NovelToon NovelToon

Perjalanan Menjadi Pendamping Sang Dewa

Berada dalam pusaran waktu yang berbeda

Dalam satu barisan waktu tampak seorang gadis tengah terbaring di atas tempat tidur yang besar dengan wajahnya yang telah sepucat kertas.

Dia tak seorang diri, ada beberapa pelayan di kamar itu, dan juga terdapat seseorang pria dengan jubah besi yang melekat pada tubuhnya.

Pria tua yang memiliki umur kisaran 40 tahun itu tampak memandang gadis yang terbaring lemah itu dengan wajah begitu panik.

Entah sudah berapa tabib yang dia datangkan saat ini, ada begitu banyak dan tak terhitung jumlahnya, dan kini harapan terakhirnya jatuh pada tabib Liu chen.

"Bagaimana tabib?"

Pria itu yang di kenal dengan jendral Bai tampak bertanya dengan cepat ketika melihat sang tabib telah menyelesaikan pemeriksaannya.

Sang tabib tampak mendesah pelan, lantas mulai menjawab.

"ini semakin buruk jendral"

Mendengar itu membuat jantung jendral Bai terasa berdetak tak menentu.

"Kondisi putri Meilan semakin hari semakin buruk saja, tidak ada tanda tanda peningkatan dari semua pengobatan yang dilakukan selama beberapa tahun ini"

Jelas tabib Liu dengan lesu

Jenderal Bai benar benar membisu ketika mendengarnya, seolah bibirnya terkunci begitu rapat sehingga tak mampu mengucapkan sepatah katapun.

Perlahan setiap orang mulai keluar meninggalkan ruangan tersebut, menyisakan jendral Bai dan Sang putri yang tiba tiba kehilangan kesadarannya beberapa waktu lalu.

Pada saat itu dia tengah melakukan pertemuan dengan kaisar dan beberapa orang penting di istana kekaisaran. Namun mendapat kabar jika putrinya jatuh tidak sadarkan diri membuat pria paruh baya itu tanpa pikir panjang meninggalkan pertemuan untuk segera menemukan putri tercintanya.

Putrinya Bai Meilan, tumbuh menjadi gadis yang cantik yang saat ini tengah berumur 15 tahun. Hanya saja kondisi kesehatan gadis itu tidak baik sejak kecil. Bahkan gadis itu tidak bisa terlalu lama berjalan karna kesehatannya yang benar benar buruk.

Gadis itu tidak bisa berkultivasi karna kondisi tubuhnya yang tidak memungkinkan, hingga gadis itu hanya menghabiskan waktunya dengan menyulam dan melukis. Dia tidak memiliki teman layaknya seorang putri, semua orang menjauhinya berkata dia adalah seorang sampah dan berlindung di balik status ayah dan kakeknya yang seorang jenderal dan panglima perang di kekaisaran Utara.

Dengan statusnya yang istimewa membuat gadis yang berusia 15 tahun itu telah di tetapkan menjadi tunangan putra mahkota.

Hal tersebut semakin membuat para putri putri yang menyukai putra mahkota semakin membencinya.

"Meier kamu harus sehat dan berumur panjang demi ibumu nak dan juga demi ayah"

Gumam pria itu yang membelai rambut panjang milik putrinya.

...****************...

Sedangkan dalam dimensi waktu yang berbeda.

Di antara banyak gedung gedung yang menjulang tinggi, mobil sport yang berlalu lalang di kota metropolitan.

Tampak seorang gadis yang sedang duduk dengan beberapa buku di tangannya.

Sejenak gadis itu melirik kearah rak buku di tepat di sampingnya, kini rak buku yang dulunya berisi jajaran ribuan buku kini tampak kosong.

Hening, Gadis itu tampak serius dengan kegiatannya.

Hingga gerakannya yang tadinya membuka lembar demi lembar buku di tangannya perlahan terhenti.

Gadis itu melirik dengan ujung matanya, bergerak meraih pistol di yang tidak jauh dari posisinya.

"Siapa kau?"

Gadis itu berbicara dengan dingin, Dengan matanya tertuju pada sebuah bayangan hitam yang terlihat dari belakang lemari miliknya.

Dorr

Gadis itu melesatkan peluru miliknya, menciptakan suara nyaring di dalam mansion mewah bergaya eropa itu.

"Kau terlalu serius Aurora"

Gadis yang di sebut Aurora itu lantas mengerutkan keningnya ketika merasa mengenal suara itu.

