NovelToon NovelToon

Dia Milikku!

Kepergian Alin

Dikamar dengan pencahayaan redup, seorang pria duduk di samping ranjangnya, menatap cahaya rembulan yang terlihat dari jendala. Hatinya hampa, pikirannya tidak tenang. Alin, pujaan hatinya pergi tanpa ada penjelasan. Sedangkan di luar, seorang wanita paruh baya berjalan tidak tenang menuju kamar putranya.

"Anjar, tolong buka pintu, kita perlu bicara. Mau sampai kapan kau mengabaikan mama?" Mama Hesti, wanita it sudah cukup sabar menghadapi putranya yang masih marah dengannya.

Minggu kemarin dengan tanpa memikirkan perasaan Anjar, wanita itu menyetujui niat temannya yang ingin menjodohkan anak perempuannya dengan Anjar. Pikir Mama Hesti ini bisa jadi solusi bagi Anjar untuk cepat melupakan Alin, wanita yang telah pergi tanpa berkata apa-apa. Sebagai seorang ibu, dia ingin melihat Anjar bahagia, menikah dengan wanita baik dan segera memiliki momongan, mengingat usia Anjar sudah tidak muda lagi. Dengan memaksa, Mama Hesti meminta Anjar setuju dengan perjodohan ini.

Hal ini tentu sangat menyakiti perasaan Anjar, mamanya bukan memberikan solusi tapi malah menambah masalah. Bagi Anjar menikah itu bukan coba-coba, mencoba menerima wanita lain, mencoba belajar membuka hati, mencoba mencintai dan masih banyak lagi. Dia juga tidak mengenal dekat wanita yang dijodohkan dengannya, tidak tahu bagaimana sifat wanita itu, apakah bisa cocok dengannya. Tapi yang pasti, saat pertemuan pertama mereka, Anjar sungguh tidak tertarik padanya.

Ketukan pintu terus mengganggu pikiran Anjar, pria itu memejamkan mata sesaat, mengumpulkan tenaga untuk menghadapi mamanya.

"Masuklah, Ma. Pintu tidak di kunci." Meskipun dia belum mau membicarakan masalah ini tapi untuk terus menghindar sangat tidak mungkin. Dia tidak mau di cap sebagai laki-laki yang tidak tegas atas keinginannya. Semua harus segera diluruskan dan di selesaikan.

"Anjar, Mama tahu kamu sangat mencintai Alin, hubungan kalian juga cukup lama dan keluarga besar juga sudah paham kemana arah hubungan kalian. Tapi, wanita itu sudah pergi meninggalkan kamu, meninggalkan kita semua, tanpa ada penjelasan apapun. Sudah cukup kamu menyiksa diri untuk tetap memikirkannya, saatnya kamu harus bangkit. Lupakan Alin, buka lembaran baru dengan mencoba hubungan dengan Karin. Mama yakin, Karin bisa menjadi pendamping yang baik untukmu, meskipun dia terlihat keras kepala tapi dia gadis yang baik. Dia pasti bisa membantumu semangat kembali dalam menjadi hidup." ujar Mama Hesti dengan nada lembut tapi tegas.

Anjar menghembuskan nafas kasar. "Ma, aku tahu setiap orang tua menginginkan yang terbaik untuk anaknya tapi untuk kali ini maaf, Anjar tidak bisa menuruti keinginan mama. Alin memang pergi tanpa alasan, tapi aku yakin ada sesuatu yang membuatnya seperti itu. Perihal perjodohan dengan Karin, sebaiknya dibatalkan saja. Aku tidak merasa cocok dengan wanita itu. Cara dia berbicara, perlakuannya, sungguh membuatku tidak nyaman. Jadi tolong jangan terus memaksaku. Aku belum siap memulai hubungan baru."

Mama Hesti terdiam, dalam hati bertanya apakah dia terlalu memaksa, terlalu terburu-buru menginginkan Anjar melupakan Alin dan segera menikah. Melihat putra tidak nyaman seperti ini, menolak dengan tegas secara terus menerus bukti bahwa Anjar memang tidak berminat dengan usahanya.

