"Kak Nathan, sekarang kita harus bagaimana? Huhuhuu...kenapa semuanya jadi seperti ini??" Tanya seorang anak laki laki berusia 16 tahun pada kakak nya sambil menangis.
"Aku juga tidak tau! Aku yakin kejadian ini pasti sudah di rencanakan oleh seseorang. Tapi siapa? Apa alasannya melakukan semua ini?!" Nathan yang saat itu sangat frustasi juga tidak bisa melakukan apapun.
"Kak, ayah dan ibu..." Tiba-tiba adik mereka, gadis SMP yang saat itu masih berusia 13 tahun masuk ke dalam kamar kak Nathan.
"Livia?" Evander yang dari tadi sedang menangis itu langsung menghapus air matanya dan segera memeluk adiknya.
"Livia, tenang ya. Semua akan baik-baik saja, masih ada aku dan kak Nathan disini" Ucapnya dengan suara yang bergetar sambil memeluk Livia agar adiknya itu merasa lebih tenang.
"Hiks, huhuhuu..." Livia menangis tersedu-sedu sambil memeluk erat Evander.
Kesedihan yang mendalam datang secara tiba-tiba ke keluarga mereka. Bagaimana tidak, kematian kedua orang tua yang sangat mereka sayangi secara mendadak membuat ketiga anak itu sangat terpuruk dan kehilangan arah. Kebahagiaan dan kehangatan sebuah keluarga dalam hidup mereka di hancurkan berkeping-keping dalam sekejap.
Nathan menatap kedua adiknya, ia mengepalkan kedua tangannya dengan kuat diatas meja. Buku-buku jari tangannya memutih saking kuatnya kepalan tangan itu, matanya memerah dan tak lama kemudian air mata mulai mengalir ke pipinya.
.
.
.
Bersambung...
**Hello readers, Siastra here!
Aku bakal share gambar para karakternya di setiap akhir episode.
Karena dari cover, judul dan karakternya ini aku gambar sendiri, kecuali bangunan/background hehe ((T_T))
Jadi maaf banget kalo tidak sesuai ekspektasi kalian 💘
Mohon dukungannya!
2 tahun kemudian...
Waktu menunjukkan pukul 1 dini hari, di kegelapan malam yang sunyi, gadis itu harus memulai kembali pekerjaanya.Ia beranjak dari gang sempit yang sedari tadi menjadi tempat persembunyian, gadis itu mengenakan jaket dan topi, lalu menarik risleting dan memasang tudung di kepala, ia juga mengenakan masker hitam hingga hanya matanya yang terlihat.
Di hadapannya sudah berdiri kokoh rumah besar dan mewah dengan 4 lantai. Ia mengeluarkan sebuah foto dari saku jaketnya dan menatap foto tersebut selama 1 menit kemudian tersenyum.
"Hm...hakim yang menerima suap ya" Katanya sambil berjalan ke arah pagar belakang rumah.
Gadis itu menyusup melalui pintu belakang, ia langsung berjalan menaiki tangga menuju lantai 3. Berdasarkan informasi dari kliennya, hakim itu selalu ada di ruang kerjanya sampai pukul 2 dini hari. Dan sesuai ucapannya juga, kalau hari ini kebetulan penjaga keamanan di rumah itu hanya ada 2 orang karena yang lain sedang cuti.
Tak...tak...tak...krieett...
Suara langkah kaki dan pintu ruang kerja yang dibuka secara perlahan olehnya.
Pria itu terkejut saat melihat kedatangan gadis itu. "Siapa kamu?! Kenapa kamu ada disini?!'
"Haha, aku tidak akan memberitahukan identitasku pada orang yang akan segera mati" gadis itu menyunggingkan senyuman dibalik masker yang dikenakannya.
"AAKHH TOLONGG!!" Pria itu berteriak dengan keras meminta tolong pada petugas keamanan yang ada di rumahnya.
Dengan satu gerakan mulus, gadis itu langsung mengayunkan pisau jagdkommando dari saku jaketnya, lalu menusuk leher pria tersebut. Dia cepat, pria itu bahkan tak sempat bereaksi. Darah mulai bercucuran keluar dari leher nya setelah gadis itu mencabut pisau jagkommandonya. Setelah 5 menit melihat pria tersebut kesakitan dan sekarat, gadis itu menusukkan kembali pisaunya ke jantung pria itu yang membuatnya langsung lemas tak berdaya. Ya, hakim itu sudah mati.