"Daniel?"

Lantas ketika nama itu di sebut, seorang pria di balik lemari itu kini mulai menampakkan dirinya.

"Kau"

Wajah Aurora tampak datar, menatap pria itu dengan dingin yang saat ini tengah melemparkan senyum cerah padanya.

"Untuk apa kau kemari?"

Aurora bertanya yang kemudian segera membalikkan badannya.

Dia tidak lagi curiga, karna pria itu adalah tangan kanannya, yang selama ini mengurus segala kebutuhannya setelah orang tuanya tiada.

"Tentu saja untuk sesuatu yang penting"

Pria itu menjawab dengan cepat.

Gadis itu mengerutkan keningnya.

"Penting? Tentang apa?"

Tanya gadis yang itu kemudian membalikkan tubuhnya.

Namun pada saat itu juga

Dorr

Sebuah peluru tepat melesat di perutnya membuat gadis itu membulatkan matanya.

"Ka kau"

Aurora menatap pria itu dengan datar, tidak menyangka jika pria yang selama ini menjadi orang kepercayaannya kini berbalik mengkhianatinya.

"Kau pasti tidak bisa menebaknya bukan?"

Daniel tampak terkekeh senang, lantas kemudian duduk dengan gaya angkuhnya di kursi kebesaran milik Aurora selama ini.

"Aku ingin mengucapkan terima kasih, karna kau telah membawa Balfenia group dengan kejayaannya sebelum kematianmu"

"Tenang saja, aku akan mengambil posisimu dengan baik"

Daniel tertawa keras di ujung sana, tampak tidak peduli dengan Aurora yang sudah berlumuran darah di bawah sana.

"Haha kau pasti berfikir dengan kematianku kau bisa mendapatkan milikku bukan"

Meski tengah kesakitan gadis itu tetap tertawa sombong kearah daniel, membawa pria itu terpancing amarah.

Dia benar benar membenci perangai gadis itu, senyum dengan kesombongan itu membuat daniel benar benar ingin melenyapkannya.

"Kau salah, Bahkan setelah kematianku, kau tidak akan bisa mendapatkan apapun dari kerja kerasku selama ini, Semua asetku telah ku donasikan, dan kau tidak bisa mendapatkan apapun"

Aurora terkekeh di balik rasa sakit di perutnya yang semakin menjadi jadi.

"Diam kau sialan"

Dor

Dor

Dor

Daniel berteriak dengan kemarahan yang membuncah, Melepaskan tembakannya berkali kali ke arah aurora yang kini benar benar telah kehilangan kesadarannya.

Tubuh Aurora terasa melayang di atas rasa sakit yang dia rasa, kesadarannya seolah di tarik secara paksa.

Tidak peduli bagaimana usaha gadis itu untuk bangun, namun matanya tetap terpejam hingga kesadarannya benar benar menghilang.

Aurora Balfenia, seorang gadis yang merupakan pewaris Balfenia group yang saat ini merupakan perusahaan dengan memiliki kekayaan nomor satu di negaranya.

Dia merupakan putri angkat dari Mr Balf dan Ms yuni yang berasal dari keluarga bangsawan yang di vonis oleh dokter tidak akan bisa mendapatkan keturunan. Hingga memilih mengadopsi seorang putri yang kini di kenal dengan Aurora balfenia.

Gadis itu menduduki posisi CEO di usia yang begitu muda yakni 22 tahun. Namun meski begitu dia mampu membawa nama keluarga dan perusahaannya semakin di kenal di berbagai manca negara.

Gadis itu tumbuh menjadi sosok yang begitu sempurna, Pintar, cerdik, gesit bahkan menguasai berbagai bidang dalam bela diri.

Namun 2 tahun setelah menduduki posisinya Mr Balf meninggal yang kemudian di susul dengan kepergian Ms yuni dalam waktu 2 bulan.

Dan siapa sangka, di tengah ulang tahunnya yang ke 26 tahun, gadis itu harus merenggang nyawa akibat dari keserakahan dari orang kepercayaannya sendiri.

Dalam pusaran waktu yang berbeda

Seorang gadis yang tampak masih terbaring lemah di tempat tidurnya yang baru saja di periksa oleh sang tabib tampak membuka matanya lebar lebar.