"Mama hanya ingin melihatmu bahagia, tidak terus mengurung diri selepas bekerja, terus memikirkan Alin saja. Hati mama sakit melihatmu seperti ini." Kata Mama Hesti dengan pelan sambil mengusap bahu Anjar.

Anjar memegang tangan wanita yang sudah melahirkannya, mencoba memahami perasaan mamanya. "Aku tahu Ma, semua tidak mudah. Aku hanya perlu waktu menenangkan diri, perlu waktu untuk beradaptasi tanpanya. Jika memang aku dan Alin tidak berjodoh ya sudah tidak apa, perlahan aku akan belajar mengikhlaskannya. Tapi tolong jangan paksa aku melupakan dia, biarkan ini berjalan seperti air mengalir. Jangan paksa aku menerima wanita lain, karena semua yang dimulai dengan paksaan tidak sedikit yang berakhir buruk."

Pada akhirnya Mama Hesti mengalah, wanita itu tidak mau terus bersitegang dengan anaknya. "Baik, tapi berjanjilah untuk kembali menjalani hari seperti biasa, pergilah mencari ketenangan di luar entah bersama asistenmu ataupun temanmu yang lain selepas bekerja, jangan mengurung diri di kamar seperti ini."

Anjar mencoba tersenyum dan menganggukkan kepala. Dia lega mamanya sepakat tidak memaksakan kehendak, membebaskan dirinya untuk memilih jalan sendiri. Anjar berharap keputusan ini tidak membuat Karin meradang dan membuat keributan. Pria itu yakin, Karin bukan wanita baik, suka memaksakan kehendak karena dia terlihat bersemangat saat orang tua mereka membahas perjodohan. Bagi Anjar, tidak ada yang bisa menggantikan posisi Alin dihatinya.

Alin-- wanita itu pergi memang salahnya. Tapi ini terlihat janggal karena dia tahu wanita itu bukan tipe orang yang mudah terprovokasi.

Semua berawal dari pesta yang diselenggarakan perusahaan kakaknya. Ulang tahun perusahaan yang menjadi acara tahunan di awal tahun. Seseorang menjebaknya dengan menyuruh seseorang mencampurkan obat tidur di minuman milik Anjar. Dia yang saat itu tidak awas tanpa berhati-hati meminum sebuah jus yang disodorkan oleh pelayan.

Saat kepalanya terasa berat, seseorang menawarkan bantuan untuk mengantarkan dirinya ke kamar istirahat. Hingga saat dirinya mulai bangun dari tidurnya, dia mendapati seorang wanita tidur bersamanya. Saat Anjar berusaha mengingat dan memahami apa yang sedar terjadi, pintu kamar terbuka dan orang yang masuk pertama adalah Alin, di susul beberapa orang yang berniat mengambil fotonya.

Alin menatapnya dengan tatapan sulit diartikan namun yang jelas wanita itu pasti kecewa padanya. Meskipun hubungan mereka masih tanpa status tapi keduanya sudah sepakat dalam waktu dekat akan meresmikan hubungan. Namun karena hal ini, sepertinya membuat Alin meragukan keyakinan pada rencana mereka.

Belum sempat menjelaskan, Alin pergi tanpa berbicara sepatah kata pun. Anjar panik, dia ingin mengejar Alin namun entah dari mana awak media masuk ke dalam. Tentu dalam kondisi seperti ini hal pertama yang harus Anjar lakukan adalah membereskan masalah ini.

Pria itu murka, meminta asistennya mencari tahu apa yang sudah terjadi, memeriksa rekaman CCTV dan mencari orang-orang yang ikut terlibat. Dalam kurun waktu kurang dari 2 jam, asistennya berhasil meringkus orang-orang itu. Pelaku utama adalah rekan bisnis mereka yang merasa iri dengan pencapaian Anjar. Tanpa basa basi lagi, segera Anjar bawa mereka ke kantor polisi untuk di adili. Namun sebelum itu dia meminta seseorang menyuntikkan sesuatu pada tubuh orang itu.

