Hembusan angin malam ini begitu dingin, malam ini malam terakhir sekolahku di acara perpisahan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Berbeda dengan perpisahan sekolah pada umumnya, sekolahku mengadakan perpisahan di Bumi Perkemahan (Buper) yang berlokasi di daerah Sukabumi kota.
Acara di adakan dua hari dua malam dan malam ini adalah malam terakhir dan bisa dibilang acara puncak.
*******
Trektek, trektek, trektek
suara api unggun menyala dan sedikit menghangatkan tubuhku.
Malam ini schedule terkahir nya adalah perkumpulan semua siswa di tengah-tengah api unggun.
Namaku Nabil, dan tepat di sebelahku Dendra yang sedang menyetel gitar akustik.
Sedikit perkenalan, Dendra ini sahabat dekatku sejak sekolah disini. Dia piawai sekali bermain gitar, kami berdua satu hobi bermain musik dan sesekali sering bermain di studio band yang berada di samping sekolah bersama beberapa teman sekelas yang satu hobi, dan aku sendiri suka mengisi posisi vocal, dan kata orang-orang sih suaraku merdu dan tinggi.
Semua siswa dan guru-guru membentuk sebuah lingkaran di tengah-tengah api unggun. Acaranya sih hanya nyanyi-nyanyi dan ada sedikit wejangan dari kepala sekolah untuk bekal kita disaat kita lulus dari sini.
Kepala sekolah pun mulai berbicara dan memberi wejangan. Suasana sunyi hanya ada suara api unggun dan wejangan kepala sekolah.
Tepat di seberang kananku, ada sosok wanita cantik bernama Ritha. Dia teman sekelas ku dan bisa dibilang sih dia yang paling cantik di kelasku.
"Bil liat tuh Rita cakep banget ya" ucap Dendra sambil mencolek pinggangku
"Ah emang dari dulu juga cakep atuh Dend hmmm"..
"Ehh. Bukannya kamu suka ya sama dia dari dulu, tapi kenapa gak pernah nyamperin dia sih?. Padahal ini malam terakhir loh kamu ketemu dia"
Disini, Aku pun melamun dan berfikir, bener juga malam ini aku terakhir ketemu dan melihat Rita.
Aku memang menyukainya dari kelas satu tapi aku gak pernah berani bilang. Jangankan bilang, ngobrol aja belum pernah hanya saling sapa dan senyum saja tiap hari disekolah. Karena aku gak tau sama sekali yang namanya pacaran atau nembak nembak cewek kaya gitu.
"Lebih baik habis acara ini kamu samperin dia deh Bil!. Tanya apa ke ngobrol gitu jangan sampe dikemudian hari nyesel, soalnya nih aku denger dia mau diterusin pesantren dan pasti susah kamu hubungin dia mau lewat apapun. Inget loh Bil pasti bertahun-tahun lagi kamu ngeliat dia"
"Hmm.. Iya yah Dend, tapi gimana caranya biar aku bisa ngobrol berdua sama dia? masa tiba-tiba sih. Aku gak berani sumpah ini aja belum apa-apa sudah degdegan"
"Ah payah kamu Bil, Tapi Tenang kalo masalah itu nanti aku deh yang samperin dia, aku minta dia ketemu sama kamu. Aku comblangin deh. Mau gak?"
"Jangan Dend !. Malu ah aku sumpah"
"Ah Yaudah kalo gamau. Tapi jangan nyesel ya, inget bertahun-tahun loh ketemu dia lagi"
"Hmmmm yaudah deh Dend"
"Nah gitu dong masa temenku yang satu ini ganteng doang tapi gak pernah berani kalo sama perempuan payah banget"
"Tapi Gimana ya?"
"Jangan tapi-tapian lagi, Gimana nanti aja Bil orang tinggal bilang doang"
"Ah kamu Dend aku kan ga ngerti sama gitu-gituan, kamu sih enak tinggal nyuruh doang"
"Udah tenang aja, yang penting Ritha nya mau dulu. Ok."
"Hmmm yaudah ah terserah"
Aku berfikir keras gimana ya nanti kata-kata apa yang harus aku bilang. Tapi Bodo amat ah yang penting aku bilang dan mudah-mudahan setelah aku bilang sama Ritha kalo aku suka sama dia, perasaanku lega ga ada yang aku pendam lagi.
Setelah kepala sekolah selesai memberi wejangan, kemudian acara dilanjut nyanyi-nyanyi bersama. Tiba-tiba saja wali kelasku ibu Ani memanggil namaku.
"Nabil nabil nyanyi dong didepan!. Teman-teman ayo kita panggil Nabil yuk kedepan dia kan penyanyi loh, suaranya bagus biar dia hibur kita malam ini"
Hmmm. Mungkin Ibu Ani tau suaraku bagus saat pelajaran kesenian dulu, saat itu aku bernyanyi dikelas karena ibu Ani juga seorang guru kesenian di sekolahku.
Kemudian semua siswa menjadi ikutan memanggil namaku.
"Ayo Nabil, Nabil, Nabil,Nabil, !"
"Ayo loh Bil hahaha"
Disini Dendra malah meledek ku.
"Hmmm. Aku mau aja sih Dend, tapi berdua ya sama kamu. Kamu yang maen gitar Dend gimana?"
"Lah ko aku orang yang dipanggil kamu doang"
"Masa nyanyi gak ada musiknya ah. Ayo lah"
"Hmmm. Tapi oke lah kapan lagi kita tampil didepan banyak orang"
Tanganku pun ditarik oleh bu Ani "ayo ayo Bil kedepan!"
"Ayo Dend temenin aku!. Cepetan!"
"Nah, Iya iya bener ayo sama Dendra kan kalian anak band nih denger-denger, ayo kalian buktiin dong malam ini"
Akhirnya kami maju berdua kedepan ditengah deket api unggun.
