Pagi ini, Elang mendapat panggilan dari kepala pengawal istana untuk segera datang ke istana karena ada hal mendesak. Padahal, dia baru saja pulang dari istana karena melakukan pekerjaan sif malam.
Namun, setelah sampai di rumah, dia kembali dipanggil oleh kepala pengawal istana. Tentu saja ini membuatnya merasa jengkel. Sementara, dia juga sedang bersiap memasak untuk putrinya yang baru berumur tiga setengah tahun. Gadis kecil itu juga selalu diajaknya jika dia harus melakukan pekerjaan. Dia akan menidurkan putrinya di pos pengawal di Istana Awan.
Disebut Istana Awan karena istana itu sebenarnya berada di lereng gunung Awan. Gunung ini tidak berapi, namun gunung ini termasuk yang tertinggi di Provinsi Selatan. Istana itu di beberapa keadaan akan diselimuti oleh kabut berwarna putih. Dan orang-orang akan menyebutnya istana yang diselimuti awan.
Walaupun dia sebenarnya memiliki banyak pelayan, namun Intan tidak akan makan jika ayahnya tidak memasak sesuatu untuknya. Walaupun itu hanya sekedar menggoreng telur. Keberadaan Elang dan Intan juga disembunyikan dari pihak istana.
"Intan, Ayah akan kembali ke istana. Cepatlah mandi nanti kita terlambat!" Ucap Elang.
"Huh! Ayah! Aku sudah semalaman ikut ayah berjaga di istana, sekarang harus ke sana lagi?" Jawab Intan. Gadis berbadan gemuk dan padat itu terlihat sangat kesal.
"Apa? Kamu tidur semalaman dan kamu bilang ikut berjaga? Sungguh gadis yang pintar!" Ucap Elang.
Gadis kecil itu tersipu malu. Lalu berlari dan segera menutup mulut ayahnya.
"Ayah! Kenapa keras-keras bicaranya? Nanti didengar orang!" Bisiknya.
Saat itu, beberapa pelayan segera mendatangi mereka dan di antara mereka, ada Jack yang merupakan kepala pelayan.
"Mandikan dia dengan cepat!" Ucap Elang.
Elang sebenarnya bukan orang biasa, dia sebagai pengawal istana Awan menyamar guna mencari keberadaan ibu kandung dari putrinya. Dari informasi yang dia peroleh, keberadaan ibu kandung putrinya ada di Istana Awan tempatnya bekerja sebagai pengawal istana.
Intan, ditemukan sekitar tiga setengah tahun lalu di pinggiran sungai Lor di perbatasan antara Provinsi Selatan dan Ibukota. Saat itu, Elang sedang berada di dekat sungai karena ingin melakukan penelitian mengenai sungai yang mungkin bisa dijadikan transportasi air atau untuk tempat wisata.
Elang kemudian memerintahkan intelijen dalam perusahaannya untuk mencari siapa yang membuang bayi Intan di pinggiran sungai.
Dari laporan, Elang menemukan bahwa, gadis kecilnya dibuang oleh orang-orang dari Istana Awan.
"Baik, Tuan Muda!" Jawab para pelayan.
"Nona!" Ucap salah satu pelayan. Lalu Intan melompat ke arahnya dan kemudian dengan sigap pelayan itu menangkap Intan dan menggendongnya dan segera membawanya ke kamar mandi utama. Sementara Elang langsung menuju kamar mandi di kamarnya.
Beberapa saat kemudian, Elang dan Intan sudah berpakaian rapi ala prajurit pengawal istana. Intan tentu saja harus sama pakaiannya dengan ayahnya. Kalau tidak, dia akan merengek sepanjang waktu. Jadi, Elang membeli kain yang sama dan membuatkan pakaian seperti yang dikenakannya sebagai pengawal istana.
Intan juga banyak disukai oleh teman-teman pengawal Elang. Mereka menyukai gadis kecil ini karena lucu dan imut. Tak hanya itu, Intan juga tidak cengeng dan cantik. Memang ada beberapa prajurit wanita yang menyukai Elang, namun dia tidak merespon karena dia sebenarnya juga tidak terlalu memikirkan hal itu. Dia masih fokus mencari ibu kandung Intan.
"Prajurit! Apakah kamu sudah siap?" Tanya Elang.
Intan lalu dengan cepat mencabut pedang mainannya. "Siap!"
