Achassia Alora adalah gadis misterius yang sangat menutup identitasnya. Semua orang yang melihatnya akan berpikir jika gadis itu adalah gadis miskin karena setiap hari ia akan berangkat sekolah dengan angkutan umum atau ojek. Tapi siapa sangka jika gadis adalah cucu dari salah satu orang terkaya di Amerika Serikat.
Smith adalah marga keluarganya sekaligus nama belakang gadis itu yang tidak pernah di ketahui siapapun. Siapa yang tidak mengenal Javas Smith? Pengusaha kaya raya yang memiliki perusahaan di bererapa Negara, bahkan wajahnya selalu muncul di TV dan media sosial lainnya. Dia dan keluarganya sudah menetap di Amerika sejak 20 tahun yang lalu.
Tentu saja tidak ada yang akan mengira jika Achassia adalah cucu dari tuan Smith. Achassia dan ibunya di usir 6 tahun yang lalu, karena ibu Achassia di tuduh telah membocorkan data pribadi perusahaan. Sedangkan ayahnya sudah meninggal karena kecelakaan saat ia berusia 8 tahun.
Tentu saja semua tuduhan itu tidak benar, yang sebenarnya terjadi adalah putri tuan Smith sendiri. Zetta adalah adik Vernon, yang berarti dia adalah Bibi Achassia. Zetta melakukan hal itu karena iri pada Isvara. Menurutnya Isvara hanya menantu yang berarti hanya orang luar bagi keluarganya, tapi sang ayah jauh lebih mempercayai Isvara dari pada dirinya untuk menggantikan posisi Vernon di perusahaan.
Karena sudah terlalu emosi, Tuan Smit mengusir menantu dan cucunya tanpa mencari bukti lebih dulu. Untung saja saat itu Isvara masih mempunyai tabungan untuk membawa Achassia kembali ke Indonesia. Jika saja ia memiliki kerabat dan orang tua, mungkin dia dan putrinya masih memiliki tempat untuk pulang, sayangnya ia dulu di besarkan di panti asuhan. Jadi dengan sisa uang yang ia punya, Isvara menyewa rumah kecil untuk ia tinggali bersama Achassia. Setidaknya mereka memiliki tempat untuk berlindung dari pada harus tinggal di jalanan.
Penderitaan Isvara dan Achassia tidak sampai di situ saja. Zetta tau jika Isvara adalah orang yang sangat pintar dan akan mudah di terima banyak perusahaan, jadi dia menghasut Tuan Smit untuk membuat Isvara tidak di terima bekerja di perusahaan manapun. Keadaannya tentu saja membuatnya sangat putus asa dan ingin menyerah, tapi saat melihat putrinya dia kembali bangkit untuk berjuang demi hidup mereka berdua.
Sampai pada akhirnya, ia bekerja di sebuah restoran sebagai pelayan. Meskipun semua itu tidak cukup untuk biaya hidup dan sekolah Achassia, tapi Isvara tetap berusaha agar putrinya bisa tetap bersekolah. Achassia tidak pernah meminta apapun dan sama sekali tidak pernah mengeluh tentang keadaan mereka sekarang. Hal itu membuat Isvara kasihan pada putrinya karena harus mengalami hidup sulit seperti ini. Bahkan untuk membelikan tas baru saja ia belum bisa, meskipun begitu putrinya sama sekali tidak mengeluh padanya.
Sejak kehidupan mereka berubah, Achassia semakin giat belajar dan sering mengikuti lomba. Saat SMP gadis itu mendapatkan beasiswa, membuat kehidupannya dan juga sang ibu jauh lebih baik karena tidak lagi membayar uang sekolah. Isvara memutuskan berhenti bekerja di restoran dan membuka cafe sederhana dengan tabungan selama 3 tahun bekerja di restoran tempat ia bekerja sebelumnya dan saat kehidupan mereka mulai membaik.
