NovelToon NovelToon

Knight in Shinning Suit

Genevieve

New York

Joshua mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi di bawah guyuran hujan deras. Dua jam yang lalu seorang pelayan dari keluarga Bellamare sekaligus orang kepercayaan Valentine bernama Rosalind du Coudry meneleponnya untuk menyampaikan kabar bahwa Genevieve dan suaminya Valentine Bellamare telah meninggal karena kecelakaan. Joshua yang mendengar kabar itu langsung terduduk lemas dan jantungnya seakan berhenti. Genevievenya telah meninggal. Genevieve Blanchard sebelum menikah dengan Valentine Bellamare adalah wanita yang ia cintai. Wanita itu adalah cinta pertamanya ketika ia berusia 16 tahun.

Joshua dan Genevieve adalah teman semasa kecil. Mereka dibesarkan bersama-sama di Athena. Tahun demi tahun berlalu, Genevieve tumbuh menjadi seorang wanita yang mempesona dan merupakan wanita tercantik di Athena. Rambutnya yang panjang bergelombang berwarna pirang madu, kulitnya halus dan putih, bulu matanya yang tebal dan lentik menghiasi matanya yang berwarna hijau disukai oleh banyak orang terutama para pria termasuk dirinya. Selain penampilan fisiknya yang cantik , ia juga memiliki hati yang lembut dan baik. Banyak pria yang menginginkan Genevieve sebagai istri mereka. Menurut orang-orang yang mengenalnya kecantikan Genevieve seperti dewi-dewi Yunani bahkan ada yang mengatakan kalau ia adalah salah satu keturunan dewi aphrodite.

Tanpa disadari oleh Joshua, ia telah jatuh cinta kepadanya, tapi ia harus bersaing ketat dengan para pria yang memujanya. Joshua selalu cemburu ketika melihat Genevieve dekat dengan seorang pria . Ia menginginkan wanita itu sebagai miliknya, tapi ia tidak bisa memaksanya untuk mencintainya. Suatu hari ia mencoba melamarnya dan tanpa ia sangka Genevieve menerima lamarannya. Hati Joshua berbunga-bunga dan dadanya merasa sesak karena bahagia. Satu minggu kemudian mereka melangsungkan pertunangan. Kegembiraan Joshua tidak berlangsung lama, ketika Valentine Bellamare yang lebih tua lima tahun dari Genevieve yang merupakan seorang pengusaha dari Inggris datang ke Athena dan menetap sementara disana karena keperluan bisnis.

Dalam waktu singkat mereka berdua menjadi sangat akrab dan keduanya terlihat seperti sepasang manusia yang sedang jatuh cinta. Hal itu menimbulkan kecemburuan di hati Joshua. Suatu hari Genevieve datang ke rumah Joshua yang membuat hati pria itu bertambah hancur saat mendengar pengakuan tunangannya.

''Joshua, aku mencintai Valentine. Maaf selama ini ternyata aku tidak mencintaimu. Kamu sangat baik dan sangat perhatian kepadaku dan aku selalu merasakan nyaman saat berada denganmu. Aku pikir akan sangat mudah mencintai pria sepertimu. Aku tahu, aku telah membuatmu sangat kecewa. Maafkan aku."

Genevieve memandang Joshua dengan rasa bersalah. Ia mendesah pasrah dan memejamkan matanya menahan rasa sakit dihatinya. Wanita yang dicintainya mencintai pria lain. Joshua mengakui Valentine adalah pria yang sangat baik, tampan dan penuh perhatian . Tidak heran Valentine dapat membuat gadisnya jatuh cinta kepadanya. Ia percaya jika Genevieve menikah dengan Valentine, pria itu dapat membuatnya bahagia. Sejak awal Genevieve tidak pernah mencintainya.

''Apa kamu sudah mengatakan kamu mencintainya?''

''Aku belum mengatakannya. Apa yang harus kulakukan? Dia akan pulang ke Inggris besok lusa,''tanyanya sambil menangis terisak. Joshua ingin sekali memeluknya dan mengatakan jangan pergi kepadanya dan tetaplah disini bersamanya, tapi ia tidak tega melihatnya sedih. Joshua ingin melihat wanita yang dicintainya hidup bahagia dengan orang yang dicintainya. Saat itu juga hatinya merelakan Genevieve untuk meraih kebahagiaannya dengan Valentine meskipun hal itu membuat hatinya sakit.''Katakan saja perasaanmu yang sebenarnya kepada dia kalau kamu mencintainya''.

''Aku tidak berani."

''Kalau kamu tidak mengatakannya kamu akan menyesalinya. Aku yakin Valentine memiliki perasaan yang sama denganmu."

''Benarkah?''

''Aku sangat yakin."

Genevieve berhenti menangis dan wajahnya kembali ceria. Joshua dapat melihat pancaran cinta dimatanya ketika menyebut nama Valentine. Ia sangat cemburu pada pria itu yang telah berhasil merebut hati wanita yang dicintainya.

''Baiklah. Sekarang aku akan mengatakan kepada Valentine kalau aku mencintainya." Genevieve meraih kedua tangan Joshua.''Terima kasih. Kamu memang orang yang sangat baik. Aku harap suatu hari nanti kamu akan dapat menemukan wanita yang mencintaimu."

Joshua tersenyum sedih. ''Pergilah! Sebelum semuanya terlambat."

Genevieve mengangguk. ''Aku pergi!'