Sontak tingkah lucunya membuat para pelayan dan Kepala Pelayan Jack tersenyum geli. Lalu keduanya berjalan ke halaman dan di sana susah menunggu sebuah mobil Innova.
Ada banyak mobil mewah yang terparkir di garasi di bawah tanah, namun, Elang hanya mau menggunakan itu agar orang mengira dia naik taksi online. Akhirnya mereka berangkat.
Elang saat mendaftar sebagai pengawal istana awalnya ditentang dan ditolak dengan alasan anak. Namun setelah mengetahui kemampuan beladirinya yang luar biasa, dia bisa diterima, dan Elang tetap meminta dia bisa membawa anaknya. Entah bagaimana hal itu disetujui oleh beberapa petinggi istana. Dan tentu saja Elang merasa lega.
Setelah menempuh perjalanan sekitar setengah jam, mereka akhirnya tiba di Istana. Tanpa diduga, di depan gerbang istana ternyata sudah sangat ramai. Elang dan Intan sampai kebingungan. Tidak biasanya penduduk berada di sini.
Setelah turun dari mobil, Elang dan Intan langsung berjalan ke arah gerbang melalui jalan yang terbuka menuju gerbang. Warga masyarakat membuat pemisah sekitar sepuluh meter tepat di depan gerbang masuk. Mereka berada di kini kanan dan menyisakan jalan di tengah.
Saat Elang dan Intan berjalan, tentu saja keduanya menjadi perhatian. Pakaian pengawal Istana mereka menarik perhatian warga masyarakat. Tentu saja, Elang adalah seorang yang sangat tampan dengan tubuh yang bagus dan paras yang rupawan.
Sementara, Intan adalah seorang gadis kecil berusia tiga setengah tahun yang imut dan lucu. Gadis kecil itu jiga cantik. Badan yang gemuk itu tentu saja membuat orang-orang menjadi gemas dan ingin menciumnya.
"Ayah, kenapa ramai sekali?" Tanya Intan dengan tangannya kirinya yang memegang jari telunjuk Elang.
"Ayah juga tidak tahu. Coba kamu tanya ke mereka. Mereka pasti tahu." Jawab Elang.
"Huh! Ayah sungguh menyebalkan! Aku ini anak kecil, harusnya orang dewasa yang bertanya!" Ucap Intan marah-marah karena digoda ayahnya.
"Ya sudah! Nanti tanya sama Paman Arya." Sahut Elang sambil matanya melirik ke arah Intan. Tepat pada saat itu, mata Intan juga melirik ke arahnya. Intan lalu membuang muka. Elang tersenyum.
Mereka berdua kemudian menuju pintu kecil di samping gerbang. Sudah ada yang membukakan pintu untuk mereka.
"Elang, kamu hampir terlambat. Kepala Pengawal sudah menunggumu!" Ucap seorang pengawal di pintu.
"Baik, aku akan segera menemuinya." Sahut Elang.
Elang segera menuju ke arah Arya, kepala pengawal istana. "Eh, Elang, ayo kita bicara!"
Kemudian Arya mengajak Elang ke suatu tempat yang tertutup. "Hari ini adalah hari kepulangan Pangeran Lintang, Putri Angel dan Putri Vanessa akan kembali ke istana. Namun, mereka harus kembali pergi dan kamu serta beberapa orang lainnya harus mengawal. Aku tidak tahu apakah Intan akan kamu bawa bersamamu atau kamu akan meninggalkannya. Jika kamu meninggalkannya, istriku bisa merawatnya sampai kamu kembali."
"Kakak Senior, aku akan membawanya!" Jawab Elang.
"Perjalananmu kali ini sangat berbahaya, sebaiknya kamu pikirkan baik-baik." Kata Arya.
"Aku tidak akan pernah meninggalkannya. Dia adalah satu-satunya keluargaku. Aku akan melindunginya, melindungi Putri Raja dan juga Pangeran. Kakak Senior jangan khawatir." Ucap Elang.
"Hhh, baiklah! Pangeran dan dua Putri akan segera tiba, sebaiknya kamu sudah siap untuk berangkat. sebentar lagi pintu gerbang akan dibuka dan kamu harus melindunginya. Aku tidak tahu tujuan sebenarnya, ini ponsel yang akan kamu gunakan. Instruksi akan disampaikan lewat ponsel setelah kalian meninggalkan Istana." Ucap Arya, kemudian memberikan sebuah jam tangan. Ternyata, itu adalah ponsel yang berbentuk jam tangan.