"Hah hah hah"

Gadis itu tampak mengatur nafasnya beberapa waktu, dan hal pertama yang tertangkap di pandangannya adalah, saat ini dirinya berada di kamar yang cukup luas dengan gaya interior bernuansa klasik kuno seperti di drama kolosal yang pernah dia tonton.

"Dimana ini?"

Satu pertanyaan yang menggeluti otak gadis itu saat ini.

Bereinkarnasi di tubuh yang salah

Aurora tampak menatap sekelilingnya dengan penuh tanda tanya.

Pandangan matanya tampak memperhatikan seisi ruangan yang begitu asing dimatanya.

gadis itu kemudian tersadar akan sesuatu, kemudian mengalihkan perhatiannya pada baju yang dia kenakan saat ini.

"Ini"

Gadis itu dalam keterkejutan yang luar biasa.

Ditengah rasa kebingungan yang menimpa gadis itu, bagaikan sebuah slide terasa berputar di otaknya, menayangkan kisah seorang gadis yang secara singkat bagai sebuah drama.

"Arrghhh"

Aurora tampak meringis memegang kepalanya yang terasa sakit luar biasa ketika transfer bayangan bayangan itu masuk kedalam otaknya.

Prangggg

Hingga sebuah kegaduhan terdengar, Aurora mengalihkan perhatiannya beberapa waktu, menatap seorang gadis muda dengan berpakaian tampak seperti pelayan di zaman dulu dan menatapnya dengan mata melotot.

Aurora tak begitu mempedulikannya, Dia sedang bergelut dengan rasa sakit di kepalanya dan membiarkan pelayan tersebut pergi dari sana tanpa membereskan nampan yang berisi air sebelumnya kini tertumpah di lantai.

"Arghhh sial ini begitu menyiksa"

Gadis itu mengumpat dengan keras, dia tampak mengigit bibirnya dengan cukup kuat.

Tak tak tak.

Suara langkah kaki yang cukup cepat terdengar, hingga perlahan pintu kamar di ruangan tersebut mulai terbuka, membiarkan seorang pria tua tampak berjalan masuk dengan wajah tegangnya. Terlebih ketika melihat wajah sang putri yang terlihat menahan sakit luar biasa di depan sana

"Arghhhhhhh"

Aurora menggeram, gadis itu tampak mencengkram rambutnya dengan kuat

"Putri, Biarkan saya memeriksa anda lebih dulu"

Ucap pria itu kemudian.

Aurora tidak banyak bereaksi, dia hanya berbaring mengikuti instruksi dari pria tersebut yang kini tampak begitu cekatan memeriksanya.

Dan selang beberapa waktu, Jendral Bai terlihat masuk kedalam kamar tersebut dengan raut wajah yang sama.

Dia ingin bertanya tapi mengurungkan niatnya ketika melihat tabib tua tampak memeriksa keadaan putrinya.

Melihat raut wajah putrinya yang terlihat sedang menahan rasa sakit membuatnya semakin cemas.

"Ini benar benar sebuah keajaiban"

Tabib Liu berseru dengan takjub.

"Apa yang terjadi tabib

Jendral Bai kini tak bisa menahan rasa penasarannya apa lagi melihat reaksi tabib Liu tampak begitu aneh.

"Ini, Semuanya benar benar normal, tidak ada yang salah, bahkan kondisi tubuh putri Mei benar benar sehat seperti gadis pada umumnya"

Jelas tabib Liu dengan wajah anehnya.

Terlalu sulit di percaya menurutnya, beberapa saat yang lalu dia memeriksanya dengan baik, bahkan kondisi gadis itu benar benar memburuk bahkan dia tidak yakin jika gadis itu bisa membuka matanya hingga akhir, tapi sekarang gadis itu benar benar seperti gadis normal tanpa penyakit apapun.

Apakah pemeriksaannya salah? Tapi jika iya, tidak mungkin dia salah memeriksa bertahun tahun lamanya.

Semakin di pikirkan semakin membuatnya pusing, hingga dia memilih untuk turut berbahagia karna putri Jendral hebat di negaranya kini telah sembuh.

"Kau yakin tabib Liu? Tapi kenapa putriku terlihat sedang kesakitan"

Tanya jendral Bai dengan kebahagiaan yang luar biasa namun masih merasa cemas dengan keadaan sang putri, meski merasa heran dan aneh, namun dia yakin ini adalah karunia dewa yang di berikan untuk putrinya dan dia bersyukur atas itu.