.
.
.
.
.
Di pagi hari, saat Agacia berangkat sekolah dengan berjalan kaki tiba-tiba terdengar ada suara orang yang memanggil namanya.
"Hei Agacia!" Panggil seorang anak perempuan.
Agacia berbalik dan melihat siapa yang memanggilnya itu.
"Wah, kamu benar-benar mengubah penampilanmu ya. Kamu merapikan rambutmu dan mengecatnya jadi warna biru, cocok banget ternyata. Aku kira bakal kaya jamet hahaha, pasti nanti kamu bakal mencuri perhatian orang-orang" Canda gadis itu.
Pada awalnya rambut Agacia berwarna hitam seperti yang lainnya, namun ada beberapa alasan yang membuat Agacia mengubah penampilannya dan mengecat rambutnya yang semula berwarna hitam menjadi biru dengan gradasi silver.
" Ya, untunglah di JIS boleh mewarnai rambut" Jawab Agacia sambil merapikan rambutnya.
Hellen adalah sahabat Agacia sejak SMP, gadis dengan rambut pendek sebahu, tinggi sekitar 165cm, anak tunggal dari keluarga kaya pemilik tambang batu bara yang hartanya gak akan habis 7 turunan sekalipun. Cukup pintar, ceria, populer waktu di SMP nya, narsis dan ekstrovert akut.
"Itu sangat cocok untukmu, cantik" Jawab Hellen sambil tersenyum dan menepuk punggung sahabatnya itu.
"Duh..aku deg-degan banget tau, karena kita kali ini gak akan sekelas lagi karena beda jurusan. Nanti aku bakal bisa akrab sama yang lain atau gak ya? Haahh...aku selalu mikirin itu tiap malam tau" Ucap Agacia dengan raut wajah yang terlihat cukup cemas.
"Tenang, pasti berjalan lancar kok, kamu kan anak baik, pintar, cantik pula. Mana mungkin ada orang yang gak mau berteman sama kamu, yang ada mereka berebutan buat kenalan sama kamu" Jawab Hellen yang menghibur Agacia.
"Bisa gak sih gak usah bawa bawa kata "cantik" di setiap obrolan kamu ke aku" Tanya Agacia sambil menyipitkan mata dengan sinis.
"Hehe, abisnya seru kalo ngegodain kamu kaya gitu" Jawab Hellen sambil tersenyum kecil.
"Oh iya, btw ujian masuk sekolah waktu itu gimana menurut kamu? Ternyata gak terlalu sulit ya, aku kira sekelas JIS (Jardin International School) bakal susah banget" Agacia bertanya ke Hellen yang ada di sebelahnya.
JIS atau Jardin International School merupakan sekolah kejuruan internasional terbaik di negara ini, baik dari dari segi pendidikan, prestasi, olahraga maupun seni. Tak heran kalau siswa-siswi nya memiliki kualifikasi akademik yang diakui secara internasional.
"APA?! GAK TERLALU SULIT?!" Ucap Hellen syok.
"Aku bisa lolos ujian masuk jurusan tata boga aja udah beruntung banget huhuu..." Jawab Hellen terharu, karena jurusan yang ia minati adalah arsitektur.
"O-oh..gitu ya hehe, selamat kalau begitu" Ucap Agacia memberi selamat.
"Aku tau kalo kamu emang pintar, tapi aku juga jadi penasaran sepintar apa kamu ini sampe bisa bilang ujian masuk JIS gak susah, apalagi jurusan kamu itu peluang lolosnya kan kecil" Ucap Hellen yang mendekatkan wajah nya ke Agacia.
"Aku juga gak tau" Jawab Agacia sambil tersenyum dan mendorong wajah Hellen menjauh.
Setelah beberapa lama berjalan akhirnya mereka berdua sampai di depan gerbang Jardin International School, terlihat banyak siswa-siswi peserta didik baru yang berlalu lalang.
Dari gerbang sudah terlihat halaman sekolah yang sangat luas dan bersih.
"Agacia, tolong cubit aku" Pintanya.
"Aw!" Teriak Hellen saat Agacia mencubit pipinya.