"Ayah! Bibi itu cantik sekali!" Ucap Intan saat mobil yang membawa dua Putri Raja dan Pangeran memasuki gerbang. Kaca jendela mobil terbuka dan tentu saja orang-orang bisa melihatnya.
"Hmmmm!" Elang tidak mengucapkan apa-apa.
Saat itu, seorang gadis cantik menatap ke arah Elang. Dia adalan Putri Vanessa, putri bungsu Raja Awan II (Kedua).
Intan merasa bahwa gadis di dalam mobil menatapnya, jadi dia melambaikan tangannya. Dan gadis di dalam mobil pun tersenyum dan melambaikan tangan.
"Wah! Cantik sekali!" Ucap Intan.
"Ayah! Lihat! Bibi itu melambaikan tangan!" Ucap Intan memberitahu ayahnya.
"Iya!" Sahut Elang untuk membuat gadisnya senang. Mobil pun berjalan pelan
Tiba-tiba, ada lima orang berkelebat dengan cepat ke arah mobil yang membawa mereka. Orang-orang itu memakai topeng hitam dari kain sudah berdiri dan memblokir mobil. Mobil pun berhenti. Tak sampai di situ, kelima orang itu mengambil pistol dan segera menodong ke arah mobil yang membawa para Putri dan Pangeran.
Melihat itu,semua orang menjadi panik dan berteriak ketakutan. Tanpa perintah, Elang segera berlari dengan cepat dan tahu-tahu sudah berdiri di depan kelima orang itu. Tak sampai di situ, Elang yang gerakannya lebih cepat, segera bergerak dan langsung mengambil pistol dari tangan kelima orang. Namun, hanya empat pistol yang berhasil diambil.
"Dor!"
"Ayah!" Teriak Intan.
Tembakan itu berhasil dihindari oleh Elang, namun dia sedikit terlambat dan peluru mengenai lengan kirinnya. Elang tidak mempedulikannya. Dia pun segera bergerak dan berhasil merampas pistol yang sudah melukainya.
"Dor! Dor! Dor! Dor!"
Terdengan suara empat tembakan. Empat orang terkapar, sementara, satu orang lainnya segera ditangkap oleh beberapa pengawal yang sudah berada di sana membantu. Elang sengaja membiarkan satu orang hidup untuk diinterogasi.
"Ayah!" Teriak Intan lagi. Dia berlari ke arah Ayahnya dengan wajah cemas dan langsung memeluk Elang yang sedang berjongkok sambil memegangi lengannya yang berdarah.
Elang tersenyum untuk membuat putrinya tidak khawatir.
"Ayah tidak apa-apa, Sayang." Ucap Elang lembut.
Saat selanjutnya, Elang pun berdiri, memberitahu sopir agar melanjutkan perjalanan.
Putri Vanessa meminta sopir untuk membuka kaca yang telah ditutup, namun sopir tidak mempedulikannya dan segera menjalankan mobil dengan lebih cepat. Terlihat Vanessa sangat cemas karena melihat Elang tertembak.
...****************...
"Perhatikan semua! Buang semua pistol! Gunakan pedang kalian agar tidak menakuti penduduk! Tuan tidak ingin penduduk ketakutan dan merusak rencananya! Segera tutup gerbang dan ikuti perintah!" Ucap seorang wanita berkacamata. Wanita berusia tiga puluh tahun, berbadan sintal itu sangat cantik dan mempesona. Memakai celana jin warna merah dan memakai kaos tanpa lengan.
Wanita itu sebenarnya adalah Viera. Dia merupakan orang kepercayaan Tuan Lung Awan yang merupakan kakak kandung Raja Awan. Nama Awan disematkan kepada keluarga kerajaan Awan akhir-akhir ini karena nama Istana.
Raja Awan sendiri sebenarnya bernama Lang dan diberi nama belakang Awan. Lung dan Lang merupakan putra kembar. Reputasi Lang sangat baik yang kemudian dipilih oleh ayahnya menjadi Raja menggantikan ayahnya, yaitu Sang Permana. Namun, nama belakang Permana tidak digunakan dan sekua keturunannya diberi nama belakang Awan.
Viera juga merupakan seorang ahli beladiri yang direkrut oleh Lung Awan menjadi bawahannya sejak beberapa tahun lalu. Atas perintah Lung, semua anggota kerajaan yang berhubungan dengan Lang ditangkap dan dijebloskan ke penjara bawah tanah, namun, Lung memerintahkan untuk membunuh tiga putra dan putri Raja Awan II.
