NovelToon NovelToon

Istri Dari Ketua Geng Motor

Perjodohan

Where the North wind meets the sea

There's a river full of memory

Sleep, my darling, safe and sound

For in this river, all is found

⁓⁓⁓⁓⁓

In her waters, deep and true

Lie the answers and a path for you

Dive down deep into her sound

But not too far or you'll be drowned

Nyanyian itu menyelusup lembut ke dalam tenda, membangunkan seorang pemuda dari tidurnya. Pemuda itu keluar matanya menatap hutan yang sunyi, mencari-cari siapa yang menyanyikan lagu indah di tengah malam ini. Dia tidak merasa takut sama sekai, dia yakin jika  suara itu berasal dari seorang manusia.

Saat berjalan mengelilingi tenda-tenda yang berada disana, saat mendekati sungai, ia melihat seorang gadis remaja duduk di bawah pohon rimbun dengan posisi memunggunginya dan menatap ke arah bulan purnama. Ia tak bisa melihat wajah gadis itu, hanya siluet punggung yang dihiasi rambut panjang serta gaun vintage bermotif bunga-bunga, tampak mempesona di bawah sinar rembulan...

Yes, she will sing to those who'll hear

And in her song, all magic flows

But can you brave what you most fear?

Can you face what the river knows?

⁓⁓⁓⁓⁓

Where the North wind meets the sea

There's a mother full of memory

Come, my darling, homeward bound

When all is lost, then all is found

..... Suara yang begitu indah dan mempesona.

--

Kriiing... kriing...

Bel berbunyi, menandakan berakhirnya jam sekolah. Di dalam kelas yang hampir kosong, Aria masih mencari-cari kacamata yang entah kemana perginya.

"dimana sih kaca mata aku" Tasnya sudah diobrak-abrik hingga seluruh isinya tercecer di atas meja, namun kacamata itu tetap tak ditemukan.

Dengan perasaan pasrah, Aria keluar kelas, menyadari waktu yang semakin sore dan tugasnya yang menunggu di tempat kerja. Saat melewati tong sampah dekat gerbang sekolah, ia tak sengaja melihat benda yang dicarinya tergeletak di sana.

"Astagfirullah..." hanya itu yang bisa diucapkannya sambil menghela napas panjang. Aria tahu pasti ini ulah teman-teman kelasnya yang memang suka mengerjainya. Aria lanjut berjalan ke gerbang sekolah.

vroom... vrooom....

suara motor itu ia sangat mengenalinya, motor seorang most wanted yang sudah menjadi primadona di sekolah ini yaitu Bagastya. Seorang yang sudah ia kagumi semenjak kelas 10 dulu. orang yang satu satunya membuat dia terpana pada pandangan pertama. Tapi sayangnya Bagastya sudah memiliki pacar yang mana tentu saja tidak akan dapat disandingi dengan dirinya yaitu Vanessa.

Vanessa juga merupakan mots wanted di sekolah ini, dengan wajah yang cantik dan fisik yang ideal sangat cocok bila disandingkan dengan Bagastya. sedangkan dirinya, hanya seorang gadis culun dengan wajah yang tidak cantik dan fisik yang tidak ideal. Ntah mengapa ia bisa jatuh hati kepada Bagastya, dan pastinya laki-laki itu tidak akan pernah melirik dirinya.

Disana ia melihat Bagastya sedang menunggangi kuda besinya dan Vanessa duduk di jok belakang dengan memeluk erat pinggang Bagastya.

"untuk apa sih ngelihat mereka, kan cari penyakit namanya" dadanya terasa perih setiap melihat kedua most wanted itu berbarengan. apa lagi saat di kelas, ia memilih untuk tidak menolehkan kepalanya ke arah mereka berdua yang sedang bermesraan.

Aria menggelengkan kepala, lalu memutuskan untuk pergi ke caffe tempat dia bekerja. Aria itu sebenarnya bukan berasal dari keluarga yang miskin dan juga bukan yang kaya. ia bekerja untuk mendapatkan uang sakunya sendiri, hanya karena sebuah kesalahan yang tidak sengaja Aria lakukan kepada adiknya Arian. Marco, ayahnya tidak lagi memberikan uang jajan sebagai hukuman. Marco seorang Menejer utama di sebuah Perusahaan yang cukup terkenal yaitu AdiCom yang Dimana pastina Marco mendapatkan gaji yang cukup tinggi.

Dulu disaat bundanya masih ada, Aria hidup dikeluarga yang cemara dimana sat itu Marco sangat menyayanginya. Tapi sangat di sayangkan Marco ternyata berselingkuh dan telah memiliki seorang anak laki laki di saat umurnya 3 tahun.