Joshua menatap sedih kepergiannnya. Ia tahu, ia sudah kehilangan Genevieve untuk selamanya. Keesokan paginya Genevieve datang lagi ke rumahnya dengan wajah berbinar bahagia. Ia langsung memeluk Joshua. ''Valentine menerima perasaanku dan ia mencintaiku. Aku sangat senang. Coba kamu tebak. Valentine ingin menikah denganku dan dia melamarku. Aku menerimanya dan kami akan segera menikah."

''Aku turut senang mendengarnya. Kalau kamu bahagia aku juga akan bahagia." Joshua tersenyum sedih.

''Oh Joshua. Terima kasih untuk semuanya. Selama ini kamu sangat baik kepadaku. Kuharap suatu hari nanti kita akan bertemu kembali ditempat dan di waktu yang berbeda. Aku menyayangimu sampai kapan pun kamu akan selalu menjadi teman terbaikku." Genevieve mengecup pipi Joshua. ''Selamat tinggal! Aku akan selalu berdoa untukmu."

Itulah Joshua terakhir kalinya melihat Genevieve dalam keadaan hidup. Beberapa hari kemudian ia mendapat kabar Genevieve menikah dengan Valentine diusianya yang menginjak 18 tahun di London dan sejak saat itu ia tidak pernah mendapat kabar lagi darinya. Mungkin karena ia tidak ingin tahu kabarnya dan semua tentang dirinya. Ia ingin melupakan Genevieve selamanya. Tapi hal itu tidak mudah dilakukan. Meskipun sudah 12 tahun berlalu, ia masih belum dapat melupakannya. Genevieve tidak pernah mengetahuinya kalau ia masih mencintainya.

Selama mengemudi Joshua menangis. Ia tidak dapat mempercayai Genevieve telah meninggal dan hatinya pun ikut mati.'' Oh Tuhan, kenapa Genevieve harus meninggal? Dia wanita yang baik."

Setelah berkendara selama hampir satu jam, Joshua telah sampai di kediaman keluarga Bellamare. Rumah berlantai tiga bercat putih terlihat sepi dan muram. Hujan masih turun dengan deras. Joshua menekan bel dan seorang wanita setengah baya dengan rambut kelabunya membukakan pintu. ''Selamat siang! Namaku Joshua Adrian Waldgrave."

''Ah jadi Anda tuan Waldgrave?''

''Benar."

'' Aku yang telah menelepon Anda. Namaku Rosalind du Coudry. Silahkan masuk!"

Joshua memperhatikan pelayan itu. Rosalind adalah wanita berumur sekitar 40 tahunan . Rambutnya sudah mulai beruban di bagian depan dan ia memiliki senyuman yang hangat. Joshua mengikuti Rosalind dari belakang. Suasana rumah Bellamare sangat sepi, suram, dan dingin.

''Silahkan duduk!''katanya saat mereka tiba di ruang tamu . Di ruangan ini tidak ada yang istimewa. Dindingnya bercat putih. Perapian yang sudah lama tidak digunakan. Perabotan yang sudah terlihat tua dan sedikit berdebu. Joshua yakin tidak ada banyak pelayan di rumah ini. Rosalind duduk di depannya. Mata tua abu-abunya terlihat muram.

''Aku senang Anda datang kemari. Nyonya Genevieve selalu bercerita tentang Anda dan apa yang dikatakan olehnya benar. Anda memang tampan. Rasanya seperti mimpi nyonya dan tuan sudah meninggal."

Sesaat pelayan itu menatap Joshua dengan tatapan tajam menilai secara keseluruhannya apakah Joshua patut dipercaya atau tidak.''Nyonya Genevieve meninggalkan surat untuk Anda." Rosalind menyerahkan surat itu kepada Joshua. ''Ia berpesan supaya surat itu diserahkan secara langsung kepada Anda."

Joshua segera membaca surat itu dan isinya cukup membuatnya terkejut. Setelah membacanya Joshua kembali melipat surat itu dan memasukannya ke dalam saku jaketnya. ''Sekarang di mana anak itu? Genevieve menginginkan aku menjaga putrinya."

Rosalind sesaat terkejut, lalu nampak muram dan sedih. ''Ada apa? Apakah sesuatu yang buruk telah terjadi di sini?''

''Maafkan aku tuan Waldgrave. Tapi anak itu telah menghilang sehari setelah kematian orang tuanya."

''Apaaa? Tapi bagaimana itu bisa terjadi?''tanyanya terkejut.

''Ceritanya panjang. Aku akan menceritakannya kepada Anda,'' Joshua melihat rasa takut diwajah nyonya du Coudry.

''Bisakah Anda menceritakannya kepadaku sekarang juga nyonya du Coudry?''

Sebelum bercerita Rosalind memperhatikan seluruh ruangan untuk menyakinkan dirinya sendiri bahwa tidak ada orang lain yang mendengarnya. ''Sebenarnya nyonya Genevieve dan tuan Valentine tidak meninggal karena kecelakaan." Wajah Joshua seketika pucat.

''Tuan dan nyonya meninggal karena bunuh diri." Rosalind terisak menangis.

''Apaaaa? Tapi Anda bilang kalau mereka.....''

''Aku sudah berbohong kepada Anda,''potong Rosalind.''Semua ini berawal sejak dua bulan yang lalu. Ini semua karena ulah pria itu dan adik perempuan Valentine yang jahat." Pelayan itu terihat sangat kesal dan geram .Joshua dapat melihat sinar kemarahan di mata tua wanita itu.

