Prang!
Suara pecahan kaca terdengar. Tidak terlihat apapun, dunianya menjadi gelap. Bahkan Titania, tunangannya memutuskan hubungan, akibat kondisi Candra Firgon saat ini.
"Lebih baik aku mati saja?" Teriak Candra yang mengalami kebutaan akibat kecelakaan. Meraba-raba area sekitar mencari benda tajam.
Sedangkan seseorang dengan setelan jas rapi menunjukkan senyuman kariernya. Majikannya sudah gila akibat putus cinta, itulah yang ada dalam benak Petter (Asisten Candra), seseorang yang bertugas mengurus semua aset yang ditinggalkan mendiang orang tuanya.
"Tuan muda mau bunuh diri?" Tanya Petter, dijawab dengan anggukan kepala oleh Candra.
"Carikan aku pisau yang tajam!" Ucap sang pianis kaya, diiringi isak tangis.
Sedangkan Petter memijit pelipisnya sendiri."Kalau bunuh diri masuk neraka."
"Tidak peduli! Hidupku, karierku, bahkan Titania pergi meninggalkanku..." Gumamnya benar-benar terdengar lebay bagi seorang Petter.
"Wanita bisa dicari, tuan muda. Untuk karir anda sudah kaya. Lagipula, kebutaan anda hanya sementara. Setelah menemukan donor kornea, maka semuanya akan teratasi." Kalimat dari Petter berusaha tersenyum.
"Kamu tidak mengalaminya! Kamu tidak akan mengerti!" Tuan mudanya kembali menangis meraung-raung bagaikan anak kecil.
Petter menghela napas kasar."Lalu apa yang membuat anda ingin bunuh diri?" Tanyanya mencari solusi.
"Titania...dia meninggalkanku." Masih saja Candra menangis, meraba-raba mencari senjata untuk bunuh diri.
"Jadi jika anda memiliki pasangan anda tidak akan bunuh diri?" Tanya Petter, dijawab dengan anggukan kepala penuh keyakinan oleh Candra.
"Baik! Sebagai jin Aladin yang mengabdi karena uang saya akan mengabulkannya. Seperti apa tipe wanita anda?" Petter kembali bertanya.
"Cantik, aku ingin dia secantik Titania. Aku ingin wanita yang cerdas. Dia juga harus setia bersedia menemaniku, walaupun aku buta. Dia tidak boleh mata-mata dari perusahaan lain. Tidak boleh matre---" Kalimat Candra disela.
Petter berusaha tersenyum, benar-benar berusaha keras tersenyum."Tapi Titania matre dan tidak setia."
"Karena itu aku ingin yang tidak matre dan setia!" Bentak Candra tidak ingin dibantah.
"Baik..." Petter menghela napas menatap ke arah catatannya tentang tipe wanita idaman tuan mudanya.
Dimana mencari wanita seperti ini? Di planet mars!? Mungkin itulah yang ada dibenaknya.
"Satu lagi! Kamu harus membawa satu kandidat. Dan itu harus langsung cocok. Karena aku tidak mau malu karena membuat semacam sayembara atau kompetisi."
Jedar!
Kalimat terakhir membuat sang jin Aladin, eh salah sang asisten menjatuhkan buku kriteria yang dibawa tuannya. Gila! Bagaimana caranya mencari pasangan langsung cocok.
"Ji...jika gagal?" Tanya Petter gugup.
"Aku lebih baik mati saja, karena tidak memiliki teman hidup!" Candra menarik selimut. Memasukkan dirinya.
Sedangkan Petter merasa dunianya runtuh. Bagaimana tidak, jika tuan mudanya mati, maka dirinya akan kehilangan pekerjaan. Mana ada yang akan mempekerjakan lulusan SMU dengan gaji tinggi, walau secerdas apapun.
Ditambah lagi, dirinya tengah mencicil rumah dan mobil. Belum lagi biaya kuliah adiknya, cicilan emas ibunya, ayahnya yang baru membeli lahan dikampung mengirimkan pesan agar dirinya mengirim uang untuk membeli pupuk.
Gila! Candra yang kekanak-kanakan ini tidak boleh mati.
"Saya akan mencari secepatnya."
