NovelToon NovelToon

SKUAT INDIGO 4

KABUR DARI NERAKA

Alam semesta ini begitu luas. Ada yang kita ketahui. Ada juga yang dirahasiakan di luar sepengetahuan kita sebagai manusia. Kita manusia adalah orang-orang yang dipilih untuk hidup di bumi. Manusia penghuni bumi ditugaskan untuk merawat dan menjaga kelestariannya.

Ada juga tempat lain yang kita yakini keberadaannya tapi kita tidak bisa menjangkau dengan akal dan pikiran manusia. Tapi kita sangat yakin dan percaya tempat itu ada. Surga dan neraka.

Sebagaimana ada tempat-tempat yang lain. Diciptakan pula makhluk-makhluk yang menghuninya. Selain bumi yang dijadikan tempat untuk manusia ada pula dimensi lain yang dihuni oleh makhluk-makhluk astral. Atau yang lebih kita kenal dengan sebutan makhluk gaib.

*

Suatu hari di Neraka.

Tempat yang setelah hari kiamat akan menjadi rumah bagi iblis dan para pengikutnya itu mengalami kegaduhan. Salah satu penghuni lautan neraka bernama Baras kabur.

Baras berhasil kabur dari salah satu pintu neraka yang luput dari penjagaan. Petugas yang seharusnya berjaga di hari tersebut di pintu itu adalah Handari.

Handari sendiri baru tahu kalau salah satu makhluk neraka melarikan diri setelah ditegur oleh petugas penjaga neraka lainnya yang sedang berpatroli.

“Baras keluar dari neraka”, kata para petugas.

Alarm pun dibunyikan. Para petugas penjaga neraka melakukan pencarian terhadap Baras.

Baras terlihat sedang mengarungi sungai api yang di atasnya terdapat jembatan maut yang terbuat dari helai rambut. Anak buah iblis yang memang terbuat dari bara api itu tanpa kesusahan untuk berenang di lautan api.

Para penjaga neraka yang mengejarnya melepaskan panah-panah berantai untuk menangkapnya dan kembali membawanya ke dalam neraka.

Tapi Baras begitu cerdik dan licik. Ia membuat kloning atau tiruan dirinya. Sehingga para penjaga neraka yang terbang mengejarnya melihat dari atas begitu banyak Baras yang sedang berenang di sungai api.

Pada akhirnya Baras berhasil lolos dari kejaran para petugas penjaga neraka. Ia berhasil kabur.

Pemimpin tertinggi penjaga neraka memanggil Handari. Petugas yang telah lalai sehingga menyebabkan salah satu tawanan neraka kabur dan berhasil melarikan diri.

“Handari”,

“Karena ini adalah kealpaanmu maka aku tugaskan kau untuk menangkap Baras dan membawanya kembali ke neraka”,

“Kejarlah dia”, titah pemimpin tertinggi penjaga neraka.

“Bersedia. Aku akan menangkapnya dan kembali memasukkannya ke dalam neraka”, janji Handari.

“Kejarlah dia”,

“Dia melarikan diri ke bumi”, perintah pemimpin tertinggi penjaga neraka.

*

Nusantara. Gugusan pulau yang berada di bumi. Negeri tersebut adalah tempat dengan kekuatan energi gaib terbesar di dunia. Di sanalah Baras hendak bersembunyi.

Sebuah peristiwa aneh terjadi. Tidak ada tanda-tanda dan peringatan sebelumnya dari badan meteorologi, klimatologi, dan geofisika. Tidak ada juga ramalan-ramalan yang menyebutkan akan kehadirannya. Tiba-tiba sebuah peristiwa alam dahsyat mengejutkan dunia.

Di suatu senja yang elok merona dengan jingga merah warnanya. Tiada hujan dan angin yang mendahuluinya. Tiba-tiba kilatan yang sangat bercahaya terlihat di atas langit nusantara. Suara gemuruh menggelegar. Petir menyambar dengan seram.