"Dend. Lagu apa nih?"
"Hmm apa ya?. Ini aja Bil, Judika yang bukan dia tapi aku itukan ada tinggi-tingginya tuh Bil biar keren gitu biar Ritha pangling"
"Lah malah bawa-bawa Ritha kan degdegan jadinya pea, hmmm"
"Haha ayo ah semangat"
Dendra pun mulai memetik gitarnya. Padahal baru juga mulai, semua orang sudah tepuk tangan, dan baru aja bait pertama ada beberapa cewek yg menjerit mendengar suaraku. Sesekali aku fokus ke Ritha dan kita kadang saling senyum, dan itu membuatku sangat semangat.
Dan di akhir lagu aku melihat ke arah Ritha diapun memberikan aku jempol dan itu membuatku sangat bahagia.
Ibu Ani juga teriak, tapi kemudian dia malah bilang "lagi lagi lagi lagi, dan semuanya jadi ikut-ikutan bilang "lagi-lagi-lagi"
"Waduh Dend apalagi nih?. Hmmm"
"Haha. Yaudah lanjut, gas Bil lagunya ungu Cinta dalam hati, kamu kan cuma bisa mendem tuh sama Ritha jadi kayanya cocok tuh lagu ini"
"Dihh. Bener-bener Dend ya kamu tuh ngeselin amat, terus aja Ritha yang dibahas"
"Hahahaha ayo gas Bil ah"
Dan lagu kedua pun kita nyanyikan. Disini aku bener-bener meresapi lagu ini. Ya mungkin ini bener-bener ngena lagunya sesuai dengan perasaanku saat ini.
Dan di akhir lagu aku hampir saja mengeluarkan air mata, Soalnya mataku berkaca-kaca sepanjang lagu ini.
Dan yang tidak disangka diakhir lagu Ritha berdiri & tepuk tangan dan anehnya cuma dia yang berdiri dan kasih Aplaus buatku.
Ya semua orang aneh juga dong dan akhirnya semua fokus ke Ritha dan ada temennya Ritha disebelahnya yang bilang "Cie cie cie" Namanya Zahra dia duduk tepat di samping Ritha. Zahra ini temen deketnya Ritha dan sebangku pas dikelas.
Disini Ritha langsung malu dan ngumpet dibelakang punggung temannya itu.
Akupun aneh kenapa si Zahra sampe bilang"cie cie" Gitu ya. Ah bodo amat ah aku gamau mikir kejauhan dulu.
Dan setelah selesai bernyanyi, acara kemudian berlanjut. Ada yang tampil ngelawak, baca puisi, stand up dan yang lain-lain.
Disini semua siswa mengekspresikan semua bakatnya. Mataku pun sesekali menengok ke arah Ritha selama acara pertunjukan, dan kita selalu sama saling melempar senyum. Hatiku sangat bahagia sekali sepanjang malam itu.
"Cieeee senyum-senyum mulu, kering tuh gigi lama-lama"
"Apaan sih, berisik kamu Dend"
"Hmmm ayolah samperin sana. Dia tepuk tangan loh tadi"
"Nanti lah Dend, masa sekarang acaranya juga belum beres"
"Yaudah aku sekarang samperin dia deh ya biar nanti abis acara kamu sama dia bisa ketemu"
"Ah terserah kamu Dend ah. Bawel dasar"
Ah bener-bener itu orang langsung ke arah Ritha. Dia jalan agak sedikit membungkuk melewati beberapa orang, dan tiba-tiba langsung tepat disampingnya Ritha.
Aku gak tau apa yang mereka obrolin, yang aku lihat Ritha hanya ngangguk-ngangguk sambil sesekali melihat ke arahku.
Setelah menghampiri Ritha, Dendra pun kembali duduk bersamaku.
"Mantap Bil. Kata Ritha kenapa gak langsung Nabil aja yang bilang. Aku jawab aja, ah dia mana berani sama perempuan apalagi perempuannya itu kamu Tha"
"Hmmm terus?"
"Terus dia nanya lagi, emangnya kenapa Dend kalo aku? Aku jawab aja. Dia pemalu Tha sama perempuan, seumur-umur aku gak pernah liat dia ngobrol sama perempuan. Terus kata dia, hmmm, ternyata Nabil segitunya ya baru tau aku"
"Hmmm. Pake terus terang segala. Terus Ritha bilang apalagi Dend?
"Katanya sih nanti abis acara ini nih kamu temuin dia dibelakang tendanya dia, dipojok sana kan ada batu besar tuh Bil, nah jadi disana aja"
"Oh gitu ya. Oke deh, Tapi aku takut ah Dend?"
"Takut apaan anjir, takut hantu?"
"Bukan lah, takut gabisa ngomongnya"
"Yaelah. Aku yakin kalo udah ketemu suasana ga kaya yg dibayangin ko. Percaya deh sama aku"
"Hmmm, yaudah lah Bismillah. Do'ain aku ya biar gak gugup nanti!"
"Amiiiin tenang aja pasti aku doain. Semangat kawanku! Mudah-mudahan lancar dah"
"Amiiin Amiiin Dend, makasih ya Dend emang sahabat terbaik kamu ini"
"Ah lebay, aku cuma kasian aja sama kamu. Tiga tahun suka, cuma bisa dipendam doang mana mau ditinggal lagi"
"Iya sih bego amat ya aku ini"
"Emang bego. Haha"
"Sue. Hmmm"
"Haha Becanda ahh"
Mudah-mudahan aku gak deg-degan seperti sekarang nanti pas disana. Karena ini bener-bener pertama kalinya aku menghadapi perempuan cuma berdua. Apalagi boleh dibilang Ritha ini adalah Cinta pertamaku..