"Besok bawa wanita itu kemari. Aku ingin mendekatinya perlahan."
Kalimat malu-malu tapi bagaikan hukuman mati untuk Petter.
"Ba...baik. Tapi tuan muda harus tetap hidup."
Asisten yang menutup pintu, kemudian melangkah keluar dengan langkah gontai. Dimana dirinya harus mencari yang sesuai, bahkan kecantikannya harus mengalahkan atau setara dengan Titania.
Hingga dirinya menatap ke arah cermin, wajahnya tersenyum. Hanya sampai orang gila, manja itu dapat melihat kembali.
*
Keesokan harinya, dalam rumah Petter yang dibelinya dengan jalan mencicil.
Orang itu ...kita sebut saja orang, karena saat ini dirinya tengah hanya menggunakan handuk yang menutupi bagian dada hingga pahanya yang indah. Rambut panjangnya yang biasanya tertutup wig kini dibiarkan tergerai.
Petter, itu adalah identitas palsu yang dibuatnya kala melamar pekerjaan sebagai pelayan pria 8 tahun lalu. Hingga dari pelayan statusnya meningkat menjadi asisten pribadi tuan muda Candra. Mendapatkan kepercayaan karena kecerdasannya, walaupun dirinya hanya lulusan SMU.
Nama aslinya? Giovani, kali ini setelah 8 tahun terpaksa harus merias diri menjadi wanita. Hanya agar tuan mudanya tidak bunuh diri akibat patah hati.
Sudah 8 tahun dirinya terbiasa menggunakan suara Petter, kali ini dirinya menggunakan suara Giovani yang centil.
"Ih! Tuan Candra ganteng!" Gumamnya menatap ke arah cermin."Astaga... menjijikkan!" Teriaknya mengumpat pada dirinya sendiri, menutup wajahnya menggunakan tangan.
Tapi sejenak dirinya menggeleng, harus bertahan demi pekerjaan, cicilan, dan paling penting uang. Tugasnya mengembalikan semangat hidup Candra. Hanya sampai menemukan donor kornea, lalu pergi dan menghilang kembali pada identitas Petter.
Giovani memakai riasan, serta minidress wanita yang kemarin dibeli olehnya.
Candra tidak memiliki perusahaan, tapi memiliki cukup banyak saham dan aset bergerak, warisan mendiang ayah Candra.
Tugasnya sebagai Petter hanya mengawasi dan melaporkan serta memberikan tindakan jika terjadi penyimpangan. Mengingat Candra lebih senang hidup bebas sebagai pianis, juga betapa bucin nya tuan muda itu jika sudah jatuh cinta.
Menghela napas kasar, sepatu hak tinggi dikenakan olehnya. Berparas benar-benar bening, dalam artian cantik dalam level maximal.
Beberapa rencana disusun oleh Giovani. Yang pertama, selama menjadi kekasih dirinya harus menjauhkan Candra dari keramaian. Menghindari lebih banyak orang yang mengetahui tentang wajah Giovani.
Yang kedua, setelah Candra bisa melihat kembali dirinya harus segera menghilang. Kemudian kembali pada identitasnya sebagai Petter, asisten profesional bak jin Aladin.
"Ok! Saatnya berangkat..." Ucap Giovani meninggalkan rumah yang cicilannya sama dengan cicilan mobilnya, akan lunas dalam waktu setahun lagi.
Mesin mobil dinyalakan oleh sang wanita cantik rupawan. Menuju rumah sakit tempat tuan muda Candra yang kaya dan manja tinggal.
Mata semua orang tertuju padanya kala turun dari mobil. Bagaimana tidak sebagai Petter benar-benar terlihat tenang dan menawan. Tapi sebagai Giovani bak dewi yang kebetulan nyasar ke bumi.
Bahkan salah seorang dokter yang masih memakai pakaian operasi ingin melangkah mendekatinya.
Ada juga seorang cleaning service yang membawa air pel, tertegun akan pesonanya. Hingga bertabrakan dengan sang dokter bedah. Air pel melayang membasahi sang dokter dan cleaning service, yang terjatuh.
Gadis cantik itu hanya tersenyum sambil mengedipkan sebelah matanya.
