Suasana ruangan itu hening, wajah ayunya tampak lesu. Matanya menatap lurus pada makanan yang sudah dirinya hidangkan diatas meja. Ia mengucap bahwa dirinya tak masalah akan hal itu, Semua pasti akan baik-baik saja. Begitulah pikirnya, Ia melahap makanan sendirian dimeja makan. Namun tetap saja airmata nya tak bisa ia tahan. Ia mendongak menatap langit-langit rumah, ia tak kuasa menahan rasa sesak dalam dadanya.
"Lihat sendiri kan suami kamu bagaimana? Jadi istri yang becus!" suara itu membuatnya segera menghapus airmata nya.
"Sadar diri penampilan kamu seperti apa? Jangan kamu pikir Juan betah sama kamu."
"kenapa ibu bicara kaya gitu sama aku?"
"Udah deh Keira, Dari awal saya nggak setuju kalau Juan menikah sama kamu yang asal usulnya nggak jelas." semakin sakit mendengar perkataan ibu mertuanya.
Dia adalah Keira Evangelista, umurnya masih sangat muda, baru lulus Sekolah menengah atas tahun lalu. Setelah lulus dirinya langsung menikah dengan seorang pria yang cukup mapan. Dan pernikahan mereka sekarang hampir genap satu tahun.
"Ada apa Bu?" suara bariton itu membuat keduanya menoleh. Melihat pria yang hanya memakai celana pendek dengan bertelanjang dada menuruni anak tangga.
"Ini nih istri kamu, nggak becus!" ucap Sinta, ibu kandung Juan. Keira menatap sang suami yang kini menatapnya tajam.
"Nggak enak malem-malem gini ribut bu, nanti kedengaran tetangga gimana? Mending ibu istirahat aja dikamar." Sinta langsung pergi seraya menatap Keira dengan sinis. Keira menghela nafasnya gusar, ia tak melanjutkan acara makannya.
"kamu apa-apaan sih hah! Ibu baru Dateng loh raa. Apa kamu nggak bisa akur sama ibu?" Kini Juan tersulut emosi karena ucapan Sinta. Sebenarnya dirinya sudah istirahat tadi. Tapi mendengar suara orang tengah berdebat membuatnya turun kembali kelantai utama dan benar saja ibunya bersama istrinya tengah berdebat.
"Aku nggak pernah ngajakin ibu buat berantem mas. Memangnya mas nggak lihat kalau ibu nggak suka sama aku!" ucap Keira membela diri.
"Berani jawab kamu ya... Sudah berani kamu!" ucap Juan seraya mencekal dagu Keira. Gadis itu meringis kesakitan seraya menatap Juan dengan sayu.
"Sakit mas..." lirihnya.
"Berani kamu sama suami kamu!!" Juan memang tidak berteriak. Tapi ucapannya begitu menyayat hati, ia berucap pelan dengan penuh penekanan. Tatapan matanya tajam seolah memiliki kebencian terhadap Keira.
Hubungan Keira dengan Juan sudah hampir sebulan ini tak baik. Sinta memang tak tinggal bersama dengan mereka tapi kerap kali datang dan tidur di rumah mereka. Sebenarnya Keira lelah, Sinta selalu saja mencibirnya dalam hal apapun. Terlebih usia pernikahannya sudah hampir satu tahun. Sinta selalu mengungkit soal momongan yang tak kunjung tiba.
Kini Sinta semakin menjadi-jadi karena Keira selalu menjawab belum waktunya. Tuhan belum memberikan kepercayaan kepadanya selalu seperti itu jawabannya. Sampai Sinta mengatakan bahwa dirinya wanita mandul yang tak bisa memiliki anak. Sakit hati Keira mendengar hal itu dan respon Juan hanya menenangkannya sebentar kemudian tak membela apapun didepan sang ibu. Juan selalu mengatakan jangan diambil hati ucapan sang ibu, jangan terlalu serius dengan ucapan sang ibu.
Keira menatap figura foto pernikahannya dengan Juan yang ada diatas kabinet kamarnya. Ia berbaring membelakangi Juan yang sudah masuk kedalam mimpinya. Selepas pertengkaran mereka di ruang makan tadi, Juan meninggalkannya begitu saja dengan mengatakan "Jangan banyak tingkah" itu yang dia katakan.