 Anjar tidak sebaik yang mereka kira, hidup Anjar buka sekedar bisnis kantoran saja. Sepupunya, memiliki istri yang memiliki latar belakang keluarga Mafia. Sejak istri sepupunya hamil, hidup Anjar banyak berubah, tidak berbaik hati dengan mudah memaafkan orang lain. Semua kesalahan dan kejahatan harus dibayar lebih keras lagi.

Malam ini dunia Anjar seperti menggelap, dia tidak menemukan keberadaan wanita yang dia cintai. Alin, entah kemana wanita itu pergi. Pasti ada alasan yang membuat dia menghilang tanpa kabar. Anjar yakin, sesuatu sudah mengacaukan ketengan wanita itu. Tapi apa? Dan kenapa pas sekali dengan kejadian malam ini?

Keberadaan Alin

Di belahan bumi lain, seorang wanita berambut panjang dengan mata sipit sedang sibuk menggerakkan jari lentiknya di atas keyboard. Tumpukan buku dan kertas yang berserakan di sekitarnya tidak membuat gadis itu risih atau kehilangan fokusnya. Di samping wanita itu ada gadis muda yang memperhatikan dengan tatapan bingung.

"Tanyakan saja apa yang ingin kau ketahui, Khai? Jangan bersikap seolah-olah aku tidak mengizinkanmu tahu." ujar wanita itu dengan tegas.

"Apa yang sebenarnya kau kerjakan sejak kemari malam kak? Terlihat sangat serius sekali sampai lupa makan dan mandi. Apa kau menulis surat cinta untuk kekasih bajinganmu itu?" tanya Khai dengan raut wajah bingung dan penasaran.

Alin, wanita itu memang dirinya. Dia memilih pergi dari Indonesia karena ada sesuatu yang harus dia selesaikan. Tidak mau membuat Anjar terus khawatir akan misinya, kejadian malam itu dia gunakan sebagai alasan untuk bisa pergi tanpa menjelaskan apa pun. Dan di sinilah dia sekarang, tinggal bersama seorang gadis muda yang hidup sebatang kara. Alin sedang bersembunyi dari kejaran seseorang dan rumah Khai adalah tempat yang aman. Sayang sekali gadis ini masih terlalu kecil dan Alin tidak menjelaskan banyak hal padanya. Hanya meminta Khai mengizinkan dia tinggal dalam waktu yang tidak bisa ditentukan, sebagai kompensasi, dia akan mencukupi semua kebutuhan Khai tanpa terkecuali.

"Kekasihku memang sedikit bodoh tapi tolong jangan sebut dia bajingan, Khai. Itu terlalu kasar." Ujar Alin mendengus kesal.

Khai tersenyum kecut mendengarnya. "Iya dia tidak bodoh sendiri tapi kau juga bodoh kak. Sudah tahu kekasihmu tidur dengan wanita lain tapi kau masih saja membelanya. Jaman sekarang tidak ada pria yang cukup dengan satu wanita. Mereka para pria itu serakah, membutuhkan satu wanita untuk menemaninya hidup sampai akhir hayatnya dan membutuhkan wanita lain sebagai pemenuh nafsunya. Jadi kau harus pintar dalam memilik pria, jangan sampai terjebak dengan rasa cinta sampai lupa diri."

Mata Alin melotot, dia tidak menyangka gadis kecil sepeti Khai paham akan hal ini. Biasanya yang paham akan hal ini adalah wanita yang sudah pernah mengalami namun mengingat Khai masih kecil dan katanya jarang bergaul dengan banyak orang, bahkan kekasih pun tidak punya bagaimana dia bisa tahu.