"Baik, Nona!" Jawab seorang pria berusia empat puluh lima tahun. Terlihat pria itu berbadan besar. Wajahnya bersih dengan kumis tebal membuatnya justru menjadi sangar.
"Kalian harus memastikan bahwa penduduk tidak mengetahui pemberontakan ini. Bunuh ketiga putra putri Raja dan jangan sampai penduduk tahu! Apakah kamu mengerti, Daniel?" Ucap wanita itu lagi.
"Mengerti, Nona!" Jawab pria yang dipanggil Daniel.
"Perhatikan semua! Kalian tidak diizinkan membawa pistol! Jangan menakuti penduduk dan pastikan pembunuhan dilakukan dengan senyap! Jangan lupa bunuh orang yang ditangkap tadi!" Ucap Daniel melalui sambungan telepon ke setiap komandan pasukan yang dikirimnya di lapangan.
"Tuan! Pangeran dan kedua Putri diselamatkan oleh seorang pengawal istana! Sekarang, mereka sudah meninggalkan istana dan bergerak ke arah ibukota. Kami masih terus mengejar mereka!" Ucap salah seorang melalui sambungan telepon.
"Apa?" Daniel tidak melanjutkan ucapannya, namun menahannya.
"Nona! Pangeran dan dua Putri dibawa pengawal menuju ke ibukota. Apa yang harus dilakukan?" Suara Daniel.
"Dasar tidak berguna! Kalian dibayar mahal oleh Tuan bukan untuk gagal, tapi untuk berhasil! Ikuti mereka dan jangan bertindak di sekitar pemukiman pada penduduk!" Jawab Viera dengan geram.
Bagaimana mungkin pasukan yang dipilihnya bisa dikalahkan oleh seorang pengawal istana? Bahkan salah seorang diantaranya ditangkap? Sungguh konyol.
"Aku tidak ingin mendengar kegagalan! Jika terjadi lagi, maka aku akan membunuhmu!" Ucap wanita cantik itu.
"Ba-baik, Nona!" Daniel tampak sangat gugup. Bagaimana tidak, Viera sama sekali tidak pernah main-main dengan ucapannya. Dalam keadaan tertentu yang membuatnya tidak senang, wanita ini bisa melakukan hal yang sangat kejam. Tidak peduli dia saudara sendiri, kerabat atau bahkan teman dekat, jika mengecewakannya, maka akan berakhir mengenaskan.
Daniel sendiri sebenarnya bukan orang sembarangan. Dia adalah pemilik perguruan seni beladiri yang cukup ditakuti di Provinsi Selatan. Perguruannya memiliki reputasi yang cukup baik karena berhasil mencetak banyak ahli beladiri yang menjadi kebanggaan banyak kelurga kaya.
Namun, beberspa waktu lalu, Viera datang bersama beberapa orang, menantang Daniel bertarung dengan taruhan, siapapun yang kalah harus tunduk dan patuh.
Pada akhirnya, Daniel benar-benar harus berlutut dan menjadi patuh pada Viera. Viera sebenarnya bisa dengan mudah membunuh Pangeran dan kedua adiknya saat berada di Ibukota, namun, ketiga putra-putri raja ini selama di Ibukota, selalu mendapat pengamanan dari pasukan elit militer yang merupakan rekan-rekannya selama dia berada di pasukan elit.
Karena Viera pernah melakukan kesalahan fatal membunuh juniornya, maka dia dikeluarkan dari militer. Ketika itulah, Viera direkrut oleh organisasi pembunuh bayaran dan kemudian Viera sama sekali tidak pernah tampil ke publik sama sekali.
Bahkan, reputasi Viera sebagai pembunuh bayaran, menjadi nomor tiga mengalahkan banyak pembunuh bayaran yang sudah lama bergabung.
Saat Daniel mengetahui bahwa Viera adalah pembunuh bayaran nomor tiga, Daniel benar-benar sangat ketakutan. Lalu, Lung pun merekrutnya dengan bayatan tinggi untuk menjadi pemimpin dalam operasi pembunuhan putra-putri raja.
Langkah pertama yang dilakukan Daniel adalah membunuh langsung di dalam gerbang karena pasukan elit hanya mengantarkan Lintang, Angel dan Vanessa sampai ke gerbang dan tanggung jawab keselamatan ada pada pengawal istana.