Hingga menghela napas kasar, telah sampai pada ruangan tempat Candra berada.
Tok!
Tok!
Tok!
"Masuk!" Suara Candra terdengar dari dalam sana tepat pada setelah dirinya mengetuk pintu.
"Siapa?" Tanya Candra, bangkit, membawa tongkat meraba-raba area sekiranya. Mengingat dirinya yang mengalami kebutaan saat ini.
Dirinya mulai mendekat, memegang lengan Candra membimbingnya untuk duduk."Perkenalkan namaku Giovani, gadis yang dikirimkan Petter untuk bertemu dengan tuan muda tampan..." Ucapnya mengeluarkan suara asli, tidak seperti suara Petter yang merupakan suara bariton dibuat-buat.
"A ...aku Candra. Omong-ngomong dimana Petter?" Tanyanya.
"Dia sedang pergi ke luar kota, ada masalah di salah satu tempat tuan muda berinvestasi. Tapi itu bagus bukan? Jika berdua kita dapat saling mengenal dengan baik..." Giovani tersenyum benar-benar berusaha tersenyum.
"A...aku ingin mengenalmu lebih dekat." Candra memegang jemari tangan Giovani.
Sedangkan Giovani mengerutkan keningnya berusaha bertahan."Dasar sialan! Baru ketemu sudah pegang-pegang!" Batinnya, tidak menyadari dirinya juga memegang lengan Candra.
"A...aku juga, tapi aku tipikal orang pemalu yang tidak suka keramaian. Bagaimana jika kamu melakukan perawatan di rumah."
"Kita bisa tinggal di villa dekat danau."
"Kenapa kamu begitu mempercayaiku?" Tanya Giovani tidak mengerti.
"Karena Petter adalah satu-satunya orang yang aku percayai. Dia hanya akan memperkenalkanku pada orang baik." Keyakinan sang tuan muda buta, membuat hati sang jin Aladin terhentak. Dirinya membohongi tuan muda yang begitu percaya padanya.
"Jangan pegang-pegang!" Pekik Giovani, dengan suara wanita manja.
Apa yang sebenarnya terjadi? Segalanya dimulai dari 10 tahun lalu. Giovani, atau biasa dipanggil Ani, merupakan gadis desa yang memiliki sedikit darah Belanda dari kakek buyutnya yang katanya merupakan serdadu VOC.
Itu baru katanya, karena asal usul keluarganya sedikit membingungkan. Mengingat mereka dari generasi ke generasi sudah berpindah-pindah tempat.
Keluarganya tidak memiliki warisan sama sekali. Hanya rumah kecil reot satu-satunya harta mereka. Ayahnya yang sedikit memiliki wajah bule, menjadi petani penggarap dengan sistem bagi hasil. Jadi gagal panen, maka gagal makan.
Ibunya yang merupakan kembang desa dimasa mudanya, hanya dapat menjadi pembuat keranjang anyaman bambu.
Hanya Ani yang baru saja lulus SMU harapan mereka. Mengingat sang adik yang baru berusia 10 tahun.
Merantau ke kota dengan ijazah SMU! Itulah semangat hidup seorang Ani untuk mengumpulkan uang.
Tapi ternyata ibu kota lebih kejam daripada ibu tiri. Dirinya pernah bekerja sebagai kuli angkut, karena mencari pekerjaan tidak semudah terlihat. Pernah juga hampir menjadi korban pelecehan, hingga dirinya mulai belajar beladiri.
Gadis cantik dari desa, berubah menjadi jagoan yang sudah mengetahui kerasnya hidup. Karena sekali lagi, ibu kota lebih kejam daripada ibu tiri.
2 tahun dirinya hidup bak pecundang. Kala melihat lowongan sebagai pelayan pria, dirinya ingin hidup sebagai superhero.
Berbekal ijazah SMU dan identitas palsu buatan mahasiswa IT, di sebelah tempatnya kos. Dirinya melamar menjadi pelayan pria, lebih tepatnya pelayan pribadi tuan muda manja bernama Candra Firgon.
Tidak disangka bukan, dirinya dapat lolos seleksi ketat? Hingga pada akhirnya memperkenalkan diri.