Selain belajar tentang pelajaran, Achassia juga mulai belajar komputer saat SMP. Terkadang gadis itu akan menggunakan komputer sekolah dan pergi ke warnet sepulang sekolah. Kepintaran dari orang tuanya tidak di ragukan lagi, bahkan bisa di bilang gadis itu sangat jenius. Tanpa di sadari ia sudah masuk dalam dunia hacker.
Peretas/Hacker adalah ahli komputer yang terampil yang menggunakan pengetahuan teknis mereka untuk mengatasi masalah. Sementara "peretas" dapat merujuk ke setiap programmer komputer yang terampil, istilah ini telah menjadi terkait dalam budaya populer dengan "peretas keamanan", seseorang yang, dengan pengetahuan teknisnya, menggunakan bug atau exploit untuk membobol sistem komputer.
Sejak saat itu Achassia sudah bisa menghasilkan uang sendiri. Awalnya ia hanya memperbaiki akun seseorang yang di hack, melacak plat mobil atau meretas cctv, tapi saat mulai masuk SMA Achassia mulai bisa masuk ke dalam dark web, membuatnya tau lebih banyak informasi dan dia juga mulai sering di hubungi lewat email oleh beberapa orang untuk mengamankan data. Kebanyakan yang menghubunginya adalah pengusaha sukses dan kaya raya. Tentu saja tujuannya menghubungi Acha untuk mengamankan data-data perusahaan.
Dark web adalah bagian tersembunyi dari internet yang tidak diindeks oleh mesin pencari biasa, diakses melalui peramban khusus seperti Tor. Dark web menampung aktivitas legal dan ilegal, menawarkan anonimitas tetapi juga menimbulkan risiko seperti penipuan dan konten terlarang.
Setiap mendapatkan uang, Achassia diam-diam memasukkan uang hasil kerjanya ke dalam tabungan Mama-nya. Oleh karena itu mereka bisa membuka cafe sendiri. Bahkan sampai saat ini Isvara sama sekali tidak mengetahui tentang hal itu.
...🍃🍃🍃🍃🍃...
Hari ini adalah hari pertama Achassia sekolah setelah liburan akhir semester dan tahun ini gadis itu sudah kelas 2 SMA. Sekolahnya adalah salah satu SMA favorit dan biayanya cukup mahal. Tentu saja Isvara sangat mendukung jika putrinya bisa bersekolah di sekolah yang bagus. Achassia membiayai sekolahnya sendiri dengan hasil kerjanya selama hampir 3 tahun ini. Sedangkan yang Isvara ketahui, putrinya bisa bersekolah di sana karena mendapat beasiswa dan sampai saat ini ia belum mengetahui tentang hal yang di sembunyikan putrinya.
Achassia sudah rapih dengan seragam sekolahnya, kemeja putih dan rok kotak-kotak diatas lutut juga Hoodie hitam kebanggaannya. Entah kenapa hari ini ia tiba-tiba ingin memakai masker, jadi ia meraih satu masker dan menyimpan di saku Hoodie-nya. Gadis itu keluar dari kamarnya, ia melihat sang ibu sedang menyiapkan sarapan di dapur.
"Morning Ma." Sapa Achassia tidak lupa ia juga mencium pipi Isvara.
"Morning sweet heart. Ayo sarapan, nanti keburu telat."
Gadis itu menurut dan langsung duduk diam di kursi. Isvara tersenyum karena putrinya yang selalu patuh, ia mengambil makanan yang di sukai Achassia agar gadis itu bisa segera sarapan.
"Mama hari ini berangkat ke cafe jam berapa?" tanya Achassia.
"Habis sarapan kayaknya."
"Yaudah kita barengan aja perginya."
"Kalau gitu cepetan habisin sarapannya." suruh Isvara membuat Acha segera menghabiskan sarapannya.
Seperti yang sudah di katakan tadi, hari ini Achassia berangkat bersama ibunya. Setelah sarapan mereka berdua langsung berangkat. Isvara menatap aneh penampilan putrinya.
"Kamu kenapa pake masker?" Tanya Isvara pada putrinya saat mereka akan keluar dari rumah.
