Aku Medeia putri dari seorang pengusaha terbesar sedunia aku menjadi presedir pada usia 20 tahun aku terkenal akan kecerdasan ku dalam memimpin perusahaan dan berbagai produk merek perusahaan ku banyak di minati orang.
Tidak di sangka di malam bulan purnama aku berubah menjadi sosok berbulu putih yang memiliki ekor yang berjumlah sembilan anehnya ada dua garis berwarna biru dan kuning ke emasan di sertai titik merah di jidat ku memiliki tanda berbentuk bunga teratai yang memiliki semua warna mata ku juga memiliki mata yang berwarna sama dengan warna yang ada di jidat ku.
Jadwal update rabu, jum'at dan minggu. Maaf yah temen temen kalau jadwal updatenya cuman dua kali seminggu aku akan usaha in tambah jadwal updatenya itu sih tergantung dari kalian semakin banyak yang komen, like dan vote maka aku akan otomatis semangat dan mungkin aku akan ubah jadwalnya buat kalian.
Medeia seorang presedir dari perusahaan royal intertaiment seorang gadis yang memimpin perusahaan pertama di seluruh negara yang bernamakan lengkap Medeia Anggelia Calista.
Ia baru saja selesai menandatangani berbagai kontrak kerjasama dari berbagai perusahaan terkenal dari berbagai negara tentu saja melelahkan.
"Haish jelas sekali kalau kontrak mereka ini hanya akan merugikan perusahaanku, mengesalkan sekali dia pikir aku akan menerimanya? cih meremehkanku yah?! "kesal Medeia mengumpati beberapa dokumen di depannya.
Ia mengebrak meja dengan keras yang membuat sekretarisnya kaget setengah mati.
"Nona presedir apa ada yang salah dengan kontraknya? "ujar Evania sekretaris Medeia.
Medeia mengerutkan keningnya menatap tumpukan kertas yang membuatnya kesal "cih yang benar saja, hubungi semua perusahaan yang mengajukan kontrak kerja sama pada perusahaanku kata kan padanya bahwa perusahaan ini tidak dapat melakukan konseparsi dengan mereka" tegas Medeia.
"Baik nona presedir, maaf malam ini anda ada acara pesta penyambutan dari perusahaan elektronik presedir dari perusahaan elektronik ini mengundang anda" ujar Evania menyerahkan surat itu pada Medeia yang langsung menerimanya.
"Hm.... baik katakan pada tuan muda keluarga Bintara bahwa aku menyetujuinya" ujar Medeia meminum secangkir teh yang ada di atas mejanya dengan pelan.
"Baik nona presedir" bungkuk Evania sopan.
Evania segera mengirimkan pesan ke keluarga Bintara secepat mungkin lalu mengurus urusan sebelum berangkat ke acara bisnis.
Rasa bosan menghampiri Medeia ia benar benar membenci suasana seperti ini ruangan yang begitu sunyi tanpa suara apa pun ia memutuskan untuk keluar.
Ia menerima berbagai sapaan dari karyawannya ia berfikir mungkin saja karyawannya ini merasa lelah terus menerus berada di depan layar laptop seharian begini lagian jam makan mereka sekitar sejam lagi jadi tidak ada salahnya ia memberi mereka waktu extra.
"Kerja kalian akhir akhir ini membuatku puas bagaimana kalau hari ini aku membawa kalian makan bersama? "ujar Medeia ramah tamah.
Para karyawan saling menatap bingung tidak biasanya presedir mereka seperti ini, Medeia tersenyum melihat reaksi karyawannya, sepertinya dia perlu memberikan sedikit perhatiannya.
"Eva, tolong panggil semua dewan dan karyawan untuk datang ke retoran untuk mengadakan rapat perusahaan" ujar Medeia tersenyum licik.
"Segera nona presedir "ujar Eva melaksanakan tugasnya.
"Mulai hari ini kalian hanya perlu memanggilku ceo saja" ujar Medeia yang memberi kode ke sekretarisnya agar menyiapkan kendaraannya.
Tidak memakan waktu lama Medeia sampai ke restoran milik sahabatnya Kirana yang menyambutnya dengan ramah.
"Yo Med, lama yah nggak ketemu" ujar Kirana menyapa.
"Kau ini, sama sekali tidak memiliki perubahan yah? "ujar Medeia berusaha menahan tawanya.
"Tumben kau ada waktu biasanya kau selalu sibuk" ujar Kirana menyenggol bahu sahabatnya dengan tatapan jahil.