"Perkenalkan nama saya Petter, mulai hari ini saya akan menjadi pelayan pribadi tuan muda." Ucap Giovani, memakai rambut palsu dan bagian dada dibalut, menggunakan setelan jas yang dibelinya dari pasar loak.
"Petter, menurutmu untuk menemui pacarku Titania, setelan jas mana yang cocok?" Tanyanya.
"Gunakan warna natural. Seperti coklat atau biru Dongker. Jika menemuinya dengan warna hitam, dia akan cepat bosan." Ucap Giovani yang sekarang berstatus sebagai Petter.
"Aku akan mendengar saranmu! Oh iya! Ayahku memberi tugas untuk mengelola salah satu restaurannya! Aku percayakan padamu!" Ucap pemuda tengil itu dengan otak yang terlalu santai.
"Tapi ini ada bayaran tambahannya." Petter tersenyum.
"Tentu saja! Kerjakan dengan baik!" Candra menepuk pundak Petter, memberikan 5 lembar uang ratusan ribu.
Ini gila! Mulai saat itu Petter berjanji demi perdamaian dunia dan uang, dirinya akan menjadi jin Aladin bagi Candra.
"Terimakasih tuan muda." Kalimat kaku dengan suara bariton yang dibuat-buat.
*
Dua tahun sudah dirinya bekerja menjadi pelayan pribadi. Hingga pada tahun kedua dirinya bekerja, Jim Firgon (ayah Candra) meninggal. Sedangkan Isabella (ibu Candra) menikah lagi setelahnya.
Kala itu adalah saat-saat terburuk dalam hidup Candra. Hanya Petter yang selalu ada dan dapat diandalkan olehnya. Mulai hari itu Candra memutuskan untuk segala hal dalam hidupnya bergantung pada Petter.
Lima tahun berlalu sejak status Petter naik dari pelayan pribadi menjadi asisten.
Seseorang yang jeli dalam berinvestasi, begitulah Petter terkenal dalam dunia bisnis. Pria kurus berkacamata yang terlihat kejam, selalu berada di belakang Candra. Itulah Petter di mata semua orang.
Sedangkan Candra? Begitu sibuk memenuhi keinginan Titania. Serta menjalankan hobinya sebagai pianis terkenal.
Hingga pada akhirnya kecelakaan terjadi karena Titania yang mengemudikan mobil dalam keadaan emosi. Akibat merengek ingin dibelikan mobil keluaran terbaru.
Kecelakaan yang menyebabkan penglihatan Candra terganggu.
*
Saat ini.
"Sialan!" Batin Giovani, kala Candra ingin disuapi olehnya.
"Giovani..." Panggil Candra.
"Iya sayang..." Ucap gadis itu dengan suara manja.
"Apa kamu tidak apa-apa jika aku buta?" Tanya Candra.
"Tentu saja, aku akan menerimamu apa adanya." Jawab gadis itu, menyuapi potongan buah apel.
"Petter memang selalu dapat diandalkan ya? Omong-ngomong bagaimana Petter dapat bertemu denganmu?" Tanya Candra penasaran.
"Kami teman lama. Kebetulan aku tidak punya pacar. Jadi dia ingin memperkenalkanku denganmu." Jawab Giovani berbohong tanpa berkedip.
"Oh... maaf...aku sedikit gugup pada pertemuan pertama. Maaf juga aku bertemu denganmu dalam keadaan buta. A...aku akan segera dapat melihat." Candra tertunduk gugup.
Sedangkan Giovani memutar bola matanya malas. Sebagai Petter dirinya selalu ditindas, tapi sebagai Giovani, Candra malah tersipu-sipu malu.
"Iya... tidak apa-apa sayang. Kita pendekatan pelan-pelan saja." Tangan Giovani masih dielus-elus Candra. Bak mengelus-elus lampu jin Aladin.
"Aku akan menghubungi Petter, agar mengantarmu berbelanja. Kamu dapat membeli perhiasan, mobil keluaran terbaru, dan pakaian. Kita akan segera menikah. Karena aku dengar-dengar Titania juga akan menikah dengan pacar barunya." Kalimat terus terang dari Candra terhadap wanita yang mungkin baru pertama kali ditemuinya.
