbeda dengan kedua Orang tuanya yang hanya di ikat di sudut penjara itu, Jian Yang tampak memiliki luka di wajah dan tubuhnya.

Mungkin saja Jian Yang mencoba melawan sehingga mendapatkan siksaan fisik dari penjaga.

"Kakak" Jian Ying bergeser menghampiri Kakaknya.

"Kakak, maafkan aku" Air mata Jian Ying kembali deras mengalir di pipinya.

Apa yang dilakukan Kaisar pada keluarganya memang sungguh-sungguh biadab, meski keluarganya melakukan kesalahan, setidaknya Kaisar masih berpikir dua kali karena mereka adalah mertua dan Kakak Iparnya.

Tapi apapun itu, semuanya kembali pada kenyataan yang ada. Jian Ying bukanlah siapa-siapa bagi Kaisar maupun Kerajaan Han, jadi untuk apa juga Kaisar mengampuni keluarga Jian Ying.

"Jangan pernah melepaskan gelar mu adikku. Hanya dengan gelar mu itu, kau bisa membantu menyelamatkan kaum kita. Biarkan kami mati di sini asalkan kau bisa mempertahankan kaum kita dengan kekuasaan yang kau punya"

"Tidak Kak, aku tidak bisa. Aku tidak bisa melihat kalian di siksa lagi. Ayo kembali ke rumah dan hidup dengan kaum kita tanpa berhubungan lagi dengan Kerajaan maupun kaum bangsawan"

"Tapi mereka tidak akan semudah itu melepaskan kami. Jadi lebih baik kamu bertahan dan cari cara untuk membuktikan bahwa kami tidak bersalah"

"Maksud Kakak?"

"Sebenarnya semua ini hanya kesalahpahaman saja. Entah siapa yang menciptakan kebohongan itu sehingga Kaisar menangkap kami"

"Kesalahpahaman?" Jian Ying semakin tak paham.

"Waktu itu Kaisar sedang memimpin pasukan untuk memperebutkan wilayah di barat daya. Kaisar membawa sebagian besar pasukan dan hanya meninggalkan sekitar seribu pasukan saja di sini. Di saat itu, Kerajaan Go mengambil kesempatan itu untuk menyerang Kerajaan Han, tentu Kakak tidak bisa mengatasi Kerajaan Go yang membawa pasukan lima kali lipat dari sisa pasukan di sini. Maka dari itu, Kakak mencoba membuat kesepakatan dengan Kerajaan Go, Kakak memberikan semua pasukan yang tersisa untuk mereka asalkan mereka mengurungkan niat untuk menyerang kerajaan Han yang sedang berperang waktu itu"

Jian Ying tertunduk lemas. Dia baru mengetahui kenyataan itu. Seandainya dia tau dari awal, pasti dia akan mencoba membela keluarganya mati-matian di depan Kaisar.

"Menurut Kakak, siapa yang memanfaatkan kesempatan itu untuk memfitnah keluarga kita Kak"

"Itu yang harus kau cari tau Adikku. Maka dari itu, tolong bertahanlah sebentar lagi. Bantu Kakak mencari tau siapa orang yang menyebar fitnah itu"

"Baiklah Kak, aku akan menemukan orangnya dan segera membebaskan kalian. Setelah itu kita pergi dari sini"

Meski harus menahan sakit hatinya sebentar lagi, Jam Ying rela demi membersihkan nama keluarganya dari fitnah keji itu.

"Hamba memberi salam pada Kaisar" Kasir kepercayaan Kaisar tiba-tiba masuk ke dalam ruangannya.

"Hamba membawa kabar tentang Permaisuri, Beliau saat ini tengah menemui keluarganya dalam penjara Kaisar"

Shun Yuan menarik ujung bibirnya dengan begitu tipis.

"Setelah tersadar dari tidur panjangnya, dan selama beberapa hari ini tak membuat kerusuhan, akhirnya dia mulai kembali seperti dulu. Apa lagi yang akan dia perbuat kali ini?" Shun Yuan bergumam dengan begitu dingin.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!