Hingga tibalah di saat Aria berusia 10 tahun, semua kelakuan Marco terbongkar, wanita selingkuhan ayahnya itu datang ke acara ulang tahunnya dengan membawa serang anak laki-laki yang saat itu berusia 7 tahun,

Bundanya yang saat itu memang sedang kurang sehat langsung terpingsan saat itu juga. Dengan cepat bundanya dilarikan ke UGD dan sangat disayangkan bundanya tidak dapat di selamatkan karena serangan jantung. Dunia Aria terasa akan runtuh seketika, orang yang sangat ia sayangi telah pergi. Tak lama dari kepergian bundanya, Marco telah mengajak anak dan istri simpanannya untuk tinggal di rumah yang ia tempati di bandung. Tanpa di sangka tenyata sikap Marco yang awalnya menyayangi dirinya perlahan mulai berubah menjadi tidak peduli kepadanya dan Aria sangat kecewa akan hal itu.

Tapi Aria ingat, sebelum dinyatakan meninggal, ibunya sempat memberikannya sebuah kalimat yang entah apakah ia bisa melakukan itu

"jangan membenci ayah dan ibu tirimu sayang, jadilah anak yang baik walaupun dalam hatimu sangat membenci mereka. Ingat, bunda pergi bukan karena mereka tapi karena Allah sayang sama bunda."

Kata kata yang cukup panjang dari bundanya itu sangat membuatnya bingung, Dia sangat membenci mereka berdua tapi dia juga tidak mau mengecewakan bundanya.

Aria menghela nafas mengingat hal itu, ia memasukki sebuah Caffe yang cukup ramai dengan pengunjung, dia pergi ke toilet untuk menukar seragam sekolah nya dengan pakaian kerjanya. Ia sudah cukup lama bekerjaa disini dan ia cukup nyaman walaupun pekerja di sini tidak ada yang mau berteman dengannya ntahlah karena apa, dia pun juga tidak tau. Ia akan bekerja dari jam lima soreh hingga jam sebelas malam atau hingga caffe ini tutup.

--

Di ruangan besar terdapat puluhan orang sedang melakukan party atas kemanangan yang mereka rasakan. Disana Bagastya selaku ketua geng sendang menikmati semangkuk Beer ditangannya. Dia terlihat tidak semangat, pikiran nya berkelana memikirkan apa yang ayahnya ucap tadi

Flashback on

“oh ayolah Pa, masa aku dijodohin sama cewe culun itu” Bagastya mengejar ayah nya

“Papa gak mau tau, kamu harus nikah sama dia" ucap mutlak ibrahim

" owh c'mon pa, papa kan sudah tau i have a girlfriend"

"pacar kamu yang beda agam itu?, kamu itu harus sadar, dia itu tidak bisa kamu miliki, kepercayaan aja udah beda, dan papa gak akan rela kalo kamu pindah agama."

" pa dia bisa kok masuk ke islam, dia udah janji itu sama Bagas"

" klo dia bisa, apakah keluarganya rela?" Bagastya terdiam

" gak bisa jawab kan kamu"

Maudya yang melihat itu tersenyum memegang bahu anaknya " Nak, gak baik mengambil seorang wanita dari ayahnya tanpa mendapatkan restu"

Maudya memeluk Bagas menenangkan "ikutilah kemauhan papamu nak, mama yakin wanita yang kamu bilang culun itu adalah wanita yang terbaik untuk kamu.?

" kenapa aku harus di jodohkan?, apa yang mereka perbuat hingga harus dijodohkan dengan aku pa, ma?"

"ayahnya telah memakan uang perusahaan, dan mereka tidak dapat mengganti uang itu, lalu mereka menyerahkan salah satu anaknya untuk bekerja di rumah kita" Ibrahim mendengar itu menghela nafas

"Mama kamu kenal sama cewe itu..."

"iya dia adalah salah satu pekerja di Caffe yang mama buka di dekat sekolah kamu, dia itu baik, dan sangat ramah. mama yakin dia akan membawa pengaruh baik sama kamu. kamu mau kan nak dijodohin sama dia, demi mama sayang" Maudya mencoba membujuk Bagastya

Huft.....

Flashback off

Mengingat nya saja sudah membuatnya kesal, apa yang akan dibilang kawan kawan nya jika dia menikah dengan Aria gadis yang terkenal culun seantero SMA AdiSchool.

“Boss” Bagastya menoleh kearah Farhan yang memanggilnya lalu mengangkat salah satu alisnya sebagai tanda tanya.

“besok kami mau main bolpan, lo mau ikut gak”

“gak deh, kalian aja, gua ada urusan”

“Dih sok sibuk lo boss”

“diem lu ye, gak gua traktir lagi nanti” Farhan yang mendengar itu membulatkan mata.

“jangan gitu dong boss. Kidding aja tadi heheh”

“hmm”

Besok ia harus pergi membeli mas kawin dan fitting baju karena Ibrahim menginginkan dia menikah di hari minggu sedangkan sekarang hari ini kamis itu tandanya tinggal dua hari lagi, emang gila Papanya itu.