Acara juga sepertinya sebentar lagi mau selesai. Malam yang semakin dingin membuat sekujur tubuhku jadi gemetar, ditambah melihat kecantikan Ritha dari kejauhan yang memakai kerudung coklat muda, baju piyama berwana krem, dan dibalut jaket tebal berwarna hitam. Membuat hatiku pun bergetar.
Aku masih terus berfikir kata-kata apa yang pertama nanti aku harus bilang. Takutnya cuma saling diam saja nanti pas ketemu. Hmmmm.
Acara pun selesai. Sebelum bubar, Bapak Kepala sekolah menyuruh kita semua saling bersalaman satu sama lain agar kita saling memaafkan dan sekalian salam perpisahan.
Di suasana ini kami semua menangis, soalnya ini salah momen dimana kita terakhir saling bertemu.
disaat semua saling bersalaman, ada momen dimana aku pun akhirnya bersalaman dengan Ritha, dia matanya sedikit sembab karena habis menangis. tapi aku hanya berkaca-kaca sih, malu lah soalnya kalo cowok sampai nangis gitu hehe.
"Hai Tha?"
"Eh Nabil, Hai."
"Em. Tha, Maafin aku ya kalo selama ini ada salah-salah kata dari aku atau kesalahan lain gitu."
"Ah kamu memang pernah gitu ngomong sama aku?"
Jawab Ritha sambil sedikit tertawa.
"Iya sih ya ngobrol aja belum pernah selama tiga tahun, tapi kan nggak tahu takutnya ada salah dari aku Tha, namanya juga manusia pasti ada lupanya."
"Hmmm iya Bil, aku becanda ko barusan, iya aku juga minta maaf ya kalo aku ada salah."
"Iya Tha aku maafin ko. Eh Tha?"
"Iya..Apaan Bil?"
"Engga Tha engga jadi."
"Lah bisa gitu, ko jadi kaya orang bingung gitu Bil? bener kata Dendra ya kamu ini hmmm."
"Emmm Dendra udah bilang kan tadi Tha?"
"Oh ituuu, kenapa kamu ga langsung aja sih Bil padahal biasa aja sama aku."
"Mana berani ah Tha."
"Hmm dasar. Yaudah gini aja Bil, nanti habis ini aku tunggu kamu di sana ya. (Sambil menunjuk ke arah batu besar dekat tendanya Ritha) Soalnya kalo sekarang waktunya sebentar, pasti habis ini kita semua juga disuruh masuk ke dalam tenda."
"Hmmm. Yaudah nanti aku ke sana deh ya temuin kamu."
"Yaudah kalo gitu, sekarang aku mau ke tenda dulu ya, jam 22:15 aku tunggu kamu disana, jangan lupa!"
"Ok Tha siap. Makasih ya."
"Iya Bil sama-sama, sampai jumpa nanti ya. Assalamualaikum."
"Iya Tha waalaikumsalam."
Aku gak tau yg aku rasakan saat ini, bahagia, degdegan, takut, semuanya menjadi satu. Aku terus berdoa dalam hati semoga aku ga salah ngomong dan semuanya sesuai dengan yang aku harapkan.
Setelah itu, aku langsung pergi ke arah tendaku bersama teman-teman yang satu tenda denganku. soalnya bapak Kepala sekolah menyuruh semua muridnya untuk masuk ke tenda dan langsung tidur, jangan ada lagi ada yang diluar tenda, kecuali mau buang air atau keperluan lainnya.
Aku masuk ke tenda yang lumayan besar dan diisi oleh 10 orang di tendaku. Di dalamnya ada Dendra juga sahabatku, kira-kira sih ada 100 lebih siswa yang ikut acara ini. Dan tenda ada 15, termasuk tenda guru-guru.
Setelah semua orang masuk ke dalam tenda, Bumi perkemahan menjadi hening dan sepi, sisa suara api unggun yang mulai mengecil apinya. Udara tambah dingin karena tempat ini berada persis dibawah kaki gunung gede pangrango, di ketinggian 1130 Mdpl.
"Hei. Jadi ga Bil?." Tanya Dendra
"Jadi Dend, tadi aku sudah bilang pas maaf-maafan sama dia. Katanya Ritha nunggu aku jam 22:15 di balik batu sana."
"Ohh. Yaudah bentar lagi dong, sekarang sudah jam 22:10. yaudah siap-siap gih sana, kamu bawa pop mie, cemilan, sama minuman. juga termos ku nih. bawa aja semua biar nggak bolak balik sama ketauan guru."
"Oke Dend bener juga, kalo pop mie dan cemilan ada ko aku. Aku pinjem termosnya aja."
"Yaudah nih pake aja."
"Ohh iya. Nanti kalo ada guru, aku bilang aja kali ya mau kencing atau buang air besar"
"Nah itu tumben pinter."
"Ah si anjir, ngeselin hmmmm."
"Hahaha yaudah sana gih mumpung guru-guru lagi pada di dalam tenda, gapapa kecepetan sedikit mah."
"Oke Dend do'ain ya."
"Hmmm siap semoga lancar sahabatku ini"
"Amiiin makasih Dend."
"Iya Bil sama-sama, sudah Sana gih!"
Aku pun beranjak perlahan sembunyi-sembunyi sambil membawa tas lumayan sedang dan nggak terlalu besar, yang isinya sudah aku siapkan. Dan akhirnya aku berhasil sampai dibalik batu besar yang di bawahnya terdapat sungai yang sangat jernih dan suara aliran air yang begitu membuat hati terasa tenang.
Disaat aku sedang melamun sambil memikirkan apa yang harus aku katakan nanti, Tiba-tiba Ritha mengagetkan ku dari belakang.
"Hayo. Malem malem malah ngelamun, ih."
"Astaghfirullah, kaget Tha aku, kirain siapa."
"Hmmm kamu kira aku hantu gitu?."