"Aku datang ke sini bukannya bersantai melainkan ingin mengadakan rapat dewan direksi dan juga mengumpulkan berbagai ide ide baru dari karyawanku"
"Kali ini perusahaan semakin meningkat yang mempengaruhi penjualan produk, kalau ingin mendapatkan ke untungan harus menyertai berbagai produk yang berbeda dari produk lainnya" ujar Medeia serius.
Kirana tersenyum "dia sama sekali tidak berubah" batin Kirana.
"Sudahlah kalau membahas soal pekerjaan kau ini akan selalu serius" ujar Kirana menyerah.
"Tunggu, akhir akhir ini ada rumor kalau kau menyetujui kontrak perusahaan keluarga Bintara itu? katanya sih itu belum tentukan" ujar Kirana berfikir.
"Memang benar aku membantu memberikan dana ke perusahaan P.E intertaimen tapi sebagai gantinnya mereka harus bekerja sama dengan perusahaan ku untuk menciptakan produk baru" ujar Medeia membenarkan apa yang Kirana pikirkan.
"Bukan kah akan rugi? "ujar Kirana masih belum paham dengan pemikiran Medeia.
"Aku bekerja sama dengan mereka agar perusahaanku mengalami ke majuan drastis melalui kelebihan perusahaannya yang ahli dalam bidang elektronik yang di mana aku juga sedang membuat aplikasi berupa game 3D yang membutuhkan otak mereka"
"Jadi kesimpulannya aku tidak perlu bersusah payah mencari ide dan menghemat pekerjaan karyawanku untuk menjalankan tugas lainnya aku hanya perlu mengadakan rapat dengan mereka dan mendiskusikan secara inti info dari game mereka hanya perlu memahami struktur dari gameku dan mulai membuatnya"
"Soal bahan yang di butuhkan dalam pembuatan game aku akan menangunggnya sebagai gantinya setelah game ini rilis dan memiliki konsumen yang cukup maka perusahaanku akan mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda dari pengeluaran dalam pembuatan game"
"Tentunya dengan memberikan harga yang dapat konsumen beli, jika grafik game semakin bagus akan memberikan dampak baik untuk kedua belah pihak meskipun akulah yang paling berdampak baik dari perusahaan P.E intertaiment, semakin menarik daya tariknya maka semakin banya konsumen yang tertarik untuk datang terlebih eventnya akan semakin berlimpah "ujar Medeia panjang lebar.
"Kau ini licik juga mereka pasti tidak menyangka kalau kaulah yang akan paling di untungkan dari ini semuanya" ujar Kirana ikut senang.
"Tunggu saja game itu rilis kau akan menjadi orang pertama yang akan mencoba game ini" ujar Medeia tersenyum tipis.
"Baik aku akan menyiapkan dua ruangan khusus untuk karyawanmu dan juga untuk dewan direksimu ada dua ruangan berbeda satu untuk karyawan dan satu untuk dewan di reksi" ujar Kirana yang berjalan pergi.
"Masih tidak kompeten yah" ejek Medeia.
"Apanya yang tidak kompeten? "kesal Kirana yang membalikan dirinya secara paksa.
"Apa kau tau berapa jumlah dari mereka hah? Haish sekretaris Eva berikan jumlah karyawan dan juga jumlah dewan direksi secara berpisah" perintah Medeia.
"Baik ceo"ujar Eva.
"Bagus, Kirana di mana ruang vvip ku? "tanya Medeia.
"Tunggu, satu ruang karyawan, satu lagi untuk ruang dewan direksi satu lagi untuk ruang khusus rapat dan juga satu lagi untuk ruangan vvipmu, hm.... bukan hanya ruang vvip kan yang sementara digunakan? "ujar Kirana memastikan.
"Salah, hanya ruang vvip dan ruang rapat sisanya tetap" ujar Medeia.
"Baik aku mengerti soal lembaran kertasnya temui aku di..... "
"Tidak perlu ini jumlah pengecekan karyawan di perusahaan kami tolong bantuannya" ujar Eva menyerahkan lembaran jumlah karyawan yang telah hadir.
"C-cepat sekali" ujar Kirana tidak percaya.
"Aku akan mengabarimu jika ada tambahan karyawan lagi" ujar Eva yang mendapat anggukan dari Kirana.
"Lebih baik kau lakukan saja tugasmu tidak lama lagi mereka semua akan sampai" peringat Medeia yang berjalan memberi isyarat bahwa ruangannya di mana.
"Tolong antar nona ini ke ruang vvip" ujar Kirana memberi perintah ke pelayan restorannya.
