...[The Reincarnation I]...
...[Prolog]...
Dunia yang di penuhi oleh kekuatan sihir dan keahlian pedang yang luar biasa, hidup berbagai makhluk hidup seperti Manusia, Iblis, Elf, Peri, Hewan, dan Roh.
Semua makhluk hidup pun hidup dengan damai, selayaknya kehidupan yang di inginkan oleh semua makhluk hidup, tetapi semua itu tidak berlangsung lama.
Pada tahun 261, tanggal 30 oktober dunia pun di guncangkan oleh malapetaka yang sangat mematikan, malapetaka itu adalah para Iblis, tanpa alasan yang jelas, Iblis mengkhianati semua makhluk hidup dan memulai peperangan, para Iblis menyerang semua tempat tinggal para ras hewan yang menyebabkan banyak ras hewan yang tewas akibat serangan para Iblis.
Ras Manusia, Elf, dan Peri yang tidak menerima hal itu pun memutuskan untuk menyatukan kekuatan mereka dan melawan para Iblis.
Para pemimpin dari Manusia, Elf, dan Roh memutuskan untuk melakukan rapat dan berkumpul di sebuah ruangan yang luas, mereka pun mendiskusikan bagaimana cara mereka untuk menghadapi para Iblis. Di saat yang bersamaan pintu ruangan itu seketika hancur yang membuat para petinggi itu sangat terkejut dan menjadi waspada.
saat kabut asap mulai menghilang, seorang pria di susul oleh ketiga temannya memasuki ruangan itu, seorang pria pun dengan antusias mengatakan "Sudahi rapat ini! Ayo kita berperang!! Aku akan melindungi kalian semua!!" Seru Nya diiringi senyuman penuh semangat.
Para petinggi yang mendengar ucapannya menjadi terkejut dan kebingungan,salah satu petinggi pun berkata lantang "Siapa kalian?! Kenapa kalian bisa berada disini?!" Seru salah satu petinggi dari ras Elf. "Kami?" Pria itu berjalan mendekat dengan senyuman bersamaan dengan aura yang sangat kuat terpancar dari dirinya "Kami adalah pahlawan" Jawabnya dengan senyuman dan aura yang di pancarkan Nya semakin kuat. Para petinggi pun terkejut, tetapi mereka mulai mempercayai pria itu, saat mereka bisa melihat dan merasakan seberapa besar kekuatan ke empat pria yang ada didepan mereka dan tidak merasakan ancaman sedikitpun dari mereka.
Ke esok kan harinya, para Manusia, Elf, dan Roh melakukan serangan balasan, dan terjadilah peperangan yang sangat dahsyat, korban antara kedua pihak sangat banyak, peperangan itu memakan jutaan hingga puluhan juta korban akibat peperangan yang sangat dahsyat itu.
(Tahun 501, Tanggal 21 Maret)
240 Tahun pun berlalu, namun peperangan yang dahsyat masih berlanjut, karena para manusia, elf, dan peri belum mengetahui siapa yang memimpin para Iblis sebenarnya, sehingga mereka kesulitan untuk memukul mundur para Iblis, terlebih lagi banyak Iblis murni yang membuat mereka kewalahan untuk melawannya, bahkan satu Iblis murni minimal membutuhkan sepuluh ribu kekuatan manusia, elf, dan peri untuk mengalahkannya.
Disaat semua Iblis murni berhasil di kalahkan, tiba tiba muncul seorang pria dengan rambut putih dari portal dimensi yang langsung menyambut para manusia, elf, dan peri.
Sosok pria itu adalah leluhur Iblis, ia mendapatkan julukan itu karena kekejaman Nya dan kekuatan Nya yang melampaui seluruh kekuatan Iblis yang ada di dunia baik Raja Iblis sekalipun bisa dikalahkan Nya dengan mudah, bahkan semua Iblis murni yang di kalahkan hanya separuh dari kekuatan Nya.
Para manusia, elf, dan peri menjadi sangat ketakutan karena hawa keberadaan dan aura yang di pancarkan pria itu sangat mencekam. Harapan untuk kembali hidup damai seperti yang mereka inginkan, sekarang hanya seperti mimpi yang singkat dan tak akan terulang untuk yang kedua kalinya.
Tetapi tidak dengan ke empat pahlawan, mereka tetap percaya jika semua makhluk hidup akan kembali hidup damai.
Pertarungan sengit antara ke empat pahlawan melawan leluhur Iblis yang sangat kuat pun dimulai.
Lima belas hari telah berlalu, pertarungan dahsyat yang sangat panjang akhirnya berakhir saat para pahlawan berhasil mengalahkan leluhur Iblis, namun mereka harus kehilangan nyawanya demi kedamaian dunia.