♫♫♫♫

Joshua kembali mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi di bawah guyuran hujan deras. Wajahnya basah oleh air mata. Ia memukul-mukul kemudinya dengan kesal. Apa yang diceritakan oleh Rosalind membuatnya benar-benar marah dan kesal. Genevievenya telah diperlakukan tidak baik oleh keluarga Bellmare sendiri, karena sebagian anggota keluarga Bellamare tidak menyukainya. Genevieve bukan berasal dari keluarga terhormat, terutama adik angkat Valentine, Nicole Bellamare yang membencinya. Rasanya sekarang ia ingin sekali mencekik seseorang. Joshua sama sekali tidak tahu selama dua bulan ini kehidupan wanita yang dicintainya begitu menderita sampai melakukan bunuh diri dan putrinya menghilang.

Joshua mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Dipandanginya foto anak perempuan Genevieve yang masih berusia 12 tahun yang memiliki mata hijau terang dengan warna rambut seperti ibunya dengan senyuman cerianya. Tiba-tiba seekor kelinci melintas di depan membuat Joshua terkejut. Ia berusaha untuk tidak menabrak kelinci itu dan membuat mobil itu hilang keseimbangan. Tanpa bisa dihindari mobil yang dikemudikan Joshua terbalik di tengah guyuran hujan deras.''Genevieve''. Itulah kata yang terakhir ia ucapkan sebelum ia kehilangan kesadarannya secara penuh.

♫♫♫♫

Bau obat segera menyergap hidung Joshua. Perlahan-lahan ia membuka matanya dan melihat seorang pria berusia empat puluh tahunan sedang memandanginya dengan cemas. ''Aku di mana?''

''Syukurlah. Anda sudah sadar. Sekarang Anda ada di rumah sakit. Anda mengalami kecelakaan mobil."

''Kecelakaan mobil?''

Pria itu mengangguk. Sekarang Joshua dapat kembali mengingat semuanya saat itu sedang hujan deras dan ia berusaha menghindari kelinci yang tiba-tiba melintas. ''Anda sudah tidak sadarkan diri selama empat hari, tapi untunglah Anda tidak mengalami luka yang cukup serius hanya luka ringan dan mengalami gegar otak ringan saja. Anda sungguh beruntung."

''Terima kasih sudah menolongku."

''Sebenarnya bukan aku yang menolong, tapi putriku. Philly melihat mobil Anda terbalik, karena saat itu Anda sedang menghindar dari seekor kelinci''.

Joshua berusaha duduk, tapi rasa pusing segera menderanya.

''Sebaiknya Anda jangan bergerak dulu tuan Waldgrave?''

''Dari mana Anda tahu namaku tuan...''

''Namaku Aegenis Bloomwood. Aku tahu dari kartu identitas Anda. Disana tertulis nama Anda." Joshua menangguk mengerti. ''Aku akan memanggil dokter dulu." Pria itu langsung keluar kamar. Joshua menatap langit-langit kamar dengan pandangan menerawang. Teringat kembali semua perkataan Rosalind.

"Tepatnya dua bulan yang lalu. Teman pria saudara perempuan tuan Valentine yang berasal dari Perancis datang dan tinggal selama sebulan. Tuan dan nyonya menerima kedatangan tuan Roland Rousseau dengan baik di rumahnya. Aku hanya tahu tuan Roland datang untuk mengurus bisnisnya di New York. Pria itu memang pria yang tampan dan juga kaya. Karena pria itu adalah teman baik nona Nicole, tuan Valentine menerimanya dengan tangan terbuka di rumahnya.Sejak kedatangan tuan Roland, Pria itu selalu melirik ke arah nyonya Genevieve dan aku tahu pria itu menyukai nyonya. Berkali-kali aku memergoki tuan Roland sedang merayunya, tapi tentu saja nyonya tidak termakan oleh rayuannya. Tuan Valentine tidak mengetahui soal perbuatan tidak baik pria itu kepada nyonya, karena nyonya tidak pernah bercerita kepadanya dan dia juga melarangku untuk bercerita.

Akhirnya kejadian itu terjadi, kejadian yang mengubah hidup tuan dan nyonya berubah. Saat tuan Valentine pergi keluar kota, tuan Roland selalu melancarkan rayuannya kepada nyonya dan ia merasa marah, karena rayuannya tidak mempan dan pria itu nekad melakukan perbuatan kejam kepada nyonya. Pria itu memperkosa nyonya Genevieve. Sejak saat itu nyonya selalu menangis dan mengurung diri di kamar bahkan tidak mau makan sampai keadaan tubuhnya lemas. Aku merasa marah akan perbuatan pria itu, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa.

Saat aku akan mengantarkan makan malam untuk nyonya, tidak sengaja aku mendengar pembicaraan nyonya Nicole dengan tuan Roland. Ternyata nona Nicole ingin membuat kakaknya tuan Valentine menceraikan nyonya dan mengusirnya dari rumah. Tuan Roland adalah bagian dari rencananya. Nona Nicole sengaja membuat pria bejat itu datang kerumah, karena nyonya Nicole tahu teman prianya itu akan menyukai nyonya Genevieve yang cantik dan tebakannya benar tuan Roland menyukai nyonya dan berusaha untuk mendapatkannya apa pun caranya.Memang sejak tuan Valentine menikah dengan nyonya Genevieve, nona Nicole tidak pernah menyukainya. Ia selalu terang-terangan menunjukkan rasa tidak sukanya kepadanya, sedangkan tuan Roland adalah seorang playboy dan selalu mendapatkan apa yang dia inginkan.Akhirnya tuan Valentine datang dan mengetahui apa yang terjadi kepada nyonya. Tuan sangat marah dan sedih, sedangkan tuan Roland sudah pergi ke perancis meninggalkan luka yang cukup dalam kepada pasangan suami istri Bellamare.