"Baik nona muda" ujar pelayan itu sopan.
"Baik nona silahkan ikuti saya" ujarnya.
Medeia berjalan dengan santai menaiki tangga ke lantai dua di mana ruang vvipnya berada, orang yang melihatnya pun ikut tertegun melihatnya berjalan dengan anggun dan berwibawa tidak lupa dengan dua pengawal bertubuh kekar yang mengikutinya sepanjang waktu.
Meskipun Medeia tidak suka di ikuti tapi ia juga tidak punya hak melarang karena mereka semua suruhan dari ayahnya yang oper protektif itu meskipun kakeknya sudah berbicara tetap saja tidak mau di dengar.
Sesampainya di ruangan pelayan itu memberi salam lalu mengundurkan diri, Medeia masuk dan beristirahat pemandangan dari ruangannya begitu indah di dukung dengan angin sepoi sepoi yang menimpanya.
Di balik dinginya Medeia di depan publik dia sebenarnya orang yang welas asih pada orangnya ia tidak sombong dan juga pelit selama ia bisa membuat orangnya nyaman ia pasti akan membantunya.
"Eva" panggil Medeia
"Ada keperluan apa ceo muda" sopan Eva yang langsung memasuki ruangan.
"Lain kali kau tidak perlu memanggilku dengan sebutan ceo panggil saja namaku saat tidak ada orang di sekitar kalau ada orang baru panggil nona soal yang tadi hanya berlaku untuk karyawan saja dan juga para dewan" ujar Medeia memelas.
"Saya hanya sekretaris saya hanya melakukan tugas saya saja jika anda memerintahkan demikian maka saya akan menjalankan tapi untuk nama sepertinya saya tidak berhak" ujar Eva sopan dan anggun.
"Baiklah terserah kau saja" ujar Medeia pasrah.
"Kau duduklah bisa bisa betis mu akan bengkak kalau berdiri terus" ujar Medeia tidak enak.
"Tidak apa apa nona saya sudah terbiasa" ujar Eva masih sopan.
"Duduklah ini juga merupakan perintah jangan bilang kalau kau masih tidak ingin mematuhi perintahku" ujar Medeia mengerutkan keningnya.
"Baik" ujar Eva menuruti perintah.
"Kenapa masih tegang? Memangnya aku terlihat akan melukai gadis muda sepertimu? "kesal Medeia.
"Nona tidak perlu memikirkannya" ujar Eva berusaha menyantaikan dirinya sambil melihat daftar jadwal untuk pekerjaan Medeia dan juga mempersiapkan apa yang akan di butuhkan saat rapat nanti.
"Masih mengerjakan pekerjaan perusahaan? "tanya Medeia tidak suka.
"Hanya mengecek keperluan karyawan dan juga kebutuhan dalam rapat nanti ini" jelas Eva mengangkat kepalanya melihat lembaran dokumen yang ia bawa kemana mana.
Medeia tersenyum kecut, di saat seperti ini ia masih mengerjakan tugas sepeleh seperti ini bukannya bersantai sejenak malah mengerjakan pekerjaan yang jelas menguras pikiran meskipun begitu Medeia juga puas dengan hasil kerja Eva untuknya.
"Istirahatlah Eva, Kirana yang akan mengurusnya nanti aku sudah memberi tahu semuanya jadi kau tidak perlu mengerjakannya, kau temani aku mengobrol" ujar Medeia.
"Baik"
Ti**ga menit kemudian**.......
"Apa dia tidak bisa berbicara layaknya para gadis? biasanya para gadis akan bergosip ria sedangkan dia apa? diam duduk manis dengan tatapan dingin" batin Medeia tidak tahan.
Lama ke lamaan Medeia semakin bosan ia menunggu ke datangan karyawannya untuk memulai rapat tapi tak kunjung datang.
"Saya akan mengeceknya" ujar Eva.
"Akhirnya kau berbicara juga baik tapi cukup hubungi saja tidak perlu melihat secara langsung" ujar Medeia santai.
"Baik nona"
Eva pun menelpon salah satu ketua dewan yang bertugas untuk memimpin mereka untuk rapat.
"Hallo bagaimana dengan anggotannya? "ujar Eva.
"Apa? "
"Kalian semua sudah datang 2 menit yang lalu? "
"Kenapa tidak mengabariku? "
"Baik segera ke ruang rapat" kesal Eva.
"Kenapa kau begitu kesal? "tanya Medeia bingung.