--

Aria tersenyum melihat sekeliling Caffe “akhirnya selesai juga”

Dia melihat jam ternyata sudah jam setengah duabelas malam, dia harus cepat cepat pulang sebelum Marco memarahinya, sebenarnya dia sudah izin kepada ayahnya untuk pulang jam sebeas malam karena ia bekerja, Marco memberinya izin tapi jam 12 malam harus sudah ada di rumah. Ituah mengapa ia ingin cepat cepat pulang sekarang.

Saat telah sampai di halaman rumahnya, ia berjalan ke arah samping rumah nya menuju taman belakang, di sana terdapat sebuah kamar yang terhubung langsung dengan dapur, atau dapat di bilang kamar yang dia tempati adalah kamar pembantu. Kamar yang ia tempati dari umurnya 9 tahun yang lalu, dimana saat itu ibunya masih hidup.

Huft…

“Lelah sekali Ya Allah” tanpa Aria sadari ia telah terlelap tanpa mengganti pakaianya.

Keesokan paginya….

“Ariaaa Cepaaat, kamu ingin sarapan atau tidak” Aria berlari dari kamarnnya menuju meja makan saat mendengar panggilan dari Rini ibu tirinya. Cepat cepat ia duduk di dekat adik tirinya ia melihat rini dan marco menatapnya tajam.

“Maaf Yah, Bu aku telat” Aria pun duduk lalu mengambil makanan yang telah di siapkan.

Setelah selesai makan “Aria, ada yang ingin ayah bicarakan sama kamu”

Aria mengikuti Langkah ayahnya ke ruang tamu lalu duduk didepan ayahnya

“ada apa yah?"

“ayah akan menjodohkan kamu dengan anak CEO di Perusahaan ayah bekerja” tentu saja Aria kaget mendengarnya.

“kenapa aku yah”

“Lalu siapa lagi, adikmu laki-laki tidak mungkin menikah dengan laki-laki”

“Maksudku, kenapa ayah menjodohkan aku?”

“karena ayah ketauhan memakai duit Perusahaan” ucap marco santai

“ ayah korupsi?” Aria tidak percaya ini

“Iya dan kamu harus membayar uang itu dengan kamu menikah dengan anak nya”

Aira menolak “aku tidak mau ayah”

Marco menahan amarah nya agar tidak melukai putrinya ini “lalu kamu mau tidur di kolong jembatan?”

“Jadilah anak yang berguna sekali saja Aria, dari dulu hingga sekarang kamu tidak ada gunanya, kenapa aku harus memiliki anak sepertimu”

Kata kata itu sungguh sangat menyakitkan hati Aria. Aria berusaha menahan air mataya agar tidak keluar

“kamu akan menikah aria tidak ada penolakan.” Mutlak marco tidak dapat di ubah.

“ hari ini izin sekolah, kita akan kerumah Pak Ibrahim” Marco meninggalkan Aria sendirian di Ruang tamu.

Tanpa bisa di bendung, air mata dari bola mata berwarna abu abu itu keluar. Ia berlari memasukki kamar nya dan meringkuk. Ia membuka laci nakas lalu mengambil foto yag terdapat dirinya, ibunya dan marco di foto itu. Ia menatap foto itu lalu mengusap muka marco yang ada difoto itu.

“ayah kenapa berubah, dulu ayah sangat sayang kepada Ria. Ria tidak masalah jika ayah juga menyayangi Arian tapi jangan melupakan Ria juga” Aria memeluk Foto itu dengan isak tangis yang senduh.

hiks...hiks....

" Bunda Ria rindu, bunda kenapa gak datang ke mimpi Ria lagi?, bunda masih sayang kan sama Ria. Bunda Ria gak mau di jodohin tapi Ria gak misa nolak perkataan ayah. Ayah jahat bunda, ayah gak sayang lagi sama Ria"

hiks.... hiks....

"Bunda, maafin Ria gak bisa jengukkin bunda lagi, sekarang Ria udah pndah ke jakarta bun, ria gak bisa balik lagi ke Bandung, Ria gak ada uang mau ke sana. Nanti kalo Ria udh ada uang, Ria usahain pergi ke makam bunda. Sekarang Ria hanya bisa doain bunda dari sini, Bunda gak usah hawatir, Ria usahakan untuk menerima takdir Ria"

heks...hiks...

tanpa Aria Sadari, sepasang mata sedang melihat dia dari celah pintu. Dia menatap Aria dengan tatapan dingin tapi tersirat kesedihan, walaupun ia dan Aria berbeda ibu, tapi Aria adalah kakak yang baik untuk nya Arian.

....