"Bagaimana Para Saksi...?"
"SAH!!!...." Begitulah suara para saksi dan tamu undangan yang menyaksikan bagaimana Ijab Qabul mereka. Airmata Keira kembali menetes membasahi pipinya. Banyak impian Keira yang tak terwujud. Keira dekat dengan Juan sebulan sebelum kelulusan Keira. Mereka kenal saat Juan membeli Roti ditempat Keira kerja Part time.
Selama ini Keira tinggal di panti asuhan, untuk biaya sekolah Keira mendapatkan beasiswa karena dirinya termasuk siswa berprestasi. Untuk kebutuhan lainnya tentang sekolah Keira memutuskan untuk kerja part time setelah pulang sekolah.
Saat Juan mengatakan keseriusan nya untuk menjalin mahligai rumah tangga disitu Keira bimbang. Dirinya mendapatkan tawaran beasiswa di sebuah universitas dengan jurusan tata boga terbaik. Keira sangat suka memasak, dan dirinya memang mengimpikan kuliah dalam jurusan tersebut. Namun sayang seribu sayang Keira memilih untuk menerima lamaran dari Juan. Ibu Zahra alias ibu panti tak bisa berbuat banyak. Dirinya sudah mengatakan pada Keira untuk memikirkan kembali keputusan nya. Karena kesempatan tak datang dua kali, tapi Keira yang saat itu baru merasakan jatuh cinta langsung menerima lamaran dari Juan.
Sampai pada titik ini, fase yang menurutnya berat sekali. Dirinya bahkan bingung bagaimana cara mengatakan pada Sinta bahwa selama ini Juan tak pernah menyentuhnya. Menyentuh dalam hal wajar seperti memeluknya, mengusap puncak kepalanya dan mencium keningnya. Tak lebih dari itu, Keira yang polos dan baru memulai apa itu berumah tangga tak protes banyak. Dirinya juga berfikir kenal dengan Juan dalam waktu singkat jadi setelah menikah mereka baru berpacaran. Ya seperti pacaran pada umumnya hanya saja ini versi halalnya.
Keira tak banyak menuntut pada Juan, Suaminya sudah mau perhatian padanya saja dirinya sudah bersyukur. Selama ini Keira terus berusaha mencoba agar Sinta sang ibu mertua menyukainya. Dari awal Sinta memang tak suka melihat Juan menikah dengannya. Entah mengapa yang pasti Sinta selalu mencibirnya, mencemooh dirinya dalam segi apapun. Penampilan contohnya, kemudian fisiknya dan masih banyak lainnya.
Sebenarnya dirinya sangat butuh bimbingan soal bahtera rumah tangga nya. Ia masih terlalu muda dan terlalu awam untuk mengenal sejauh mana rumah tangga yang sesungguhnya. Meskipun kerap kali Dirinya mengunjungi panti itupun tak bisa lama dan terlalu jauh dari rumah yang sekarang dirinya tempati bersama Juan. Ibu Zahra selalu mengatakan "Kamu masih terlalu dini untuk menikah? Ibu selalu takut kamu salah memilih. Pesan ibu kamu belajar ya dari suami kamu, jangan malu untuk bertanya soal apapun dalam rumah tanggamu pada suamimu Nak. Kamu juga harus mengerti tugas seorang istri, harus berbakti kepada suaminya. Kamu harus bisa melayaninya dari segi batin maupun kebutuhan suamimu yang lain. Jangan membantah suamimu Nak, jangan melawannya." Ibu Zahra sampai menangis saat mengatakan hal itu. "Saat kamu bertengkar dengan suamimu, Cobalah untuk tetap tenang. Berusaha mencari jalan keluar yang terbaik untuk hubungan kalian. Jangan sampai kamu ambil keputusan saat keadaan mu tengah memendam amarah. Ingat Surgamu ada pada suamimu Nak. Jadi Berusahalah untuk terus berusaha menjadi istri yang baik."
Keira kembali menatap figura foto itu dengan nanar. Apakah dirinya menyesal dengan keputusan yang dia ambil untuk menikah dengan Juan? Saat ini yang ada dalam pikirannya adalah perkataan Sinta dan Juan yang selalu menyudutkan dirinya mandul. Sakit sekali hatinya mendengar cemoohan itu dari mulut ibu mertuanya. Sepanjang malam Keira menangis sampai tak sadar jika dirinya terlelap dengan mata sembabnya.
