Sarapan
Sebuah meja makan sudah tersusun menu sarapan yang sederhana, nasi goreng dengan telur ceplok cukup untuk 2 orang. Ya tepatnya disubuah rumah sederhana milik Hana dan ibunya, Bu Fitri.
“Han, sarapan dulu” ucap bu Fitri yang melihat Hana yang hendak mengambil tasnya.
“Ya bu, Hana udah ga sabar makan nasi goreng ibu. Hehehe” ucap Hana sambil bergegas duduk dekat ibunya
“Han kamu ga usah cape-cape ya, Fokus ke kuliah aja. Ibu kan masih jualan, jadi cukup untuk kita berdua” bu Fitri sambil memegang tangan Hana
“Nanti hana pikirkan lagi ya bu” Hana senyum, sambil mengelus tangan ibunya yang mulai kurus.
Ya Hana wijaya berumur 21 tahun adalah anak satu satunya bu Fitri dan suaminya agung wijaya yang sudah meninggal saat Hana usia 5 tahun. Hana memiliki wajah yang cantik dan imut, tingginya 155 cm, berkulit putih, dan berambut hitam kelam. Hana sering menggerai menguncir rambutnya yang panjang itu, karena menurutnya lebih nyaman diikat. Suaminya bu Fitri dulu pernah bekerja di perkantoran yang gajinya lumayan. Jadi Hana bisa sekolah sampai kuliah seperti sekarang. Walaupun Hana mendapatkan beasiswa. Hana sekarang sudah mulai menyusun skripsi karena semester akhir.
Sementara ibunya sekarang berjualan sate disore hari. Yang pasti hana juga ikut membantu, sebelum pergi kerja part timenya disebuah kafe milik temannya Indra.
Tin..tin..
Suara motor indra sudah terdengar untuk menjemput Hana seperti biasa. Karena mereka satu kampus
“Hana berangkat ya bu” sambil mencium tangan ibunya
“Hati-hati ya han, salam buat indra” seraya tersenyum
“Oke bu” langsung bergegas menghampiri indra
Sementara indra di luar tersenyum melihat hana yang sedang berjalan menghampirinya.
“Lama ya dra, maaf ya” sambil cengengesan
“Biasanya juga nunggu berjam jam..hahaha” sambil tertawa melihat tingkah hana yang lucu
“Sialan lo” sambil naik dimotor indra lalu memukul bahu lelaki itu
“Udah siap” ucap indra
“Siap bos, yu berangkat” Jawab hana
“oke” kemudian indra mulai melajukan motornya menuju kampus mereka
Sepanjang perjalanan mereka asik mengobrol, karena indra membawa motor dengan kecepatan yang pelan. Tapi tiba tiba mereka berhenti, melihat orangorang mengerumuni mobil yang baru saja terlibat kecelakaan.
“Han, kita berenti dulu ya. Coba liat, kasian mereka” indra menepikan motornya dibahu jalan
“Yu kesana, takutnya ada orang yang kita kenal” mereka bergegas menghampiri mobil yang bisa dibilang hancur itu.
Tiba tiba nerta hana melihat anak kecil yang kira kira berumur 5 tahun memakai seragam taman kanak kanak. Kepalanya berdarah, tapi anak itu tidak menangis. Melainkan terdiam depan pandangan yang kosong.
“Dra, ayo kita tolong anak itu” sambil mencoba mengeluarkan anak itu.
“Ayo kita bawa ke rumah sakit dekat sini” indra menggendong anak itu untuk dibawa ke motornya.
Kemudian mereka melaju cepat
Sementara mobil ambulance baru datang untuk membawa dua orang korban, yang kemungkinan adalah keluarga anak tersebut.
Lima menit kemudian mereka sambil. Hana menggendong dan berlari menuju UGD. Sement
ara indra memarkirkan motornya terlebih dahulu.
Indra berlari menemui hana, kemudian ikut menunggu.