"Bukan, takutnya siapa gitu selain kamu"
"Tenang aja kayanya di sini nggak ada orang yang tau ko Bil, soalnya kan batunya juga besar banget ini."
"Hmm iya sih. Oh iya kamu mau pop mie Tha aku bikinin ya?"
"Waduh persiapan banget."
"Iya kan udaranya dingin masa ngobrol ga bawa apa-apa nanti bosen."
"Ah bisa aja, yaudah terserah kamu Bil."
Aku pun menyeduh kan pop mie dan susu hangat agar bisa menemani di saat kita ngobrol nanti.
"Tha?"
"Iya Bil?"
"Kamu apa kabar?"
"Apaan sih Bil aku kan di sini baik-baik saja sama kamu? Hmmm lucu ih kamu ini."
"Emmm bingung aku, iya sih ya."
"Ada aja kamu ini baru juga ngomong udah bingung gitu hmmm. Udah kamu minum dulu deh biar rileks sampe pucat banget kamu."
"Hmmm yaudah."
Akupun minum sedikit susu hangat yang baru saja ku seduh.
"Aww, masih panas Tha"
"Ih dasar, iya lah orang baru aja diseduh. Lucu banget ih kamu Bil, haha."
"Hmmm."
"Kamu mau ngomong apa sih sampe kamu ajak aku berdua kaya gini?"
"Hmmmmm, jadi gini Tha."
"Iya apa Nabil?"
Ritha malah mendekatkan mukanya kepadaku. Rupanya dia senang sekali becandain aku yang lagi gugup kaya gini.
"Ah, tuh kan jadi lupa."
"Masa lupa, haha."
"Lagian malah di becandain. Hmmm."
"Yaudah yaudah aku diem deh, ayo kamu ngomong, pelan-pelan aja ya ngomongnya biar tenang"
"Emmm. Kamu bener mau pesantren?"
"Iya Bil, orang tuaku menyuruh aku untuk masuk pesantren. Aku kan anak perempuan satu-satunya, aku juga anak bungsu, kakak ku ada tiga, cowok semua. Dua udah nikah yang satu lagi masih kuliah. Jadi papaku nyuruh aku masuk pesantren. Katanya sih biar aman dan nggak begitu khawatir sama pergaulan anak-anak sekarang. Mungkin karena aku anak perempuan satu-satunya, makanya khawatir sekali"
"Ohh gitu ya, dimana emang Tha?"
"Di daerah sukabumi kota Bil gak jauh ko"
"Oh syukur deh, kirain jauh banget"
"Engga Bil soalnya kan kalo deket gitu, orang tuaku juga gampang kalo mau nengok."
"Oh gitu Tha, berarti kita nggak bakal ketemu lagi dong ya?"
"Emang kalo kita nggak ketemu lagi kenapa ayo?"
Hatiku nggak karuan harus bilang apa dengan pertanyaan Ritha yg ini. Apa aku langsung bilang yang sebenarnya atau gimana.
"Nggak tahu ah aku bingung ngomongnya."
"Jangan Bingung atuh, ayo pelan-pelan ya, pasti aku dengerin ko."
"Hmmm. Aku nggak tahu Tha harus mulai darimana. Tapi yang aku rasain sekarang aku gamau gitu jauh dari kamu."
"Hmmm, tapi Alasannya apa Bil?, aku belum paham Sumpah"
"Tha, mungkin kamu nggak bakal percaya sebelumnya, kalo aku itu sebenarnya udah suka sama kamu dari kelas satu, tapi aku nggak bisa ngungkapin nya, soalnya aku nggak pernah tau apa itu yang namanya cinta, pacaran dan sebagainya, dan yang aku rasain sekarang aku nggak mau kehilangan, mungkin itu kali ya yang dinamakan cinta?"
"Memang kamu baru pertama suka sama perempuan?"
"Sering sih aku sering kagum sama cewek cantik apalagi baik, hanya sebatas itu aja. Tapi yang aku rasain sama kamu kali ini beda Tha, rasa takut kehilangannya ini yang bikin aku rasa beda. Nih Tha sini deh Tha, lihat ini!"
Aku mengambil sesuatu dari dalam tas.
"Apaan itu Bil?"
(sobekan tulisan tangan Ritha yang aku simpan dan laminating, Kira-kira ukurannya sebesar smartphone. aku dapat saat kita kerja kelompok dulu, saat itu Ritha mengerjakan tugas di buku pelajaran ku).
"Tulisan ini aku simpan waktu kelas dua, waktu dulu kita kerja kelompok, nggak tau kenapa dalam hati aku harus simpen tulisan ini dan suatu saat bisa jadi bukti kalo aku suka sama kamu Tha dari dulu."
"Ya ampun Bil, sampe segitunya. Kenapa kamu nggak pernah bilang aja sih dari dulu?"
"Kan aku sudah bilang Tha kalo aku nggak ngerti sama gitu-gituan apalagi nembak cewek, aku nggak tau gimana caranya."
"Hmmm Oke oke aku paham. Terus alasan kamu suka sama aku kenapa?"
"Em. Jujur sih kamu itu cantik, baik, terus pinter juga, dan kamu tau kan kalo kita di kelas sering lempar-lemparan senyum. Aku gak tau itu artinya apa, yang jelas disaat kamu senyum sama aku, disitu aku selalu merasa nyaman sekali. Dan rasa itu semakin lama semakin besar apalagi sekarang kamu mau ninggalin aku, semuanya semakin terasa Tha"
"Hmmm gitu ya, jujur ya Bil aku juga belum pernah ngerasa jatuh hati benar-benar sama cowok, dulu aku pernah ngerasa suka sama kamu waktu kamu nyanyi di depan kelas, ya mungkin itu kagum juga sih, tapi kamu gak pernah respon, ngobrol aja kita baru kali ini kan?"