Meskipun sudah satu bulan berlalu tuan dan nyonya belum bisa melupakannya. Mereka berdua lebih menghabiskan hari-harinya dengan termenung seperti tidak ada kehidupan lagi. Kadang-kadang tuan Valentine berteriak, karena tidak dapat menahan rasa marahnya. Ia selalu menyalahkan dirinya sendiri, karena tidak berhasil melindungi istrinya dan percaya kepada pria asing yang tinggal di rumahnya. Nyonya Nicole sungguh keterlaluan . Dia memang jahat sudah menghancurkan kehidupan tuan dan nyonya. Kesedihan nyonya bertambah ketika nyonya hamil. Nyonya Genevieve tidak ingin melahirkan bayi dari tuan Roland dan tuan Valentine hanya bisa menatap kesedihan istrinya. Nyonya begitu tertekan dan depresi sampai suatu ketika aku menemukan nyonya sudah tidak bernyawa. Nyonya bunuh diri dengan menyayat urat nadinya. Tuan Valentine tidak dapat menahan kesedihannya lagi.

Tidak lama setelah itu tuan Valentine juga bunuh diri dengan menembakkan dirinya dan keesokan siangnya putri mereka hilang. Aku bermaksud pergi dari rumah keluarga Bellamare, tapi nona Nicole melarangku pergi .Waktu itu aku ingin sekali melaporkan perbuatan mereka tapi aku tidak punya bukti dan apakah ada orang yang percaya kepada wanita tua sepertiku. Sekarang nona Nicole menempati rumah tuan Valentine."

Setetes air mata kembali terjatuh. Joshua tidak bisa membayangkan penderitaan yang di alami oleh Genevieve dan suaminya. Apa lagi nasib putrinya yang malang. Dua minggu setelah mengalami perawatan, Joshua diperbolehkan pulang. Sopirnya telah datang untuk menjemputnya. Sebelum kembali ke rumahnya ia menyempatkan diri datang ke makam Genevieve dan suaminya.

''Selamat tinggal Genevieve! Kamu akan selalu berada di hatiku. Aku akan mencari putrimu sampai ketemu." Joshua menghapus air matanya, lalu pergi dengan meninggalkan sebagian kepingan hatinya yang telah hancur.[ ]

Perasaan bimbang

Musim panas yang cerah, Joshua masih berkutat dengan pekerjaannya. Tidak ada hal lain selain bekerja dan tidak mengenal kata libur, karena hanya pekerjaannyalah yang dapat mengalihkan pikirannya dari Genevieve selama ini. Hal itu dilakukannya sejak ia rela melepaskan wanita itu untuk pria lain. Kalau dipikir-pikir dirinya memang bodoh dan pengecut tidak berani mempertahankan Genevieve disisinya. Seandainya saja ia bisa lebih berusaha untuk mendapatkannya, apakah ia sekarang dan Genevieve akan hidup bahagia? Joshua pun tidak tahu jawabannya. Bayang-bayang wanita itu masih belum terlepas dari benaknya meskipun sudah hampir dua puluh tahun berlalu sejak ia menikah dengan Valentine. Ia juga sudah mencari putri Genevieve dengan menyewa detektif selama 8 tahun berbekal fotonya yang saat itu masih berumur 12 tahun. Sekarang umur gadis sudah 20 tahun, tapi masih belum ia temukan. Informasi tentang diri gadis itu sangat sedikit, sehingga ia kesulitan mencarinya.

 Lamunannya buyar seketika mendengar suara yang sudah ia kenal memanggil-manggilnya dan langsung masuk ke ruang kerjanya yang terbuka lebar dengan napas memburu. Wajah mungilnya berbinar senang. Gadis kecil itu adalah Raina. Anak angkat Fabian dan Miya. Raina beruntung memiliki orang tua yang sangat menyayanginya. Sungguh tidak adil rasanya jika Raina yang cantik,pintar, dan penuh kasih terlahir dari wanita jahat berbanding terbalik dengan sifat Raina, sedangkan siapa ayah kandungnya masih misteri sampai sekarang. Semua anggota keluarga Baskerville sudah menerima Raina sebagai anggota keluarga mereka. Begitu juga Raina sudah menerima Miya sebagai ibunya bahkan setiap hari mereka semakin akrab. Gadis kecil itu sudah mencuri hati banyak orang termasuk dirinya.

            "Paman Jo, lihatlah! Aku menggambar wajah paman."Raina menyerahkan selembar kertas gambar kepadanya. "Itu untuk paman,’’katanya kemudian. Joshua hanya menahan senyum melihat wajahnya yang di gambar oleh gadis kecilnya terlihat jelek.’’Ini bagus sayang. Terima kasih’’.

"Paman menyukainya?’’

"Tentu saja. Gambar yang bagus. Paman akan menyimpannya." Raina tersenyum lebar.