"Nggak tau, tiba-tiba pengen pake aja." Jawab Acha jujur karena dia juga tidak tau kenapa hari ini ingin memakai masker.
"Ada-ada aja." Isvara menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah putrinya. Setelah mengunci pintu merekapun segera berangkat.
Sejak keluar dari rumah tadi, Achassia bisa merasakan jika ada yang sedang memperhatikannya dan Isvara. Hanya menatap dengan ekor matanya, gadis itu bisa langsung menemukan beberapa orang yang mengawasi mereka. Untung saja Isvara tidak menyadarinya.
"Kamu masih temenan sama Anya sama Luna kan, Ra?" Tanya Isvara tapi putrinya hanya diam saja. Sepertinya gadis itu sedang memikirkan sesuatu sampai tidak mendengar ucapannya, batin Isvara.
"Ra, kamu dengerin Mama nggak sih?" Isvara menguncang pelan lengan putrinya sampai membuat gadis itu terkejut.
"Hah, kenapa Mah?" Tanya adis itu bingung harus mengatakan apa.
"Kamu kenapa? Ada yang sakit atau lagi mikirin sesuatu? Tanya Isvara lagi seraya memegang kening gadis itu untuk memeriksanya.
"Enggak, Lora baik-baik aja kok. Mamah tadi ngomong apa?" Tanya Acha berusaha tenang agar tidak membuat Mama-nya curiga.
"Kamu masih temenan kan sama Anya sama Luna?" Ucap Isvara mengulang pertanyaannya.
"Masih, emangnya kenapa?" Acha mengerutkan keningnya, tumben sekali Mama-nya menanyakan hal ini.
"Sering-sering ajakin mereka main ke cafe atau ke rumah. Kayaknya udah lama banget mereka nggak main."
"Iya, nanti Lora bilangin ke mereka."
"Yaudah cepetan jalannya, angkotnya udah nungguin tuh."
"Ayo Mama juga naik, Acha nggak mau Mama kecapean." Ucap Acha menarik tangan Isvara agar bisa naik angkot bersamanya.
Mereka berdua masuk ke dalam angkot. Tujuan mereka memang searah, saat akan berangkat ke sekolah, Achassia akan melewati cafe milik ibunya. Setelah ibunya turun, Achassia terus memikirkan kejadian tadi. Gadis itu sangat yakin jika orang-orang itu di kirim oleh Kakek atau Tantenya, yang paling ia takuti bagaimana jika mereka menyakiti ibunya.
Achassia sampai tidak sadar jika sudah sampai di depan sekolahnya. Gadis itu buru-buru masuk ke dalam karena ia melihat ada dua orang yang mengikutinya dan ia yakin dua orang itu adalah bagian dari orang-orang yang mengawasinya dan Isvara tadi, tapi kenapa mereka harus mengejarnya sampai ke sekolah.
Walaupun orang-orang itu berjarak cukup jauh, tetap saja ia merasa tidak tenang. Achassia masih terus berlari bahkan saat sudah berada di dalam sekolah, gadis itu sampai tidak menyadari jika tudung Hoodie-nya terlepas, membuatnya jadi pusat perhatian karena ini pertama kalinya murid misterius dan aneh itu membuka tudung Hoodie-nya. Susana kelasnya sudah ramai saat ia datang. Tatapan aneh yang biasa di berikan oleh teman-teman sekelasnya kini berubah menjadi tatapan terkejut karena penampilannya. Achassia belum menyadarinya dan langsung pergi ke bangkunya yang terletak di belakang bangku kedua sahabatnya.
Valea Kaluna. Gadis manis yang selalu ceria, sayangnya ia juga sangat polos, gampang di tindas dan mudah di bodohi. Awal mula ia bisa berteman dengan Achassia karena dulu ia pernah di bully habis-habisan di toilet. Kala itu keberuntungan masih berpihak pada Kaluna karena betulan Achassia datang ke toilet. Awalnya Kaluna kira, Achassia tidak akan membantunya karena gadis itu sama sekali tidak memperhatikannya. Tapi dugaannya salah, tanpa di duga Achassia melemparkan Dart Arrow atau bisa di sebut jarum anak panah lempar.
