Aku berjalan riang memasuki sebuah kantor yang terkenal, tak sembarang orang mampu masuk dan menjumpai petinggi perusahaan tersebut. Tapi, aku sudah biasa ke perusahaan ini hingga membuat ku bosan sebenarnya, para karyawan sudah akrab dengan ku tak ada rasa segan untuk bertegur sapa . Aku masuk ke salah satu ruangan yang elegan dan mewah walaupun terlihat sederhana.
" ngapain lu disini?" tanya nya ketus, aku melirik nya sinis
" santai lu... Tadi gue ke rumah lu, nih bunda nitip ini ke gua" Jawab ku tak kalah ketus aku memberi rantangan titipan tersebut.
" Udah gue mau cabut dulu, inget janji lu " lanjut ku dan beranjak keluar, baru lima langkah aku berjalan ia sudah mengejek ku
" dasar kelinci" ejeknya pelan namun masih bisa ku dengar, aku berbalik dan mengumpat nya lagi
" dasar tikus, wlee..." aku segera berlari kecil meninggalkan ruangan tersebut.
Aku berjalan sambil bersenandung melewati beberapa karyawan dan sesekali memberikan senyuman simpul ku.
Aku menuju apartemen ku, rasanya hari ini aku seperti terkena rasa mager, akhirnya aku hanya duduk diam dan menonton rasa mager ku susah terus melanda ku. Tanpa terasa akhirnya aku tertidur pulas di kasur dengan Acara tv ku masih berlangsung.
Aku bangun dari tidur ku dan mencium aroma yang sangat sedap aku beranjak ke dapur dan melihat pria yang ku temui di kantor nya tadi
" eh... Rang masak apa lu? Enak banget wangi nya?" tanyaku penasaran dan berjalan mendekat
" sup iga. Fi... Gue mau nya lu Udah liat reunian anak anak kuliah kita gak ? Lu di undang?" Tanya Rangga, aku segera mengambil handphone ku dan melihat pesan masuk ke nomor ku
"kepada Relifio untuk datang ke acara reunian besok di cafe ceramah pukul 17.00- selesai"
" besok? Mendadak amat " protes ku kesal dan di setujui oleh Rangga
" iye... Malah kite kan mau jalan entar ke Pantai Denpasar besok, sesuai janji gue lah terus gimana nih?" tanya Rangga bingung
" gue sebenernya males, bakal ketemu Nenek lampir" ucap ku tiba tiba
" nek lampir ? Siapa?" Tanya Rangga bingung
"Stella yang suka sama lu, kalau lihat gue jalan sama lu bisa di kerjain gue, yang di siram lah, dilabrak,dll" jawab ku menjelaskan dari Matahari hingga Pluto
" ihh.... Gue juga jijik lihat dia ngedeketin gue" celetuk Rangga dengan ekspresi jijik nya
Aku hanya tertawa kecil melihat tingkah lakunya yang menjadi incaran para wanita, kecuali aku. Kami sudah bersahabat sejak SMP kelas 2, keluarga ku dan keluarga nya sudah kenal dekat, jauh sebelum kami kenal.
" asik gak jadi orang ganteng?" tanya ku sambil membantu ia memasak.
ia menggeleng sempurna, 5 detik kemudian dia melihat ke arah ku, sambil tersenyum lebar. Aku hanya melanjutkan kegiatan ku. Ia terus melihat ku, akhirnya aku bertanya kepada nya.
"Napa lu lihat gue gitu?" tanya ku ketus
" tadi lu bilang gue ganteng " jawab nya singkat, aku membola baru sadar dengan perkataan ku tadi.
" Pd banget lu, lah gue nanya sesuai yang di bilang orang orang" ucap ku membelah diri
" iya in aja deh kelinci " gumamnya pelan namun masih dapat ku dengar. Aku menyerangnya dengan cara memukul lengannya.
" ih.. Elu bikin gue bad mood aja" ucap ku kesal.
\*\*\*\*\*
heyong guys jangan lupa like, komen, vote dll
" gak usah gitu ekspresi lu" Ucap Rangga melirik ku. Aku yang di lirik hanya berdecak sebal.
" Rang... Gue mau cerita ama lu... mau denger gak lu?" tanyaku was was, takutnya orang udah cerita panjang lebar malah dia nya sibuk sendiri.
" Gue setia sama lu... Gue bakal dengerin semua keluh kesah lu, gue siap" Jawab Rangga meyakinkan.