"Apa paman sedang sedih?’’

"Kenapa kamu berpikir seperti itu?"

"Wajah paman selalu terlihat murung."

Raina mendekati Joshua dan merangkak naik ke pangkuannya.

"Paman tidak sedih. Sungguh."

Raina menyentuh kedua ujung sudut bibir Joshua, lalu melengkungkannya ke atas membentuk sebuah senyuman.

"Kalau paman tersenyum akan lebih tampan,’’ujar Raina. Joshua tersenyum,lalu mengelus kepala Raina dengan sayang.

"Lihat! Sudah jam berapa ini paman harus mengantarkanmu pulang pasti ayah dan ibumu sudah pulang dari rumah sakit."

Raina mengangguk, lalu melonjak turun dari pangkuan Joshua. Sejak pagi Fabian menitipkan Raina di rumahnya, karena Raina tidak ada yang menjaganya. Pengasuhnya sedang sakit, sedangkan kakek neneknya sedang pergi ke luar kota. Di kediaman Baskerville memang banyak pelayan, tapi mereka sibuk dengan pekerjaannya masing-masing sehingga tidak ada yang bisa mengawasi Raina. Akhirnya Fabian menjatuhkan pilihannya kepada Joshua untuk menjaga Raina sementara ia pergi ke rumah sakit bersama Miya untuk memeriksakan kandungan istrinya yang sudah  menginjak delapan bulan. Ada perasaan aneh yang tumbuh di hatinya, perasaan nyaman jika sedang bersama Raina seolah-olah ia sudah begitu lama mengenal Raina.

Hari sudah sore ketika Joshua dan Raina tiba di kediaman Baskerville yang ditempuh dalam 20 menit dengan berkendaraan. Matahari sore bersinar dengan teriknya. Miya dengan perut besarnya menyambut kedatangan mereka berdua."Mommy,’’seru Raina.

"Halo sayang! Apa kamu bersikap baik selama bersama dengan paman Jo?’’

Raina menggangukkan kepalanya.

"Anak baik." Miya mengelus sayang kepala Raina.

"Apa kabarmu? Dan bagaimana kabar calon keponakanku?’’

"Kami berdua baik-baik saja. Oh ya Fabian sudah menunggumu. Dia ada di ruang keluarga."

"Raina, pergilah ke kamarmu!’’

"Tapi, aku masih ingin bersama dengan paman Jo."

"Raina!’’

Miya menatap Raina dengan penuh peringatan.

"Baiklah."

Dengan enggan Raina berjalan menuju kamarnya, lalu tatapan Miya beralih kepada Joshua yang sedang menahan senyumannya.’’Apa ada yang lucu?’’

"Tidak. Tidak ada. Sebaiknya kita menemui Fabian,’’ujar Joshua.

 "Sepertinya Raina begitu sangat menyukaimu dan kalian terlihat begitu sangat akrab,’’ucap Miya ketika mereka berjalan menuju ke ruang keluarga.

"Tentu saja, karena Raina keponakanku,’’ucapnya bangga.

"Kamu tidak merayunya kan untuk menjadi kekasihmu?’’

Awalnya Joshua terkejut mendengar pertanyaan Miya, lalu ia tertawa keras sambil memegangi perutnya.

"Ya Tuhan Miya, apa yang ada dipikiranmu sekarang. Aku tidak mungkin melakukan itu. Yang benar saja."

Joshua menghela napas menanggapi pertanyaan Miya yang konyol dan tidak masuk akal. Mana mungkin ia melakukan itu. Di ruang keluarga Fabian sedang duduk santai sambil membaca surat kabar dan menatap kepada mereka dengan tatapan heran melihat Joshua yang masih menyisakan tawa di wajahnya. Joshua berjalan menyeberangi ruangan dan duduk di depan Fabian.

Joshua menuangkan teh ke cangkirnya yang telah tersedia dan  menyesap tehnya sambil memperhatikan kemesraan Fabian dan Miya dari balik cangkirnya, lalu ia menyandarkan diri di sofa. Ia sungguh iri dengan segala kemesraan yang mereka tunjukkan. Siapa pun orang bisa melihatnya, Fabian begitu mencintai istrinya begitu juga sebaliknya. Fabian selalu menatap Miya dengan pandangan memuja dan sorot mata penuh cinta untuk istrinya. Joshua senang akhirnya mereka dapat bersama kembali setelah melewati berbagai macam rintangan hanya Miya yang benar-benar dapat membuat Fabian jatuh cinta seperti ini.

Sekarang Joshua mengerti mengapa Fabian menjatuhkan pilihannya kepada Miya untuk menjadi pedamping hidupnya, karena Miya memiliki hati yang baik dan berbeda dengan kebanyakan wanita lainnya. Ia berharap suatu hari nanti, ia akan mendapatkan istri sebaik Miya. Joshua melihat bayangan wajah Genevieve pada Miya dan membayangkan seandainya mereka berdua adalah dirinya dan Genevieve,  kemudian hilang digantikan oleh Miya kembali.

"Apa benar berita itu?’’tanya Fabian tiba-tiba.

  Joshua mengernyitkan dahinya dengan raut wajah tidak mengerti.

"Berita apa?’’

"Barbara Bourignon adalah kekasihmu?’’

"Ah itu. Sayangnya bukan. Dia hanya temanku. Jangan percaya dengan gosip itu. Tidak ada hubungan yang spesial antara aku dan dia,’’katanya sambil meletakan cangkir teh yang isinya hampir habis di atas meja.