...-RATUSAN TAHUN PUN BERLALU-...
"Ghh.." Tepat di sebuah sungai, seorang siswa tenggelam dengan banyak luka tusukan di tubuhnya.
"Kenapa?!.. Kenapa ini terjadi?!.." Dengan kesadaran yang mulai hilang, pria itu terus bertanya-tanya kenapa dirinya di bunuh.
Kesadarannya pun hilang, namun ia kembali terbangun di suatu tempat yang tidak pernah di kujungi sama sekali, sebuah ruangan berwarna putih yang sangat luas.
'Dimana ini? suaraku tidak bisa keluar, apa yang terjadi pada tubuhku? aku tidak bisa bergerak sedikitpun!' Batin Nya panik dan kebingungan.
Dalam kebingungannya itu, terlihat sesosok gadis cantik yang di yakini adalah seorang dewi, siswa itu bernama Kaito. Ia telah mati karena di bunuh oleh pamannya sendiri tanpa alasan yang jelas, dan yang berada di depannya adalah dewi kehidupan yang bertugas untuk memisahkan jiwa jiwa dan me reinkarnasikan jiwa yang pantas untuk mendapat kehidupan baru.
Dalam keheningan itu, dewi itu pun mencari informasi tentang kaito dan menjelaskan kepadanya kenapa dia bisa berada di tempat ini, setelah mendengar penjelasan itu, Kaito tidak bisa berbuat apa apa karena semuanya sudah terjadi dan sekarang ia hanya sepotong jiwa yang terpisah dari tubuh fisiknya.
Tanpa adanya pembicaraan apapun, Dewi itu hanya tersenyum licik dan mengangkat tangannya menunjuk ke arah jiwa kecil itu.
'Apa yang?!' Seluruh pandangan Kaito memutih saat cahaya putih membutakan pandangannya.
...----------------...
Pada tahun 803, tanggal 30 oktober di sebuah dunia yang di penuhi oleh keahlian pedang dan sihir terlihat seorang Ibu yang sedang berusaha melahirkan seorang anak.
"Ayo dorong bu sedikit lagi" Suara samar samar pun terdengar oleh Kaito.
"Selamat bu anaknya Laki-laki" Suara samar samar kembali terdengar di telinga Nya.
Saat mendengar suara itu, Kaito pun perlahan membuka matanya "Dimana ini?" Bingung Kaito dalam hatinya.
Tangan seseorang pun meraih Kaito dan menggendong nya, dan terlihat raut wajah sang Ibu yang hanya tersenyum melihat seorang pria yakni Ayah Kaito sedang menggendong anaknya.
"Apa ini? Dimana ini?" Kaito tidak dapat mengingat apa yang terjadi sebelumnya, yang dapat Kaito ingat hanyalah kehidupannya di dunia lamanya. Ingatan disaat ia bertemu dengan dewi tidak dapat di ingatnya sedikitpun seakan akan itu tidak pernah terjadi.
"Nia.. Sudah aku putuskan, nama anak ini adalah Zen" Ucap sang Ayah dengan lembut kepada istrinya dan memberikan anaknya kepada sang Ibu.
Sang Ibu pun tersenyum bahagia dan meraih anaknya "Namamu mulai sekarang adalah Zen.." Lirih lembut sang Ibu, suara yang begitu lembut dan hangat membuat hati Kaito merasakan kesedihan dan kerinduan, ia tanpa sadar menangis, tidak menduga jika akan hidup untuk kedua kalinya.
"Huee.. Hueee.." Sang Ibu yang mendengar anaknya menangis pun memeluknya lembut dan menenangkannya.
...----------------...
→Buku telah di buka, halaman pertama tertulis yang berjudul "Kehidupan" Kisah kehidupan Kaito di dunia barunya pun dimulai.
10 tahun telah berlalu semenjak Zen di lahir kan.
Seorang anak berambut hitam terlihat sedang tiduran didalam kamarnya, ya, dia adalah Zen.
Zen terlihat sedang bersantai di dalam kamarnya, di dunia Zen yang sekarang, terdapat banyak perbedaan dari dunianya yang sebelumnya seperti energi sihir. Zen di ajarkan oleh kedua orang tuanya banyak hal seperti teknik berpedang dan ilmu sihir. Kedua orang tua Zen adalah seorang petualang saat mereka masih muda.
Beberapa jam berlalu, Zen yang terus terusan di dalam kamar mulai merasa bosan. Zen pun bangun dan membuka pintu kamarnya "Ayah, ibu aku bermain di luar ya" Teriak Zen saat keluar dari kamarnya, Tetapi tidak ada yang menjawabnya. Zen pergi ke kamar Ayah dan Ibu nya. Saat membuka pintu, kedua orang tua nya masih tertidur lelap, Zen yang tidak ingin mengganggu Ayah dan Ibu nya kembali menutup pintu dan meninggalkan rumah.