"Mereka sudah sampai 2 menit yang lalu, mereka tidak berani mengetuk pintu ataupun menghubungi anda jadi mereka semua berdiri di depan pintu ruang vvip" ujar Eva kembali menenangkan diri.
"Mereka ini, ya sudahlah ini bukan salah mereka ayo ke ruang rapat sekarang" ajak Medeia.
Medeia menuruni anakan tangga dan berjalan ke ruangan rapat setelah ia sampai ia melihat wajah karyawannya yang khawatir.
"Maafkan atas kelalaian kami dalam bekerja ceo muda" ketua dewan yang mewakili karyawan lainnya.
"Hanya masalah kecil lain kali kalian harus tepat waktu urus waktu kalian sebisa mungkin, baik kali ini rapat kita mulai secepatnya" ujar Medeia.
"Sekretaris Eva" perintah Medeia.
"Baik ceo muda, saat ini bagaimana dengan pemasukan dari perusahaan kita? "Ujar Eva.
"Menurut data pembelian dari konsumen naik drastis jika di bandingkan setahun yang lalu peningkatan kali ini mencapai 500 milyar untuk pengeluran bahan saya perhitungkan sepertinya memakan 35 milyar termasuk dengan dana untuk keluarga bintara 1,5 milyar dari 35 milyar pengeluaran bahan" jelas ketua dewan konsumsi.
"Maksudnya pengeluaran bahannya bernilai 2 milyar lalu untuk dana 1,5 milyar? "ujar Eva memperjelas.
"Benar, soal pemasukan bulan ini masih terus masuk jadi kami akan menghitung pemasukan dan pengeluran setiap bulan" ujarnya.
"Baik, bagaimana dengan ide dari ketua karyawan? "tanya Eva.
"Baik, untuk desainer baju musim dingin dan desainer baju musim panas dan gugur semuanya akan kami kirim gambarnya malam ini sekitaran jam 07:00 sejam sebelum jam pulang kami"
"Untuk saat ini kami akan membahas soal grafis game yang akan di buat dengan perusahaan elektronik, ini adalah grafisnya, setiap pemain akan di deteksi memiliki elemen apa dan juga setiap karakter di sini mengunakan diri mereka sendiri bedanya kami akan sedikit mengubah penampilan mereka dengan baju dan wajah mereka"
"Genre gamenya adalah pertarungan yah di sini dibagi menjadi petarung yang memiliki elemen api, es, tanah dan juga air sedangkan untuk alkemis mereka biasanya menggunakan elemen api, angin, dan juga kayu untuk membuat pil"
"Untuk menghemat waktu saya akan memperlihatkan langsung area dan deskripsi penjelasan dari seluruh peta game yang dimana setiap gambar sudah memiliki penjelasan mereka masing masing.
Ketua karyawanpun memperlihatkan video dengan menggunakan layar tancap semua yang ada di sana memperhatikan dengan baik lalu menulis apa yang mereka pikirkan setelah selesai mengamati mereka kembali berdiskusi.
"Ada satu yang kurang setiap level harusnya di tentukan dengan aurah pelatihan mereka" protes karyawan satunya lagi.
"Ya, untuk saat ini kami masih memikirkannya" ujar ketua karyawan itu.
"Bagaimana untuk tingkat dasarnya di namai pelatihan, untuk tinggkat menengah sebagai petarung dan untuk tinggkat tinggi guru petarung lalu di bagi lagi menjadi tiga setelah guru petarung menjadi jenderal petarung lalu berevolusi ke raja petarung nah untuk tinggkat tak terkalahkannya adalah dewa petarung"
"Untuk pelatihan dasar sampai petarung menengah ke tinggi di bagi menjadi sumonir tinggkat tiga, di setiap tinggkatan mereka akan semakin kuat lalu untuk guru petarung ada 5 tinggkatan dan selanjutnya jenderal petarung ada 7 tingkatan dan untuk raja petarung ada 10 tingkatan lalu untuk dewa petarung menjadi 12 tingkatan"
"Sama dengan yang aku jelaskan tadi Alcemisnya juga begitu mereka memiliki tinggkatan yang sama dengan tinggkatan para petarung untuk membuat resep pil itu sesuai level dan tinggatan mereka semakin tinggi maka pil yang mereka buat akan semakin bagus"
"Untuk melindung diri mereka ada satu elemen khusus untuk mereka yang akan mereka gunakan untuk bertarung setiap orang maksimal memiliki 1-2 elemen saja untuk menyeimbangkan" jelas Medeia panjang lebar.
"Ide yang bagus ceo muda kami setuju atas ide anda" ujar mereka serempak.