Penghujung terang bertemu dengan awal datangnya malam. Waktu yang rentan bagi dua dimensi untuk bersinggungan.

Baras datang ke bumi.

Baras tiba di puncak gunung tua yang mengandung penuh batuan mineral. Di dalam gunung itu terkubur peninggalan bersejarah. Dahulu tempat itu adalah sebuah peradaban besar di masanya.

Kini hanya tinggal prasastinya saja yang masih tertimbun. Sebuah warisan hebat dari leluhur yang telah tiada. Meski orang-orang pendahulunya telah mati tapi tidak dengan makhluk-makhluk gaib yang dari dulu sampai sekarang masih bersemayam di sana.

Baras menemui jin-jin dan para siluman penghuni gunung tersebut untuk memberikan harapan. Baras menjanjikan kepada mereka kekuatan yang dahsyat dan sebuah persekutuan. Mereka tidak perlu lagi mendekam di dalam tempat yang tertutup itu. Mereka bisa bebas leluasa berkeliaran kemana mereka mau.

Syaratnya para makhluk gaib itu harus bersedia menjadi pengikut Baras dan berkerja sama dengannya. Baras melakukan perekrutan.

Untuk apa makhluk neraka itu membutuhkan aliansi dengan makhluk bumi?

Baras memerlukannya untuk menghadapi lawannya. Ia sadar penjaga neraka akan datang dan menemukannya. Mereka pasti ingin membawanya kembali ke neraka tempat dimana seharusnya ia berada.

Baras memerlukan pasukan untuk menghadapi penjaga neraka yang akan datang menjemputnya. Karena ia berada di bumi kekuatannya tidak sehebat ketika ia di neraka. Jadi ia harus berhati-hati dalam memilih kawan atau pun lawan. Karena di bumi pun terdapat petarung-petarung hebat. Terlebih di nusantara ada lawan tangguh bagi para bangsa gaib yaitu manusia.

GUNUNG BESAR

Baras mempunyai wujud layaknya manusia api. Sekujur tubuhnya dilumuri dengan api panas menyala. Api paling kuat yang pernah ada. Api yang berasal dari dasar neraka.

Baras adalah salah satu bawahan iblis yang cukup punya nama. Ia mempunyai kekuatan yang jauh luar biasa hebat jika dibandingkan dengan makhluk-makhluk gaib di bumi. Ia bisa membagikan kekuatannya kepada siapa saja yang mau mengikutinya seperti ia mengikuti iblis. Ia juga mempunyai kemampuan untuk berubah wujud dengan sempurna. Hanya mata-mata tertentu yang bisa mengenali wujud aslinya.

Di bumi Baras menampilkan bentuk wujudnya sebagai seekor anjing hitam yang bertubuh besar. Ia mendatangi jin-jin dan siluman yang berada di Gunung Besar.

“Siapa kau anjing hitam?”,

“Berani-beraninya memasuki wilayah kami”,

Salah seorang penunggu Gunung Besar menegur kedatangan Baras.

“Namaku Baras. Siapa yang memimpin di sini aku ingin menemuinya”, pinta Baras.

“Besar sekali nyalimu. Namamu saja tidak pernah terdengar”, jawab salah seorang jin Gunung Besar itu.

“Ikut denganku anjing hitam”,

Jin penunggu Gunung Besar itu meminta Baras untuk mengikutinya. Jin jahat itu berniat ingin membawa Baras bertemu dengan kawan-kawannya untuk dijadikan bahan olok-olokan. Sudah lama Gunung Besar tidak kedatangan tamu yang bisa mereka jadikan hiburan. Pikir jin itu yang tidak mengetahui siapa Baras sebenarnya.

“Lihat”,

“Siapa yang aku bawa”, kata jin itu ketika sampai di dalam istana para penghuni gaib Gunung Besar.