"Tentu jendral Bai, selamat atas kesembuhan putri anda"

"Dan untuk sakit di kepala putri meilan, Bisa saja terjadi akibat benturan ketika terjatuh, saya akan membuat ramuan untuk mengurangi rasa sakitnya"

"Tapi"

Tabib Liu tampak menggantung perkataannya beberapa waktu

"Tapi apa tabib?"

"Bisa saja akibat dari benturan itu menghilang beberapa memori atau ingatan di kepala putri meilan"

Jawab tabib tersebut dengan cepat.

Jendral Bai terdiam beberapa waktu, meski merasa sedih dengan hal itu. Namun ada kebahagiaan besar yang di berikan untuknya yakni putrinya benar benar bisa seperti anak pada umumnya

Jendral Bai benar benar merasakan kebahagiaan yang membuncah, bergerak memeluk sang tabib kemudian beralih memeluk putrinya dengan begitu erat.

Aurora tampak mematung, membiarkan tubuhnya kini berada dalam pelukan pria paruh baya yang saat ini berperan menjadi ayahnya.

"Meier, apa kau merasakan sakit di daerah lain lagi?"

Jendral bertanya kembali dengan penuh kasih sayang.

"Ahh tidak ayah, hanya kepalaku sedikit pusing, tapi dengan istirahat sebentar mungkin bisa sembuh"

Jawab gadis itu dengan senyum tipis, dia tiba tiba merindukan ayahnya di zaman modern.

Dia pikir mungkin dengan kematiannya dia bisa bertemu dengan ayah dan ibu angkatnya tapi ternyata salah, dia di kirim dalam dunia baru yang jelas dia belum tau apapun tentang dunia ini.

"Baiklah kalau begitu istirahatlah lebih dulu, ayah akan meminta zinzin untuk membawakan makanan untukmu"

Sahut jendral Bai kemudian.

Meilan hanya menganggukkan kepalanya, membiarkan sang ayah, tabib dan beberapa pelayan kini keluar dari kamar miliknya.

kepergian mereka membuat gadis itu bangkit dari tempat tidurnya, bergerak mendekati cermin yang tidak jauh dari posisinya.

"Ini tidak buruk"

Gadis itu bergumam pelan, meskipun tidak secantik wajahnya di dunia modern namun setidaknya dia tidak pindah di tubuh gadis yang buruk rupa

Lantas gadis itu kemudian memperhatikan tubuhnya dan berdecak sebal.

"Apakah dia tidak makan, tubuhnya benar benar seperti tulang yang tidak di beri makan dalam satu minggu"

Gerutu gadis itu dengan sebal.

Namun matanya tidak sengaja menatap sesuatu di balik lengan kanannya.

Gadis itu mengangkat sebelah alisnya, tampak seperti sebuah luka yang kering membuat gadis itu semakin penasaran dan mulai menggaruknya secara perlahan.

"Ini?"

Gadis itu tersenyum sebentar.

"Apakah gadis berfikir untuk membuat tato"

Dia tertawa terbahak bahak.

"Burung? Apakah dia tidak memiliki referensi gambar tato yang lebih keren dari burung Phoenix? Benar benar tidak keren"

Lanjut gadis itu yang masih terkekeh

Tok tok tok

Meilan membalikkan badannya tampak seorang pelayan bergerak masuk membawa nampan di tangannya.

"Ini makan siang anda putri"

sahut pelayan tersebut

"Letakkan di situ, Lalu keluarlah aku ingin sendiri untuk malam ini"

Ucap gadis kemudian.

"Baik putri"

Dan kini hanya tinggal Meilan yang kini berada dalam kamar tersebut, dia memilih menyantap makanan miliknya dengan cepat.

Setelah selesai dengan kegiatannya, gadis itu memilih berselonjoran di tempat tidur yang berselonjoran kaki menatap atap kamarnya dengan bosan.

Dia merenung beberapa waktu, menurut dari ingatannya kini dia hidup di dunia dimana kekuatan berada di atas segalanya, dan pembantaian bukanlah hal yang salah, itu sesuatu hal yang wajar.

Dan sialnya gadis itu malah bereinkarnasi di tubuh gadis dengan kondisi kesehatan yang buruk, jangankan berkultivasi berjalan pun dia tidak bisa melakukannya dalam waktu yang lama.