Tak lama suster membuka pintu ruangan tersebut
“Keluarga korban” ucap suster
Hana dan indra saling pandang kemudian mereka berdiri
“Kita yang membawa anak itu sus” kata indra
“Mari ikut saya ke bagian administrasi, nanti dokter keluar akan menjelaskan keadaan pasien.
Indra segera mengikuti suster tersebut.
Trak, pintu kemudian terbuka kembali
“Anda keluarga anak itu” ucap dokter
“Bukan dok, saya hanya menolongnya saja” kata hana
“Oke,, anak itu baik baik saja. Hanya luka ringan di dahi saja”
“Alhamdulillah, makasih dok” hana mengucap syukur sambil mengelus dadanya
“ Ya, pasien akan dipindahkan keruang perawatan. Tapi sepertinya anak itu mengalami trauma pasca kecelakaan” ucap dokter sambil menatap hana
Kemudian hana mengikuti anak tersebut dibawa keruang perawatan
“Dra, kayanya aku ga masuk kampus deh hari ini” hana mengirim pesan ke indra
“Ya udah, aku pergi dulu ya han. Nanti pulang dari kampus aku ke sini lagi.” Jawab indra, kemudian pergi
setelah Indra pergi, Hana duduk terdiam dipinggir ranjang anak tersebut. Menatap pucat wajah mungil anak itu.
Tak lama datang dua orang yang menangis menghampiri anak tersebut
Brak...
Suara pintu di dorong kencang oleh dua orang yang menghampiri ranjang pesakitan tersebut.
Dengan deraian air mata Ibu itu menangis, dipelukan seorang laki laki yang diduga sepertinya suaminya.
“Pah, putri tidak apa apa kan?” ucap Nela
“Tidak apa apa mah, tadi dokter kan sudah menjelaskan” ucap pak gunawan
“Tapi kata dokter Putri..” tante nela tak bisa melanjutkan kata katanya karena kembali menangis
“Kita akan bawa Putri untuk terapi setelah pulang dari sini. Papah janji, putri akan seperti biasa lagi. Jadi anak yang periang lagi” ucap pak gunawan
Sementara hana yang terdiam dari tadi di pinggir ranjang putri menatap mereka dengan perasaan yang iba melihat putri.
“Terima kasih nak, kamu sudah menolong anak kami” pak gunawan menyadari adanya keberadaan hana
“Sama sama pak, saya hanya menolong saja” ucap Hana sambil tersenyum
“Mari nak ikut” hana mengikuti pak gunawan duduk di sofa ruangan tersebut
“ Siapa nama mu nak” ucap pak gunawan
“ Saya Hana pak” kemudian melihat pintu yang tiba tiba saja dibuka oleh seorang laki laki yang sepertinya tadi kecelakaan bersama putri.
“Mah, pah. Gimana keadaan Putri?” ucap Reza.
Namanya Reza Gunawan anak dari bapak gunawan, umurnya sekarang menginjak 25 tahun. Berkulit putih, alis yang tebal, tinggi 178 cm yang pastinya tampan. Reza sekarang bekerja diperusahaan sebagai CEO untuk menggantikan papa nya. Tapi masih dalam pemantauan pak Gunawan, karena sikap Reza yang suka mood moodan itu. Sementara dia harus belajar bertanggung jawab mengurus perusahaan papa nya
“Alhamdulillah hanya luka ringan,” kata pak Gunawan dengan menatap anaknya tersebut
“Kamu sendiri kenapa malah kelayapan. Bukannya diam di kamar perawatan” pak gunawan kembali bersuara
“Aku khawatir pah, tadi putri teriak pas sebelum aku pingsan. Makanya aku segera keruangan ini pas udah tau putri dibawa ke rumah sakit ini juga” sambil menghela napas.