Setelah keluar dari rumah, Zen berlari menuju ke dalam hutan. Zen memasuki hutan cukup jauh dan melihat seekor rusa yang sedang memakan tumbuh tumbuhan di bawah pohon, Zen yang melihat rusa itu seketika terpikir untuk memburunya karena Ayahnya yang sedang tidur, ia juga ingin belajar memburu hewan untuk mendapatkan pengalaman baru. Zen melompat ke atas dahan pohon dan mengintai rusa itu.
Beberapa saat kemudian, rusa tersebut mulai berjalan menjauh dan membelakangi Zen, Zen yang melihatnya tidak membuang kesempatan.
Dengan pedang yang tersarung di pinggangnya, Zen melompat dari atas pohon ke permukaan tanah
"Swift"
*INFORMASI*
["Swift" Adalah peningkatan kemampuan fisik (kecepatan) dengan menggunakan energi sihir, semakin terlatih fisik seseorang, maka kecepatannya juga akan bertambah, seseorang dapat meningkatkan kecepatannya menggunakan energi sihir yang besar, tetapi jika fisik nya tidak mampu mengimbangi kuatnya energi sihir, maka orang tersebut kemungkinan akan mengalami kelumpuhan atau yang paling buruk adalah kematian].
"Maafkan aku rusa" Zen dengan cepat berpindah ke sebelah rusa itu dan langsung menebas leher rusa tersebut.
(Slash!)
Rusa itu pun langsung tewas saat Zen menebas lehernya, setelah berhasil memburu rusa itu, Zen memutuskan untuk kembali ke rumahnya membawa rusa yang telah ia buru.
Sesampainya di rumah, ia meletakkan rusa yang di buru nya di depan halaman ruma dan memutuskan untuk kembali memasuki hutan.
Zen berlari kedalam hutan melihat lihat area sekitarnya "Sepertinya tidak ada yang bisa ku buru lagi" Gumam Zen.
(Bom!!)
Suara ledakan terdengar di telinga Zen yang membuatnya sedikit terkejut "Apa itu tadi?" Karena penasaran Zen berlari menuju sumber suara.
Sesampainta di lokasi, Zen melihat dua orang yang sedang bertarung, kedua orang itu adalah murid akademi dan seorang anak bangsawan.
(Bom! bam!!)
"Oi oi jangan ngerusak daerah sini, ini tempat terindah bagi mereka" Teriak seorang bangsawan sembari tersenyum.
"Hahaha, aku akan mendekorasi tempat ini jika mereka mau menyembahku hahaha" Jawab temannya sembari bertarung.
"Mereka merusak hutan seenaknya" Gumam Zen sedikit kesal, namun saat Zen ingin menghentikan mereka berdua, terlihat seorang gadis yang berjalan mendekati kedua murid itu.
(Bom!! bam!! bom!)
Pertarungan mereka berdua berlangsung cukup sengit, tiba-tiba seorang gadis pun muncul.
"Hei kalian berhenti!" Teriaknya memerintah kedua murid itu.
"Kalian, kembali ke kelas! Sensei tidak memberi izin kalian untuk merusak daerah hutan ini!" Kesal gadis itu saat tau kedua muridnya malah merusak hutan.
"Sepertinya dia seorang guru. Tapi, bukannya dia terlalu muda untuk menjadi seorang guru?" Bingung Zen dalam hatinya melihat gadis itu.
"Maafkan kami Sensei!.." Ucap serentak kedua murid itu sembari menundukkan kepala mereka.
"Kali ini Sensei maafkan, tetapi jangan di ulangi lagi!" Tegas guru itu.
"Terima kasih banyak sensei!" Kedua murid itu pun keluar dari hutan di ikuti oleh guru itu, Zen yang penasaran pun memutuskan untuk mengikuti mereka secara diam diam, beberapa saat kemudian, Zen pun tiba di sebuah sekolah akademi yang sangat luas dan membuatnya terkejut.
"Luas sekali, ini sudah seperti sebuah kota" Takjub Zen, dalam kekagumannya, Zen baru sadar jika dirinya sudah bermain terlalu jauh dari rumahnya.
"Sebaiknya aku pulang" Namun Saat Zen memutar badannya ke belakang, ia terkejut karena melihat sesosok Green Ogre yang berada tepat di depannya dan langsung menyerangnya.
Untuk sedikit informasi, Green Ogre adalah monster dengan tubuh besar berwarna hijau, Green Ogre adalag monster yang cukup berbahaya karena suka memakan daging manusia.
(Bommmm!!)