Khai tersenyum lebar namun ada gurat kesedihan dimatanya. "Aku tahu itu semua karena pengalaman ibuku sendiri kak. Ibuku, dia meninggal karena kekerasan rumah tangga yang dilakukan ayah tiriku. Sebelum itu, ibuku juga korban perselingkuhan yang dilakukan oleh kandungku. Jadi aku tahu semua itu dari kisah rumah tangga ibuku."

Alin menghentikan kegiatannya. "Aku tidak tahu jika hidupmu menyakitkan itu, pasti berat berada di posisimu."

"Tidak masalah, itu sudah terjadi sangat lama, Sekarang aku sudah bahagia sendiri dan ibuku juga pasti senang melihatku tumbuh dengan baik, meneruskan bakatnya dengan menjual roti dengan resep peninggalan ibu." jawabnya samar sambil memakan cemilan dimeja.

Alin tidak bertanya lebih jauh, dia tahu setiap kalimat yang di ucapkan Khai seperti jarum yang ditusukkan di hati gadis itu, mengingat kembali kenangan lama bersama ibunya.

Alin kembali pada komputer di depannya, mengetik setiap bait kata dengan benar karena ini berisi informasi penting yang dibalut dalam cerita singkat. Harusnya sat ini dia sudah berada di markas tempat organisasinya berada. Namun saat dalam perjalanan, dia tahu seseorang mengawasinya. Alih-alih pergi menggunakan pesawat, Alin memilih pergi ke pelabuhan saja. Dia memilih menggunakan kapan yang mudah berbaur dengan banyak orang sehingga gerak geriknya tidak mudah diawasi.

Saat ini Alin sedang masuk ke situs komunikasi milik organisasinya, tempat paling aman berkomunikasi tanpa takut terjadinya kebocoran data penting. Alin adalah ketua tim investigasi, memimpin kelompoknya bergerak cepat mengumpulkan informasi yang dibutuhkan organisasi serta orang-orang yang memiliki kepentingan di dalamnya.

Semalam dirinya baru saja mendapatkan informasi jika ada pengkhianat dalam tim keamanan. Alin menduga ini berkaitan dengan rencana organisasi mereka yang ingin menghentikan pemberontakan di perbatasan Pulau Biru. Pulau itu penghasil mutiara terbaik di dunia, sebuah kelompok bersenjata berniat menguasai pulau tersebut dengan cara mengajak beberapa orang penjaga berkhianat. Rencana mereka sudah diketahui oleh pemimpin pulau itu dan meminta bantuan pada organisasi tempat Alin bekerja untuk menghentikan aksi mereka.

Kini Alin sedang mencari tahu siapa yang berkhianat di tim keamanan mereka. Padahal sudah sangat lama organisasi mereka solid, tidak ada pengkhianatan dalam tim. Cukup sekali saja mereka merasa dikhianati oleh rekan kerja, namun ini untuk kedua kalinya mereka harus mengulang hal yang sama.

Black Stars di bawah kemimpinan Maxim Chen kembali berjaya, membuat organisasi mereka melambung tinggi di kelompok organisasi lain. Tidak ada yang menyangka jika ketua yang asli akan kembali setelah sekian lama menghilang bak ditelan bumi.Menjadi tinggi dan berkembang pesat tentu membuat sebuah organisasi semakin banyak di cari untuk membantu menyelesaikan misi atau pekerjaan selain itu juga organisasi akan semakin banyak musuh, Mereka yang bersebrangan tujuan menganggap Black Star harus dimusnahkan supaya tidak menjadi penghalang.

Setelah berhasil mendapatkan siapa pengkhianat itu Alin sedikit lega. Kini ganti dia harus mengirim email kepada Anjar. Dia harus mengabari pria itu supaya tidak khawatir dan berpikir lain.