"Baik rapat kali ini selesai selamat menikmati hidangan di restoran ini Eva kau juga nikmatilah" ujar Medeia memperailahkan.
"Baik ceo muda"
Medeia pun keluar ruangan menuju ke ruangan makan pegawai ia tidak mau tau ia hanya ingin melihat wajah pengikutnya senang maka itu akan membuat dirinya ikut senang.
Berlanjutttt....
...~~~...
Setelah selesai rapat Medeia masih harus menyiapkan diri untuk acara keluarga Bintara yah walaupun begitu Medeia masih memiliki banyak waktu luang jika ia mau untuk bersantai.
Setelah selesai bersiap siap Medeia berangkat ke pesta yang berada di gedung Elentaria yang satu satunya gedung termewah di indonesia.
Kedatangan Medeia disambut dengan wartawan yang mengelilinginya untung saja ia membawa banyak penjaga untuk membukakannya jalan.
"Ceo muda apa anda benar benar membantu perusahaan P.E intertaimen? "
"Mengapa anda membantunya? "
"Apakah anda memiliki hubungan? "
"Semuanya mohon mundur anda menghalangi jalan ceo muda kami" tegas Eva yang menatap tajam kearah mereka.
"Nanti saja aku jelaskan, untuk saat ini aku harus melakukan bisnisku kalau kalian masih bersikeras jangan salahkan aku jika para pengawalku bersikap kasar" ujar Medeia memperingati.
Seketika seluruh wartawan bungkam mereka memberi jalan sambil mengambil foto Medeia berjalan masuk ke dalam gedung.
"Benar benar merepotkan, mereka ini mencari berita tanpa memikirkan perasaan yang bersangkutan" kesal Medeia.
"Maklumi saja nona" ujar Eva menenangkan.
Medeia duduk bersantai sambil menikmati winenya dengan tenang hingga tamu penting itupun datang.
"Maaf saya terlambat nona Medeia" ujar Gerry sopan selaku presedir perusahaan keluarga Anggara.
"Aku harap perusahaanmu bisa berkembang pesat dari biasanya melalui bantuan dari perusahaan kami" ujar Medeia.
"Kami akan berusaha untuk itu" ujar Gerry.
"Wah ternyata dia yah ceo perusahaan royal intertaiment? wah nona muda yang berkharismatik pantas saja ia begitu terkenal"
"Istri idaman sudah cantik, kaya, berkharisma, di tambah kecerdasannya dalam memimpin perusahaan itu sungguh luar biasa"
"Kebiasaannya cocok untuk dirinya yang sekarang menjadi ceo termuda di dalam dunia bisnis, sekarang ini saja aku memakai baju produknya benar benar memberikan tekstur lembut dan juga hangat"
Medeia tersenyum ia tidak menyangka mereka semua akan memujinya padahal sebelum itu dia hanya anak yang tidak bermaksud menjadi ceo jika bukan dari paksaan keluarganya.
Hanya dengan ide dan caranya ayahnya menyetujuinya menjadi ceo muda, haish soal perjuangan sama sekali tidak ada ia hanya duduk santai dan melempar semua tugasnya pada sekretarisnya terkecuali dokumen yang memang harus dirinya yang tangani.
"Kapan ceo utama akan datang memberi penyambutan? "tanya Medeia kebosanan.
"Itu saya sendiri kebetulan ayah saya sedang mengalami keterhalangan jadi saya yang akan mengambil alih" ujar Gerry menuangkan wine di gelasnya.
"Cepatlah mereka sepertinya sudah tidak sabaran" ujar Medeia mewakili dirinya sendiri.
"Hahahaha baik nona muda"
Gerry pun berjalan ke arah panggung lalu mengambil mic, semua tamu undangan sedang memperhatikan pidato dari Gerry sedangkan Medeia tidak menggubrisnya toh dia juga yang membantunya kalau keberatan tinggal batalkan saja kontrak kerja samanya itupun kalau dia berani.
"Orang yang telah membantu perusahaan kami dalam masa kritisnya adalah perusahaan royal intertaiment ceo muda nona Medeia Anggelia Calista" sambut Gerry yang di meriahi dengan tepuk tangan oleh para hadirin.
"Tidak perlu sungkan aku membantunya karena aku melihat perusahaannya sama sekali tidak merugikan melainkan menguntungkan untuk perusahaan "ujar Medeia terlihat mengantuk.
"Apa anda ingin mengatakan sebuah pesan?" ujar Gerry sopan dan ramah.