Suasana toilet yang tadinya berisik karena suara tangisan dan teriakan Kaluna tiba-tiba menjadi sunyi setelah Achassia melemparkan Dart Arrow yang selalu ia bawa di saku Hoodie-nya.
Bagaimana tidak? Jarum panah itu menancap di pintu toilet tepat di samping kepala salah satu murid yang membully Kaluna. Entah apa yang terjadi jika sampai jarum itu benar-benar mengenai kepalanya, murid itu berbicara dalam hatinya. Tanpa banyak bicara 5 orang murid yang membully Kaluna itu langsung melarikan diri dari toilet dan menyisakan Kaluna sendiri. Siapa yang tidak tau Achassia? Rumor tentang gadis misterius, aneh dan jarang berbicara yang selalu bersembunyi di balik tudung Hoodie-nya? Rumor itu sudah tersebar luas di seluruh sekolah, hanya saja tidak ada yang tertarik untuk mencari tau tentang Achassia.
Sejak saat itu Kaluna selalu mengikuti kemanapun Achassia pergi dan selalu menawarkan pertemanan pada gadis misterius yang sayangnya terlihat sangat keren di matanya. Bahkan sahabat Kaluna merasa lelah dengan tingkahnya karena selalu mengikuti Achassia dan mengatakan jika ingin berteman dengan gadis aneh itu.
Aranya Gistara. Gadis ini cukup populer di sekolah ini karena sering mewakili sekolah untuk mengikuti lomba taekwondo. Dia adalah sahabat Kaluna, awalnya ia tidak menyukai Achassia karena gadis itu sangat misterius dan mungkin saja bisa membahayakan, jadi ia melarang Kaluna untuk berteman dengan gadis aneh itu, tapi karena Kaluna bilang jika Achassia sudah menolongnya saat ia di bully membuat Anya mengurungkan niatnya.
Jadilah saat ini mereka bertiga menjadi sahabat. Hanya Kaluna, Aranya dan beberapa guru yang sudah melihat wajahnya, selain itu tidak ada lagi yang mengetahui bagaimana rupa wajahnya dengan jelas karena ia selalu menutupinya dengan tudung Hoodie.
Di balik tudung Hoodie itu tersembunyi wajah cantik dengan mata hazel serta bulu mata panjang dan lentik yang terlihat sangat indah. Rambut panjang dan bergelombang berwarna coklat terang asli turunan dari sang Nenek. Juga gigi kelinci yang tampak manis jika tersenyum, sayangnya hanya Mama-nya yang bisa melihat senyum manis itu. Bahkan kedua sahabatnya hanya bisa melihat senyum tipis atau senyum miring dari gadis itu
Sudah sejak satu tahun yang lalu Achassia mendapatkan tatapan aneh dari semua orang, tapi gadis itu sama sekali tidak pernah memperdulikannya. Yang terpenting baginya adalah guru-guru di sini sama sekali tidak mempermasalahkan penampilannya dan juga kedua sahabatnya yang masih mau berteman dengannya.
Achassia langsung pergi ke bangkunya begitu ia sampai tanpa mempedulikan tatapan aneh dari mereka. Gadis itu duduk di bangku paling belakang dan kedua sahabatnya ada duduk di depan bangkunya.
"Tumben banget pala Lo di buka?" Tanya Anya membuat Acha langsung memegang kepalanya dan benar saja tudung Hoodie-nya terlepas. Gadis itu langsung membenarkan lagi tudung Hoodie-nya.
"Acha telat ya?" Tanya Luna yang hanya di balas gelengan oleh gadis itu.
"Lo habis di kejar setan? Napas Lo sampe putus-putus gitu?" Anya merasa heran karena Acha terlihat sangat kacau. Sedangkan yang di tanya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Acha, tumben pake masker?" Tanya Luna dan gadis itu kembali menggelengkan kepalanya.
"Terus kenapa Hoodie-nya di lepas?" tanya Luna lagi.