Isi pesan yang dikirim pada Anjar sangat singkat namun bisa menenangkan hati pria itu. Alin rasa, misi kali ini akan cukup lama mengingat masalah yang ditimbulkan cukup panas. Jika memberi tahu Anjar di awal sebelum pergi, maka pria itu pasti ingin terlibat. Sedangkan dalam aturan organisasi, mereka harus menjalankan misi tanpa melibatkan orang luar.

Kedatangan Karin

Istirahat kantor harusnya menjadi waktu satai bagi Anjar untuk merehatkan tubuh serta pikiran dari beban pekerjaan namun hal ini tidak sesuai dengan keinginan pria itu karena seseorang malah mengganggu waktu isirahatnya.

Baru saja melangkah keluar lift dan berjalan menuju lobby perusahaan, keributan terdengar oleh pria itu. Suara makian dan ucapan kotor keluar dari mulut seorang wanita. Tentu Anjar langsung mengenali suara wanita itu, Karin. Anjar memegang kepala terasa pusing dengan tindakan Karin yang terus mengganggunya.

Wanita itu tampak kesal dan marah mencoba masuk ke area dalam kantor. Tujuannya sudah jelas ingin bertemu dengan Anjar. Dia kesal karena Anjar terus mengabaikannya, tidak membalas pesan, tidak mengangkat telepon, tidak memperdulikan dirinya. Melihat Anjar keluar dari lift dia langsung berteriak lebih keras dari sebelumnya.

"Anjar, aku ingin berbicara denganmu. Cepat minta mereka melepaskan aku. Aku ini calon istrimu, aku calon nyonya mereka." seru Karin, dengan emosi memuncak, mengabaikan tatapan orang-orang padanya. Dia terlalu percaya diri menganggap dirinya istimewa.

Rezan, asisten Anjar tampak bingung menunggu respon dari bosnya. Dia yakin Anjar akan mengamuk karena ini sudah kesekian kalinya Karin membuat keributan di kantor. Dari awal wanita itu datang pertama kali kesini sudah membuat keributan dengan menampar sekretaris Anjar hingga tidak sadarkan diri, belum lagi tanpa tahu diri memecat OB yang tidak sengaja menabraknya, cukup sudah Anjar sabar dengan sikap wanita ini.

"Sudah berapa kali aku mengatakan jika kau sudah tidak mau bertemu denganmu, perjodohan kita batal, aku tidak mencintaimu." kata Anjar dengan nada datar, dia mencoba bersikap tenang karena tidak mau terpancing emosi. "Ini kantor bukan tempat membuat keributan, cepatlah pergi dari sini sebelum kesabaranku habis."

Karin tersenyum sinis seakan tidak peduli. "Aku tidak setuju perjodohan kita batal. Kita akan tetap menikah dalam waktu dekat. Kau terus menghindariku, bagaimana bisa kau yakin tidak mencintaku jika kita belum mencoba dekat."

Bisik-bisik terdengar dari karyawan yang sedang menonton mereka. Beberapa beranggapan Karin adalah wanita yang tidak tahu malu karena memaksakan kehendak, disisi lain ada yang mengira jika bos mereka tidak bisa bersikap lembut pada wanita.

"Jika kau mau menikah cari saja pria lain yang mau denganmu. Asal kau tahu aku sudah memilik wanita yang ku cintai, sampai kapan pun aku tetap mencintainya. Sejak awal aku sudah tidak tertarik padamu adi tolong hargai keputusanku." jawab Anjar dengan jujur.

Terlihat Karin tidak terima dengan jawaban Anjar, dia tampak emosional tampak marah dan menahan malu. Bisa-bisanya pria itu berani menolaknya di depan banyak orang. "Oh kita lihat saja nanti, aku pastikan kita akan tetap bersama. Ingat Tante Hesti saja setuju denganku, aku akan meminta tante untuk tetap melanjutkan perjodohan ini."