Pertemuan

--

Soreh ini Aria dan sekeluarga sudah pergi menuju ke kediaman Boss dari Marco, Aria bahkan tidak mengetahui siapa yang akan dijodohkan dengan dia. Di sepanjang jalan Aria diam termenung memikirkan perjodohakn ini, ia bahkan belum genap 19 tahun tapi dia sudah harus menikah. Bagaimana jika pria yang akan dijodohkan dengannya tidak menyukai dirinya yang buruk ini, bagaimana jika pria itu adalah seorang yang kasar, aria menggeleng memegang kepalanya yang using, memikirkan nya saja sudah buat pusing. Sepertinya dia memang harus menerima takdir yang sudah diberikan untuknya.

Mobil yang di tumpangi keluargnnya memasuki sebuah area rumah yang sangat luas dan lebar, apakah ini rumah orang yang akan dijodohkan dengan dirinya?. rumah yang sangat mewah, apakah dia cocok tinggal di rumah ini? hahaha dia pasti akan di anggap sebagai pembantu.

"Assalamulaikum" Marko tidak lagi menekan bel saat melihat pintu rumah mewah itu terbuka.

" Waalaikumsalam, silakan masuk" Ibrahim keluar dengan wajah yang dingin. melihat itu Aria langsung menundukan pandangannya.

Mereka berempat pun masuk ke rumah mewah itu dan dapat Aria lihat ada seorang wanita yang tengah duduk di ruang tamu. ia seperti mengenal wanita itu, wajahnya sangat familiar, ah benar dia adalah Boss dari pemilik Caffe ditempat ia bekerja.

" silahkan duduk"  Aria duduk lalu melihat sekeliling, rumah ini sangat besar dan terdapat sebuah foto keluarga yang terpajang di sana, dia seperti mengenal laki-laki yang ada di sana. apa mungkin diakah orangnya? Mana mungkin orang itu mau menikah dengannya. tak lama terdengar Suara ibrahim mebuyarkan fikirannya

"Baiklah langsung saja, apakah perempua itu yang akan kamu beri untuk menikah dengan anak saya. Ibrahim melihat aria dari atas kebawah dengan tatapan selidik, Aria yang diperlakukan seperti itu pun semakin menundukan kepalanya.

" Iya pak dia orangnya, Putri saya satu-satunya" Marco menyengol kakinya megkode Aria

"A-Assalamualaikum pak, saya Ariana Victoria Nugraha panggil saja saya Aria"

"Waalaikumsalam, baiklah mungkin kamu sudah tau bahwa kamu akan dijodohkan dengan anak saya dan pastinya kamu tidak bisa menolak karena ini konsekuensi dari kesalahan Ayah kamu yang telah memakan uang perusahaan. Aria semakin tertunduk mendengar itu

"Aria, kamu yang bekerja di Caffe saya kan?, yang mengambil Sift malam?" Aria semakin menunduk malu mendengar itu dan dia hanya bisa mengangguk meng iyakan.

Ibrahim yang melihat itu hanya diam saja, karena sebelumnya dia meman sudah mencari tahu siapa yang akan menkah dengan anaknya.

"sayang telfon anak kamu, sudah tau ada calonnya di sini kok malah keluyuran"

--

"halo ma?"

"astagfirullah, pulang nak kan sudah tau hari ini ada pertemuan dengan calon kamu"  Bagastya menghea nafasnya saat mendengar sahutan Maudya di seberang telfon.

"apasih ma, mama aja deh yang handle deh, aku males pulang"

" kamu itu harus au siapa calon kamu, bagai mana sih, pulang sekarang" Mutlak maudya.

Huft.....

Bagastya berdiri memakai jaket dan pergi keluar tanpa berpamitan. Farhan, Riki dan Yogi yang melihat itu mengernyitkan dahi heran.

Yogi menoleh ke arah Farhan "mau kemane tuh boss"

Farhan mendengus " yamana guw tau, lo kira gua mak nya"

"Aneh juga sih, boss itu biasanya gak akan sebentar disekre. lah ini baru dua jam" Farhan mengangguk membenarkan

"ada yang mau diselesaikan mungkin"

Sedangkan itu Bagasta tengah menunggngi kuda besinya santai menuju kerumah, dia tidak peduli Maudya akan mengomel nantinya karena terambat, tapi dia sangat tidak peduli dengan perjodohan ini terserah apa yang akan dilakukan oleh Ibrahim dia akan terima saja.

--

Bagastya nampak memasuki rumahnya dengan raut wajah yang dingin.

"Nah itu dia orangnya, Bagas ayo kesini nak" Mata Aria melebar melihat laki-laki yang akan dijodohkan denganya.

BAGASTYA-teriaknya dalam hati

Apakah ini mimpi?, apakah benar Bagasya laki-laki yang akan dijodohkan denganya? jika benar, apakah sekarang dia boleh bahagia atas perjodohakn ini? yah benar, dia sangat bahagia atas perjodohan ini. Laki-laki yang sselama ini dia idam idamkan anak menjadi suaminya.