"Katanya minta di cubit, gimana sih" Jawab Agacia.
"Ya jangan sekencang itu juga dong, sakit tau" Jawab Hellen sambil mengusap pipinya yang dicubit oleh sahabatnya itu.
"Omg, aku gak mimpi kan bisa sekolah disini" Ucap Hellen yang pandangan matanya terkunci pada bangunan Jardin International School yang megah itu.
"Kalau kamu gak lolos ujian tulis nya kan kamu bisa langsung bayar pake uang" Celetuk Agacia sambil tersenyum tipis.
"Iiih...rasanya beda tau, aku jadi merasakan betapa kerasnya perjuangan ku ini" Jawab Hellen dramatis.
"Udah udah, ayo buruan kita masuk" Ajak Agacia.
Mereka berdua mulai berjalan melewati gerbang dan berjalan masuk ke aula. Di dalam aula para siswa disuruh untuk berkumpul sesuai jurusannya masing-masing. Karena Agacia dan Hellen berbeda jurusan jadi terpaksa mereka harus berpisah.
Agacia melihat para siswa baru berkumpul dan saling berkenalan, ia juga mulai menatap sekeliling dan menengok ke kanan kiri untuk mengajak kenalan beberapa orang.
.
.
.
Bersambung...
"Hai" Sapa seseorang pada Agacia.
"Oh, hai"
"Nama aku Dira Talishia, kamu bisa panggil aku Dira. Kamu jurusan Desain Komunikasi Visual juga kan?" Tanya nya sambil mengulurkan tangan dan tersenyum.
Agacia menjabat tangan Dira dan memperkenalkan dirinya " Aku Agacia, iya kita satu jurusan"
"Waahh..seneng deh, salam kenal ya Agacia!" Ucap Dira penuh semangat.
"Btw, warna rambut dan mata kamu unik banget, itu mata asli? Ah, maksudku kamu ga pake softlens kan? " Tanyanya sambil melihat ke arah rambut dan mata Agacia.
"Iya, mataku memang berwarna biru"
"Wah...cantiknya" Dira menatap kagum ke arah Agacia.
Setelah mereka ngobrol sesaat tak lama kemudian terdengar suara dari seseorang yang ada diatas panggung.
Semua siswa yang ada di aula otomatis langsung menatap ke arah panggung dan mulai memperhatikan si pembicara tersebut.
"Tes tes, sudah jelas kan?"
"Halo semuanya, selamat pagi dan selamat datang di Jardin International School! Perkenalkan namaku Liam" Ucap siswa laki-laki itu memperkenalkan dirinya.
"Aku ketua OSIS di Jardin International School ini, sebelum upacara penyambutan peserta didik barunya dimulai, rapikan dulu barisan kalian sesuai jurusan masing-masing ya" Ucap Liam sambil tersenyum ramah dan mengarahkan barisan para siswa dari atas panggung.
"Nah, karena barisannya sudah rapi dan tertib kita bisa langsung mulai upacara penyambutan peserta didik barunya! Sekali lagi selamat datang di Jardin International School!" Ucap Liam penuh semangat.
Para siswa menyambut dengan tepuk tangan yang meriah. Upacara penerimaan peserta didik barupun dimulai dengan tertib dan terstruktur. Agacia dan Dira juga memperhatikan setiap urutan dari upacara itu mulai dari kata sambutan, pengenalan lingkungan sekolah dan peraturan apa saja yang berlaku, perkenalan kepala sekolah, guru, jurusan, ekstrakurikuler dan anggota OSIS, hingga sampai di acara penghujung upacara penyambutan tersebut, yaitu pengumuman.
"Baiklah semuanya, akhirnya kita sampai di penghujung acara ini yaitu pengumuman" Ucap Liam yang kembali berbicara kepada semuanya.
"Waah...pengumuman apa ya? Aku jadi deg-degan" Tanya Dira.
"Entah, aku juga penasaran" Jawab Agacia sambil menatap sekeliling, sepertinya siswa yang lain pun merasakan perasaan yang sama seperti mereka.
"Kayaknya pengumuman peringkat tertinggi di ujian masuk deh" Ucap Dira.
"Biasanya kayak gitu tau, peringkat 3 besar di ujian masuk akan di panggil ke depan. Dan mereka yang dapat peringkat 3 besar itu udah pasti pyur nilai asli tanpa adanya manipulasi apapun" Ucap Dira lagi.