Polos? Sifat polos adalah dosa sejati. Untung saja kaya! Mungkin itulah yang ada di benak Giovani berusaha tersenyum.
"Tidak boleh begitu. Kita harus saling mengenal dulu. Besok kamu akan keluar dari rumah sakit bukan. Aku akan ikut mengantarmu." Ucap Giovani pelan.
"Kamu bilang kita harus saling mengenal bukan, baru dapat menikah?" Tanya Candra.
"Iya." Dengan cepat Giovani menjawab. Setidaknya sampai Candra bisa melihat, dirinya akan berpura-pura seperti ini.
"Jika begitu kita tinggal di villa milikku ya? Sambil menunggu donor."
Jeder!
Bagaikan sambaran petir untuk ke sekian kalinya. Pria ini ingin tinggal bersamanya?
"Dasar majikan mesum! Gila! Setan!" Teriak Giovani dalam hatinya.
Tapi tidak! Itu bagus juga, karena dirinya tidak perlu bulak balik memakai pakaian wanita. Semakin sedikit orang yang tau tentang Giovani, semakin sulit Candra untuk menemukannya nanti.
"Lalu bagaimana dengan pekerjaanmu?" Tanya Giovani pelan.
"Aku akan membayar lebih pada Petter untuk kerja lembur." Jawaban dari Candra.
"Yes! Yes! Yes!" Giovani berucap dengan suara kecil, sembari bergoyang-goyang tidak jelas. Mengingat bonus dari Candra.
"Ka...kamu sedang apa?" Tanya Candra meraba-raba area sekitar. Menyadari Giovani bangkit dari tempatnya duduk.
Brak!
Candra terjatuh dari tempat tidurnya."Aku terlihat menyedihkan ya?" gumam Candra terduduk di lantai kecewa pada dirinya sendiri.
"Tidak! Seorang Candra tidak akan pernah terlihat menyedihkan." Giovani ikut berlutut di lantai memegang jemari tangannya.
"Maaf... sebenarnya aku merengek ingin memiliki pasangan pada Petter karena Titania akan segera menikah. A...aku tidak dapat terima, itu melukai harga diriku, 9 tahun kami menjadi kekasih. Tapi tiba-tiba menikah dengan pria lain..." Air mata Candra mengalir, menggenggam erat tangan Giovani dalam keputusasaan.
"A...aku berjanji akan belajar mencintaimu. Tidak akan pernah memikirkan wanita lain lagi. Ja... jadi suatu saat jika hatimu luluh menikahlah denganku." Pinta seorang pria buta yang putus asa.
Mungkin bagaikan seluruh dunianya hancur. Ayah yang sudah meninggal, pacar yang dimanjakannya selama 9 tahun berselingkuh. Bahkan ketika dirinya buta menikahi pria lain.
"Lebay! Begitu saja menangis... pernah punya hutang 100.000 di warung tidak bisa bayar!? Pernah tidak kamu berbagi sepiring nasi berempat, cuma dengan lauk garam." Batin Giovani, tersenyum karier.
Perlahan dirinya memeluk Candra."Aku akan menemanimu."
"Aku berjanji akan mudah bagiku untuk mencintaimu. Tapi setelah mencintaimu, seumur hidupku hanya akan ada kamu..." Kalimat putus asa mengingat kondisinya saat ini.
Mungkin inilah awal, bagaimana mengerikannya Candra mencari istrinya yang diduga kabur dengan pria lain nantinya.
"Ya...ya...ya...aku akan mencintaimu juga." Bisik Giovani.
"Tapi bohong!" Batin sang gadis tengil.
Tidak begitu dekat dengan Candra, hanya menjadi jin Aladin yang mengabulkan semua keinginannya. Tentunya asalkan ada uang.
Ada alasan tersendiri mengapa Candra ingin memiliki kekasih. Besok adalah acara pernikahan Titania, sekaligus hari dirinya dapat keluar dari rumah sakit.
Meraba-raba area sekiranya, hanya ada seorang perawat yang bergantian menjaganya. Mengingat betapa sibuknya Petter. Saudara, asisten, sekaligus sahabat, mungkin itulah arti Petter baginya.