Tiga mobil melaju dengan kecepatan tinggi. Di bagian depan asa limousin yang membawa Pangeran dan dua Putri. Duduk di belakang kemudi adalah Elang dan di sampingnya ada Intan yang tertidur. Tentu saja di belakang, dua mobil berisi pengawal yang mengawal pelarian tiga putra-putri Raja.
Sementara, di belakang ada puluhan mobil yang mengejar mereka. Mereka adalah orang-orangnya Daniel. Yang sedang memburu ketiga putra dan putri Raja.
"Pengawal! Sebenarnya ada apa? Mengapa mereka ingin membunuh kami?" Tanya Pangeran Lintang.
"Aku tidak tahu!" Jawab Elang yang masih fokus menyetir.
"Eh, kenapa sikapmu sungguh tidak sopan? Kamu hanya seorang pengawal!" Ucap Pangeran.
"Ya!" Ucap Elang.
Elang mengambil ponselnya, lalu menghubungi seseorang.
"Jack, aku tidak akan pulang untuk waktu yang agak lama. Tinggalkan rumah dan pergi ke Ibukota!" Ucap Elang, lalu panggilan ditutup.
Pangeran Lintang tampak tidak senang. Dia merasa diremehkan. Namun, dia juga tidak bisa memaksa Elang untuk menjelaskannya.
Pangeran Elang mengambil ponsel dan berusaha menelepon.
"Jangan menelepon, itu percuma!" Ucap Elang ketika mengetahui Pangeran Lintang bermaksud menelepon.
Namun, Pangeran Lintang tidak peduli dan segera melakukan panggilan. Dia menelepon ayahnya. Elang membiarkannya saja daripada harus berdebat.
"Halo?" Ucap Pangeran Lintang saat panggilan tersambung.
"Halo, Keponakan!" Jawab suara di telepon.
"Paman? Kenapa kamu yang menjawab? Di mana ayah dan ibu?" Tanya Lintang.
"Eh, mereka baik-baik saja. Sebaiknya kamu tidak perlu mengkhawatirkan mereka. Nikmati saja pelarianmu dan semoga kamu baik-baik saja." Jawab Paman yang berada di seberang telepon. Dia adalah Lung Awan.
"Apa maksud paman?"
"Maksudku? Aku tidak bermaksud apa-apa. Sebaiknya kamu berhati-hati karena sebentar lagi kamu akan mati. Kalau ingin mati terhormat, segeralah kembali dan menyerahkan diri. Kamu dan adik-adikmu bisa mati di istana." Ucapan itu terdengar sangat mengerikan.
Elang melihat dari kaca spion dalam. Terlihat Lintang kebingungan. Elang tidak akan memberitahu mereka. Itu yang diinstruksikan seseorang melalui ponsel yang diberikan padanya. Setidaknya, mereka akan mengetahuinya kelak.
"Kakak! Bagaiamana?" Tanya Vanessa.
Lintang menggeleng-gelengkan kepala. Tidak tahu apa yang akan dia jawab. Semuanya kini menjadi misteri. Ketiganya memang tidak di beritahu mengenai hal ini. Sebenarnya, sebelum mereka kembali ke istana, ayah dan ibu mereka sudah ditangkap dan dijebloskan ke penjara. Ketika mereka tiba di istana, mereka akan dibunuh karena mereka nantinya yang akan menggantikan Lang Awan sebagai raja berikutnya.
Mereka hanya menyadari bahwa mereka akan dibunuh saat itu.
"Pangeran, sebaiknya kalian bersiap untuk kejadian selanjutnya. Aku akan melindungi kalian, tetapi kalian harus bekerjasama agar tidak menyusahkan. Bahan bakar mobil ini terbatas, tujuan kita adalah Provinsi Utara. Jadi kita tetap akan berhenti saat bahan bakar habis. Aku harap kalian mau mendengarkan aku." Ucap Elang.
Namun, kejadian selanjutnya sungguh di luar dugaan, saat mereka akan melewati perlintasan kereta, palang pintu di perlintasan kereta sudah diturunkan dan tentu saja mereka harus berhenti.
Keadaan ini sebenarnya yang membuat Elang tidak senang. Saat mereka berhenti, saat itulah para pembunuh turun dari mobil mereka dan segera bergerak menuju mobil Elang.
Namun, tentu saja para pengawal yang berada di dua mobil tidak tinggal diam. Mereka keluar dengan senjata pedang.