"Oh, aku baru tau. Kira-kira siapa ya? Pasti mereka pintar banget"
"Iya makanya banyak yang penasaran siapa yang masuk top 3 saat ujian masuk, mereka pasti jadi sorotan banget deh. Karena ujian tes masuk di JIS ini kan terkenal yang paling sulit, bahkan katanya tingkat kesulitannya hampir 90%" Jawab Dira menjelaskan.
"Wow, aku baru tau soal itu. Ternyata tes masuk nya sesulit itu ya" Jawab Agacia yang agak terkejut mendengar penjelasan Dira.
"Iya makanya, aku bisa masuk sini aja bayar, alias jalur mandiri hehe" Kata Dira sambil tertawa pelan.
"Wah...kamu pasti orang kaya" Goda Agacia sambil menyenggol pelan tangan Dira.
"Baik, langsung saja aku beritahukan pengumuman kali ini" Kata Liam dari atas panggung.
"Mungkin beberapa dari kalian ada yang sudah tidak asing dengan pengumuman ini, yaitu pengumuman peringkat 3 besar saat ujian tes masuk!" Teriak Liam penuh semangat yang disambut dengan tepuk tangan meriah dari semuanya. Siswa yang lain mulai berbisik-bisik siapa kira-kira yang menjadi peringkat 3 besar tersebut.
"Kita mulai dari peringkat ke 3 ada dari jurusan tata boga dengan nilai 84,7!" Ucap Liam.
"Yang namanya aku sebutkan silahkan naik ke atas panggung dan memberikan sepatah dua patah kata ya!. Peringkat ke 3 tes ujian masuk, selamat kepada........Hellen Rowan!"
Semua orang bertepuk tangan saat mendengar nama Hellen Rowan dipanggil. Sedangkan Agacia sangat terkejut dan bangga karena Hellen yang tadi pagi baru bilang kalau dia kesulitan saat mengisi jawaban saat ujian itu malah masuk 3 besar peringkat terbaik.
"Hellen! Dia keren sekali" Ucap Agacia bangga.
"Kamu kenal dia?" Tanya Dira.
"Iya, dia temanku" Jawab Agacia sambil mengangguk penuh semangat.
"Waah...dia hebat sekali" Dira terkagum dan menatap ke arah Hellen yang ada di atas panggung.
Hellen mulai menyampaikan ucapan terimakasih nya lalu di berikan pin kehormatan.
"Berikutnya peringkat ke 2 tes ujian masuk dari jurusan arsitektur, dengan nilai 86. Selamat kepada Reyhan Easton!"
Semua orang kembali bertepuk tangan saat nama Reyhan Easton dipanggil.
"Aku kira Reyhan cuma orang sombong yang otaknya kosong, ternyata dia pintar juga ya" Ucap Dira yang terlihat kesal.
"Kamu kenal dia?" Tanya Agacia.
"Iya, dia anak tunggal keluarga Easton, kamu tau hotel dan restoran Easton bintang 5 yang mewah itu? Nah itu milik keluarganya dia" Ucap Dira menjelaskan.
"Oh...iya tau, keren banget" Jawab Agacia sambil mengangguk.
"Idih keren apanya, dia tuh anaknya ngeselin banget. Kalau bisa kamu mending ga usah punya urusan apapun sama dia deh"
Agacia hanya mengangguk dan mendengarkan ucapan Dira.
"Selanjutnya, yang terakhir dan yang paling di tunggu-tunggu, peringkat ke 1 tes ujian masuk, dengan nilai..."
"Oh! 100! Nilai sempurna!" Ucap Liam yang sama terkejutnya saat mengetahui nilai sempurna tersebut.
Para siswa mulai ribut membicarakan siapa yang mendapatkan peringkat 1 dan nilai sempurna itu. Pasalnya, di JIS belum pernah ada lagi siswa yang mendapatkan nilai sempurna saat ujian tes masuk selama 10 tahun terakhir, makanya semua siswa termasuk guru yang mendengarnya dibuat terkejut dan penasaran.
"Baik semuanya harap tenang, siswa genius yang mendapat peringkat ke 1 di tes ujian masuk tahun ini dengan nilai 100 adalah..."
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!