Anjar mengepalkan tangan tanda mulai kehabisan kesabaran dengan wanita ini. Dia tersenyum jahat, Karin terlalu percaya diri karena mamanya sudah membatalkan perjodohan mereka dengan bertemu langsung orang tua Karin. Dulu memang mamanya bersikeras memaksa dirinya menerima Karin tapi sekarang tidak. Sekeras apa pun wanita ini memaksa malah semakin yakin Anjar dengan keputusannya menolak keras berjodoh dengan Karin.

"Terserahmu saja, tapi ingat aku sudah menolakmu dan aku minta maaf. Sudahlah terima saja keputusanku, manikah bersama orang yang tidak mencintaimu sama saja kamu menyakiti dirimu sendiri." Kata Anjar dengan tegas dan mengakhiri percakapan mereka.

Karin menatap tajam dengan raut yang sulit diartikan. Belum sempat dia menjawab, Anjar sudah mengisyaratkan asistennya untuk mereka pergi meninggalkan Karin. Tidak peduli wanita ingin berbuat apa yang penting dia sudah benar malas meladeninya.

Anjar berharap wanita itu paham dan tidak mengganggunya lagi, cukup ini yang terakhir kali. Dia tahu jika manusia sudah jatuh cinta memang bisa tidak waras, terus berusaha mengejar orang yang dia suka. Tapi untuk kasus mereka, dia sudah menolak sejak awal bertemu. Tidak ada rasa ketertarikan sedikit pun pada diri wanita itu. Entah mungkin karena Alin masih menduduki hatinya, Alin tetap paling menarik tanpa terkecuali.

Rezan melirik bosnya dengan rasa prihatin. Sudah ditinggal pujaan hatinya pergi tanpa kabar, kini harus dikejar-kejar oleh wanita seperti Karin yang sangat tergila-gila dengan Anjar. Wajah bosnya yang biasanya tenang saat jam makan siang kini kusut seperti kain lap, sungguh kasihan sekali. Entah dosa apa yang pernah dilakukan Anjar sehingga harus mengalami nasib buruk seperti sekarang.

Bertahun-tahun menjadi asisten Anjar tentu Rezan paham bagaimana sikap bosnya. Selalu berusaha menghargai wanita. Tapi pada Karin tadi, bosnya sudah hilang sabar, berani mempermalukan wanita itu di depan karyawannya. Karin seakan tidak peduli dengan perasaan Anjar, entah bagaimana jadinya jika Anjar benar menerima wanita itu. Pasti rumah tangga mereka Karin lah kepala keluarganya dan Anjar hanya bisa menurut karena tertekan dengan sang istri. "Benar-benar wanita bar-bar." Pikir Rezan, sambil mengikuti langkah bosnya menuju parkiran mobil.

"Bos, apa masih jadi makan di luar?" tanya Rezan memastikan, dia tahu suasana hati Anjar sangat buruk. Mungkin butuh udara segar untuk menjernihkan pikiran.

 Anjar hanya mengangguk, ekspresi pria itu mulai melunak berusaha melupana insiden tadi yang menganggu waktu dan pikirannya.

Tiba mereka di restoran tepat mereka biasa makan siang. Anjar berhenti sejenak menoleh pada Rezan. "Mulai besok pastikan wanita itu tidak lagi membuat keributan. Jika perlu tambah pihak keamanan kantor, minta anak buah kita berjaga di pintu masuk dan pintu keluar perusahaan. Seret wanita itu jika berani mengganggu, aku sudah tidak bisa bersikap baik pada wanita itu."

"Baik bos, saya akan atur keamanan ekstra di kantor." Rezan paham, kesabaran bosnya sudah diujung batas. Tidak ada toleransi lagi pada Karin. Dia berharap wanita itu dilain hari tidak memancing keributan lagi, jika tidak habislah sudah.

Anjar menggguk sambil berjalan ke meja yang sudah disiapkan oleh pelayan. Waktu istirahnya sudah terbuang untuk hal tadi jadi dia menggunakan sisa waktu yang ada dengan sebaik mungkin. Masih banyak pekerjaan yang harus dia selesaikan. Salah satunya mencari keberadaan sang pujaan hati.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!