Reza mengusap pundah mama nya yang sedari tadi menatap wajah putri
“Maafin reza ma, ga bisa jagain putri” sambil menunduk
“ ini musibah sayang, bukan salah kamu” Nela berdiri lalu memeluk anak laki lakinya itu
Tak lama pintu diketuk kembali oleh seseorang. Ternya Indra yang menjemput karena indra sudah bilang akan menjemput Hana seusai pulang kuliah
Tok,,tok,,tok,,
“Masuk” ucap pak gunawan
“Permisi Pak, apa Hananya ada. saya mau menjemputnya pulang” kata Indra
''ada, tunggu sebentar" pak Guanawan masuk memanggil Hana. tak lama Hana dan pak gunawan keluar ruangan
“Pak kenalin, ini Indra temen Hana. Tadi dia yang bawa Putri sama saya ke rumah sakit” memperkenalkan indra sambil berdiri di pinggir indra
“oh ya, Makasih ya nak, sudah menolong anak bapak” menjabat tangan Indra. kemudian indra menyabutnya
“Oh ya, kenalin. istri dan anak saya. Mah sini” sambil menyuruh tente nela dan anaknya datang
“Makasih banyak ya nak, kalau tidak ada kalian tente ga tau gimana nasib anak tante” ucap tante nela tulus
“Sama sama tante” indra tersenyum. Tapi tiba tiba dia diam dan berbisik pada hana karena melihat seseorang yang wajahnya tidak asing di dunia bisnis. bahkan sekarang sedang jadi perbincangan hangat karena kepintarannya di dunia bisnis.
“Han, itu Reza Gunawan kan ya?? Indra melirik kearah sofa dimana reja duduk dengan wajah datarnya sambil melihat Putri
“Ya Dra, kenapa gitu” hana bingung dengan tingkah Indra, dan dari mana indra tau nama Reza
“ lo itu kenapa ga bilang dari tadi kalau kita nolong keluarganya mereka” indra yang antusias
“Ih dra, lo kesurupan apa sih. Emang kita kalo nolong harus pilih pilih. Ga lah” ucapa hana sewot sekaligus bingung denger kata kata reza. karena Hana tidak tau siapa keluarga pak Gunawan
“Hana yang manis, kamu ga tau apa kalo Reza Gunawan itu pengusaha muda yang namanya lagi melejit itu” hana menggelengkan kepalanya sambil berkedip kedip dengan wajah polosnya
Mereka tidak sadar kalau sedang di perhatikan oleh empat orang. Tante nela dan pak gunawan tersenyum melihat kelakuan mereka. Apalagi wajah hana yang begitu menggemaskan.
Sementara Reza hanya tersenyum tipis saja melihat dua orang yang menurutnya aneh itu. dan Di situ tante nela melihat senyum terbit dari anaknya yang selama ini dia kira tidak suka perempuan muncul begitu saja. walau sekilas sampir tidak terlihat, tapi tante Nela yakin, kalau Reza menyukai tingkah dua orang asing itu.
Hana tersadar dengan keadaan putri yang membuka matanya. kebetulan pintu tidak tertutup. jadi dia bisa melihat keadaan putri saat ini
“Hai sayang, kamu sudah sadar” ucap hana sambil mengampiri putri
Tante nela dan pak gunawan langsung menengok ke arah putri, begitu juga Reza. mereka segera menghampiri putri
Putri mengangguk dan tersenyum. Kemudian nela duduk ditepi putri
“Mana yang sakit sayang, bilang mama” nela terlihat khawatir
“Sudah ma, biar istirahat dulu putrinya” kemudian tante nela di ajak duduk di sofa oleh pak gunawan
Sementara Reza duduk di kursi dekat putri. Hana dan indra berdiri disebelahnya lagi
“Cantik, kak hana sama ka Indra pulang dulu ya” ucap hana yang hendak pamit
Tapi tiba tiba tangan hana di pegang oleh putri dan tersenyum. Hana pun menoleh membalas senyuman anak itu. Menurut hana, putri cantik dan menggemaskan
“Pak bu, kami pamit pulang dulu ya” ucap hana
“ ya nak hati hati ya. Sekali lagi makasih banyak udah nolong anak saya” ucap om gunawan yang mengantar hana dan indra sampai depan pintu
“ ya pak, sama sama”ucap hana dan Indra
“Kami permisi ” ucap hana
Mereka berjalan dilorong rumah sakit dmenuju keluar. Sesampainya di parkiran rumah sakit hana meminta untuk kembali ke rumah. Karna hari sudah siang, jadi dia harus bantu ibunya menyiapkan jualan untuk nanti sore.