“Anjing hitam”,

“Ha… ha… ha… ha... ha...”,

Para penghuni gaib Gunung Besar tertawa melihat Baras si anjing hitam.

“Namaku Baras. Siapa yang berkuasa di sini?”,

Baras berkata dengan sangat lantang dan tegas. Para jin dan siluman pun terdiam.

“Memangnya kau ini siapa?”,

“Ada perlu apa kau datang kemari wahai anjing hitam?”,

“Aku yang berkuasa di sini”,

Pemimpin di Gunung Besar menampakan diri. Jin berwujud siluman banteng berbadan besar dan kekar. Dialah penguasa di sana.

“Bergabunglah denganku. Aku ingin menguasai bumi”, ucap Baras.

Seketika para penghuni Gunung Besar kembali dibuat tertawa oleh kata-kata anjing hitam yang datang kepada mereka.

“Memangnya kau ini sekuat apa wahai anjing hitam?”,

“Sehingga kau berani mengajak kami bergabung dan bertitah ingin menguasai bumi”, tanya Siluman Banteng pemimpin di Gunung Besar.

“Bagaimana kalau kau dan aku bertarung wahai penguasa Gunung Besar?”,

“Jika kau kalah, maka kau dan semua makhluk penghuni Gunung Besar harus patuh dan tunduk kepadaku”, tantang Baras.

Tidak ingin malu di hadapan para pengikutnya Siluman Banteng menerima tantangan Baras. Ia ingin menjaga martabat dan harga dirinya sebagai jin siluman yang berkuasa di Gunung Besar.

“Lalu bagaimana jika kau kalah anjing hitam?”, tanya Siluman Banteng.

“Kau bisa membunuhku”, jawab Baras dengan sangat enteng.

Duel pun dimulai. Siluman Banteng menyerang Baras. Penguasa Gunung Besar itu percaya hanya dengan sekali pukulan ia bisa membunuh anjing hitam sok jagoan yang datang ke istananya.

Baras yang hanya terdiam melihat Siluman Banteng datang menyerang sekejap bisa menghilang untuk menghindari pukulan besar tersebut. Bebatuan hancur berkeping-keping.

Siluman Banteng mencari anjing hitam yang secara mengejutkan bisa menghindari serangannya. Baras sudah berada di belakangnya.

Penguasa Gunung Besar itu kembali terkejut. Ia melihat Baras si anjing hitam tengah menggigit sebuah tanduk.

Itu adalah tanduk Siluman Banteng. Makhluk bertubuh kekar itu memegangi tanduknya. Ia kini hanya punya satu tanduk. Tanduk kirinya telah patah.

Luar biasa Baras. Ia tidak terlihat melakukan serangan sama sekali. Tapi ia bisa mematahkan tanduk Siluman Banteng yang perkasa.

“Bagaimana? Apa kau masih ingin melawanku?”, tanya Baras setelah melepeh tanduk Siluman Banteng.

Di dunia jin dan siluman tanduk Siluman Banteng merupakan ajian yang sangat mematikan. Tapi dengan mudahnya Baras bisa mematahkannya. Semua yang berada di sana terperangah.

“Kami semua akan mengikuti mu wahai anjing hitam”, ucap penguasa Gunung Besar.

“Perkenalkan namaku Zan”, kata Siluman Banteng.

*

Baras pun berhasil mengambil alih kedudukan di Gunung Besar. Kini ia sudah mempunyai pengikut dan pasukan. Ia yakin Zan dan para jin beserta siluman dari Gunung Besar bisa diandalkan.

“Zan, apa saranmu?”,

“Wilayah mana selanjutnya yang mesti aku taklukan untuk membuat armada pasukan yang tidak tertandingi”, tanya Baras kepada Zan yang ia angkat menjadi tangan kanannya.