"Sama sekali tidak ada, untuk menghemat waktu kita mulai pestanya" ujar Medeia mengibaskan tangannya malas.
Pestapun di mulai dengan musik yang membuat mereka terhanyut ke dalam alunan musik terkecuali Medeia ia mulai merasa ada sesuatu yang aneh dengannya.
Eva yang menyadari perubahan ekspresi Medeia pun tersenyum.
"Nona saya ingin memeriksa jadwal anda"ujar Eva pamit.
"Cepatlah kembali" ujar Medeia masih kebingungan dengan dirinya sendiri.
"Baik nona muda" ujar Eva yang keluar.
Sesampainya di tempat yang sunyi ia segera menghubungi seseorang.
"Bagaimana? Apakah sudah mulai beraksi? "ujar suara di seberang sana.
"Ya tidak lama lagi, apa aku juga harus memberi tahunya soal diriku? "ujar Eva memastikan.
"Bagus lakukan apa pun yang kau bisa di sana setelah bulan purnama sempurna maka kami akan datang untuk menjemputnya"
"Baik, saya undur diri tuan" ujar Eva mematikan telfon secara sepihak.
Di sisi lain Medeia sudah berkeringat dingin ia mulai merasakan ke anehan yang membuatnya merasakan sakit di sekujur tubuhnya.
"Nona sudah waktunya untuk beristirahat" ujar Eva memasang wajah khawatirnya.
"Tunggu pestanya masih belum sampai ke pembahasan inti" ujar Gerry menahan.
"Kami masih ada urusan mendesak anda sebaiknya mewakili kami saja" ujar Eva menghalangi.
"Baiklah semoga selamat sampai tujuan" ujar Gerry.
"Tentu" balas Eva yang membawa Medeia keluar dari gedung.
Setelah sampai di mobil ia membuat ilusi kepada pengawal dan sopir seperti mereka menjalankan tugas mereka lalu Eva pun mengambil alih tugas sopir.
"E-Eva apa yang terjadi? "ujar Medeia kebingungan.
"Bertahanlah nona muda, saya akan membawa anda ke suatu tempat yang jauh dari kawasan manusia ini" ujar Eva menaikkan kecepatan mobil.
Tidak lama akhirnya mereka sampai di hutang kawasan rubah ia memapah Medeia masuk untunglah mereka datang tepat waktu.
"Argh ada apa ini?"
"Roarrrrrrrrr"
Suara ini mengetarkan seluruh kawasan rubah, rubah lainnya pun setelah mendengarnya seketika datang ke area di mana Medeia berada.
Sinar bulan purnama pun menyinari Medeia yang membuatnya berubah ke wujud aslinya, Eva yang melihatnya ikut senang atas keberhasilan Medeia.
"Eh aku kok berubah menjadi rubah? Apa apaan ini aku punya ekor sembilan? bukan kah ini hanya mitos saja? sejak kapan rubah ada di indonesia? "ujar Medeia kesal dan juga bingung.
"Argh Eva, di mana Eva? "lanjut Medeia.
"Di sini nona" ujar Eva mengubah wujud manusianya ke wujud rubah.
"Kau? ya ampun lucunya hahahaha, tunggu sampai kapan kau akan begini dan juga jelaskan mengapa aku juga ikut ikutan? Pokoknya jelaskan semuanya sampai aku tidak memiliki pertanyaan lagi" ujar Medeia entah bersemangat atau terlalu kesenangan.
"Anda adalah ratu dari klan Toushan kami ratu gumiho kami yang mulia Toushan Kokoshin yang tertidur selama ribuan tahun sekarang anda terbangun sebagai seorang manusia bernama Medeia"
"Aku akan memulihkan ingatan anda yang mulia tunggu tetua datang untuk membantu jika aku seorang yang melakukannya jujur saja kekuatan anda terlalu kuat untuk saya" ujar Eva menundukkan kepalanya.
"Bisakah kau mengubahku menjadi manusia wujud ini terlalu besar, sekali melangkah rubah lainnya bisa bisa mati karena terinjak" ujar Medeia terus berdiri tidak berani bergerak barang seincipun.
"Tidak bisa anda terlalu kuat, kekuatan saya jika di bandingkan dengan anda sepersen kekuatan anda juga belum cukup untuk menyatakan kekuatan maksimal saya" ujar Eva.
"Haish apa mereka mengerti bahasaku? "ujar Medeia menunjuk para rubah dengan salah satu ekornya.
Whusssshhhh~~~~
"Baru sekali hempasan ekorku kalian sudah tidak bisa menahan anginnya?"ujar Medeia, matanya berkedut melihat para rubah yang berterbangan.