"Siapa itu Barbara?’’tanya Miya kepada Fabian.

"Sayang, kamu tidak tahu siapa dia?’’tanyanya dengan menatap Miya dengan penuh cinta yang membuat Joshua sedikit mual melihat kemesraan yang selalu ditunjukkan Fabian setiap saat. Entah itu di depan orang banyak atau saat mereka sedang berduaan.

 Miya menggelangkan kepalanya.

’’ Dia itu adalah seorang pianis yang sedang terkenal saat ini."

Miya mengangguk mengerti.

Fabian kembali mengalihkan tatapannya kepada Joshua. ‘’Aku kira kalian adalah sepasang kekasih’’.

"Maaf sudah mengecewakan kalian, tapi sayangnya bukan. Aku selalu terlihat berjalan dengannya, karena Barbara sudah masuk ke agensiku untuk melakukan konser piano yang akan datang. Aku sudah berhasil mengontraknya."

" Benarkah? Itu bagus. Barbara pianis yang sangat berbakat. Aku rasa kamu harus segera mencari calon istri. Aku tidak ingin melihatmu hidup kesepian di dalam mansionmu itu."

Joshua tersenyum. "Kenapa kau menyuruhku buru-buru menikah? Apa kamu takut aku akan merebut istrimu?’’tanyanya dengan senyuman jahil di wajahnya.

Fabian menatap Joshua dengan tatapan mengancam.’’Jika kau lakukan itu aku akan membunuhmu." Lalu perlahan-lahan Fabian tersenyum dan mereka berdua tertawa. "Aku tidak akan membiarkanmu melakukan itu. Umurmu sudah 38 tahun. Ingat itu."

"Kamu lihat Miya. Fabian begitu mencintaimau sampai-sampai dia tadi mengancamku untuk membunuhku. Aku tidak tahu sihir apa yang sudah kamu berikan kepadanya. Fabian benar-benar tergila-gila kepadamu."

 Wajah Miya bersemu merah.’’Aku juga tidak tahu,’’ucapnya. Miya bangkit dari kursinya.’’Aku akan melihat Raina di kamarnya. Teruskan saja pembicaraan kalian. Permisi!’’

"Sepertinya kau masih mencintai wanita itu,’’sindir Fabian saat Miya sudah pergi.

Joshua terdiam.’’ Berarti yang aku katakan benar. Kamu memang masih mencintainya kalau begini terus kamu akan hidup melajang seumur hidupmu."

"Tidak mudah untuk melupakan Genevieve. Aku sudah mengenalnya hampir separuh hidupku."

Fabian menarik napas panjang. "Baiklah. Aku mengerti dan kuharap kamu segera melupakan wanita itu. Ingat Joshua, Genevieve telah meninggal dan sekarang dia sudah bahagia dengan suaminya di alam lain. Kamu harus sudah membuka hati untuk wanita lain. Lihatlah aku! Akhirnya aku bisa mencintai lagi bahkan rasa cintaku lebih besar yang pernah aku alami dulu."

Joshua kembali menyesap tehnya dan menatap Fabian yang sedang menatap kasihan kepadanya. Mungkin ia akan mempertimbangkan perkataan Fabian, membuka hati untuk wanita lain, meskipun kedengarannya sulit, tapi ia akan mencobanya. [ ]

Gadis bermata hijau

Suara kayuhan sepeda tua terdengar disepanjang jalan . Terpaan angin mengibarkan rambut pirang madunya yang dibiarkan tergerai. Mata hijau emeraldnya memancarkan gairah semangat hidup yang besar. Bibir mungilnya selalu menyunggingkan senyuman di wajahnya. Gadis itu memang tidak seperti kebanyakan gadis lain, karena sebuah kecelakaan yang menimpa dirinya delapan tahun lalu sekarang ia bisu dan sebagian wajahnya cacat. Goresan luka dari pelipis sampai rahang pipinya terdapat bekas luka memanjang hampir semua orang memandang jijik kepadanya, tapi ia tidak mempedulikannya, karena ia sudah terbiasa bagaimana cara orang memandangnya seakan-akan dirinya adalah sebuah bakteri yang menjijikkan.

Gadis itu tersenyum lebar membalas senyuman sepasang suami istri yang sudah tua. Si pria tua itu yang merupakan suami wanita disampingnya menyapanya.

''Selamat siang Phillippa!''

Phillippa hanya membalasnya dengan senyuman hangat untuk pria itu yang ia kenal sebagai tuan Richard Raven yang tinggal diujung jalan setapak menuju rumahnya. Pria tua itu tinggal dengan istrinya Marvella Raven, sedangkan ketiga anak laki-laki mereka telah menikah dan anak keempat mereka masih kuliah. Mereka semua tinggal di New York.

Suami istri Raven sangat baik kepadanya dan juga ayahnya. Mereka sering membawakan makanan enak-enak untuk mereka. Phillippa sangat senang memiliki tetangga sebaik mereka. Kehidupan Phillippa dan ayahnya sangat pas-pasan. Ayahnya hanya bekerja sebagai pedagang sayuran disebuh toko kecil yang sudah lusuh, sedangkan Phillippa bekerja sebagai apa saja. Kadang-kadang ia bekerja sebagai buruh cuci, tukang bersih-bersih di restoran, pelayan bahkan sebagai pengasuh anak ia lakukan demi membantu ayahnya untuk mencari nafkah. Phillippa tidak tega melihat ayahnya bekerja sendirian untuk memenuhi kebutuhan mereka dan ia bersyukur masih ada orang yang mau menerima dirinya apa adanya.