“Ada sebuah tempat berkumpulnya para jin dan siluman dari golongan hitam di Alas Timur”,

“Mereka adalah makhluk-makhluk kuat yang juga masih bertahan setelah kalah dalam peperangan”,

“Kerajaan Rimba Hitam”, jawab Zan.

“Kita akan pergi ke sana”, ucap Baras.

DEPARTEMEN GAIB

“Fenomena apa yang terjadi?”,

“Sebuah kilatan cahaya yang tampak tidak biasa”, kata Menteri Agama.

“Kami sedang menyelidikinya”, jawab Hamka.

“Jangan lengah dan selalu berhati-hati”,

“Segera laporkan jika sudah mendapatkan hasilnya”, pesan Menteri Agama.

“Siap, laksanakan”, ucap Hamka.

Hamka menjabat sebagai kepala divisi lapangan. Ia bertugas di departemen gaib. Sebuah formasi yang dibentuk dibawah naungan dan bertanggung jawab langsung kepada kementerian agama di negeri ini.

Hamka sudah dewasa. Sempat menolak untuk menggunakan kemampuan spesialnya sebagai seorang indigo. Sekarang ia telah menemukan wadah yang tepat untuk memanfaatkan kelebihannya. Berjuang untuk bangsa dan negara dari sudut pandang alam yang lain atau dimensi gaib.

Sama pentingnya seperti anak-anak bangsa yang selalu berjuang agar negara dan para penduduknya lebih sejahtera. Hamka dan kawan-kawan indigonya yang berkerja di departemen gaib pun melakukan perjuangan yang sama. Demi keamanan dan kedamaian nusantara.

“Aku akan pergi untuk beberapa hari”, kata Hamka kepada staf lainnya di departemen gaib.

“Siapa yang kau inginkan dari kami untuk ikut?”, tanya salah seorang staf di sana.

“Kali ini aku harus melakukannya sendiri. Terlalu bahaya untuk kalian ikut denganku”, kata Hamka.

Hamka akan melakukan investigasi seorang diri. Ia akan pergi ke tempat dimana lokasi kilat petir dahsyat di waktu magrib itu menyambar.

Petir itu menyambar di kawasan hutan milik pemerintah daerah yang ditanami pohon-pohon jati. Malam itu juga Hamka berangkat ke sana.

*

Untungnya tempat sambaran petir itu jatuh berada di tengah-tengah hutan jati. Petugas kehutanan tidak perlu repot untuk mencegah jika ada masyarakat umum yang ingin melihat ke sana. Hanya beberapa oknum berkepentingan saja yang diperbolehkan masuk ke sana. Dan tentunya para wartawan yang ingin meliput fenomena alam tersebut.

Hamka tiba di lokasi. Karena memang sebuah peristiwa alam yang dianggap biasa, tidak terlalu banyak orang yang datang. Hanya tinggal beberapa orang saja yang masih berada di tempat kejadian perkara.

Daya hantaman petir itu begitu luar biasa sesuai dengan kilatan cahaya yang dihasilkannya. Beberapa pohon jati yang sudah tua dan tinggi tumbang secara cuma-cuma. Garis pembatas yang dibuat oleh para petugas cukup luas melingkari tempat petir menyambar.

“Mau kemana?”,

“Dilarang masuk melewati garis pembatas”, kata petugas yang berjaga.

Hamka tidak ingin membuang waktu. Ia menggunakan kemampuannya supaya tidak bisa terdeteksi oleh mata orang-orang awam. Hamka pun bisa mendekat ke titik jatuhnya sambaran petir dengan leluasa.

Sebuah fenomena yang aneh. Petir dengan begitu dahsyat menyambar di cuaca yang baik-baik saja.

Pada malam yang telah gelap itu ia memeriksa dengan seksama lokasi sambaran petir.

Hawa panasnya masih berasa. Panas yang Hamka rasakan sangat berbeda. Ia bisa menerawang nyala api yang membakar pohon-pohon itu sebelumnya. Api yang nyalanya belum pernah ia lihat. Jelas ini bukanlah sambaran petir biasa.