"Hmmm"
"Tapi setelah kamu sekarang bilang gini rasa itu mungkin mulai ada lagi Bil. Sebenarnya dari dulu aku selalu nungguin kamu, aku kira kamu biasa aja sama aku, makanya aku diemin aja."
"Hmmm. maafin aku ya Tha coba aja aku jujur dari dulu."
"Gak harus minta maaf Bil, tapi memang terlambat sih semuanya sudah terjadi, dan sebentar lagi juga aku bakalan pergi."
"Yah, jadi gak bakal ada kesempatan yah Tha buat aku?"
"Siapa bilang? aku tanya sama kamu deh, cita-cita kamu kedepan mau jadi apa?"
"Ko jadi cita-cita sih Tha? apa hubungannya?"
"Ada Bil. jawab aja dulu ayo!"
"Hmmm kalo cita-cita sih aku pengen jadi penyanyi, komposer atau pencipta lagu gitu, habis itu yang terakhir aku nikah deh sama kamu."
"Yeee, maen nikah aja dasar."
"Hehe."
"Gini ya Bil, besok kan kita sudah nggak bisa bertemu lagi nih, aku pengen kedepannya kamu bisa buktiin sama aku kalo kamu bisa berhasil sama cita-cita kamu yang tadi kamu bilang."
"Yang nikah sama kamu?"
"Iya itu salah satunya."
"Hah serius Tha?"
"Iya serius, aku tau kamu punya suara bagus, prospek kamu juga pasti bagus kayanya di bidang itu, tapi pesen aku, kamu jangan lupain sekolah kamu, kamu harus serius belajar, buktiin sama aku kalo kamu bisa sukses apapun cita-cita kamu nanti"
"Maksud kamu aku harus sukses dulu baru nikah sama kamu gitu?"
"Ya kita gak tau Bil kedepannya bakal gimana, yang jelas kalo kamu bener-bener sayang sama aku, buktiin sama aku, kalo kamu itu bisa, dan suatu hari nanti kamu jemput aku dengan keadaan yang sudah siap. Sekarang kita aja masih kecil Bil, suatu hari nanti kamu pasti ngerti kok apa yang aku ucapin sekarang"
"Hmmm. Iya aku paham ko Tha, aku juga gamau kita pacaran sekarang. Tapi, apa aku bisa jamin kalo aku udah siap nanti kamu masih setia nungguin aku?"
"InsyaAllah Aku bisa jamin. Soalnya aku baru pertama suka sama cowok sampai sejauh ini. Aku juga belum pernah pacaran Bil."
"Serius?"
"Gak tau kenapa Aku gak pernah mau sembarangan milih cowok. Tapi Aku nggak mau janji dulu ya, soalnya aku yakin nanti di SMA bakalan banyak perempuan yang suka sama kamu. Aku juga belum yakin kalo kamu kedepannya bisa jaga hati kamu."
"Hmm, oke baiklah kalo gitu. Di depan kamu sekarang aku mau janji, aku bakalan lakuin apa yang kamu bilang tadi, kamu harus inget ini, aku bakalan selau setia nungguin kamu Tha."
Sambil kupegang tangannya Ritha, mungkin ini reflek karena aku benar-benar sayang dan aku gamau kehilangan dia.
"Aku tau Bil, kamu itu orang baik dan jujur. Tapi kamu harus tau, kedepan nanti perjuanganmu masih panjang sekali dan pastinya juga banyak rintangan. Kalo kamu suatu saat nggak bisa pegang janjimu, kamu bilang yah! Aku pasti nerima ko, aku gak akan benci sama kamu, biar aku disini juga gak mengharapkan lebih dari kamu."
"Hmmm. Aku pasti bilang apa adanya ko dan bakalan usahain untuk selalu jujur sama kamu. Aku sayang Tha sama kamu."
"Iyaa Nabil. Aku juga sayang ko sama kamu."
Disini kita saling berpegangan tangan sambil tersenyum.
"Yaudah Bil, kita abisin dulu ini mie nya ya, biar ga tegang gini ah suasananya"
"Hmm iya Tha."
Kami pun melanjutkan obrolan hangat sambil makan segelas Pop mie, sekaligus menikmati malam dan suara air sungai di bawah yang ada di balik batu ini.
Setelah mie habis, aku langsung mengeluarkan sesuatu dari tas ku.
"Tha, ini ada tasbih kecil, ini sering aku pakai sehabis shalat, aku mau kasih ini sama kamu biar bisa dipakai di pesantren nanti, biar kamu juga selalu inget sama aku, terus habis shalat kamu do'ain aku juga deh, maaf ya cuma ini yg aku bisa kasih sama kamu."
"Kamu suka bawa ini kemanapun?."
"Iya, ini juga salah satu benda kesayanganku, bapak aku yang kasih ini waktu itu, karena bapak selalu bilang sama aku, di manapun kamu berada pesen bapak cuma satu nak, jangan tinggalin shalat katanya. Terus sambil kasih tasbih ini deh bilangnya."
"Yah, terus kamu nggak punya lagi dong tasbihnya?"
"Nggak papa nanti aku tinggal minta lagi sama bapak"
"Ah kamu, terus aku kasih apa dong buat kenang-kenangan? aku gak bawa apa-apa Bil"
"Gausah Tha, robekan kertas ini sudah cukup ko buat aku biar selalu inget sama kamu"
"Hmmm! oke deh Bil"
Tak terasa waktu pun sudah mau jam 23:30 kita berdua masih ngobrol dan becanda-becanda.
Betapa tenang dan bahagianya aku yang baru pertama kali ngobrol bahkan sampai sejauh ini dengan seorang perempuan, ternyata begini ya yang namanya jatuh cinta.
"Tha kamu belum ngantuk?"
"Emmm. Lumayan sih, kamu mau balik Bil ke tenda?"
"Kayanya iya Tha, nggak baik juga kan udah malem, takut ada guru patroli kesini."