Aku mengambil kursi dan memberinya pada Rangga. Aku juga melakukan hal yang sama, aku menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan nafas perlahan. Rasanya ingin sekali aku menangis, setiap mengingat cerita yang berbeda dari anak biasanya.
" Rang... Gue rindu ama Arkan, setiap gue ingat cerita tentang anak 4 tahun itu selalu buat gue mau nangis"
" Gue belum mendengar jelas cerita dia, karena waktu itu dia sendiri yang cerita. Jadi gue cuman mau nanya sama lu gimana cerita sebenarnya?" Tanya ku memohon.
Aku melihat wajah Rangga mendongak keatas melihat ke langit langit langit apartemen tersebut. Ia menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan nya dalam sekali hembusan.
" ARKAN anak dari mbak Dain, seperti yang lu tau mbak Dain orang nya tertutup... lu orang satu satunya bisa akrab sama mbak Dain, mbak Dain dulu orang nya ceria banget.... tapi semuanya berubah setelah dia kehilangan suami yang sangat dia cintai, tepat setelah 1 jam Arkan lahir saat itu. Ia benar benar terpukul, bahkan... " sekali lagi Rangga menarik nafas dalam dan menghembuskan nafasnya pelan
" Bagi mbak Dain pernah menyebut Arkan anak sial" sepenggal kata itu membuat hati ku teriris perih
" Karena bagi mbak Dain, Arkan lahir membuat orang yang di cintai nya itu pergi selamanya, mbak Dain sama sekali nggak mau ngurus Arkan bahkan melihat Arkan saja mbak Dain seperti jijik. Hal itu berlangsung hingga umur Arkan 1 tahun. Akhirnya mbak Dain sadar akan perbuatan nya yang salah itu ia fokus untuk menjaga Arkan... Dan menebus kesalahannya, tapi aku ingat Arkan pernah nanya mana papa? pingin punya adik! Arkan terus ngomong hal itu walaupun mbak Dain udah ngasih pengertian tapi dia tetap ngotot... akhirnya mbak Dain membentak Arkan. mbak Dain rasanya udah frustasi, sejak saat itu Arkan gak pernah nanya tentang hal itu" Jelas Rangga, yang sudah membuat mata ku berkaca kaca.
" Aku kasihan lihat dia begitu" ucap ku lirih sangat lirih.
" udah gih kita makan Aja, udah gosong nih sup iga nya" Aku tau Rangga sedang berusaha mencairkan suasana.
Aku hanya menikmati makanan tersebut,di Apartemen pemberian Rangga. Yah, Apartemen ini pemberian Rangga dalam rangka memperingati hari ulang tahun ku.
entah kenapa saat itu Rangga memberikan hadiah apartemen dengan alasan " yah... waktu itu ngeluh sama Apartemen pribadi lu yang bosan makanya, gue kasih hadiah ini buat lu" itu alasan Rangga yang aku terima, aku memiliki Apartemen yang mewah, Megah, dan Elegan. Tapi, aku sudah bosan dengan itu . Orang tua ku beserta beberapa saudara ku pergi ke Singapura karena di sanalah pusat perusahaan orang tua ku. Mereka menitipkan aku kepada Rangga, tapi tenang aja Money selalu mengalir setiap Minggu, dan setiap di minta. Beserta beberapa fasilitas yang sudah di ubah atas nama ku. Seperti, Mansion, Rumah, Apartemen, dll. Aku tidak keberatan di tinggal di negara tercinta ini apalagi bersama Rangga.
" Fi... Tadi Arkan di rumah mommy?" tanya Rangga dan mendapat Anggukan dari ku.
" Nanti kita ajak Arkan jalan jalan ya, udah lama gak ajak dia main main" pintaku dan mendapat anggukan dari Rangga.
Aku sangat senang, dan mempercepat kecepatan makan ku, aku sudah tak sabar menagih janji dari Rangga untuk mengajak Arkan jalan jalan.
Aku sudah menghabiskan makanan ku, begitu juga dengan Rangga.
" Tunggu biar gue cuci piring nya dulu" Pinta Rangga ingin beranjak pergi, aku segera menarik nya dan menyuruhnya duduk kembali.
" udah biar gue aja biar cepat, lu beres beres aja" ucap ku dan dengan kilat ke dapur untuk mencuci piring tersebut.
Setelah beberapa menit aku segera menghampiri Rangga, yang sedang bermain ponsel.
" Ayukk..." Ajak ku semangat, aku mengambil tas selempang ku, dan berjalan keluar apartemen. Rangga berjalan di belakang ku ia segera menutup pintu apartemen ku. Ia juga memiliki akses untuk keluar masuk apartemen tersebut .