Suara gemercik air dari kamar mandi membuat pria yang masih nyaman dengan tidurnya itu terganggu. Ia berdecak kesal saat suara pintu kamar mandi terbuka, Ia menatap sang istri dengan tatapan kesal bukan main.
"Mas Ayo sholat berjamaah.." ajaknya. Juan menatap Keira dengan malas.
"CK. Nanti saja Kamu bisa duluan." begitulah katanya. Juan tak ingin marah-marah pagi-pagi buta seperti ini. Ia tak ingin merusak moodnya, meskipun saat ini moodnya sedikit tak baik. Keira tak banyak bicara lagi, ia segera melakukan kewajiban nya sebagai umat muslim.
Setelah melakukan ibadah sholat nya, Keira mulai membuka jendela kamarnya. Menyiapkan pakaian kerja sang suami, lalu kebawah untuk memasak sarapan. Kali ini Keira membuat Nasi goreng dengan ayam goreng bawang putih. Ia juga menyiapkan roti jika Sinta atau suaminya ingin roti. Setelah selesai semua pekerjaan nya, keira segera menyapu lantai, mengepel dan mencuci pakaian yang kotor. Semua pekerjaan itu sudah biasa dirinya lakukan.
"Keiraaa!!!" suara teriakan itu membuatnya segera berlari menuju ruang makan. Di sana Sinta menatapnya dengan tatapan tajam. Juan juga baru saja duduk di kursi meja makan menatap sang ibu dengan malas. Apalagi pagi ini? Ucapnya dalam hati.
"Ibu kenapa teriak? Ada apa Bu?" tanya Keira bingung.
"ada apa, ada apa! Kamu mau meracuni saya dan Juan hah!!!"
"Mak-Maksud ibu apa? Keira nggak seperti itu Bu.."ucap Keira tak mengerti drama apa lagi yang akan Sinta buat.
"Kamu coba nasi goreng kamu..." Keira yang tak ingin ribut kembali pun segera mengambil sendok dan memasukan makanan itu pada mulutnya.
"Uhuk....." Rasanya asin dan begitu pedas sekali. Juan dan Sinta tak suka pedas, dan pedas yang ia rasakan sangat berlebihan sampai lidahnya terasa begitu panas.
"Nah kamu sudah tahu Juan dan saya nggak bisa makan pedas. Kamu buat nasi goreng gila kaya gini hah..."
"Mas.. Demi Allah mas aku nggak punya niatan kaya gitu. Aku udah cobain sebelumnya dan rasanya enak nggak pedas seperti yang aku buatin untuk kamu mas..." ucap Keira menatap Juan yang mana pria itu sudah jelas tak mood dengan makanan di hadapannya.
"Ibu Keira nggak gitu Bu..."
"Sudah cukup... Aku sarapan diluar saja. Aku berangkat kalau gitu." ucap Juan seraya berdiri mengambil tas kerjanya.
"Juan tungguin ibu, Antarkan ibu pulang sekalian. Zara pasti sudah nunggu ibu." ucapnya. Juan tak menolak, toh lagian saat Juan berangkat bekerja searah dengan rumah ibunya.
Lalu siapa Zara? Zara adalah adik Juan yang umurnya tak jauh beda dengan Keira hanya beda tiga tahun saja. Zara saat ini baru memasuki Sekolah menengah atas. Keira duduk lemas diatas kursi dengan menatap makanan yang lagi-lagi terbuang sia-sia.
"Astaghfirullah...." ucapnya dengan menangkap wajahnya.
Dalam perjalanan menuju kantor Sinta terus saja mengomel soal Keira pada Juan. Pria itu sampai menghela nafasnya berkali-kali dengan ucapan Sinta. Sebenarnya Ia muak saat ibunya kerap kali membuat Keira salah dimatanya. Namun kadang dirinya terpancing akan hal itu yang membuatnya memarahi bahkan tak segan berbuat kasar padanya.
"kapan kamu mau kasih ibu momongan Juan. Ibu juga mau kaya ibu-ibu yang lain bawa cucu mereka ketempat arisan." ucapnya dengan memelas pada Juan.
"Sabar lah Bu.."