"Karena itulah saya mengatakannya tadi, di mata anda kami hanya seperti debu jika anda tiup musnahlah kami" ujar Eva merinding.
"Puft hahaha lucu sangat lucu, kau yang dingin ternyata hahaha bisa takut juga? hihihi" tawa Medeia.
"Begitulah ratu, soal yang tadi mereka semua mengerti apa yang anda katakan" ujar Eva memasang wajah dinginnya.
"Kalian mundurlah kakiku sudah pegal, aku mau duduk dan kalian jangan terus terusan menunduk sepeti itu" kesal Medeia.
"Baik ratu" ujar mereka serempak.
Setelah menunggu sejam lebih akhirnya tetua klan Taushan pun datang.
"M-maaf atas keterlambatan kami ratu kami akan segera mengembalikan ingatan anda" ujar tetua itu menunduk setelah melihat Medeia.
Semua yang mengikutinya tiba tiba meraum keras lalu berubah ke wujud manusia mereka. Mereka mengeluarkan kekuatan mereka untuk mengembalikan ingatan Medeia yang sudah lama terkubur.
"Huh.... jadi begitu yah Eva bagaimana kau akan menjelaskan sisanya? "dingin Medeia.
"Saya mengambil roh wanita remaja yang memiliki kecerdasan mendekati kecerdasan ratu saya menggunakan ilmu sihir saya agar dia bisa bertahan lama meski beribu ribu tahun pun akan awet sekarang dia telah siuman ia berusaha beradaptasi dengan lingkungan" ujar Eva.
"Mereka berani juga membohongiku setelah urusan di dunia manusia selesai maka akan aku urus klan serigala perak itu"ujar Medeia yang bernamakan asli Kokoshin.
"Seingatku sebelum tertidur aku melihat ketua serigala perak mencuri Yanshin sampai sekarang dia belum mengembalikannya kah? "ujar Medeia menyipitkan matanya.
"B-belum" ujar tetua klan bergetar.
"Sialan!!! "kesal Medeia ia mengertakan giginya mereka masih belum kapok ternyata.
"Tunanganku juga ternyata dia bukan dari klan kita? heh, sepertinya dia cukup kuat untuk menyembunyikan indentisnya padahal aku sudah mencintainnya begitu tulus. Ck, menarik"
"Untuk saat ini aku masih harus mengandalkan kalian soal klan kita di sana aku masih harus mengurus hal hal yang masih berantakan di dunia manusia ini"ujar Medeia berubah ke wujud manusianya.
"Baik yang mulia kembali lah secepat mungkin saya harap anda secepatnya memerintah Toushan dan yah selama ini manusia juga sudah menyakiti rubah yang ada di dunia manusia ini" lapor tetua.
"Tenanglah"
Medeia mengayunkan tangannya kepada seluruh rubah yang masih bersujud untuknya.
"Setelah ia terkena butiran tujuh warna mereka akan selalu dalam perlindunganku jadi tidak perlu khawatir lagi" ujar Medeia menenangkan.
"Ini adalah bayangan asliku semua pemikiran sama dia akan mengurus permasalahan di dunia manusia layaknya aku dan juga ini adalah bayangan wujudmu Eva kau tinggal menyentuhnya maka ia akan mengerti pemikiranmu"ujar Medeia.
"Baik yang mulia ratu" Eva menyentuh bagian jidatnya dan tiba tiba mencullah secerca cahaya.
Setelah selesai Medeia membuka kan portal dengan menggunakan pemikiran dari Eva agar mereka sampai di posisi yang tepat.
Tidak makan waktu lama setelah Medeia membuka matanya mereka sudah sampai di mana seharusnya ia berada.
"Selamat datang ratu "sambut para masyarakat Taushan.
"Senang kembali ke sini, kalian adalah keluargaku selama aku tidak ada di sini kalian menerima penindasan dari klan serigala perak itu bahkan mereka memporak porandakkan wilayah kekuasaanku"
Medeia mengangkat tangannya menyebarkan kekuatannya ke seluruh wilayah kekuasaannya matanya bersinar terang dalam sekejab semua luka pengikutnya sembuh, ia juga membangun kembali rumah untuk pengikutnya yang sudah hancur.
Mereka sangat senang, dengan adanya ratu mereka tidak akan di tindas lagi oleh klan serigala perak.
"Akhirnya, terima kasih ratu berkat anda kami kembali merasakan kehidupan"
"Semoga ratu selalu di beri kemenangan" ujar mereka serempak.