"Kena angin kali." Balas Acha sekenanya dengan nafas yang belum teratur.
"Tapi lebih bagus gitu loh. Acha kan cantik, jadi kenapa harus di tutupin?
Achassia hanya bisa menghela nafas karena Luna terus menanyakan hal itu berulang-ulang. Sedangkan Anya hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kedua sahabatnya, yang satu sangat malas bicara dan satunya lagi banyak bicara dan tidak bisa diam.
"Nanti kalau Acha nggak nutupin mukanya lagi, terus banyak yang suka bisa-bisa Acha di rebut sama orang Lun. Emang Lo mau?" Seperti biasa Anya akan membodohi Luna lagi dengan omong kosongnya.
"Nanti Luna nggak bisa temenan sama Acha lagi dong?" Tanya Luna polos.
Anya menganggukkan kepalanya. "Iya, mangkanya jangan nanya itu mulu." Ucapnya.
"Oke, Luna nggak akan nanyain itu lagi. Tapi janji ya Acha harus tetep jadi temen Luna sama Anya." Dengan polosnya Luna percaya saja dengan apa yang di katakan oleh Anya.
"Stupid." Ucap Acha tersenyum tipis di balik tudung Hoodie-nya.
Sedangkan Anya sudah tertawa karena ucapan Acha yang mengatai Luna bodoh dan juga karena ia berhasil membodohi Luna. Sampai teman sekelasnya menatap aneh pada Anya yang masih tertawa dengan keras.
"Anya gila ya? Atau kerasukan Mbak Kunti? Kok ketawa mulu dari tadi." Tanya Luna menatap ngeri kearah Anya.
"Gue, gila?" Tanya Anya menunjuk dirinya sendiri. Luna mengangguk menjawab pertanyaannya.
"Gue waras. Lo aja yang pea." Lanjut Anya semakin tertawa keras.
"Lo berdua gila." Maki Acha. Bisa-bisanya ia memiliki sahabat seperti ini.
Untung saja guru sudah datang, membuatnya merasa lega karena tidak harus mendengarkan obrolan tidak jelas dari kedua sahabat gilanya itu.
2 jam berlalu, saat ini sudah waktunya pergantian jam untuk pelajaran selanjutnya. Gurunya juga sudah datang, semua murid di kelas ini fokus mendengarkan guru kecuali Acha yang sudah tertidur pulas sejak beberapa menit yang lalu.
Itu sudah menjadi hal biasa untuknya, guru-guru yang mengajar, juga sama sekali tidak keberatan dan membiarkannya, karena meskipun gadis itu tertidur ia selalu mendapatkan peringkat satu. Bahkan semua nilainya selalu sempurna. Penampilannya juga sama sekali tidak pernah di permasalahkan. Mungkin karena ia pintar, membuatnya tampak di bebaskan oleh guru.
Bel istirahat berbunyi, guru yang mengajar di kelas bergegas membereskan barang-barangnya dan segera keluar dari kelas agar para murid bisa istirahat.
"Ke kantin yuk." Ajak Luna dengan semangat. Anya hanya mengangguk saja.
"Lah ni bocah malah tidur." Ucap Anya saat berbalik dan melihat Acha yang tertidur entah sejak kapan.
"Acha, ayo ke kantin." Luna mencolek bahu Acha berulang kali untuk membangunkan gadis itu.
"Ohh iya lupa, kan Acha nggak pernah ke kantin." Tiba-tiba Luna menjadi sedih saat teringat jika Achassia tidak pernah ke kantin selama sekolah di sini.
"Yaudah sama gue aja kaya biasa." Anya berusaha menghibur Luna.
Tanpa mengatakan apapun, Acha berjalan lebih dulu, tapi ia merasa tidak ada pergerakan dari kedua sahabatnya. Ia membalikkan badannya untuk melihat mereka yang ternyata masih duduk diam.
"Ayo." Ajak Acha membuat Luna dan Anya menatapnya tidak mengerti.
"Kemana?" Tanya Luna polos.