Meilan menghela nafasnya, Kini dia harus mencari cara agar meningkatkan kekuatannya secepat mungkin tidak peduli dengan cara apapun.

Namun meski begitu dia merasa tertantang menaklukkan dunia baru ini.

Cahaya biru yang menjengkelkan

Di salah satu kamar di kediaman keluarga Bai

tampak seorang gadis masuk kedalam tersebut dengan wajah suram, Semua pelayan miliknya tampak tak berani mengangkat wajahnya sedikitpun, tubuh mereka terasa bergetar ketika merasakan aura kemarahan dari gadis itu

"Arghhh dasar jalang bagaimana bisa gadis itu hidup kembali"

Prang Prang

Teriak gadis itu dengan kemarahan menggebu gebu, Beberapa barang di kamar tersebut kini telah hancur tak bersisa mengisahkan pecahan yang berserakan di bawah lantai.

"Nona tenangkan diri anda, Putri Meilan hanya beruntung, meski dia selamat kali ini, nona bisa menyingkirkannya di lain waktu"

Sang pelayan pribadinya tampak mulai menenangkan gadis tersebut.

Dia adalah Chanzi anak dari saudara jendral Bai yang kini telah tiada, kini gadis itu telah menjadi sebatang kara. Karna merasa kasihan Jendral Bai memilih merawat gadis itu.

Dada Chanzi tampak naik turun tangannya terkepal kuat, membiarkan kuku panjang dan indah miliknya tampak membekas di kepalan tangannya.

Dia benar benar marah saat ini.

"Kau benar, dia hanya selamat kali ini, dia cukup beruntung hari ini, bukan berarti dia akan selamat dari maut di hari berikutnya"

Sarkas gadis itu dengan senyum mengerikan yang bertengger di bibirnya.

****************

Sedangkan di kamar milik Meilan, gadis itu tak kunjung tidur, di tengah rasa bosan yang menggelutinya dia memilih untuk keluar dari kamarnya tidak peduli dengan angin malam yang terasa begitu dingin menusuk kulitnya.

Meilan merapatkan mantelnya, dia mendapatkan pakaian tebal itu di lemari kamarnya.

Dia bergerak membawa langkahnya tanpa tujuan, dia hanya berjalan jalan untuk mengurangi rasa bosannya.

Namun pada saat itu, tepat tidak jauh dari posisinya dia menangkap cahaya biru yang menarik perhatiannya.

Sayangnya cahaya itu berada di hutan belakang dan untuk kesana dia harus melewati penjaga yang kini bertugas di gerbang.

Gadis itu tentu saja tidak tinggal diam, dia mengambil batu lalu melemparnya ke arah yang berbeda.

Mendengar sesuatu mencurigakan membuat prajurit tersebut segera memeriksanya, Meilan tanpa membuang buang waktu segera keluar dari kediaman tanpa hambatan apapun.

Meilan terus membawa langkahnya mengikuti cahaya biru tersebut, tidak peduli seberapa jauh cahaya itu pergi dia terus saja mengikutinya.

Namun semakin lama gadis itu merasa kesal, karna cahaya tersebut seolah mempermainkannya, mereka telah mengelilingi tempat itu beberapa kali.

"Kau cahaya sialan berani sekali kau mempermainkan ku"

Gadis itu tampak mengeram kesal.

"Cih hanya cahaya jelek benar benar bertingkah begitu bodoh"

Maki Meilan kembali

"Kau benar benar begitu berani mengatai tanpa bercermin lebih dulu"

Meilan jelas saja terkejut, menatap sekelilingnya dengan cepat ketika mendengar suara tersebut.

"Siapa?"

Gadis itu mengalihkan pandangannya, namun tidak ada tanda tanda kedatangan orang lain saat ini, kini matanya tertuju pada cahaya yang kini berhenti depannya.

"Kau?"

Meilan menujuk cahaya biru tersebut tanpa ragu.

"Kau benar benar begitu berani menunjuk hewan ilahi sepertiku"

Dan tepat setelah mengatakan itu, cahaya itu semakin bersinar benar benar menyilaukan mata hingga Meilan menutup matanya dengan lengan baju miliknya.

Heningg

Selang beberapa waktu Meilan membuka matanya alangkah terkejutnya dia ketika melihat sosok burung Phoenix kini berada di hadapannya.

Ukurannya tidak begitu besar, mirip burung pada umumnya, hanya saja warna birunya begitu indah dan menyejukkan mata.