Sebuah rumah mungil berbatu bata merah terlihat olehnya. Phillippa mengayuh sepedanya lebih cepat lagi ingin segera sampai ke rumahnya yang sudah ia diami selama lima tahun. Gadis itu turun dari sepedanya dan menuntunnya memasuki halaman rumah yang dikelilingi oleh pagar kayu bercat putih. Ia berjalan melalui jalan setapak menuju rumahnya. Samping kanan kiri halaman depan rumahnya telah disulap menjadi sebuah kebun sayuran oleh ayahnya. Beberapa kubis telah tumbuh dengan baik dan beberapa pohon tomat yang sudah berbuah yang dalam beberapa hari lagi siap panen dan akan dijual di pasar.

Di dalam rumah sangat sepi dan tidak ada tanda-tanda kehidupan dari ayahnya. Rumah itu hanya terdiri dari dua kamar tidur, ruang tamu sekaligus ruang keluarga dan dapur. Phillippa melihat jam yang sudah menunjukkan pukul satu siang seharusnya ayahnya berada di rumah untuk makan siang, lalu ia mencarinya di belakang rumah yang sudah disulap juga sebagai kebun sayuran. Phillippa tersenyum  melihatnya sedang membersihkan rumput-rumput liar. Ayahnya membalikkan badan seperti mengetahui kedatangan Phillippa, lalu tersenyum hangat kepadanya yang selalu disukai oleh gadis itu. Pria itu berdiri dengan peluh keringat yang memenuhi dahinya.

Phillippa memeluk ayahnya dengan sayang.''Kamu sudah pulang?''tanya ayahnya. Phillippa hanya mengangguk. Sejak delapan tahun yang lalu ia sudah lupa bagaimana caranya ia bicara dan sejak saat itu ia menjadi bisu. Menurut dokter ia mengalami trauma hebat akibat kecelakaan saat ia masih anak-anak. Kadang-kadang ada beberapa orang selalu mengejeknya hanya karena ia tidak bisa bicara dan juga wajahnya yang cacat. Phillippa hanya berkomunikasi dengan bahasa isyarat yang sudah ia pelajari bertahun-tahun lalu dengan ayahnya atau ia menuliskan kata-kata disecarik kertas yang selalu ia bawa kemana pun ia pergi, karena tidak semua orang yang ia temui bisa bahasa isyarat seperti ayahnya.

"Ayah sudah makan siang? "Ucap Agenis saat menterjemahkan bahasa isyarat Phillipa.

''Belum. Ayah belum makan siang."

Phillippa  marah dan memelototi ayahnya. Aegenis tersenyum berusaha menenangkan putri angkatnya yang marah.''Ayah akan makan sekarang. Kamu sudah makan siang?''

Phillippa mengangguk, kemudian Aegenis kembali mengucap ulang bahasa isyarat anak perempuannya. "Aku sudah makan siang dengan nyonya Whitlock."

''Nyonya Whitlock memang sangat baik. Ayah rasa, ayah mulai menyukainya."

Ambar Whitlock adalah pemilik toko bunga happy flower dan Phillippa sudah bekerja di toko bunganya selama dua bulan sebagai perangkai bunga . Nyonya Whitlock sangat menyukai setiap rangkaian bunga yang dibuat oleh gadis itu dan memutuskan untuk memperkerjakannya. Phillippa begitu senang akhirnya ia mendapatkan pekerjaan tetap dan penghasilan tetap. Nyonya Whitlock memperlakukannya dengan baik dan tidak mempersalahkan kalau ia tidak bisa bicara dan memiliki wajah cacat. Phillippa meminta izin pulang untuk menemui ayahnya untuk memastikan kalau ayahnya baik-baik saja, karena ia merasa khawatir dengan kesehatan ayahnya. Empat bulan yang lalu Phillippa menemukan ayahnya pingsan di kebun belakang dan ia sangat panik. Untung ada nyonya Raven datang membawakan makanan ke rumahnya, lalu nyonya Raven memanggil suaminya dan membawa Aegenis ke rumah sakit. Dokter yang memeriksanya mengatakan kalau ayahnya kena serangan jantung.

Sejak saat itu Phillippa benar-benar memperhatikan kesehatan ayah angkatnya. Ia tidak akan segan-segan memarahi ayahnya, jika lupa meminum obat atau melewatkan jam makannya. Phillippa sangat menyayanginya dan ia tidak ingin kehilangan ayahnya, karena ayahnya adalah satu-satunya yang ia miliki sekarang. Ia sudah kehilangan semuanya dimasa lalu dan tidak ingin kehilangan untuk kedua kalinya. Hidupnya sekarang sudah tenang dan bahagia. Phillippa tidak akan membiarkan seorang pun yang merenggut kebahagiaannya sekarang.

Phillippa tersenyum memperhatikan ayahnya yang sedang makan. Baginya sudah cukup, jika ayahnya berada disisinya.

''Bagaimana pekerjaanmu hari ini? Semuanya berjalan lancar?''

Phillippa mengangguk. Aegenis mulai membaca pergerakan tangan Phillipa.

Semua berjalan dengan lancar. Nyonya Whitlock merasa senang dengan pekerjaanku hari ini.