"Kenapa bisa ada green ogre di sini!?" Zen berhasil menghindar dan melompat mundur beberapa kali menjauhi green ogre itu. Green ogre yang terlihat sangat lapar itu mulai mengejar, Zen terpaksa keluar dari hutan dan masuk ke wilayah akademi. Semua murid seketika panik dan berlarian ketika melihat Zen yang di kejar oleh green ogre, beberapa murid senior yang melihat Green Ogre yang muncul seketika dibuat terkejut.
"Kenapa bisa ada green ogre disini?!" Panik seorang senior pria dan langsung memanggil teman temannya bersiap untuk menyerang.
Namun disisi lain, setelah Zen sedikit menjauh dan berada di wilayah yang cukup luas, Zen pun berbalik arah dan bersiap menghunuskan pedangnya.
Semua murid terkejut saat melihat Zen "Hei! Menyingkir dari sana! Kamu bisa mati!" Teriak seorang murid perempuan dari kejauhan.
"Swift" Zen bergerak dengan sangat cepat ke arah Green Ogre, saat Green Ogre itu melancarkan serangan, Zen tiba tiba menghilang dan muncul tepat di belakangnya. Tanpa pikir panjang Zen langsung mengayunkan pedangnya menebas Green Ogre itu.
(Slash!)
"Ghuaa!!!!" Green Ogre berteriak kesakitan. saat Green Ogre itu berbalik arah dan menyerang Zen. Zen kembali menghindari serangannya dan menebas Green Ogre itu dengan tebasan beruntun
(Slash!! Slash!! Slash!!)
Tebasan beruntun itu berhasil melumpuhkan Greem Ogre, saat green ogre mulai terjatuh, Zen langsung menebas kepalanya yang membuatnya seketika tewas dan musnah menjadi debu.
Semua murid seketika terdiam takjub melihat Zen yang masih berumur 8 tahun tetapi memiliki teknik berpedang yang sangat hebat.
"Celaka!" Zen pun berlari kembali ke dalam hutan. Saat Zen sudah tiba didalam hutan Zen memperlambat larinya dan mulai jalan dengan santai.
"Sepertinya latihanku tidak sia sia" Gumam Zen sembari melihat dan menggenggam tangannya. Setelah berjalan cukup lama, Zen tiba di halaman rumahnya, melihat rusa yang diburunya sudah menghilang, mengira jika Ibu nya sudah memasak rusa buruannya ia pun masuk kedalam rumah, namun Zen tidak menyadari sesuatu. Terlihat dua gadis murid dari akademi yang dari tadi mengekori Zen hingga ke rumahnya.
"Dia anak yang hebat Yuu" Ucap seorang gadis.
"Iya Ra, tidak ku sangka anak itu seorang keluarga sederhana. kemampuannya tidak seperti anak-anak biasanya, hebat sekali dia bisa membunuh green ogre dengan mudah" Sahut temannya.
"Baiklah ayo Ra kita pulang, jika tidak pasti Sensei akan mencari kita," Ajak gadis itu.
"Baiklah.. Yuk!!" Kedua murid tersebut pun kembali ke akademi.
-Time Skip -
(Pukul 5 sore hari)
Zen dan kedua orang tuanya terlihat sedang makan bersama dan berbincang bincang tentang kegiatan Zen selama satu hari tanpa di temani oleh ayahnya.
"Tidak ayah sangka kamu berburu sendirian hari ini, apa saja yang kamu lakukan hari ini, Zen? Tanya Ayahnya.
"Um.. Aku hanya belajar berburu, dan sedikit bermain dihutan yah.." Jawab Zen menikmati sup rusa yang dimasak oleh Ibunya.
Ayahnya pun sedikit melamun dan tiba tiba mengatakan " Zen, kamu mulai besok akan bersekolah di akademi" Ucap sang Ayah dengan serius.
"Eh?!?" Zen~
Bel akademi pun berbunyi, semua murid baru di arahkan untuk berkumpul di halaman akademi, setelah beberapa saat kemudian, sesosok pemimpin akademi serta ketua osis dan 3 bawahannya menaiki panggung untuk menyambut para murid baru.
"Hey lihat itu"
"Iya lihat itu mereka di sana" Bisik para murid dalam keramaian.
Zen terlihat berada di tengah keramaian yang hanya berdiri dengan santai menunggu sambutan dari pemimpin akademi.
-Satu hari sebelumnya-
"Maksud Ayah, Zen akan sekolah di akademi itu?" Tanya Zen kebingungan.
"Iya" Singkat Ayahnya.
"Kamu juga perlu belajar sihir dan ilmu berpedang Zen" Ucap lembut sang ibu.
"Kenapa aku harus belajar di akademi? kan ada Ayah dan Ibu yang bisa mengajariku?" Zen bertanya.