Pertarungan pun terjadi. Saat ini Intan sudah bangun. Dia melihat ayahnya dan merasa lega.
"Ayah, bantu mereka!" Ucap Intan dengan kepolosannya setelah mengetahui pertarungan yang ada di samping kiri mobil mereka.
Elang tersenyum dan mengangguk lalu keluar dari mobil. "Kalian jangan sampai keluar. Aku akan membereskan mereka." Ucapnya.
Ketiga kakak beradik merasa pemuda ini terlalu sombong. Tapi memang mereka sudah melihat kehebatan Elang saat di istana. Tapi saat ini, lengan kiri Elang terluka. Tidak tahu bagaimana, Elang tiba-tiba menggantikan sopir dan membawa mereka kemari saat ini.
Puluhan orang kini sedang bertarung dengan sekitar delapan orang pengawal. Itu pertarungan yang tidak seimbang dan kekuatan para pembunuh lebih kuat karena menang jumlah.
Elang segera bergabung dengan mereka dan mulai menyerang. Kebetulan saat itu lalu lintas sedang ramai dan kini justru banyal orang yang menonton.
Elang sudah tidak sabar lagi. Lalu, dia mulai beraksi. Dia menggunakan pedang pengawalnya untuk melawan para pembunuh. Gerakan Elang memang sulit dibayangkan. Itu membuat orang-orang menjadi kagum dan memuji kehebatannya.
Namun, tentu saja pertarungan itu membuat tanda tanya besar di benak setiap orang yang melihatnya. Ada apa sebenarnya sampai terjadi pertarungan berdarah di jalan?
Hanya dalam waktu singkat, musuh sudah bergelimpangan dan mati. Pakaian Elang terpercik banyak darah membuatnya seperti seorang yang terluka.
Kemudian Elang kembali ke mobil dan melanjutkan perjalanan.
"Kita akan berhenti di restoran di depan sana. Aku akan mengganti pakaian dan membelikan putriku makanan. Dia belum makan dari pagi." Ucap Elang lalu melajukan mobilnya dengan lebih pelan. Yang tersisa dari pengawal hanya empat orang karena empat pengawal lainnya mati terbunuh.
"Apakah kamu baik-baik saja?" Tanya Vanessa. Dia terlihat sangat khawatir.
"Bibi jangan khawatir! Ayahku baik-baik saja!" Yang menjawab adalah Intan.
"Baiklah! Gadis kecil, apakah kamu tidak takut?" Tanya Vanessa lagi.
"Tidak! Ayahku akan melindungi kita!" Jawab Intan lagi dengan penuh percaya diri.
"Kalau begitu, aku juga tidak takut." Sahut Vanessa. Intan menoleh dan tersenyum manis sekali. Tiba-tiba perutnya berbunyi.
"Ayah! Aku lapar!" Ucap Intan.
"Ya, sebentar lagi kita akan makan." Shut Elang.
Hanya berselang sekitar beberapa menit, dua mobil berbelok ke sebuah restoran yang cukup besar dan ramai. Jam menunjukkan pukul sepuluh pagi,tentu saja Intan hampir pingsan karena belum makan sejak pagi. Jika tidak ada Pangeran dan dua Putri itu, tentu saja Elang akan terus menjadi sasaran kemarahannya.
"Apakah gadis kecil Ayah sudah benar-benar lapar? Ayo kita makan!" Ucap Elang dengan wajah bercanda dan merayu. Intan tampak agak tidak senang terlihat dari wajahnya.
"Aku bukan gadis kecil, huh!" Intan lalu melipat tangan di dada dan memalingkan wajah.
Elang bergegas keluar dan membukakan pintu untuk putrinya. Gadis kecil itu segera keluar. Elang juga membukakan pintu mobil bagian belakang. Lintang, Ange dan Vanessa juga keluar. Dan seketika itu, mereka menjadi pusat perhatian.
Elang menyadari hal ini. Dia melupakan kalau mereka masih di wilayah Provinsi Selatan. Tentu saja ketiga orang itu dikenali sebagai orang Istana Awan.
Elang memeriksa sekita dengan mengamati. Dia merasa itu akan aman untuk sementar waktu.
"Kalian berempat masuklah ke restoran, lindungi Pangeran dan Putri. Bawa.Intan bersama kalian dan pesan makanan. Aku akan berganti pakaian!" Perintah Elang.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!