"Hu... hubungi Petter." Ucapnya mengingat pertemuannya dengan Giovani pagi ini. Walaupun hanya 3 jam, tapi dirinya merasa begitu cocok.
Sang perawat, yang memang diatur Petter untuk menjaga majikannya mulai menghubungi sang asisten.
Wajah Candra tersenyum, dirinya begitu tertarik dengan sosok Giovani.
"Halo Petter!" Ucap Candra mengetahui panggilannya telah tersambung.
"Ada apa tuan muda?" Tanya seseorang di seberang sana, dengan suara bariton yang dibuat-buat.
"A...aku rasa, aku tertarik pada Giovani. Boleh aku membawanya ke pesta pernikahan Titania?" Candra menjeda kalimatnya sejenak, menghela napas kasar. Seperti ragu untuk berucap."Aku takut dia mengira, aku menganggapnya sebagai pelampiasan saja. Karena patah hati, pada Titania."
"Dia memang hanya pelampiasan saja bukan? Anda hanya tidak terima, begitu memutuskan hubungan. Titania menikah---" Kalimat Petter yang bagaikan jaksa penuntut umum disela.
"Siapa bilang! A... awalnya memang begitu, tapi siapa tau, aku akan mulai menyukainya. Ta...tapi dia benar-benar cantik bukan?" Tanya Candra pada Petter yang berada jauh di seberang sana.
Sementara Petter yang kini berada di dalam gedung apartemen tempat tuannya akan membeli beberapa unit menghentikan langkahnya. Menatap ke arah cermin yang kebetulan berada di lorong.
"Tentu saja cantik. Aku tidak mungkin salah pilih." Jawab Petter, memperhatikan wajahnya sendiri. Sebagai Petter ganteng maksimal, sebagai Giovani cantik bak model.
"Aku percaya dengan pilihanmu. Aku lupa! Tolong pesankan buket mawar merah untuk Giovani, harus 100 tangkai. Jangan lupa belikan beberapa tas bermerek untuknya. Gaun dan topeng untuk pesta pernikahan Titania juga." Perintahnya mengingat tema pesta resepsi pernikahan sang mantan, merupakan pesta topeng ala bangsawan Eropa abad pertengahan.
"100 tangkai bunga? Aku rasa Giovani akan lebih senang jika kamu mengirimkan bunga deposito padanya." Petter kembali berjalan menelusuri lorong, masih dengan panggilan terhubung dengan tuannya yang berada di rumah sakit.
"Kamu tau apa!? Itu tidak romantis. Kamu bahkan tidak pernah punya pacar! Tidak punya pengalaman dalam berkencan." Teriak Candra, membuat Petter menjauhkan sedikit telinganya dari handphone.
"Aku punya pacar." Jawab Petter.
"Punya?" Tanya Candra penasaran.
"Uang! Aku jatuh cinta pada uang! Uang adalah pacarku, mati-matian aku berjuang untuk mendapatkannya dan dia tidak pernah mengecewakanku." Kalimat tidak terduga dari Petter.
Tapi hanya helaan napas dari Candra yang terdengar."Omong-ngomong, aku penasaran akan satu hal. 8 tahun kamu bekerja padaku, dua tahun sebagai pelayan dan 6 tahun sebagai asisten. Tapi kamu tidak pernah melakukan korupsi, padahal kamu begitu mencintai uang."
"Aku mencintai uang, tapi aku ingin mendapatkan uang dengan jalan yang benar. Karena yang akan memakan uangku adalah adik, ayah dan ibuku. Jadi... karena aku menjadi jin Aladin yang baik, apa anda akan memberikan tambahan gaji?" Tanya Petter.
"Bonus besar jika aku menikah dengan Giovani." Ucap Candra tertawa kecil. Membuat Petter yang berada jauh di seberang sana melonggarkan dasinya, kesal setengah mati.
Majikannya dikasih hati, tapi malah meminta jantung.
"Aku yakin Giovani tidak ingin berkomitmen sementara waktu ini." Petter berusaha tersenyum.
"Kenapa kamu bisa begitu yakin. Aku akan belajar menyukainya, dia akan belajar menyukaiku. Tahun ini kami akan menikah." Tegas Candra mematikan panggilannya, sepihak.