Pohon-pohon jati yang perkasa bisa hangus terbakar sampai menjadi abu. Abu hitam yang masih sangat panas bila disentuh.

Hantaman sambaran petir itu juga mengakibatkan lubang yang cukup besar.

Wajar jika hal ini dianggap sebagai kejadian alam biasa oleh para petugas yang sebelumnya melakukan investigasi sesuai dengan ranah ilmu dan hukum mereka. Tapi bagi Hamka ini adalah sebuah pertanda yang sangat jelas mencolok. Sebuah peringatan untuk divisinya di departemen gaib.

Hamka melanjutkan penyelidikan. Selanjutnya ia meminta keterangan para saksi. Tentu saja saksi yang dimaksud adalah para makhluk-makhluk halus baik setan, jin atau pun siluman yang melihat langsung peristiwa terjadinya sambaran petir di tempat tersebut.

*

Interogasi mulai dilakukan.

Hamka menghampiri satu koloni siluman tupai yang tinggal di sana. Rumah mereka berada di dekat lokasi petir menyambar.

“Siapa diantara kalian yang melihat petir menyambar itu secara langsung?”, tanya Hamka.

“Aku” “Aku” “Aku” “Aku” “Aku”,

“Aku” “Aku” “Aku” “Aku” “Aku”,

“Aku” “Aku” “Aku” “Aku” “Aku”,

“Aku” “Aku” “Aku” “Aku” “Aku”,

Semua anggota keluarga siluman tupai ingin bercerita.

“Salah satu saja yang bercerita”, tegur Hamka.

“Biar aku saja yang menceritakannya”, kata ibu Tupai.

Peristiwa bermula ketika waktu menjelang magrib. Para tupai sedang berada di luar untuk mencari makan. Karena hampir gelap tupai-tupai yang sudah berada di rumah meneriaki anak-anak mereka untuk segera pulang.

Di waktu itu tiba-tiba petir yang dahsyat menyambar. Sinar kilatnya menyilaukan mata. Pohon-pohon tumbang dan terbakar. Syukurnya tidak ada tupai yang menjadi korban.

Para tupai pun masuk ke dalam sarang mereka yang berada di dalam tanah. Mereka takut. Mereka merasakan hawa panas yang luar biasa dari titik jatuhnya petir yang datang menyambar.

Para tupai mengamati dari kejauhan.

Setelah kobaran api mereda. Dari lokasi jatuhnya petir menyambar keluar sosok misterius. Para siluman tupai belum pernah ada yang melihat sosoknya.

Sosok itu adalah anjing hitam besar. Badannya besar seukuran anak kuda. Terlihat ia sangat kuat. Warna hitamnya sangat pekat. Telinganya begitu panjang dan runcing. Matanya hitam lalu bisa menyala merah.

“Apa benar yang ibu kalian ceritakan?”, tanya Hamka.

“Benar”, “Benar”, “Benar”, “Benar”, “Benar”,

“Benar”, “Benar”, “Benar”, “Benar”, “Benar”,

“Benar”, “Benar”, “Benar”, “Benar”, “Benar”,

“Benar”, “Benar”, “Benar”, “Benar”, “Benar”,

Semua koloni siluman tupai memberikan jawaban yang sama.

“Kemana perginya anjing hitam itu?”, tanya Hamka.

“Ia berlari ke arah Gunung Besar”, jawab mereka.

“Terimakasih atas kesaksiannya”,

“Ini imbalan yang aku janjikan kepada kalian”,

“Jangan berebut, berbagilah”, ujar Hamka.

Hamka memberikan satu karung kacang pohon yang telah disiapkannya kepada tupai-tupai itu sebagai bentuk rasa terimakasih atas bantuan mereka.