''Ayah senang mendengarnya. Sebaiknya kamu segera kembali ke tempat kerjamu."

"Aku akan kembali setelah ayah selesai makan,"ucap Agenis saat ia mengucapkan kata-kata Phillippa melalui bahasa isyaratnya.

Phillippa membereskan meja makan dan memastikan ayahnya sudah minum obat, kemudian ia kembali berpamitan kepada ayahnya. Toko bunga happy flower terlihat sangat ramai ketika Phillippa kembali dan ia segera masuk membantu nyonya Whitlock dan Angelica melayani para pembeli. Mereka dapat bernapas lega setelah para pembeli dilayani. Angelica dan nyonya Whitlock terlihat lelah dan mereka duduk santai sambil menikmati jus jeruk dingin yang baru dibuat oleh Phillipa.

''Ini semua karenamu Philly, kamu sangat hebat. Sejak kamu kerja disini tokoku selalu ramai. Dari mana kamu belajar merangkai bunga?''tanya nyonya Whitlock.

Phillippa menuliskan beberapa kata dalam secarik kertas, lalu memperlihatkannya kepada nyonya Whitlock dan Angelica.

Ibuku.

''Pasti ibumu sangat hebat dalam merangkai bunga. Apa ibumu memiliki toko bunga sendiri?''tanya nyonya Whitlock lagi.

Dengan cepat Phillipa kembali menulis jawabannya. Ibuku sangat menyukai bunga. Dia memiliki taman bunga yang sangat luas. Ibuku tidak memiliki toko bunga.

''Oh. Sayang sekali. Tapi aku senang keahlian ibumu menurun kepadamu. Kamu pasti sangat merindukannya bukan?''

Phillippa mengangguk. Nyonya Whitlock berdiri, lalu memeluk Phillippa. ''Ibumu pasti sangat senang memiliki anak sepertimu,''katanya kemudian, lalu nyonya Whitlock melepaskan pelukannya dan berkata,''Sebaiknya kita menutup toko sekarang. Kurasa hari ini sudah cukup. Kalian boleh pulang setelah membereskan toko."

Nyonya Whitlock pergi ke lantai dua toko bunganya, setelah wanita itu tidak terlihat, Angelica mendekati Phillippa yang sedang membereskan daun-daun dan batang bunga yang berserakan di lantai. '' Philly, apa kamu tahu gosip yang sekarang sedang ramai dibicarakan?''tanya Angelica dengan suara pelan hampir menyerupai bisikan.

Angelica Brian adalah salah satu pelayan toko happy flower sekaligus temannya yang paling cerewet, meskipun begitu dia gadis yang baik, cantik, dan seumuran dengannya. Angelica memiliki rambut merah sebahu dengan mata coklat terang dan dia suka sekali bergosip. Angelica tahu segalanya tentang apa yang terjadi di kota ini. Dia juga adalah teman terbaik yang ia punya sekaligus orang pertama yang mau berteman dengannya.

Phillippa menggelengkan kepalanya.

''Menurut kabar , anak laki-laki terakhir suami istri Raven sudah datang. Charlotte melihatnya sedang berjalan-jalan disekitar sini ketika kamu sedang pulang ke rumah. Charlotte hampir pingsan melihatnya, karena menurutnya dia sangat tampan. Sayang sekali aku tidak melihatnya. Rumahmu kan dekat dengannya, jadi kamu bisa melihat seperti apa dia. Semua wanita disini ramai membicarakan dia."

Phillippa hanya mendengarkannnya dengan tersenyum sambil membereskan toko bunga dan membiarkan Angelica terus berbicara.''Namanya kalau tidak salah Tristan. Kamu harus melihat seperti apa dia. Apa dia setampan yang dibicarakan oleh para wanita di sini."

Angelica melihat Phillippa yang sibuk membereskan toko dan ia terlihat kesal melihatnya.''Apa kaMu mendengarkan apa yang aku katakan?''

Phillippa menulis jawabannya dalam selembar kertas. Iya. Aku mendengarkannya.

''Bagus. Menurut kabar ia masih lajang . Ini kesempatan kita untuk menarik perhatiannya. Mungkin dia akan menyukai salah satu diantara kita. Jika akhirnya dia menyukaimu, aku akan merelakannya untukmu. Kamu mau kan mencari informasi tentang dia."

Phillippa menatap Angelica tidak suka.''Ayolah Philly!''katanya dengan memohon. Gadis itu menghela napas panjang, lalu mengangguk. ''Terima kasih Philly,''ucap Angelica gembira dan langsung memeluknya.''Kamu teman yang sangat baik."

Toko bunga sudah terlihat bersih setelah setengah jam mereka membersihkannya. Phillippa membereskan tumpukan koran dan majalah yang masih berantakan di meja di samping kasir. Tubuhya menjadi tegang dan kedua tangannya mencengkeram kuat kedua sisi koran. Phillippa melihat wajah pria yang ia sangat kenal. Mata hijau terangnya memancarkan kemarahan dan dendam kepada pria yang sudah membuat keluarganya hancur . Phillippa ingin sekali menghancurkan hidup pria itu seperti pria itu menghancurkan hidup keluarganya. Foto keluarga bahagia yang dipasang dikoran itu membuat Phillippa semakin marah. Ia ***-remas koran itu dengan kesal dan membuangnya ke tong sampah.[ ]

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!