"Aria kenalin ini Bagasya anak satu satunya mama" Aria mengangguk.

"Bagastya, kenalin ini Aria yang akan menikah dengan kamu dan mama rasa kamu sudah tau dengan dia karena kalian sekelas kan"

"hhmmm"

Maudya menggeleng mendengar deheman anaknya. "Aria kamu jangan heran ya, Bagastya memang seperti itu orangnya"

"Baiklah dengarkan, kalian berdua akan menikah hari minggu lusa. Aria kamu besok harus datang ke rumah saya untuk melakukan fitting baju pernikahan. Dan kalian berdua sudah saya izinkan di sekolah selama seminggu"

Aria hanya mengangguk mendengar itu. Sedangkan Bagastya, dia tengah menatap Aria sedari tadi dengan seringaian kecil.

"Aria, lihat aja gua bakal bikin hidup lo gak tenang nantinya."

Tanpa Bagastya ketahui ada sepasang mata tengah menatapnya tajam di ruangan itu, dia seperti tidak rela jika Aria akan menikah dengan Bagastya.

" Dan kepada Anda Pak Marco, Aria adalah sebagai Jaminan di sini. anda tetap harus mengganti uang perusahaan yang telah anda maka"

"Baik pak, saya akan usahakan"  ibrahim mengalihkan pandanganya menghadap Bagastya yang sedang memainkan ponselnya.

"Bagas" Bagastya menoleh kearah ibrahim

"Sekarang kamu ajak Aria Pergi Beli Mas kawin sana"

"hhmm" Aria yang melihat Bagastya beranjak dari duduknya ikut berdiri dan mengikuti kemana Bagastya pergi. Saat dimobil, ia memilih duduk di belakang pun tersentak.

"Lo kira gua supir lo apa, pindah kedepan sekarang"

"m-maaf" Aria cepat cepat pindah kedepan.

Selama diperjalanan, hanya terdapat keheningan.

"gua harap lo tau batasan" ucap Bagastya tiba-tiba

"Gua nikahin lo, karena lu itu adalah jaminan, klo bokap lo sudah melunasi hutanya, maka pernikahan ini gak bakal berjalan lagi. Paham gak?"

Benar, Mana mungkin Bagastya akan mencintainya. Bagasyta memiliki Vanessa yang tidak ada kurangnya. Mana bisa dia dibandingkan dngan Vanessa yang memiliki banyak kelebihannya.

"I-Iya Paham kok"

Bagastya pun melajukan mobilnya menuju ke toko emas milik tante Vina adik mamanya. Sesampainya di sana mereka berdua langsung disambut oleh orang suruhan Vina.

"Selamat Soreh Tuan Adimanta"

"Soreh, apa tante sudah memberi tahu kalian untuk apa saya kesini"

"sudah tuan, Baik tolong ikuti saya tuan" mereka berduapun brjalan mengikuti orang suruhan Vina.

"Kami telah menyiapkan beberapa cincin yang bagus" Mata Bagastya menatap Aira yang tengah melamun di sampingnya, ntah apa yang sedang difikirkan dengan gadis berkacamata itu.

"Pilih" Aira tersentak kebingungan.

"hah?" Bagastya mendengus

"Lo pilih cincin nikahnya"

Aira menunjuk dirinya "aku?"

Bagastya mendengus " iya lo lah, trus siapa lagi, mba ini?"

"i-iya maaf" Aira menatap beberapa cincin yang tengah diperlihatkan kepadaya.

"yang ni mba" Ntah mengapa bola mata abu-abu itu hanya tertuju pada cincin yang memiliki permata berwarna ungu galaksi Warna kesukaannya. dia memakai cincin itu dan ternyata cincin itu muat dengan dia.

"Ambil yang itu mba"

"baik tuan" jawab orang itu

--

Pagi ini Dirumah keluarga Adimanta Aria sedang melihat lihat koleksi gaun pernikahan yang cocok untuknya. Calon mertuanya itu ternyata memanggil sebuah butik datang ke-kediamannya untuk membawa semua koleksi gaun pernikahan. Ntah mengapa ia merasa sangat tidak cocok dengan gaun-gaun mahal ini, satu gaun saja harganya sudah 15 juta.

"Aria, kayaknya gaun ini cocok sama kamu. sana gih dicoba gaunya " Aria pun mencoba gaun pilihan caln mertuanya itu. Ia berdiri menghadap cermin ntah mengapa ia merasa tidak pantas memakai gaun mewa ini. Gaun ini tidak buruk, Gaun ini sangan cantik dengan terdapat mutiara di beberapa tempat yang menabah sisi elegant dari gaun tersebut. Namun, apakah dirinya cocok memakai gaun ini?.

Terdengar suara pintu kamar yang terbuka, terlihat Maudya memasukki kamar tempat dia ganti baju.