"Dasar anak manja mesum!" Geram Petter, memasukkan handphone ke sakunya.
"Tuan Petter, ini unit apartemen kami. Kami yakin jika tuan muda Candra membelinya dan disewakan kembali akan laku dalam waktu singkat mengingat letaknya dekat universitas." Ungkap seorang pria dari perusahaan properti.
"Aku beli tiga unit, tapi harganya diturunkan 33% per unitnya."
"Ti... tidak bisa begitu."
"Tentu bisa, karena aku Petter. Terima atau tolak."
Petter melangkah meninggalkan pria dari perusahaan properti. Dan benar saja, dirinya dipanggil kembali."Ba...baik! Tapi penurunan harga hanya 10% per unit."
Mengangkat salah satu alisnya. Dirinya kembali melangkah."13%, A...aku akan bicara pada bosku."
Menghela napas kasar, Petter berbalik, mengeluarkan black card milik Candra. Serta secara langsung menghubungi notaris, hingga Candra hanya tinggal tanda tangan saja nantinya.
Tidak ada yang sadar dibalik citra maskulin dan dingin seorang Petter. Dirinya menerapkan hukum tawar menawar ala kaum emak-emak.
Raut wajah yang datar, walaupun tubuhnya kurus berbalut setelan jas. Aura seorang Alfa mendominasi terlihat, padahal bagian dalamnya secantik bunga Peony.
*
Sedangkan di tempat lain.
Seorang wanita telah usai memasang henna di jemari tangannya. Titania, itulah namanya, menjadi kekasih Candra selama 9 tahun?
Menghela napas kasar, Candra bukanlah tipenya sama sekali. Apa lagi sekarang Candra sudah tidak dapat melihat.
Bagaimana tipe seorang Titania? Ganteng, jago beladiri, dingin, sudah didekati. Dapat dikatakan selama menjalani hubungan dengan Candra, dirinya sering melirik Petter.
Tapi sekali lagi, Petter sulit didekati. Benar-benar sulit, sulit dalam artian, Petter benar-benar sibuk dan dingin. Hanya setia dan mengabdi pada Candra.
Karena itu, dirinya tidak memilih Candra ataupun kembali mendekati Petter.
Sudah 7 tahun dirinya menduakan Candra, menjalin kasih dengan seorang pengusaha resort. Pria yang memang tidak setampan Candra. Tapi bentuk tubuhnya, otot-ototnya benar-benar terlihat menggoda. Terbukti dengan keperkasaannya, merobek keperawanan Titania 7 tahun lalu.
Sedangkan Candra? Hanya sebatas berciuman dan berpegangan tangan. Memang mereka remaja SMU? Mungkin itulah yang ada dalam otak Titania. Kelebihan Candra dimatanya hanya loyal dan rupawan.
"Sayang..." Jordi (calon suami Titania), datang menemuinya.
Wanita yang tersenyum, memeluk calon suaminya.
"Aku ingin..." Bisik Jordi.
"Aku juga..." Titania membalas kalimatnya, hal yang diawali dengan ciuman. Semakin panas hingga membuka baju.
Semakin panas lagi hingga berpeluh-peluh, suhu naik lagi hingga meleleh, entah apa yang meleleh yang pasti endingnya hanya lega yang tersisa.
Satu jam berlalu pasangan yang akan melangsungkan pernikahannya besok ini saling memunggungi sibuk dengan smartphone nya masing-masing.
Hal yang dilakukan Titania? Wanita itu tersenyum membaca pesan dari Petter. Apa Petter cemburu? Itulah anggapannya.
'Besok tuan muda akan menghadiri resepsi pernikahanmu. Aku harap kamu dapat menutup mulut sialmu itu. Dan setelah menikah jangan pernah mengganggu hidup tuan muda lagi.' Itulah isi pesan dari Petter.
"Bilang saja cemburu." Batin Titania tersenyum-senyum sendiri.
Sedangkan Jordi tengah mengirim pesan pada kekasihnya yang lain.
'Aku akan bertanggung jawab. Segera setelah menikahi Titania aku akan menikahimu.'
Benar! Kekasih Jordi yang lain tengah mengandung saat ini. Inilah kehebatan dari pria kuat perkasa bukan?
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!