"Mau sabar gimana, kamu itu udah menikah hampir satu tahun loh. Keira belum ada hamil juga, lagian kamu sih nikah sama wanita mandul kaya gitu... Jadinya ibu lama punya cucu nya." ucap Sinta dengan kesal.
"Keira nggak mandul Bu"
"Terus apa?" Juan diam sejenak tidak mungkinkan dirinya mengatakan pada ibunya bahwa selama ini Juan tak pernah berhubungan badan dengan Keira. Pasti sang ibu akan menyalahkannya.
"yaaa belum rezekinya kali Bu."
"Kamu kenapa nolak nikah sama Nela yang sudah jelas bibit bobot bebet nya. Dia cantik banget padahal, dia juga cinta sama kamu Juan." ucap Sinta lagi.
"Juan kan sudah menikah bu."
"Pasti Nela mau sama kamu, lagian kamu juga masih muda. Kalau kamu ceraikan Keira sekarang pasti Nela mau sama kamu percaya sama ibu."
"Ibu nih Anaknya malah didukung buat poligami."
"Demi keturunan Juan. Lagian itu bukan poligami, kamu harus ceraikan Keira dulu Juan. Cerai... Ibu nggak mau Keira jadi mantu ibu." ucapnya dengan kesal. Juan menghela nafasnya gusar.
"Sebentar ya ibu lihatin Nela sekarang." ucap Sinta dengan melacak ponselnya. Ia menunjukan foto Nela di Instagram. Juan terpesona akan kecantikan Nela, gadis itu dulunya kurus dan wajahnya pas Pasan. Kini begitu seksi dan berisi. Wajahnya cantik dengan kulit putih mulus. Hampir saja Juan oleng saat menyetir.
"Gimana? Cantikan... Kamu pasti nyesel."
"Kalau cerai Bu, Harus ada alasan yang kuat agar Hakim menyetujui nya Bu. Lagipula Keira tak salah apapun. Jika seperti ini pasti akan ada harta gono-gini nya." jelas Juan.
"Dih... Ibu nggak mau sepeserpun harta kamu dibagi sama dia. Harus cari ide dong buat cari kesalahan dia gimana." Juan membelokan setirnya dipekarangan rumah sang ibu.
"Kamu mau kan nikah sama Nela, Ibu pastikan dia cinta sama kamu Juan."
"Juan pikirin dulu ya Bu, Juan berangkat dulu." ucap Juan. Sinta hanya mengangguk saja seraya cemberut kesal. Ia tak habis pikir dengan ucapan sang ibu yang mengatakan tentang gadis pada masa lalu nya. Dirinya memang dahulu sempat menjalin kasih dengan Nela. Hanya saja hubungan mereka kandas saat Nela ketahuan selingkuh, Juan langsung memutuskan nya dan menikahi Keira. Beberapa hari setelah mereka putus Juan mendekati Keira. Dan sampai kabar pernikahan Juan dengan Keira didengar Nela, gadis itu pergi keluar kota. Dan kini mengetahui kembali ke kota yang sama karena sang ibu yang mengatakannya.
"Selamat Pagi pak." Suara lembut itu membuatnya menoleh. Matanya terpaku melihat Gadis yang tadinya ia lihat di ponsel ibunya kini berdiri di hadapannya. Badannya sangat indah sekali, berisi dan sangat menantang. pakaian yang dikenakan juga membuatnya semakin terlihat seksi.
"Maaf pak, saya ganggu?" tanya nya lagi. Juan yang pikiran nya melayang-layang pun terkejut saat Gadis itu sudah dekat sekali dengannya.
"Eh... Hai Nela. Lama tidak bertemu." ucap Juan canggung.
"Aku kangen kamu tau..." ucap Nela langsung memeluk Juan begitu saja. Jantung Juan berdegup kencang, cintanya yang dulu hilang kini kembali bangkit. Bahkan bagian lainpun ikut bangkit membuat Nela mendongak menatapnya.
"Juan.."
"Ah ya... aku juga kangen kamu." ucap Juan pelan. Ia seolah Blank saat berhadapan dengan Nela. Pikirannya kemana-mana, Baru kali ini dirinya merasa ditantang.
"Ibu bilang kamu mau cerai sama Keira. Kenapa?" tanya Nela. Juan bingung harus menjawab apa.