"Hmmm Tapi Yakin nih udah ga ada yang mau kamu ungkapin lagi? ini terakhir loh."
"Hmm iya ya, Tapi apa ya?"
"Ya nggak tahu atuh hehe."
"Aku mau puas-puasin liatin kamu aja deh, nanti kan pasti kangen."
"Yee genit ya. Dasar."
Tiba-tiba Ritha memegang tanganku dan menatap mataku. Dengan mata yang sedikit berkaca-kaca dia pun bilang.
"Kamu baik-baik ya Bil nanti. Aku tau kamu itu orang baik, aku nggak akan pernah nagih janji kamu ko untuk selalu setia nungguin aku, karena itu hak kamu."
"Kamu Tha yang baik-baik di sana kamu kan sendirian jauh dari keluarga, kamu harus tahu aku bakalan terus nungguin kamu. Walaupun misalnya ada perempuan yang deketin aku, aku pasti langsung ambil sobekan kertas ini biar aku langsung inget sama kamu, kertas ini bakalan aku bawa kemanapun."
"Ah kamu, aku percaya ko sama kamu, kita jalanin masing-masing aja ya sekarang. Suatu saat nanti kalo memang kita berjodoh, pasti ada jalan ko buat bertemu lagi. Dan kita akan sama-sama lagi lebih dari ini."
"Sekarang aku nggak tahu harus bilang apa lagi, yang jelas aku mau bilang kalo aku sayang banget sama kamu Tha!"
Tiba-tiba Ritha langsung memelukku dan dia menangis nggak tahu apa yang sedang dia rasakan.
"Aku juga sayang sama kamu Bil. Kamu semangat yah selagi kita jauh kita saling berdoa, Mudah-mudahan kita dikasih jalan buat ketemu lagi"
"Emmm. Iya Tha, udah kamunya jangan nangis."
Aku mengusap air matanya. Aku nggak tahu apa yang harus aku lakukan biar dia gak nangis lagi, aku juga berpikir gimana caranya kita ketemu lagi, karena di pesantren nggak mungkin dia pegang handphone, tapi aku percaya sama apa yang dia katakan, kalau ada jalan pasti bakal ketemu lagi.
"Aku juga nggak tahu Bil harus bilang apa, yang jelas malam ini aku seneng walaupun akhirnya harus gini"
"Udah udah jangan nangis lagi ya, kita pasti kuat ko, aku yakin akhirnya kita akan sama-sama."
"Iya Aku percaya kok Bil, makasih ya buat semuanya."
Aku pun membalas pelukannya dengan erat. Rasanya nyaman sekali memeluk wanita yang selama ini aku cintai, aku gak menyangka bisa seindah ini, walaupun akhirnya setelah ini aku bakal ada kesedihan & akan kehilangannya cukup lama.
Aku memegang kedua pipinya dan mengusap air matanya dengan kedua tanganku, aku nggak tega melihat dia menangis seperti ini.
"Udah yah, jangan nangis lagi!"
Ritha hanya bisa mengangguk Sambil tersedu-sedu setelah aku menyuruhnya untuk berhenti menangis.
Aku memeluknya lagi sambil ku usap-usap punggungnya. Kali ini cukup lama.
"Aku nyaman banget Bil. Jangan dilepas dulu ya sampai aku merasa tenang"
"Iya Tha."
Sekitar satu menit lebih dia memelukku tanpa bicara lagi satu katapun.
"Tha, hei?"
"Hehe iya Bil apa? maaf ya soalnya nyaman banget."
"Hmmm dasar kirain tidur."
"Hmmm masa aku tidur sih Bil"
Dia pun melepaskan pelukannya. Dan ku lihat sudah tak nangis lagi, matanya sembab, tapi sama sekali gak merubah kecantikannya. Tangannya pun masih kupegang.
"Oh iya besok pagi sebelum pulang kita ketemu dulu ya Tha sebentar."
"Iya besok kita ketemu dulu, yaudah Aku balik ke tenda ya sekarang, nggak papa kan?"
"Yaudah nggak papa, kamu duluan gih biar aku liatin dari sini"
"Yaudah, selamat malam ya Bil, selamat tidur, jangan lupa mimpiin aku. Dah Nabil sayang Assalamu'alaikum."
"Iya waalaikumsalam."
Aku nggak bisa membalas panggilan sayangnya karena sulit sekali itu terucap dari mulutku.
(mataku pun tak tahan & berkaca-kaca)
Aku melepaskan tangannya perlahan tapi mau apa lagi dia harus balik ke tenda. Akupun menangis dan nggak bisa ku tahan lagi.
Setelah Ritha pergi, aku balik ke tenda. Disini aku melihat teman-temanku sudah tertidur pulas semua termasuk Dendra, namun aku agak sulit untuk tertidur, sesekali air mataku menetes kembali, dan yang aku pikirkan saat ini gimana caranya nanti aku kasih kabar ke dia lewat apa? Aku juga sampai lupa lagi minta no. Handphonenya.
Hmmm tak tau lah aku pikirkan lagi besok sama Dendra.
***
Pagi pun tiba, kita semua siap-siap untuk pulang ke rumah masing-masing. Tapi anehnya dari sejak shalat subuh aku tak pernah melihat Ritha sekalipun. Dia kemana?
Temannya yang bernama Zahra juga sama tak ada soalnya cuma dia yang deket sama Ritha, gimana ini?
Mau nggak mau kami semua harus masuk ke bus pariwisata yang terpisah antara perempuan dan pria. Aku disini masih bingung Ritha dimana?
Padahal semalam aku udah bilang sama dia kalau sebelum pulang kita bakal bertemu dulu.
Akupun masuk ke bus paling terakhir karena sambil melihat-lihat ke arah Bis perempuan tapi tetap saja aku tak melihatnya. Kemudian aku duduk bersama Dendra dibangku paling belakang
"Bil? Gimana semalam sukses?"