"tuhkan benar kata mama, Gaun ini cocok sama kamu" melihat Aria yang tidak percaya diri, Maudya mengelus pipi Aria sambil tersenyum.

"kamu itu cantik, hanya saja kurang perawatan, Bagaimana jika besok kita pergi prawatan?" Melihat Aria mengangguk Maudya terlihat senang dan langsung memeluk calon menantunya itu. denganpelukan itu ternyata membuat Aria nyaman, pelukan yang telah lama Aria nantikan dari ayahnya tapi malah diberikan olah orang asing yang mana akan menjadi ibu mertuanya. Pelukan ini sangat nyaman.

"Ibu Maudya, Apakah Aria bisa panggil ibu dengan sebutan Mama?" Maudya tak dapat membendung air matanya saat mendengar pertanyaan itu.

" of course sayang, Anggap mama sebagai ibu kandung kamu ya sayang"

"iya mama, terimakasih banyak"

--

Ditempat lain terdapat Seorang laki-laki dan perempuan tengah berjalan jalan di sekitar danau, mereka adalah Bagastya dan Vanessa.

"Sayang, kamu beneran mau menikah? trus aku bagaimana" tanya Vanessa Kesal.

"Iya, kamu tanang saja, saat orang tua mereka sudah melunasi uang perusahaan, aku bakal caraikan dia" Vanessa yang mendengar itu lalu memayunkan bibirnya kesal.

"janji ya" Vanessa menunjukkan jari kelingkingnya

cup...

Vanessa tersenyum mendaptkan kecupan itu "Aku janji, jangan dimayunkan gitu dong bibirnya"

--

Rumah Tangga

--

Seorang gadis tengah menatap pantulan dirinya didepan kaca, gadis itu terlihat sangat cantik pada hari ini. Gaun yang ia pakai terlihat sangat cocok dengan lekuk tubuhnya,Rambutnya yang dibiarkan tergerai dihiasi dengan sebuah mahota yang menambah kesan elegant pada dirinya.

tok...tok...tok...

Terdengar suara pintu, Aria melihat dua orang wanita memasukki ruangan yang ia tempatkan. yaitu Maudya dan Rini ibu tirinya.

"Masyaallah, kamu cantik sekali sayang" Maudya dan Rini terkesiap melihat perubahan pada diri Aria. Rini melihat Aria dengan senyum bahagia melihat Aira yang sangat cantik pada hari ini .Rini itu bukan orang yang jahat kepada Aria, ia hanya bersikap tegas kepada Aria walaupun Aria bukan anak kandungnya, tapi ntah mengapa Aria berfikiran bahwa Rini lah yag telah membuat bundanya meninggal dunia.

Hari ini, Aria yang culun dan selalu memakai kacamata itu sekarang terlihat sangat berbeda, dengan polesan make up yang sederhana nan elegant membuat dirinya terlihat seperti Artis-artis Hollywood.  Riasan ini benar-benar mengubah mukannya.

Tak lama terdengar teriakan dari lantai bawah yang menyadarkanya bahwa dia sekarang sudah menjadi seorang istri.

sedangkan itu di lantai bawah

"Wahai Bagastya Adimanta Pratama, saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan Ariana Victoria Nugraha , anak saya dengan maskawin uang tunai satu miliar rupiah dan seprangkat alat sholat dibayar tunai."

"Saya terima nikah dan kawinya Ariana Victoria Nugraha binti Marco Antonio Nugraha dengan maskawin tersebut dibayar tunai."

"Bagaimana para saksi Sah"

"SAH"

"Alhamdullillah"

"Baiklah kepada mempelai perempuan silahkan dipanggil untuk kebawah" Bi Lala mendengar itu bergegas menuju lantai atas

" Permisi bu, Non Aria sudah ditunggu di bawah"

"Baiklah sayag, ayo kita turun ke bawah" ajak Maudya

Aria dia menuruni tangga degan menggandeng kedua tangan wanita yang ia panggil ibu itu. Dia sangat merasa gugup saat melihat semua orang menatap kearah dirinya. Ia berjalan ke hadapan Bagastya.

Setelah sampai, Maudya memberikan tangan kanan Aria ke pada Bagastya. Bagastya pun menerimanya lalu menarik Aria untuk berdiri disampingnya. Bagastya terpana melihat wajah Aria, sia bukan seperti Aria yang ia ketahui di sekolah, Wajah itu terlihat sangat indah.

"Silahkan kepada kedua mempelai untuk bertukar cincin" Bagastya mengambil tanyang kiri Aria dan memakaikan cincin di jari manisnya. Dan begitu pula yang dilakukan Aria. Aria mengambil tangan kanan Bagastya untuk menciumnya, dan Bagastya mencium keningnya. Ntah kenapa ia bergerak sepontan untuk mendekatka bibirnya kepada kening Aria.