"Kenapa? Kau terpesona denganku?"

Phoenix tersebut berkata dengan sombong.

Mulut Meilan berkedut ketika mendengar burung tersebut yang begitu narsis.

"Terlalu percaya diri"

Ucap Meilan yang memutar bola matanya jengah.

Mendengar itu membuat Phoenix tersebut termenung beberapa waktu, dia adalah blue Phoenix, burung legendaris yang berelemen gabungan antara es air dan angin.

Dia adalah burung Phoenix yang di buru para kultivator tinggi di berbagai kerajaan dan bisa bisanya gadis di hadapannya itu tampak tidak peduli ketika melihatnya.

"Kau ingin kemana?"

Burung Phoenix tersebut segera bertanya dengan cepat.

"Tentu saja kembali, memangnya aku harus menontonmu menyombongkan diri? Benar benar memuakkan"

Ucap Meilan acuh yang kemudian segera berbalik meninggalkan tempat tersebut.

"Kau"

Phoenix tersebut benar benar kehilangan kata katanya, Dia dengan cepat melesat ke arah gadis di hadapannya.

Meilan merasa pandangannya buram, berulang kali gadis menggelengkan kepalanya, hingga kesadarannya seolah di tarik dengan paksa.

Dan di detik kemudian saat gadis itu sudah membuka matanya kini dirinya sudah berada di tempat yang berbeda.

Tidak ada lagi pemandangan hutan dengan pohon yang begitu rimbun dan gelap. Kini dia berada di hamparan salju begitu luas yang tak terkira.

Gadis itu menatap sekelilingnya dengan takjub, ini benar benar terlalu menakjubkan.

Dia tidak menyangka jika dirinya berada di dunia fantasi yang selama ini terdengar mustahil di otaknya. Namun merasakannya secara langsung berpindah tempat yang berbeda dalam satu detik benar benar terlalu luar biasa.

"Cih benar benar lemah"

Suara tersebut mengejutkan Meilan, gadis itu mendonggakkan kepalanya betapa terkejutnya dia ketika melihat burung Phoenix tadi kini tampak begitu indah di atas sana.

Kini wujudnya tidak lagi kecil, Hewan tersebut berubah menjadi besar, sekitar 3 meter, tak lupa sayapnya berkilau layaknya kristal biru yang menyejukkan mata.

"Kau berkata seperti itu seperti kau hebat saja"

Mendengar apa yang dikatakan gadis di bawah sana membuat Phoenix tersebut menjadi tidak senang, dia terbang kebawah berhenti tepat di hadapan gadis itu.

"Tentu saja aku hebat, bahkan sangat hebat"

"Benarkah kau sangat hebat?"

Meilan menatap Phoenix di depannya dengan ragu, meskipun sebenarnya dia merasa takjub tapi untuk menghadapi hewan sombong dia harus lebih sombong lagi.

"Tentu saja"

Phoenix tersebut menjawab dengan cepat

"Lalu bagaimana jika kau membuktikannya"

Tantang Meilan kemudian.

"Kau ingin bukti apa?"

Phoenix tersebut berkata dengan sombong.

"Bukankah hewan ilahi bisa berubah menjadi manusia? Maka berubahlah"

Ucap Meilan dengan cepat.

Dia ingat dia pernah membaca novel fantasi di dunia modern ketika masih di sekolah menengah pertama, dan setaunya burung Phoenix itu bisa berubah menjadi manusia ketika ranah kultivasinya berada di tingkat yang tertinggi.

Tiba tiba Phoenix tersebut tergugu, dia tampak salah tingkah.

"Itu, karna kau adalah pemilikku, maka kau harus menjadi lebih kuat agar aku bisa menjadi manusia"

Jawab Phoenix

Meilan merotasi malas mendengarnya, kemudian berkata.

"Cihh omong kosong apa itu, katakanlah jika kau benar benar tidak sekuat apa yang kau katakan"

Sarkas Meilan membuat Phoenix tersebut dalam kemarahan yang menggebu gebu.

Andai saja gadis di hadapannya tidak memiliki status yang spesial, maka dia telah menghancurkan gadis itu dalam satu kepakan sayapnya.

"Kau bisa mengoreksi orang lain, Tapi kau sendiri lebih lemah dari seekor kucing"

Sarkas Phoenix tersebut dengan sombongnya, dia benar benar enggan mengalah dengan orang lain

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!