"Kantin." Balas Acha malas.
"Beneran? Yeay, akhirnya Acha mau ke kantin bareng-bareng." Heboh Luna yang sudah nemplok memeluk Acha.
"Beneran gapapa, Ca?" Anya khawatir jika Acha akan merasa keberatan.
"Hmm." Gumam Acha, setelah itu kembali melanjutkan langkahnya untuk pergi ke kantin.
Kedua sahabatnya segera menyusul dan berjalan beriringan. Sepanjang jalan banyak yang menatap heran karena sebelumnya murid aneh ini tidak pernah berkeliaran saat jam istirahat, tapi kali ini gadis aneh itu membuat heboh karena untuk pertama kalinya ia menginjakkan kaki di kantin.
Selain tatapan aneh, ada beberapa murid yang membicarakannya tentang dia yang hampir melukai kepala salah satu murid dengan dart arrow yang selalu ia bawa di saku Hoodie-nya saat masih kelas satu. Saat mereka bertiga lewat, semua orang menggeser posisi seolah memberikan jalan.
Tujuan Acha adalah meja paling pojok, di sana tidak pernah di tempati siapapun karena lumayan jauh untuk memesan makanan. Saat mereka bertiga melewati meja cowok populer di sekolah ini, tiba-tiba ada yang terang-terangan membicarakannya.
"Ternyata cewek aneh juga punya temen, gue kira enggak punya." Celetuk salah satu dari mereka yang bernama Gavin.
Gavin Jayandra. Sering di panggil Apin oleh teman-temannya. Cowok petakilan dan banyak bicara. Ia mengatai orang dengan sebutan aneh tapi dirinya sendiri tidak kalah aneh menurut keempat temannya. Banyak bicara omong kosong, apalagi saat menggoda murid perempuan.
"Lo gila aja punya temen, kenapa dia enggak." Sahut Bumi membuat Gavin langsung terdiam kesal.
Bumi Dylan Askara. Memiliki wajah tampan dan jarang bicara, tapi sekali bicara akan sangat pedas seperti yang baru saja terjadi. Bumi termasuk orang yang dingin, tapi masih bisa di ajak berbicara dengan baik.
"Diem kan Lo." Ledek cowok yang bernama Arkan pada Gavin.
Arkana Zavier. Memiliki sifat ramah dan murah senyum pada semua orang, mungkin karena itu ia di pilih menjadi ketua OSIS. Selain itu ia juga tidak kalah tampan dari teman-temannya. Memiliki lesung pipi membuatnya jauh lebih tampan saat tersenyum.
"Mangkanya Pin, hidup itu jangan suka ngeroasting orang." Ucap Chaziel ikut menyahuti ucapan Arkan yang sedang mengejek Gavin.
Chaziel Davindra. Namanya bagus tapi selalu di panggil Acil oleh teman-temannya. Tukang mengompori orang, apalagi jika bersangkutan dengan Gavin.
Jika Bumi adalah orang yang memiliki sifat dingin, maka Kainoa Skylar Navares jauh lebih di atasnya. Di antara mereka berlima dialah yang paling tampan, selain itu dia juga sangat irit bicara dan tidak tersentuh, kecuali saat bersama keempat sahabatnya. Meskipun begitu banyak perempuan yang mengejarnya. Apalagi dia adalah ketua tim basket sekolah, tentu saja hal itu membuat banyak perempuan berusaha mendekatinya.
Kainoa memperhatikan gadis mengenakan Hoodie hitam itu lewat ekor matanya. Di saat semua orang tidak peduli dengan gadis itu, Noa justru sangat penasaran dengan apa yang ada di balik tudung Hoodie itu. Banyak yang berbisik-bisik membicarakannya, tapi gadis itu sama sekali tidak terganggu dan terus berjalan ke bangku yang berada di pojok di ikuti dengan kedua temannya.
"Lo pada tau nggak, kalau tadi pagi tuh cewek udah bikin heboh nih sekolah?" Tanya Chaziel membuat temannya menggelengkan kepala kecuali Bumi dan Noa.