“Dra, langsung pulang ya” kata hana
“Siap cantik” sambil menyalakan motornya. Kemudian mereka melaju dengan kecepantan sedang
Sepanjang perjalanan mereka sesekali melempar candaan, Hana sering tertawa dengan tingkah konyolnya indra. Meski indra orang berada tapi dia tidak sombong seperti orang orang yang lain. Malah indra type oarang yang sedehana dan perkerja keras. Buktinya dia membuka kafe sendiri
“eh mau mampir dulu ga dra. Sekalian makan siang. Kata ibu semalam mau masak gulai kepala ikan loh” sambil tersenyum melihat indra di kaca spion motornya
“Yah,, aku ga bisa han. Ada karyawan yang ga masuk. Tadi harus gantiin dia. Tau sendiri kan kalo pas jam makan siang kaya gimana” jawab indra dengan lesu, padahal gulai ikan adalah kesukaan dia. Apalagi yang masak bu fitri. Kadang indra lupa diri jika sudah menjumpai menu itu
“Tenang nanti aku bawain deh buat kamu” jawab hana tersenyum
“ Serius mau bawain aku han?” Tanya indra antusias
“ kalau ada sisa,, hahahah” hana tertawa renyah.
“ tega kamu han” pura pura sedih, setelahnya tersenyum melihat tawa hana
Lima belas menit kemudian mereka sampai didepan rumah hana.
“makasih ya dra” sambil membuka helm lalu memberikanya pada indra
“Ya, sama sama cantik” mengedipkan sebelah mata “salam buat ibu ya” lalu indra mulai melajukan kembali motornya dan Hana melambaikan tangan
“Assalammulaiakum bu, hana pulang” ucap hana sambil berjalan kedapur mencari bu fitri
“Walaikumsalam han” benar saja bu fitri sedang berkutat dengan olahan masakan gulainya
“Loh, indra mana han? Ga di ajak masuk dulu?” ucap bu fitri lagi sambil celingukan mencari keberadaan indra
“Mau langsung ke kafe bu. Soalnya ada karyawannya yang ga masuk. Jadi dia gantiin deh” sambil menghampiri bu fitri untuk membantu
“oh...gitu”jawab bu fitri
“hana ngapain nih bu, ko udah mateng semua?” mencari sesuatu untuk membantu bu fitri
“Ga usah han, kamu siapin aja buat kita makan. Nanti ibu tinggal bawa gulainya. Bentar lagi juga matang” kata bu fitri sambil menoleh kearah Hana
“Oke bu,siap” jawab tegas hana. Kemudian Mulai menyiapkan untuk makan siang mereka
Mereka mulai menyantap makan siangnya, dan setelah selesai makan siang bu fitri mulai membereskan bekas makanan mereka.
Semantara Hana pergi ke kamar untuk membersihkan diri sebelum membantu bu fitri menyiapkan untuk jualan nanti sore. Mulai dati menusuk sate sate, sampai membuat bumbu dan sambalnya.
Ditengah aktifitas sesekali mereka melempar saling candaan di sela sela cerita mereka. Hana adalah anak yang periang dan mudah bergaul. Tapi sesekali hana memperhatiakan tubuh ibunya yang makin kehari makin terlihat kurus.
Tepat pukul 4 sore mereka akan mulai berjualan di tempat biasa mereka mangkal. Depan perempatan jalan. Disana juga banyak yang berjualan. Karena tempatnya strategisdan banyak pelanggan yang sudah tau jadwal mereka berjualan. Kadang baru sampai tempat jualan, langsung di serbu oleh pelanggan pelanggannya bu Fitri. Jadi tak heran kalau jualan mereka Cuma bertahan paling lama jam 9 malam. Karena rasanya yang sudah melekat di hati pelanggan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!