"Baiklah, Bagastya dan Aria silahkan tanda tangani buku nikahnya" mereka berdua pun menandatangani buku nikah tersebut.

" Silahkan kalian berdua berganti baju, karna siang ini akan langsung dilanjutkan dengan acara resepsi" Bagastya dan Aria berjalan ke dalam kamar untuk bertukar pakaian.

Sesampainya di kamar Bagastya, ia melihat sudah ada dua baju yag sudah disiapkan oleh Maudya untuk Bagastya dan Aria kenakan.

Tok.... Tok.... Tok....

Bagastya melihat kearah pintu, terdapat Bi Lala yg mengetok pintu di sana.

" maaf den, sama mau bantu mom Aria untuk ganti pakaian"

" Hmm silahkan" Bi Lala mendekati Aria dan mengajak aria memasuki Walk in Closet.

"Non maaf ya, saya bantu ganti bajunya" izin Bi Lala

" Iya silahkan bi, aku juga gak bisa mau ganti baju sendiri" Bi Lala membantu Aria untuk mengganti gaun nya.

" Wah cantik sekali non, saya terkesima melihat wajah non" Bi Lala memuji Aria yang sekarang telah berganti gaun. Aria yang mendengar pujian itu tertunduk dengan pipi yang memerah.

Ia pun keluar ruangan, Bagastya yang melihat Aria seketika terpana. Kenapa perempuan itu sangat beda hari ini?, kenapa dia bisa secantik ini, bahkan Vanessa saja kalah dengan kecantikannya. Bagastya menggelengkan kepalanya, apa yg ia fikirkan. Tentu saja Vanessa lebih cantik dari pada cewe culun ini.

Aria dan Bagastya turun kebawah dan menaiki mobil menuju kegedung pernikahan mereka.

Pernikahan mereka bukanlah pernikahan yang tertutup, tapi mereka hanya mengundang rekan kerja dan tetangga saja. Teman-teman nya di sekolah tidak ada yang tau, bahkan anggota SSH saja tidak ada yang tau.

--

Sekarang jarumjan menandakan pukul sebelas malam dan Acara pernikahan mereka pun telah usai. Sekarang Aria tengah membersihkan wajahnya dan Bagastya sedang berada Walk in Closet untuk berganti pakaian. Setelah mengganti bajunya, Aria memilih membaringkan tubuh dikasur. Hari ini sagatlah melelahkan untuknya,Acara pernikahan itu dilaksanakan dari pagi hingga malam hari. Saat ia mau memejamkan mata, terdengar suara Bagastya yang membuat matanya terbuka kembali.

"Heh, ngapain lo tiduran di kasur gua?. Pindah lo, tidur di sofa sana" Aria terdiam mendengar itu.

"BUDEG LO, GUA BILANG PINDAH YA PINDAH." Aria tersentak mendengarnya, langsung bergegas pindah kesofa.

Bagastya berjalan kearah lemari, ia mengambil bantal dan selimut yg berada di dalam lemari itu lalu melemparnya ke arah Aria.

"Ingat, barang yang ada dikamar ini adalah barang gua semua. Gw cuman beri lo ruang di bagian sofa dan kamar mandi, selebihnya jangan perna lo ganggu barang-barang di kamar ini." Tegas Bagastya.

"Paham gak" sentaknya saat melihat Aria diam saja.

Aria memilih untuk memungut Selimut dan bantal yang dilemper oleh Bagastya. ia tidak tau harus bagaimana lagi, ia sangat lelah malam ini, di fikirannya hanya tidur.

Bagastya yang idak mendapat respon dari Aria hanya mendengus kesal. ia berjalan kearah balkon, ia benar benar membutuhkan rokok untuk menyegarkan fikiranya.

Hari yang panjang dan membosankan.-pikir nya

--

Sekarang jam menunjukkan pukul tiga pagi dan di luar terdengar suarah rintikan yang cukup deras, bukanya sekarang adalah suasana yang tepat untuk tidur nyenyak tapi ntah kenapa Aria malah terbangun dan ia tidak dapat lagi untuk terlelap sekarang.

Aria memutuskan menuju balkon, ia mendudukkan diri di sofa yang terdapat di balkon disana juga terdapat sebuah meja kecil. Balkon itu berdindingkan kaca sehingga sofa itu tidak akan terkena air hujan.

⁓hmm...⁓......

⁓⁓hmm...⁓hmm...⁓.......

⁓⁓hmm...⁓⁓hmm...⁓hmm...⁓......

⁓⁓hmm...⁓⁓hmm...⁓⁓hmm...⁓.......

Aria meilih untuk bersenandung manikati hari hujan dimalam hari. Suaranya begitu indah membuat malam seketika menjadi indah, hujan bagaikan melody dan suaranya adalah vokal utama pada malam hari ini.