"Emangnya kenapa?" Tanya Gavin penasaran.
"Setelah setahun lebih, hari ini tuh cewek ngelepas tudung Hoodie-nya." Ucap Chaziel bercerita.
"Terus katanya rambutnya warna coklat, kaya bule-bule gitu." Lanjutnya dengan muka tidak percaya.
"Mukanya kelihatan nggak? Cantik nggak?" Tanya Gavin heboh.
"Nggak kelihatan soalnya dia pake masker." Balas Chaziel merasa kecewa.
"Yahh, penonton kecewa." Gavin yang tadi merasa heboh sekarang ikut-ikutan kecewa.
"Ehh tapi tuh cewek mau di gosipin gimanapun nggak pernah marah kayaknya." Lanjut Gavin melihat kearah meja Acha dan kedua temannya.
"Lo aja yang belum pernah liat dia marah." Balas Arkan.
"Emang Lo pernah?" Tanya Gavin.
"Lo inget Intan nggak?" Tanya Arkan balik.
"Temen OSIS Lo yang di keluarin karena bully Luna?" Tanya Gavin yang di balas anggukan oleh Arkan.
"Kok bisa? Bukannya Anya selalu jagain Luna?" Semua orang di sekolah ini tau jika Anya selalu melindungi Luna. Karena itu para murid perempuan tidak berani mencari masalah dengan Anya.
"Katanya waktu itu Luna mau ke toilet tapi karena Anya di panggil guru jadi dia di suruh nunggu sama si Anya. Mungkin si Luna udah kebelet kali, mangkanya di pergi ke toilet sendiri." Ucap Arkan mencoba menjelaskan pemikirannya.
"Ya terus apa hubungannya sama tuh cewek?" Sahut Gavin karena masih belum mengerti.
"Diem dulu bangsat! Gue belum selesai ngomong, Lo udah nyahut aja." kata Arkan kesal.
"Ya mana gue tau. Yaudah cepet lanjutin."
"Waktu itu gue nggak sengaja denger Intan sama temen-temennya ngomongin soal pembullyan itu. Intan bilang, untung aja dart arrow yang di lempar sama Acha nggak kena kepalanya." Jelas Arkan menceritakan apa yang pernah ia dengar.
"Jadi yang pake Hoodie itu namanya Acha?" Tanya Chaziel ikut penasaran membuat Arkan mengangguk.
"Jadi kesimpulannya apa? Kok gue masih nggak ngerti." Tanya Gavin lagi. Hidupnya suka ngeroasting orang tapi otaknya pas pasan membuat Arkan ingin sekali mencuci otak temannya ini.
"Secara nggak langsung dia udah nolongin cewek yang di bully." Sahut Bumi mulai kasihan pada arkan yang terlihat sangat tertekan menghadapi Gavin.
"Ohhh gitu. Tapi emang ada hubungannya dia pernah marah atau enggak?" Dan tidak tau malunya Gavin masih bertanya lagi.
"Nggak marah aja hampir bocorin pala orang, gimana kalau marah! Udahlah intinya mulut Lo di jaga jangan ngeroasting orang mulu hidup Lo!" Balas Arkan sedikit keras karena benar-benar sudah sangat kesal.
"Sehari nggak ngeroasting orang tuh rasanya hampa." Jawab Gavin tanpa dosa membuat keempat temannya merasa jengah.
"Lo ngatain Acha aneh tapi dia pinter, sedangkan Lo? Udah gila, nggak pernah waras, kalau di ajak ngomong nggak nyambung, terus goblok juga lagi." Ucap Arkan mengeluarkan unek-uneknya karena sudah sangat lelah.
Semua yang ada di sekolah ini tau jika Achassia selalu mendapatkan nilai sempurna di sekolah ini, jadi tidak heran jika Arkan mengatakan hal itu pada Gavin.
"Muka Lo adem Kan, tapi sayang mulut Lo pedes. Pasti Mak Lo dulu ngidamnya makan cabe." Balas Gavin tidak mau mengalah.