-------------------------
Sesampainya di rumah keluarga besar QAYWERIS. Aku disambut hangat oleh keluarga Rangga, apalagi bocil berumur 4 tahun yang langsung menghambur memeluk ku. Aku segera berjongkok dan merentangkan kedua tangan ku dan memeluk tubuh yang mungil. Aku segera menggendong tubuh mungil tersebut dan menyalami Tante, Om dan mbak Dain.
" Kalian ini dari mana?" Tanya mbak Dain
" habis makan siang mbak " Jawab ku sambil melempar senyum manis ku.
Tiba tiba Rangga menarik tangan ku, aku segera permisi dan mengikuti langkah Rangga menuju Ke dalam rumah.
" lu ngapain narik narik gue, gue belum selesai bicara sama yang lain. Gak sopan tau!!" protes ku kesal
" aduh... Kalian ini akur dikit langsung ribut" Sindir mbak Dain, aku langsung melirik tajam ke arah Rangga.
" Mbak..., aku izin bawah Arkan jalan jalan boleh gak?" tanya ku, aku tak pernah izin kepada mbak Dain biasanya Rangga atau Arkan sendiri nya yang meminta izin.
Rasanya, jantung berdegup kencang aku meminta izin secara langsung seperti ini bukan tanpa alasan, melainkan karena rindu yang memburu ku... Yah, Arkan baru datang dari luar kota 5 hari yang lalu saat mbak Dain ada urusan perusahaan.
" boleh..., bawa aja" Jawab mbak Dain santai aku bernafas lega...
Tiba tiba Arkan berteriak senang, aku dapat melihat wajah Antusiasme dari wajah anak itu.
kami pergi menuju mobil, sesampainya di mobil aku menempatkan Arkan di pangkuanku.
" yakin lu kuat mangku Arkan?" tanya Rangga remeh, aku hanya mengangguk sambil menatap wajah Arkan senang. Tak peduli, dengan wajah Rangga sekarang.
"cisss...." kami ber tiga sedang selfie di dalam mobil tersebut.
" Alkan mau main Timezone" celetuk Arkan dan di setujui oleh aku dan Rangga.
Sesampainya di tempat yang dituju, Arkan langsung mengambil ahli permainan basket. Rangga membuka jas nya dan aku memegang jas tersebut, ia menggulung lengan panjang kemeja nya. Rangga tampak menikmati permainan nya, tak lupa mengabadikan momen tersebut, aku memotret mereka berdua. Tak sampai disitu, Arkan dan Rangga mengambil ahli permainan lainnya.
"Aunty, Ayut main mecin apit... Uncle Langga belum bisa ambil boneta di dalam citu "pinta Arkan cadel, aku tertawa saat mendengar anak itu berbicara dan menarik tanganku.
"itu Uncle, nda bisa ambil boneta titus nah" ucap Arkan menunjuk Rangga, aku tersenyum mengejek Rangga yang tak bisa mengambil boneka tersebut.
" gimana Uncle gak bisa ambil, kamu minta nya yang susah" ucap Rangga membela diri.
" pantes uncle kamu gak bisa ambil boneka nya, orang om kamu takut tikus haha..." ejek ku sambil terkekeh kecil melihat wajah Rangga.
Aku mengambil ahli mesin capit tersebut, dengan ketelitian yang tinggi aku mulai melakukan permainan, pertama kali aku gagal, kedua kali juga sampai ke empat kali dimana titik ingin menyerah. Tapi, di percobaan terakhir aku berhasil mengambil boneka yang di inginkan Arkan, aku bernafas lega saat melihat senyuman Arkan. Rangga mengotak katik handphone nya, aku tahu ia tadi sedang memotret ku. Tak ingin ambil pusing aku segera mengajak makan, merek berdua juga sudah lelah bermain dengan semangat yang menguras tenaga. Kami menuju Restauran Jepang yang terdekat di arena Timezone tersebut.
"Aaahh..." aku menyuapi Arkan untuk makan. Aku tersenyum setiap kali ia tertawa, aku mencubit pipi bakpao milik Arkan, aku yang sadar bahwa Rangga memotret ku sedari tadi, menatap tajam ke arahnya... Secara bersamaan Arkan juga menatapnya tajam, kerena mengganggu konsentrasi nya makan. Aku tertawa melihat hasil potret yang tak sengaja ini. Begitu lucu, apalagi setelah melihat wajah Rangga yang kaget melihat kekompakan ku dengan Arkan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!