Aria merasa kantuk sudah mengambil alih dirinya, ia pun berjalan kedalam kamar dan merebahkan dirinya di sofa. Sofa ini cukup luas untuk dia tidurkan, dan juga terasa nyaman. Aria menatap Bagastya yang tengah terlelap di atas tempat tidurna.

"ntah kenapa rasa cinta ini tidak dapat hilang. malahan aku sudah tau kamu pasti lebih memilih Vanessa. tapi aku sangat berharap suatu saat nanti kamu akan terjatuh cinta denganku" Aria menutup matanya lalu terlelap tidur.

--

⁓⁓Where the North wind meets the sea.......

⁓⁓There's a mother full of memory........

⁓⁓Come, my darling, homeward bound.......

⁓⁓When all is lost, then all is found......

Bagastya terbangun saat suara indah itu menghilang, suara indah itu ntah mengapa menghantuinya sekarang, ia sangat penasaran siapakah yang bernyanyi pada acara kemah malam itu. tak ingun lama berlamun Bagastya melihat jam sekarang telah menunjukkan pukul 7.30 pagi, ia melihat ke arah Sofa tidak terdapat Aria. kemana anak itu pergi?, ia juga melihat jendela kamar yang gorden nya sudah terbuka. apakah dia sudah bangun?.

Bagastya berjalan menuju dapur, ia mlihat Bi Lala, Aria dan Maudy sedang menyiapkan sarapan.

"apa yang kamu tunggu?" ia tersentak, dan  melihat papanya sedang berdiri dibelakangnya.

"Jalan sana, ngapain ngelamun di tangga" Bagastya berjalan menuju meja makan. ia melihat beberapa makanan sudah tersaji di meja makan.

"sudah siap, ayo kita makan" ajak Maudya

sekarang posisi mereka adalah, Maudya yang duduk di hadapan Ibrahim, Aira yang duduk disampingnya dan berhadapan langsung dengan Bagastya.

"Aira sayang, sekarang kamu harus melayani suami kamu" Aira mengangguk mendengar itu dan ia juga sudah tau apa yang harus dikerjakan. ia mengambil piring untuk Bagastya lalu memasukkanya nasi dan berapa lauk.

"cukup?" melihat anggukan dari Bagastya, ia lalu menaruh piring tersebuk di hadapan Bagastya. tak dipungkiri Aira mendapatkan senyuman dari Maudya. menantu idaman sekali, masak sudah bisa, di ajak bejanja juga bisa, benar bnar mantu idamanku. Fikir Maudya

"mah, papa mau makan. kenapa sihmelamun?, tadi si Bagas sekarang kamu yangmelamun" Maudya mendengar omelan suaminya hanya terkekeh

"iya iya maaf ya pah"

"oh  iya, kalian sudah menikah. cari deh rumah atau tanah,gak mungkin klian akan tinggal dengan papa mama terus kan"

" Kayaknya kalo untuk rumah jangan dulu deh" dahi ibrahim mengernyit

"kenapa?"

"kalo rumah pasinya kebesaran untuk kami yang tinggal hanya berdua. aku udh beli apartemen di dekat sekolah, gedung apartemen yang punya kawan papa itu." ibrahim mengangguk

"bagus deh klo kayak gitu, kira kira kapan mau pindah?"

"dih ngusir"

"bukannya ngusir, tapi papa hanya menghilangka pengganggu papa sama mama untuk bermesraan" Aira mendengar itu menggelengkan kepala, ternyata papa mertuanya ini adalah orang yang bucin.

"sama aja"

"beda"

"sama aja"

"beda"

"sama aja"

"beda"

"STOP"  Ruang makan itu seketika haning saat mendngar suara Maudya. janganlah sesekali kalian membangunkan singa betina.

"anjut makan" Mereka semua melanjutkan makannya hingga abis.

selesai makan, Aria akan membantu Bi Lala untuk membersihkan meja makan dan mencuci piring-piring kotor. setelah semua itu selesai ia pergi ke kamar. saa memasukki kamar ia meliha Bagastya sedang rebahan di atas kasur.

Aria memilih membuka laptopnya untuk mengerjakan tugas sekolahnya, lebih baik ia mengerjakan semua tugas nya sekarang dari pada akan menumpuk nantinya.

Puk....

Aria mengernyitkan dahi melihat Bagastya yang manaruh bukunya di depan Aria.

"Kerjakan PR matematika gua"Tanpa basa basi Bagastya lalu pergi ke arah balkon kamarnya.

Huft.....

Apalagi yang dapat dilakukan Aria selain menghela nafas pasrah.

Ia mengambil buku Bagastya lalu mengerjakan PR matematika yang pastinya sangat mudah dia jawabnya. Sepertinya dia harus benar-benar menguatkan mentalnya untuk menjalin rumah tangga ini.

--

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!