"Ayah dan Ibu hanya mantan petualang Zen, pemahaman yang kami miliki tidak sebanyak guru guru akademi.." Jawab Ayahnya.
Zen kembali mencari alasan, namun saat melihat kedua orang tuanya yang bersikeras agar dirinya bersekolah di akademi,Ia pun memutuskan untuk mengikuti keinginan mereka.
"Huh merepotkan sekali" Ngeluh Zen di tengah-tengah keramaian.
"Baiklah karena semua sudah berkumpul. selamat datang di akademi arsenal, dengan ini, pembukaan penyambutan murid baru resmi dimulai, semoga kalian bisa menikmati kehidupan kalian di akademi ini. Saya adalah pemimpin akademi ini yang bertanggung jawab atas akademi Arsenal. Saya harap kalian semua bisa menjadi murid yang hebat dimasa yang akan datang nanti" Ucap pemimpin akademi.
"Baiklah sebelum kalian mendapatkan kelas kalian, kalian semua akan melakukan tes dan di letakan di kelas yang cocok untuk kalian, silahkan ikuti arahan yang disiapkan" Pinta pemimpin akademi.
Setelah pemimpin akademi selesai berbicara, ketua osis pun membuka mulutnya dan memberikan instruksi singkat.
"Aku adalah ketua osis akademi, selamat datang dan selamat atas diterimanya kalian menjadi murid akademi. Sekarang silahkan ikuti arahan dari kami untuk melanjutkan proses penerimaan murid akademi, terima kasih" Singkat Nya.
Semua murid baru pun bergerak mengikuti arahan para seniornya, disisi lain Zen terlihat hanya mengikuti mereka semua dari belakang. Setelah berjalan dan mengantri cukup lama, Zen tiba di tempat yang dimaksud yakni sebuah ruangan untuk mengisi data formulir tentang dirinya.
Zen diberikan sebuah lembaran kertas yang berisi
(Formulir)
Nama :
Umur :
Keahlian :
Hobi :
Sihir yang dikuasai :
Tempat tinggal :
Keluarga :
Zen yang melihat isi kertas itu pun berpikir sejenak 'Keluarga? Apa maksudnya ini?' Batin Nya bingung.
Zen bertanya kepada senior yang memberikannya kertas itu, namun sesaat setelah Zen bertanya, orang orang di sekitarnya pun menertawakannya yang membuat Zen kebingungan.
"Hahahahaha" Tawa mereka semua.
"Dia pasti bukan seorang bangsawan, payah sekali, hahaha" Hujat seorang bangsawan.
Namun Zen menghiraukan semua tawa dan hujatan yang mengarah ke dirinya, ia hanya terdiam dan kembali berjalan mengikuti arahan seniornya.
Beberapa saat setelah mengikuti arahan, Zen tiba di sebuah ruangan tempat dimana ia harus mengisi formulir itu.
Setelah mengisi formulir yang diberikan, Zen memberikannya kepada senior dan senior itu pun mengantar Zen ruangan lain untuk mengukur kapasitas mana yang dimiliki oleh Nya.
Zen hanya mengikuti arahan yang diberikan oleh senior itu dan memasuki sebuah ruangan yang berbeda, terlihat sebuah bola kristal yang digunakan untuk mengukur kapasitas mana, Zen pun diminta untuk meletakkan tangannya diatas bola kristal itu.
"Begini?" Gumam Zen perlahan meletakkan tangannya di atas bola kristal itu.
Bola kristal itu pun menunjukkan sebuah angka yakni 6 yang membuat seniornya itu terkejut.
"Hanya 6?" Gumam Nya sangat terkejut.
'Sepertinya anak ini akan menjadi korban bully di akademi' Batin Nya sedikit khawatir.
"Apa sudah selesai?" Tanya Zen kepada gadis itu.
Namun seniornya itu terlihat masih terdiam dan tidak merespon apapun, tiba tiba muncul senior lainnya yang mengagetkan gadis itu.
"Ba!"
"Hwah?!!"
"Apa yang kamu lamun kan? Masih ada murid lain yang menunggu, ayo selesaikan" Ucap temannya itu.
"Ah iya, maafkan aku, ayo ikuti aku" Ucap senior itu mengajak Zen untuk mengikutinya.
Setelah beberapa menit berlalu, Zen akhirnya tiba di kelasnya.
"Mulai sekarang ini adalah kelasmu ya, untuk tempat tinggal kamu akan diberi tau oleh sensei yang akan mengajarmu nanti, paham?" Tanya senior itu.
"Paham kak, terima kasih" Jawab Zen tersenyum ramah.
"Baguslah, kalau begitu sampai jumpa.." Ucap seniornya sembari meninggalkan Zen bersama temannya.