"Ya gitu lah Dend, aku sudah bilang semua tapi mau gimana lagi apa pun yang aku bilang toh dia bakalan pergi juga Dend, yang ada aku bingung sekarang"
"Bingung kenapa?"
"Bingung gimana ngabarin dia ya? Aku dari bangun tidur gak pernah liat dia lagi."
"Memang kamu gak minta nomer handphone nya?"
"Engga Dend."
"Bego, bego, terus ngapain aja semalem Nabil? Ayo loh ngapain aja semalem ngaku? Jadi curiga aku kamu habis ngapa-ngapain sama dia dibalik batu."
"Dihh apaan sih, ngaco kamu. Semalem Aku cuma bilang aja Dend ngobrol-ngobrol panjang lah gitu, kepo amat kamu ini. Tapi yang jelas aku gak ngapa-ngapain ya inget itu. Aku ga sempet minta nomernya. Pas balik ke tenda aku baru inget. Tapi lagian kan dia juga gak bakal pegang HP Dend kalo di pesantren. Jadi aku rasa gak penting-penting amat sih yaa. Semalem juga aku ajak lagi buat ketemu paginya, tapi dianya malah gak keliatan sama sekali sampe sekarang"
"Hadeuh seenggaknya dia kan masih dirumah bloon. Masa langsung mondok sih dasar bego amat ya ampun aku punya temen ih. Sekarang jadi gak tau kan dia dimana."
"Gimana dong Dend? tolongin!"
"Hmm.. Ampun deh, yaudah tenang-tenang aku punya nomernya Zahra aku tanya deh dan minta nomernya"
"Buset Zahra? Kok bisa punya nomernya dia kamu?"
"Iya kan aku sempet deket sama Zahra"
"Waduhhh baru tau aku. Terus gimana kamu sama dia?"
"Ah males Bil nanti aja nyari cewek lagi disekolah baru kita. Zahra mau nerusin sekolah di jakarta ikut bapaknya. Males aku kalo LDR gitu."
"Si kampret malah nyindir."
"Haha. Orang kenyataannya gitu."
Tak lama kira-kira setelah seperempat perjalanan, Dendra dapat nomernya Ritha dari Zahra.
Akupun langsung kabarin dia dan ternyata dia hilang dari pagi itu sengaja, dia nggak tahan kalau harus ngeliat aku lagi karena kita bakalan berpisah. Setelah sampai disekolah pun dia gak kelihatan, sepertinya langsung pulang saking gak maunya ketemu sama aku lagi.
Dia bilang sih seminggu lagi bakalan berangkat, tapi dalam seminggu ini dia bakalan liburan di rumah uwa nya yang ga jauh dari pesantren tersebut.
Kami cuma bisa kabar-kabaran lewat chat & sosial media, dan dari situ aku sempat tanya sama dia.
"Tha apa kita bener-bener gabisa saling kasih kabar?"
"Gimana ya, paling kalo ada pelajaran komputer atau ada tugas ke warnet aku bisa kabarin kamu Bil lewat email. Itu pun pasti alakadarnya, mending-mending kamu juga online pas aku kasih kabar. Gapapa kan Bil, kamu masih mau kan nungguin aku?"
"Hmmm. Yaudah mau gimana lagi Tha, tapi kalau ada kesempatan langsung kabarin aku ya"
"Iya Bil tenang aja, nggak usah khawatir aku pasti langsung ko kabarin kamu."
Hmm. Sedih sekali rasanya tapi nggak papa yang penting seminggu atau sebulan sekali aku dapat kabar darinya.
Aku menghabiskan masa liburanku hanya dirumah. Aku selalu chat dengan Rita hampir tiap waktu yang semakin kesini semakin dekat dan menjadi mesra, ya kapan lagi bisa kaya gini, waktunya kan hanya dua minggu lagi.
Aku hanya bisa menikmati kemesraan ini, walaupun waktu yang makin hari makin tak terasa untukku.
Di malam senin terakhir, sial sekali aku ketiduran. padahal baru jam sembilan malam. Padahal aku lagi chat untuk terakhir kalinya sama Ritha malam itu.
Aku pun terbangun subuh jam 4 pagi, dan ada pesan terakhir dari Ritha yang sangat menyentuhku.
Bill kamu sudah tidur ya? Selamat tidur yah Nabil ku sayang, mimpi yang indah. Mungkin ini pesan terakhirku sama kamu.
Besok aku sudah harus ke pondok. Kamu sehat-sehat yah di sana, Nanti di sekolah baru, kamu semangat ya belajarnya, kejar cita-citamu sampai suatu saat nanti kamu jemput aku di sini yang akan selalu nungguin kamu.
Kamu kalo mau ngabarin aku, kabarin aja ya lewat email, nanti pasti ada waktunya kok aku bales kabar dari kamu, Jangan sedih yaa sayang, kamu harus terus ceria seperti nabil yang aku kenal, aku bakal pastiin aku disini baik-baik aja.
Kamu nggak usah terlalu khawatir sama aku. Aku bakal selalu percaya sama kamu, dan kamu harus tahu Bil, kalo aku sayaaaaang banget sama kamu dan akan selalu nungguin kamu. Tetap jadi Nabil yang aku kenal ya.
Udah ya Nabil sayang. Assalamu'alaikum.
Aku pun langsung menelponnya, tapi nomernya sudah gak aktif. Panik dan sedih sekali aku pagi itu apa yang harus aku lakukan.
Hingga tak terasa perlahan mataku pun menangis mengeluarkan air mata . Aku hanya tertidur lemas sambil memegang sobekan kertas Ritha yang akan selalu aku bawa kemanapun aku pergi.
Tak lama ada suara ibu memanggilku.
Tok tok tok.