"Kamu duduk dulu deh, kamu pasti capek kan. Aku panggilin OB buat buatin kamu minum." ucap Juan dengan gugup.
Malam ini Keira kembali menunggu Juan pulang dari kantor. Juan bekerja di kantor yang mana perusahaan itu di kelola oleh papanya. Dan kini dikembangkan oleh Juan saat sang papa meninggal dalam kecelakaan. Kini Perusahaan itu sudah berkembang pesat. Sudah pukul sepuluh malam tapi Juan belum juga pulang. Makanan dimeja makan pasti sudah dingin.
Keira kembali menunggu sampai tak sadar bahwa dirinya tertidur di sofa ruang tamu. Mendengar suara pintu terbuka membuatnya segera membuka matanya.
"Mas kok baru pulang?" tanya Keira yang langsung menenteng tas kerjanya.
"Namanya sibuk."
"Kan bisa kabarin aku dulu, aku udah siapin makan malem loh. Pasti udah dingin sekarang, mas udah makan belum?" tanya Keira.
"Kamu ini makin lama makin bawel ya. Berisik tau nggak, Suami baru pulang kerja bukannya disambut baik malah ngomel Mulu kerjaannya " Keira diam dibuatnya. Apa salah dirinya bertanya seperti itu. Kini ia mencium aroma parfum yang berbeda dari tubuh Juan.
"Parfum mas ganti ya? Kok beda kaya parfum cewe."
"Nggak usah Ngada-ngada ya kamu. Nyari-nyari masalah terus, Nggak jelas otak kamu!" Juan segera masuk kamar mandi membuat Keira termenung. Entah mengapa sikap Juan malam ini sangat berbeda dengannya. Keira segera meletakan tas Juan di tempat seharusnya. Ia juga menyiapkan piyama Juan, setelah itu ia kembali kelantai utama untuk membereskan makanan agar dimasukan kedalam kulkas.
...----------------...
Sudah beberapa hari terakhir Juan pulang larut, dan bahkan hari ini. Entah apa yang terjadi, dirinya sempat bertanya pada sekertaris Juan. Pria itu sudah tidak di kantor sejak pukul empat sore tadi. Dan tidak ada pekerjaan yang membuatnya lembur, tapi Juan belum kembali sampai sekarang. Itu membuatnya khawatir, takut jika terjadi sesuatu dengannya.
Suara pintu terbuka membuatnya menoleh, Ia melihat Juan berjalan tanpa memperdulikan dirinya. Keira segera mengejar Juan sampai kamar.
"Mas dari mana kok baru pulang? Urusan luar kantor ya?" tanya Keira yang berfikir positif. Mungkin suaminya ada urusan lain diluar kantor yang menyebabkan dirinya pulang larut.
"Bukan urusan kamulah." jawabnya dengan kesal. Juan membuka kemejanya dan meletakan diatas keranjang baju lalu masuk kedalam kamar mandi. Kini Keira menatap kemeja putih Juan yang terdapat noda merah di sana.
"Ini ... Lipstik?" gumam Keira. Warnanya begitu merah merona membuat Keira kini berfikir bahwa suaminya jajan di luaran sana.
Tak lama pintu kamar mandi terbuka, Juan tengah mengusap handuk kecil pada kepalanya.
"Mas ini apa mas? Noda lipstik siapa? Kamu habis selingkuh?"
"Apa sih! Ngaco otak kamu." ucap Juan yang menjawab santai pertanyaan Keira.
"Istighfar mas. Apa yang kamu lakukan diluar sana?" tanya Keira kecewa. Airmata nya bahkan sampai menetes membasahi pipinya.
"Kamu apa-apaan sih? Nuduh aku selingkuh?"
"Terus ini apa mas... Ya Allah, Ini noda lipstik mas. Aku nggak punya lipstik Semerah ini." ucap Keira dengan meninggikan suaranya. Juan yang kesal akan hal itupun melayangkan tangannya.
Plak...
Keira memegangi pipinya yang terasa panas. Ia Menatap Juan dengan tatapan begitu kecewa. Kini pria itu mencekal dagu Keira kembali, tatapannya penuh dengan kebencian.
"Berisik! Kebiasaan kamu ya! Suami capek baru pulang kerja dituduh macem-macem." ucap Juan kesal.