"Bodoamat!!" Balas Arkan sewot.
Chaziel sudah tertawa terbahak-bahak melihat kedua temannya yang beradu mulut, sedangkan Bumi dan Noa hanya bisa menghela nafas karena tidak tau lagi bagaimana harus menghadapi mereka.
...🍃🍃🍃🍃🍃...
Achassia duduk sendirian karena Anya dan Luna sedang memesan makanan untuk mereka bertiga. Karna terlalu fokus pada ponselnya, ia bahkan tidak memperhatikan kedua sahabatnya yang sudah kembali.
"Nih punya Lo." Anya menyerahkan semangkuk siomay pada Acha.
"Thanks."
"Acha lagi ngapain?" Tanya Luna yang melihat Acha sibuk dengan ponselnya.
"Izinin gue habis ini." Ucap Acha tanpa menjawab pertanyaan Luna.
"Ada kerjaan lagi?" Tanya Anya yang di balas anggukan oleh Acha.
Luna ikut mengangguk anggukkan kepalanya mengerti jika Acha saat ini sedang sibuk dengan pekerjaannya.
"Duit Lo pasti banyak kan Ca, sekali-kali ajak gue sama Luna jalan-jalan dong." kata Anya.
"Hmm."
"Beneran ya?" Anya bertanya lagi untuk memastikan.
"Iya." Balas Acha malas.
"Anya kan udah kaya, ngapain minta jalan-jalan sama Acha sih." Ucap Luna polos.
"Pake duit sendiri sama duit temen itu beda rasanya Lun."
"Emang ada rasanya ya?" Tanya Luna lagi yang di balas anggukan oleh Anya.
"Acha Acha, kalau Acha kerja biasanya di bayar berapa?" Tanya Luna penasaran
"Tergantung masalahnya." Memang benar, semua tergantung masalahnya. Jika semakin tinggi keamanan yang di minta kliennya semakin tinggi juga bayaran yang ia dapat.
"Keren sih gue bisa punya temen hacker." Sahut Anya bangga.
"Dulu aja Anya nggak suka sama Acha. Kalau bukan karena Luna, Anya nggak mungkin bisa jadi temen Acha." Ucap Luna saat mengingat bagaimana dulu Anya melarangnya berteman dengan Acha.
"Iya-iya bocah. Lagian itu kan dulu, iya nggak Ca?" Tanya Anya pada Acha.
"Hmm." Balas Acha malas, kenapa mereka banyak sekali bertanya.
"Lo berdua di cariin nyokap gue." Lanjut Acha saat mengingat pesan ibunya tadi pagi.
"Yaudah nanti Luna sama Anya main deh ke kafe Tante Vara." kata Luna.
"Boleh tuh, udah lama juga nggak ketemu sama Tante Vara." Sahut Anya. Acha hanya mengangguki ucapan mereka berdua.
Mereka bertiga melanjutkan makan siangnya. Anya dan Luna terus saja berbicara sambil makan, sedangkan Acha sesekali akan menyahuti.
Anya dan Luna memang mengetahui tentang pekerjaannya yang menjadi seorang hacker. Bahkan Isvara sama sekali tidak mengetahui hal ini. Gajinya tentu saja tidak main-main. Kebanyakan para hacker mendapatkan pendapatan yang cukup besar dari pekerjaannya. Bahkan bisa mencapai miliaran rupiah per tahunnya. Karena itu Anya meminta Acha untuk membawanya dan Luna pergi jalan-jalan.
Selesai makan ketiga gadis itu kembali ke kelas, Achassia juga ikut kembali ke kelas karena ingin mengambil laptopnya terlebih dahulu. Setelah mengambil apa yang ia butuhkan, gadis itu menghampiri kedua sahabatnya.
"Nanti kalau istirahat kedua Lo belum balik, Gue sama Luna nyusul ya?" Ucap Anya bertanya.
"Hmm, jangan lupa izinin gue."
"Siap ketua." Balas Anya dan Luna bersamaan. Acha hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah mereka.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!