Setelah beberapa langkah menjauhi Zen, raut wajah senior itu terlihat sedikit cemas yang membuat temannya penasaran.
"Apa yang kamu pikirkan? Ada yang salah?" Tanya gadis itu.
Ia pun menggelengkan kepalanya dan mengucapkan "Anak itu hanya memiliki 6 kapasitas mana" ucap Nya yang membuat temannya ikut terkejut.
...-Disisi Lain-...
Zen terlihat sudah berada di dalam kelasnya, ia terlihat duduk santai di kursinya yang berada di atas paling sudut sebelah kiri.
Semua orang pun melihat Zen yang membuat Zen merasa sedikit gugup dan hanya bisa melihat keluar jendela.
"Apa yang salah denganku? kenapa mereka semua melihat kearahku?" Gumam Nya.
Tiba tiba seseorang memasuki kelas, seorang gadis cantik dengan rambut merah muda dan yang seragam rapi.
Gadis itu pun duduk di meja guru dan mengucapkan "Selamat pagi semuanya.. Namaku Natsuki, aku adalah sensei yang akan mengajar kalian mulai sekarang" Ucapnya sembari tersenyum ramah.
Suasana pun seketika hening, karena gadis itu sepertu murid seumuran mereka dan tidak terlihat seperti sensei yang sesungguhnya.
"Apa kalian ada pertanyaan?" Tanya gadis itu.
Semua orang pun terlihat terdiam, tiba tiba seorang gadis mengangkat tangannya dan bertanya "Anu.. Maaf sensei, kalau boleh tau umur sensei berapa ya?" Tanya seorang gadis yang duduk di bangku depan.
"Umurku 9 tahun" Ucapnya sembari tersenyum yang membuat semua orang sangat terkejut karena sensei yang berada di depannya seumuran dengan mereka.
Tiba tiba seorang murid laki laki berbicara lancang "Cih kamu guru kami? apa yang bisa mau ajarkan ke kami!? Di umurmu yang ke 9 tahun kamu sudah menjadi guru?! apa akademi ini bodoh!?" Serunya dengan sangat tidak sopan.
Gadis itu pun hanya tersenyum melihat pria yang memaki Nya itu.
Pria itu merasa kesal saat Natsuki hanya tersenyum melihatnya "Hei sialan! apa kau sedang meledekku?!" Kesalnya.
"Meledek? aku hanya tersenyum biasa kok.." Ucap ramah gadis itu.
Pria itu terlihat semakin kesal melihat Natsuki yang seakan akan meledeknya dengan senyumannya itu.
"Sialan kau!!" Dia berjalan ke arah gadis itu membawa pedangnya, saat sudah mendekati gadis itu, dia pun langsung mengayunkan pedangnya ke arah gadis itu yang membuat semua orang sangat terkejut.
(Slash!!!)
(Ting!!!!)
(Bff!!!)
Sebuah pedang merah berapi pun menahan tebasan pedang besi itu yang membuat para murid terkejut.
Zen sedikit terkagum karena ia baru pertama kali melihat pedang seperti itu, yang Zen ketahui hanyalah pedang besi dan pedang elemen sihir yang diciptakan menggunakan 'mana'.
"Apa kamu ingin bertarung?" Tanya gadis itu tersenyum ramah.
Pria itu pun sedikit ketakutan saat melihat gadis itu yang ternyata jauh lebih kuat darinya karena gadis itu sudah memiliki pedang evolusi tingkat pertama sedangkan dirinya belum bisa mencapai tingkat itu.
Gadis itu pun menepis pedang pria itu namun karena terlalu kuat, pedang itu melesat tepat ke arah Zen dengan cepat.
"Celaka!" Panik gadis itu.
(Swoff!!!)
(Sskkk!!!)
Pedang itu pun menancap ke dinding tepat di belakang Zen, semua orang seketika sangat terkejut karena Zen yang terlihat sangat santai melihat keluar jendela seakan tidak menyadari jika sebuah pedang baru saja melesat kencang ke arahnya.
Zen menoleh ke arah Natsuki dan pria itu, semua mata pun mengarah ke Zen yang membuatnya kembali menoleh ke jendela dengan santai.
"Sialan! apa yang terjadi!? aku hampir saja mati lagi karena kalian!" Gumam Zen panik dalam hatinya.
Tiba tiba seseorang pun memasuki kelas sembari mengucapkan "Sudahi pertengkaran kalian!" Tegasnya memarahi Natsuki dan pria itu.
Zen yang merasa pernah mendengar suaranya pun menoleh, dan ternyata gadis itu adalah sensei yang pernah Zen lihat di hutan sehari sebelum diri Nya masuk ke akademi.