*

Malam itu juga Hamka melanjutkan perjalanan ke Gunung Besar. Tidak tahu apa yang akan dihadapinya di sana Hamka lebih bersiap diri. Gunung Besar yang mempunyai kerajaan gaib tersembunyi dikenal memiliki penghuni-penghuni yang kuat dan sadis.

Hamka dengan kecepatannya tidak memerlukan waktu yang lama. Titik sambaran petir itu tidak jauh dari Gunung Besar.

Sampai di Gunung Besar.

Hamka dengan hati-hati langsung menyusup masuk ke dalam istana gaib yang berada di sana. Anehnya manusia yang tinggi ilmunya itu tidak merasakan keberadaan pasukan makhluk gaib Gunung Besar. Hamka yang datang dengan sembunyi-sembunyi hanya mendapati seorang jin lemah yang tengah menunggu di sana.

Hamka berniat langsung menghampiri jin itu untuk menanyakan apa yang sebenarnya terjadi di Gunung Besar. Ada hubungan apa dengan kedatangan anjing hitam yang keluar dari tempat sambaran petir?

“Jangan kau datangi dia”,

Tiba-tiba langkah Hamka terhenti. Suara tua yang terdengar akrab di telinga menegurnya.

“Kyai”, Hamka sedikit terkejut menyebutkan nama itu.

Sosok yang datang kepadanya adalah jin qorin atau jin pendamping dari Sang Kyai yang beberapa tahun yang lalu telah tutup usia. Penampilannya mirip dengan beliau.

“Namaku Kalwan”,

“Seperti yang kau tahu Hamka, aku adalah jin pendamping dari Sang Kyai yang telah wafat”,

“Aku datang kemari untuk membantumu”, ucap Kalwan.

Kalwan dan Hamka meninggalkan Gunung Besar. Kalwan melarang Hamka untuk menemui jin yang sedang berjaga di sana. Hal itu dilakukan supaya pihak mereka yaitu kawanan jin jahat tidak menyadari bahwa bangsa manusia telah mengendus sepak terjang mereka.

Kalwan sendiri sudah tahu apa yang sedang terjadi. Tentang anjing hitam dan juga para jin penghuni Gunung Besar. Kalwan menjelaskannya kepada Hamka.

Anjing hitam datang ke kerajaan gaib di Gunung Besar. Anjing Hitam berhasil mengambil alih kekuasaan di Gunung Besar setelah berhasil mengalahkan Zan Siluman Banteng penguasa sebelumnya. Kini bersama pemimpin baru mereka Anjing Hitam, para jin dan siluman penghuni Gunung Besar sedang bergerak ke Rimba Hitam. Anjing Hitam sedang mengumpulkan pasukan.

Bagaimana Kalwan bisa tahu semua ini? Itu karena Kalwan punya mata-mata di antara penghuni Gunung Besar.

“Lalu apa langkah selanjutnya?”, tanya Hamka kepada Kalwan.

“Aku akan memberitakan kabar ini kepada perkumpulan gaib di bumi”,

“Tugasmu Hamka, mata-matailah Anjing Hitam dan pengikutnya”,

“Kau tidak perlu sampai bertarung dengan mereka. Cukup selidiki saja sejauh mana rencana dan seberapa besar kekuatan mereka”,

“Ajaklah kawan dari bangsa manusia. Walau bagaimana pun juga kaum kalian adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna dan tinggi derajatnya”, pesan Kalwan.

Hamka menyetujui rencana Kalwan. Ia juga tersenyum. Hamka tahu siapa orang yang tepat untuk ia ajak di misinya kali ini.

“Kalwan, apa kau sudah tahu siapa si anjing hitam itu?”, tanya Hamka.

“Aku belum benar-benar yakin siapa dia sebenarnya”,

“Firasatku mengatakan dia sangat berbahaya”,

“Jangan kau mendekatinya Hamka”, pesan Kalwan.

Hamka dan Kalwan pun berpisah untuk melanjutkan perjalanan tugasnya masing-masing.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!