"Kalian istirahatlah esok hari kalian kembali lah ke aktivitas kalian masing masing" perintah Medeia.
Setelah memberi perintah Medeia kembali ke ruang kekuasaanya dengan singasananya, ia mengubahnya menjadi kursi yang berhawakan kendinginan yang tidak bisa mereka tahan.
"Ini baru singasanaku"senang Medeia.
"R-ratu brrrr i ini terlalu dingin u-untuk kami" ujar Eva menggigil kedinginan.
"Kalian bisa masuk ke sini jika kalian memiliki hati yang baik tanpa ada niat buruk untuk ku" ujar Medeia.
Mereka menyadarinya tapi anehnya Eva sama sekali berpengaruh pada suhunya.
"M-mengapa aku brrrr merasakan din- dingin? "ujar Eva kebingungan.
"Hehehe aku sengaja tidak mengaitkanmu dengan mereka bertahanlah sebisa mungkin Eva buktikan kalau kau rela berkorban untuk klan Taushan" ujar Medeia tersenyum.
Eva hanya terdiam sepertinya dia sudah melakukan kesalahan hingga membuat Medeia marah dan menghukumnya.
"Sudah mengerti? "Ujar Medeia.
"Saya mengerti yang muli, sa-saya yang salah" ujar Eva ketakutan.
"Heh, dalam peperangan itu kau seharusnya menjalankan tugas mu dengan baik bukannya menolongku"
Amarah Medeia meledak ia menatap tajam ke arah Eva dengan tekanan besar yang membuat Eva tidak dapat menahannya.
"Ugh"
"Yang mulia dia mengikuti anda selama bertahun tahun dan merelakan nyawanya untuk anda beri dia pengampunan yang mulia" ujar tetua klan memohon.
Medeia menatap kesak ke arah mereka semua ia sangat ingin menghancurkannya baik itu jiwa maupun tubuhnya, ingin ia hancurkan berberkeping keping.
"Kali ini kau selamat Evania jika kau masih berani melanggar tugas maka kepalamu akan terpisah dari tubuhmu itupun masih ada keringanan untukmu jika kau membangkitkan amarahku maka roh dan tubuhmu akan hancur dan tidak dapat bereinkarnasi lagi" ujar Medeia menghentikan hawa dingin dan tekanannya.
"Ugh uhuk uhuk t-terima kasih yang m-mulia" ujar Eva bersujud.
"Keluar jika tidak ada yang penting jagan masuk menemuiku" perintah Medeia.
Pikirannya kacau, ada rasa benci terhadap manusia dan juga para serigala di sisi lain serigala perak perunggu malah semakin merajalela untuk menyerang sekte klan Toushan.
Yang di mana ada masalah baru yaitu manusia yang memiliki keturunan darah biru murni memasuki kawasan yokai berniat membasmi seluruh yokai yang ada.
Saat ini Medeia hanya berfokus untuk memperluas wilayah kekuasaannya soal lainnya ia akan mengurusnya saat keterakhir untuk saa ini keberadaannya masih belum di ketahui oleh sekte lainnya.
"Yang mulia ratu ada seorang yokai dari klan berwujud ular yang memasuki wilayah kekuasaan kita dan mereka menyebarkan racun di seluruh sekte ini banyak rubah yang berjatuhan" lapor Eva.
"Daerah gunung ini hanya bisa kita masuki saja kenapa yokai berbentuk burung sialan itu melenceng dari tugasnya? "kesal Medeia.
"Dewa pegunungan sepertinya tidak ingin ikut campur dalam hal ini jadi jangan salah kan aku jika tindakan ku agak sadis" ujar Medeia berdiri dan berjalan keluar di ikut Eva di belakang.
Medeia mendeteksi keberadaan siluman ular menggunakan kekuatan yang sudah ia tanam di bagunan yang tadi ia buat tidak memakan waktu lama ia sudah menemukan lokasinya.
"Berani mengacau di daerah kekuasaanku pada malam hari begini agar kau lebih leluasa bertindak semaumu?"
"Memangnya kekuatan kalian sebesar apa heh jika kau menyakiti kami maka ratu kami akan menghancurkan sekte kalian dalam sekali tebasan ekornya sssst" ujar siluman ular itu.
"Oh tapi kau lupa ini adalah wilayah kekuasaanku aku ingin berbuat apa pun tidak akan ada yang mampu menghentikanku"
Medeia keluar dari kegelapan malam dengan sinar mata yang membuat ular itu terpaku melihat siapa yang datang.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!