Pria itu pun kembali ke kursinya dan sensei itu mendekati Natsuki "Haru!! aku memintamu untuk menjaga kondisi kelas ini untuk sementara, bukan untuk membuat onar!" Tegasnya.
Gadis itu pun menundukkan kepalanya "Maafkan aku sensei"
"Kembali ke tempatmu sekarang" Ucap Nya yang sudah tidak mempermasalahkan hal itu, karena ia juga tidak begitu tau kondisi kelasnya, yang ia tau hanya suara berisik sebelum ia datang ke kelas.
...-Time skip-...
(Lonceng bel pun berbunyi)
Jam istirahat pun tiba, terlihat Zen yang sedang membaca buku pelajaran tentang sihir yang baru saja diberikan dan diajarkan oleh sensei yakni buku yang berisi tentang dasar dasar sihir, Zen membaca buku itu dengan santai sembari mengingat ajaran ayah dan ibunya.
Disisi lain, terlihat sebuah partikel kegelapan sedang berterbangan di atas langit dan mengarah ke arah akademi arsenal, tempat dimana Zen berada.
Saat Zen sedang asik membaca, tiba tiba Natsuki datang memanggilnya.
"Hai" Ucapnya
Zen yang mendengarnya pun melihat ke arah gadis itu dan menjawab "Hai, ada perlu apa?" Tanya Zen.
Terlihat gadis itu sangat gelisah dan terlihat sedikit raut ketakutan di wajahnya.
"Aku minta maaf soal yang tadi" Ucap gadis itu perlahan menundukkan kepalanya.
"Aku tidak memaafkannya, sebenarnya aku ingin berkata seperti itu, huh.." Gumam Zen.
"Apa maksudmu?" Tanya Zen yang seakan akan tidak tau yang membuat Natsuki terkejut.
"Itu, tadi ada pedang mengarah ke arahmu bukan? itu karna ulahku, aku tidak sengaja dan itu bisa saja membunuhmu, apa kamu tidak sadar?" Tanya gadis itu.
"Ya, aku sangat sadar, dan aku juga sangat terkejut saat pedang itu mengarah ke arahku, hampir saja aku mati karnamu" Gumam Zen sedikit kesal.
"Aku tidak mengerti apa yang kamu bicarakan, aku tidak melihat apapun dari tadi, aku hanya fokus melihat pemandangan di luar jendela" Ucap Zen beralasan karena kelasnya berada di lantai 2.
Gadis itu pun terdiam dan kembali mengucapkan "Maafkan aku!" Gadis itu kembali menundukkan kepalanya sekali lagi dan pergi meninggalkan Zen.
Zen tidak begitu memperdulikannya dan kembali membaca bukunya.
...-Time Skip-...
Sore hari pun tiba, Zen berjalan ke asrama pria tempat dimana ia akan tinggal, ia berjalan mencari pintu ruangan yang sama dengan angka pada kunci yang berada di tangannya yaitu kamar nomor 4.
Saat ia menemukan kamarnya, ia pun membuka pintu kamar itu, Zen seketika terkejut melihat kamarnya yang begitu bersih, rapih dan fasilitas kamar yang mewah.
Saat Zen akan memasuki ruangan Nya, ada suara seorang gadis yang sedang berdebat di lorong.
"Sensei aku tidak mau sekamar dengan dia!! Dia pria yang kasar! Aku tidak suka cowok ganas seperti itu!!" Seru nya.
"Apa mak-" Sebelum menyelesaikan kata katanya, murid itu kembali mengeluh ke sensei.
"Pokoknya aku tidak mau!!" Serunya.
Zen yang mendengar keributan itu pun berjalan ke lorong dan mendekati mereka berdua sembari mengucapkan "Maaf Sensei sepertinya aku ingin pindah kamar" Ucap Zen membawa kunci ruangan 4 di tangannya.
Seketika suasana pun menjadi hening, murid perempuan tersebut pun sangat terkejut melihat Zen yang baru saja keluar dari kamar 4, ia tidak menduga jika pria yang akan menjadi teman kamarnya adalah Zen dan malah mengira jika pria yang memaki Natsuki tadi adalah teman kamarnya.
"Siapa kamu?.." Tanya sensei.
"Namaku adalah Zen, sensei aku ingin pindah ke kamar yang lain, apakah ada kamar yang lain?" Tanya Zen.
Sensei pun kembali bertanya "Kenapa kamu ingin pindah kamar?" Tanya nya.
"Menurutku, aku tidak berhak mendapatkan fasilitas kamar semewah ini. Aku bukan seorang bangsawan, kamar nomor 1-10 itu khusus bangsawan bukan?" Tanya Zen.
Sensei itu yang mendengar ucapan Zen baru menyadari jika ia salah memberikan kunci kamar kepada Zen, dan ia pun mengeluarkan kunci kamar yang ada di sakunya yakni kunci nomor 16.