"Itu cuma noda lipstik Tia, Dia mau jatuh tadi dan aku tolongin. Nggak sengaja wajahnya kena kemeja aku. Puas kamu hah!!!" bentak Juan dengan begitu kesal. Keira diam, ia tahu siapa Tia. Dia adalah sekertaris Juan tapi dirinya tak pernah melihat Tia memakai lipstik merah merona seperti itu. Kerap kali melihat Tia mengenakan lipstik Nude atau merah bata. Keira tak melanjutkan perdebatan mereka, Ia kembali meletakan kemeja itu di keranjang pakaian kotor.
Juan juga meninggalkannya langsung tidur diatas kasurnya. Keira menghela nafasnya, Hati dan pikirannya Kacau entah kemana-mana. Yang dirinya lakukan pun ia tak tahu benar atau tidak. Tapi ia sudah bertanya pada Juan dengan baik-baik hanya saja Juan tak langsung menjelaskan sehingga dirinya meninggikan suaranya.
Sesak sekali rasanya, Beberapa hari belakangan ini Juan selalu pulang dengan aroma parfum yang sama seperti pertama kali dirinya mengatakan bahwa Juan mengganti parfum. Karena aromanya strong bunga dan segar seperti parfum wanita.
Pagi Harinya....
Keesokan harinya Keira sudah menyiapkan sarapan seperti biasanya. Kali ini Keira membuatkan sup ayam kesukaan Juan. Pria itu langsung duduk seraya melahap sarapan nya.
"Ini undangan untuk acara malam nanti, aku harap kamu datang. Dandan yang cantik karena ini acara besar." ucap Juan menyerahkan undangan pada Keira. Acara para pebisnis, hanya acara-acara pesta biasa saja. Namun di sebuah hotel bintang lima.
"Kamu ngajak aku mas?" tanya Keira ragu.
"Kamu nggak mau?"
"Mau dong mas, udah lama kamu nggak pernah ngajak aku keluar kaya gini." ucap Keira dengan senang.
"Ya sudah aku berangkat sekarang. Ingat dandan yang cantik, Aku tunggu kamu di hotel aja. Soalnya aku langsung kesana sekalian meeting di sana. No kamarnya 666 ingat itu."
"iya mas, aku nanti kesana. Eh jam berapa mas?"
"Jam 8 harus tepat waktu." Keira mengangguk mengerti akan hal itu. Ia tersenyum melihat undangan itu. Secercah harapan menghampiri dirinya. Mungkinkah ini jalan untuk kelanjutan rumah tangga mereka, ia berfikir Juan mengajaknya di hotel sekaligus honeymoon. Begitulah pikirnya, ia segera membereskan piring kotor bekas Juan makan.
Ia segera berfikir baju apa yang akan dirinya kenakan nanti malam ya. Ia segera menghubungi boutique langganan Juan ketika berbelanja pakaian. Ia menanyakan pakaian yang cocok untuknya.
Disisi lain Juan baru saja masuk kedalam kamar hotel yang di mana seseorang sudah menunggu nya. Juan menelan saliva susah payah. Menatap betapa seksinya gadis yang kini berdiri dihadapannya.
"Hai sayang.." sapa nya.
"Hai Sayang, Kamu sangat luar biasa." ucap Juan. Gadis itu adalah Nela, Ia segera memeluk Juan dengan erat. Dielusnya leher jenjang Nela membuat gadis itu meremang.
"Kamu suka kan Sayang?" tanya Nela dengan gusar.
"I like it Baby. Aku ketagihan karena kamu." ucap Juan dengan mengecup leher jenjang Nela.
"Kita buat malam ini jadi malam yang panjang buat kamu dan Keira. Kamu bisa langsung nikahin aku sayang."
"Aku akan lakuin apa yang kamu mau. Tunggu sampai besok." ucap Juan dengan terus mengecupi leher Nela. Gadis itu bergelayut manja pada lehernya . Juan langsung menina ninu Nela.
Entah kapan hubungan terlarang mereka terjadi? Dan entah kapan pula Juan menjadi tergila-gila dengan Nela. Juan seakan terbuai oleh segala hal yang Nela lakukan padanya. Ia sampai lupa diri bahwa dirinya sudah memiliki Keira, Istri sahnya yang masih menjaga martabat suaminya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!