"Bil, udah bangun belum kamu nak? ke mesjid sana bareng sama bapak."
"Iya Bu aku udah bangun ko."
Singkat cerita, Pukul 06:15 aku sedang sarapan sambil nonton tv.
Tiba-tiba di luar ada suara motor, ternyata itu adalah Dendra . Dia sengaja nyamper katanya mau berangkat sekolah bareng.
Aku dan Dendra bakalan masuk di hari pertama di sekolah baru. Di salah satu SMA yang berada di daerah kabupaten sukabumi. Karena aku dan Dendra sudah komit kami bakalan bikin band dan nyari personil lain untuk melengkapi band kami disekolah baru. Jadi aku harus selalu satu sekolah dengan Dendra.
Akhirnya Kita berdua berangkat. Aku dibonceng Dendra pake motor yang di pinjamkan oleh papanya.
Sesampainya di sekolah, Aku rada deg-degan sih maklum lah banyak yang gak aku kenal disini. Aku hanya berkenalan dengan beberapa teman baru, dikelas pun aku nggak bisa jauh dari Dendra berdua terus.
Di sini aku dan Dendra melewati masa-masa orientasi yang cukup seru dan beda banget saat orientasi pas SMP dulu.
Saat menjelang waktu pulang, aku hendak ke parkiran motor bersama Dendra, tak lama kemudian ada yang memanggilku suara perempuan.
Dan benar apa yang di bilang Ritha waktu itu. Baru juga satu hari aku disekolah, sudah ada kakak kelas perempuan yang meminta berkenalan denganku bahkan langsung meminta nomer handphoneku. Namanya Nova, nggak tahu untuk apa dan dengan polosnya aku kasih.
Tadi sih dia ada di kelasku juga, kayanya anggota OSIS soalnya ikut membimbingku saat orientasi. Akupun langsung pamit pulang dan hanya sedikit ngobrol sama dia.
Saat dijalan,
"Wihhh gokil Bil, belum juga sehari udah dapet kakak kelas aja. Mana cakep banget lagi anjir."
"Ah apaan sih. Kali aja dia ada perlu Dend jangan buruk sangka dulu."
"Yaelah, mana ada kakak kelas perlu sama adek kelasnya. Polos amat kamu hmmm."
"Ya kali aja Dend ah jangan suudzon, lagian kalau pun dia chat yang enggak-enggak nggak bakal aku ladenin ko, kan ada Ritha yang jagain hati ini"
"Jiaah. Sekarang Bil kamu bisa bilang gitu, lihat saja seminggu lagi juga bakalan berubah apa yang kamu bilang."
"Ah kamu Dend, terserah ah kalau nggak percaya. Hmmm"
Malam pun tiba, di saat aku mau tidur aku membiasakan melihat sobekan kertas tulisan Ritha, dan itu cukup membuatku tenang juga obat untuk melepas rasa kangen.
Tapi Tiba-tiba ada notif di handphoneku dan aku cek ternyata ada WA dari kaka kelas yang minta nomerku tadi.
"Malem De, udah tidur belum? ini kakak yang tadi diparkiran. Save ya nomer kaka!"
Aku pun membalasnya.
"Iya malem Kak, iya aku save ko, Ini aku mau tidur sih.. Ada apa ya kak?"
"Oh yaudah kalo mau tidur, nggak ada apa-apa ko hehe, maaf deh kalo kakak ganggu ya."
"Hmmm Iya Ka gapapa. Aku tidur duluan ya maaf Assalamu'alaikum."
"Waalaikumsalam De."
Aku sengaja rada cuek, nomornya pun gak aku save. Buat apa ah aku juga udah tau tujuannya pasti kemana kalo diterusin.
Memang sih kakak kelas itu sangatlah cantik, kalo Dendra yg jadi aku kayanya udah di sikat sih sama dia. Soalnya kan Dendra nggak karuan kalau melihat yang cantik. Aku sih sudah komit dengan janjiku.
Ya Allah waktu masih lama baru saja sehari godaan sudah ada yang datang. Aku harus kuat aku harus kuat.
Aku selalu membiasakan mengecek email sebelum tidur, kali aja ada kabar walaupun sedikit, tapi ya masih belum ada, aku selalu berpikir Ritha disana lagi apa ya? Apa dia masih inget aku?.
Mudah-mudahan saja dia selalu inget dan menggunakan tasbih yang aku kasih. Karena itu satu-satunya barang yang bisa membuat dia ingat sama aku.
Hari pun berganti ke hari selasa.
Aku di izinkan sama bapak berangkat sekolah menggunakan motor bapakku motor Vespa Super 75.
Bapakku seorang ASN dan bertugas di salah satu kecamatan di kabupaten sukabumi. Dia sudah membeli motor baru kemarin, dan motor lamanya sengaja diwariskan kepadaku. Aku pun kasih kabar ke Dendra kalau hari ini dia tak usah menjemput ku.
Setelah sampai sekolah, aku disambut Dendra di taman dekat parkiran. Ternyata diapun baru saja dapet motor baru Honda CBR 150 dari papanya, maklum dia anak orang berada dan manja, gitarnya dia aja mahal-mahal. Karena papanya seorang pengusaha. Tokonya banyak dan cabangnya pun ada dimana-mana.
"Wow vokalis gua nih udah datang. Tampan sekali kau pake Vespa Bil."
"Apaan ngeledek kamu Dend ,Kamu tuh keren banget motormu, enak banget jadi anak papah ya."
"Sue ah. Oh iya tadi aku ketemu temen-temen baru, ada sekitar empat orang lah. Mereka katanya pulang sekolah ngajakin kita nge jam gitu di studio, kali aja cocok Bil, kita kan mau bikin band jadi butuh beberapa personil kan?"
"Gas Dend udah lama nih ga nyanyi juga hehe."
"Oke Bil gaskeun."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!