"Maaf, sepertinya sensei salah memberikan kunci kamar" Ucap sensei memberikan kunci kamar itu ke Zen.
"Terima kasih Sensei" Zen menundukkan kepala dan mengembalikan kunci kamar nomor 4.
Ia pun berjalan meninggalkan mereka berdua, terlihat gadis yang tadi hanya terdiam merasa bersalah pada Zen.
Sesampainya di kamar nomor 16, Zen membuka pintu ruangannya.
(Cklek)
Zen membuka pintu ruangan kamar nomor 16, sebuah ruangan kamar yang cukup besar dengan yang cukup fasilitas sederhana.
"Hmm.. Sepertinya ini lebih baik dan lebih cocok untukku" Gumam Zen dan perlahan berjalan masuk memasuki kamarnya.
Zen pun langsung meletakkan beberapa barang bawaannya seperti tas dan juga pedang besi yang diberikan oleh ayahnya, setelah meletakkannya, Zen memutuskan untuk mandi.
Sepuluh menit pun berlalu, terlihat Zen yang sudah tiduran di atas ranjang menatap langit langit kamarnya.
"Huh.. Kembali lagi dengan kesendirian, aku berharap bisa kembali ke tempat ayah dan ibuku" Gumam Zen dalam hatinya.
"Sebaiknya aku tidur sekarang, besok aku harus kembali ke kelas untuk belajar" Gumam Zen perlahan menutup matanya dan mulai untuk tidur.
Setelah beberapa jam berlalu, Zen pun terlihat sudah tertidur pulas, dan di saat yang bersamaan terlihat partikel aura kegelapan yang memasuki ruangan kamar Zen, partikel itu menembus dinding ruangan dan langsung masuk kedalam tubuh Zen.
-Time Skip-
Pagi hari pun tiba, terlihat Zen yang sudah berada di kelas dan sedang belajar bersama dengan murid lain, pelajaran yang diajarkan oleh sensei kepada para muridnya hari ini adalah 'Mana' namun Zen sudah mengetahui apa itu 'Mana' karena sudah diajarkan oleh kedua orang tuanya.
Disaat para murid sedang fokus belajar, tiba tiba pintu kelas pun terbuka dan seorang gadis masuk kedalam kelas itu, gadis cantik dengan rambut hitam panjang, dan membawa sebuah senjata yang cukup besar yang terikat di punggungnya.
Semua tatapan pun menuju ke gadis itu, kecantikannya membuat hati para pria terpikat pada pandangan pertama, terkecuali Zen yang masih melihat ke luar jendela karena merasa tidak ada yang penting dan perlu di dengarkan.
"Ah, akhirnya tiba juga" Ucap sensei saat melihat gadis itu yang masuk kedalam ruangan.
"Maaf aku terlambat, Sensei" Ucap gadis itu.
"Tidak apa apa, sekarang perkenalkan namamu" Ucap ramah Sensei kepada gadis itu.
Gadis itu pun mengganggukkan kepalanya dan menghadap ke para murid sembari mengatakan "Namaku Veliona, aku adalah murid baru di kelas ini, mohon bantuannya" Ucap gadis itu sembari menundukkan kepalanya.
Para murid pun hanya tersenyum menghormati Veliona.
"Baiklah, kamu boleh duduk sekarang, pilihlah tempat duduk yang kamu inginkan" Ujar Sensei.
Veliona pun hanya menundukkan kepalanya dan mulai berjalan ke tempat duduk para murid, di saat yang bersamaan terlihat seorang murid pria yang berdiri dan mengucapkan "Silahkan duduk disini nona" Ucapnya dengan hormat sembari menunjuk ke arah bangku panjang yang pria itu duduki bersama temanya.
Veliona pun berjalan ke arah pria itu yang membuat pria itu sedikit senang, namun. Veliona melewati pria itu dan berjalan ke ujung atas tepat di bangku Zen yang hanya duduk sendirian disamping jendela.
"Tek" Zen pun mendengar sebuah benda yang di letakkan di ujung meja dan menoleh, saat menoleh kebelakang Zen pun terkejut karena ada seorang gadis cantik yang duduk di sebelahnya.
"Siapa dia? Sejak kapan dia ada disini?" Gumam Zen sedikit gugup dalam hatinya, namun Zen terlihat cuek dan dingin di mata semua orang.
Tatapan mata keduanya pun tak terelakkan, terlihat Veliona yang terus menatap mata Zen dan Zen yang hanya membalasnya dengan tatapan polos dan cuek.
"Mulai sekarang, mohon bantuannya" Ucap Veliona mengulurkan tangannya ke Zen.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!