"apa dimatamu aku memang seburuk itu? Hingga kau selalu membandingkanku dengan wanita yang kau bilang kawanmu" ucap Lyora dengan menahan air matanya
Alrescha Kavindra (suami Lyora) hanya diam menahan amarah karna Lyora (istrinya) melarangnya untuk berhubungan dengan teman wanitanya (Nora Armora), dan Lyora sudah mengirimkan pesan kepada Nora agar tak menghubungi suaminya lagi menggunakan hp milik Alrescha.
"Aku ini istrimu!! Kau anggap aku apa jika kau lebih membela orang yang kau bilang itu kawanmu, sementara istrimu kau sakiti batinnya kek gini?!!" ujar Lyora yang sudah tak bisa lagi membendung air matanya
"Lagian kan udah kau kirim pesan pada Nora, percuma ngomong ama kamu!!" ucap Alrescha sambil merebut hp miliknya yang di pegang Lyora, lalu meninggalkannya dikamar sendirian.
Lyora menangis sejadi-jadinya malam itu. Mengetahui jika suaminya telah membohonginya berkali-kali, dan kali ini bermain perempuan. Lyora tak masalah jika mereka hanya teman, namun untuk apa Alrescha membohonginya, menutupi segala tentang wanita yang katanya itu kawannya. Malam itu membuat kepala Lyora sangat sakit karna menangis terus menerus, membuatnya ingin pulang kerumah orang tuanya untuk sekedar mendapatkan pelukan dari ibunya.
...****************...
4hari 4malam Lyora dan Alrescha sama sekali tidak bertegur sapa. Alrescha juga tidur di kamar tamu, sementara Lyora dikamar mereka, selama 4hari pula Lyora tidak makan nasi sama sekali. Hanya sesekali dia makan roti 1kali dan minum susu 1 kotak tiap malam saat akan tidur. Tiap malam juga Lyora selalu menangis mengingat perlakuan suaminya, dan Lyora juga selalu menyalahkan dirinya sendiri karna dia tak bisa menahan emosinya malam itu. Sejak malam Lyora ditinggalkan tanpa penjelasan, dia berjanji kepada dirinya sendiri untuk menghapus rasa cinta dan sayangnya pada suaminya.
Suatu pagi yang masih terasa berat untuk Lyora melangkahkan kakinya mencari info lowongan pekerjaan, dia tak mau selalu bergantung pada suaminya. Lyora berpikir entah sejauh mana dan bagaimana nanti kedepannya. Lyora sudah benar2 pasrah, dia hanya bisa berusaha semampunya.
Disuatu cafe, saat Lyora ingin membeli ice cream dia melihat pengumuman "dibutuhkan waiters wanita". Lyora mencoba bertanya pada staf yg ada disana
"Permisi, apakah pengumuman di depan masih berlaku?" ujar Lyora pada pegawai disana
"masih ada, apakah anda berminat?" tanyanya
"boleh, kebetulan saya membutuhkan pekerjaan, tapi saya belum ada pengalaman bekerja sebelumnya" Lyorae menunduk sedih
"tidak apa2, jika sudah mulai bekerja nanti akan di training oleh pegawai yg ada" ucap pegawai tsb menenangkan Lyora
Lyora : "Jadi, kapan kira2 saya bisa mulai bekerja?"
Pegawai : "Besok kamu datang kesini lagi jam 9an untuk wawancara dengan pemilik cafe ini dulu, bagaimana? Apakah bisa"
"Bisa, tentu bisa" angguk Lyora dengan cepat
Pegawai : "Baik, sampai jumpa besok, nanti saya sampaikan pada pemilik cafe"
Lyora : "Terimakasih"
Pegawai : "sama2" ucapnya sambil tersenyum
Lyora'pun meninggalkan cafe itu dengan perasaan bahagia karna besok dia akan bekerja di cafe tsb
...****************...
Sampai dirumah (lebih tepatnya rumah mertuanya), Lyora langsung masuk ke kamarnya karna dirasa rumahnya sepi. Lyora ketiduran saat beberapa menit berlalu dia rebahan, mungkin karna kelelahan dari pagi mencari pekerjaan.
"bangun, makan dulu" ujar Alrescha dengan nada dan raut muka dinginnya
Lyora membuka matanya hanya menatap sikap suaminya padanya, terasa panas pelupuk matanya menahan air mata yg ingin sekali meluncur. "Aku sudah makan, kau saja" ujar Lyora lalu memejamkan matanya kembali dan memunggungi suaminya
"kapan? Dari kemarin kau tak mau makan" ucap Alrescha masih dengan nada dinginnya
"tadi siang" ucap Lyora singkat
"sekarang belum kan, dah buruan bangun gak sah kebanyakan alasan!" ucap Alrescha lalu beranjak pergi menuju ruang makan.
Lyora kembali meneteskan air matanya mengingat kejadian beberapa hari yg lalu, mengingat suaminya yg lebih memilih utk membela teman2nya dan pergi meninggalkan istrinya seorang diri tanpa penjelasan bahkan sepatah kata / pesan untuk menenangkan hati istrinya pun tidak ada. Lyora buru2 menghapus air matanya, karna ia paham dari dulu suaminya paling benci melihatnya menangis (padahal menangis juga karna suaminya). Kemudian Lyora menyusul Alrescha keruang makan untuk makan bersama.
Tak ada sepatah kata ataupun canda gurau yg biasanya mengisi saat mereka sedang makan. Ibu Alrescha memperhatikan dan sekali2 ingin bercanda, namun bagi Lyora candaan itu seperti pisau yang menusuk lukanya berkali2. Lyora menyelesaikan makanannya dengan cepat karna ia hanya mengambil sangat sedikit, hingga bisa ia habiskan 5kali suapan. Usai makan, Lyora kembali lagi ke kamarnya.
"Apakah aku masih sanggup utk tetap bertahan dengan keadaan ini? Aku tau, Tuhan tidak akan memberikan cobaan kepada seseorang melebihi kemampuan orang tsb, tapi ini terlalu sakit. Aq ingin lari dari kenyataan, pergi dari tempat dan orang2, tapi aku bisa kemana saat ini? Aku sudah tak punya tempat dimana2" ujar Lyora pada dirinya sendiri sambil terus meneteskan air mata yg sudah tak terbendung lagi
"maa, aku merindukanmu.. Aku merindukan pelukanmu.. Merindukan setiap ocehan dan langkah bersamamu... Maafkan aku yg belum bisa membahagiakanmu hingga akhir hayatmu, maafkan atas keegoisanku selama ini.. Jika bisa bawalah aku pergi saat ini bersamamu ma, aku sudah tak punya siapa2 lagi yg menjadi rumahku didunia ini.. Aku kira menikah dengannya bisa membuatku selalu bahagia selain bersamamu ma, tapi aku salah besar. Hingga aku tau cintamu paling tulus, serta rumahku adalah dirimu ma" lanjut Lyora
Lyora terdiam menghapus air matanya kala ia mendengar suara knop pintu terbuka. Ya, Alrescha masuk ke kamarnya, lalu ia duduk di ujung tempat tidur. Mereka sama2 terdiam tanpa sepatah katapun, sibuk dengan pikiran mereka masing2 sambil bermain hp masing2.
Alrescha memiliki sifat keras kepala dan semua harus berjalan sesuai keinginannya. Bisa dibilang Lyora juga keras kepala, namun ia sekuat tenaga menekan egonya hingga ia dapat bertahan di pernikahannya dengan Alrescha sampai saat ini, sudah 4 thn. Sudah selama itu pula Lyora dan Alrescha belum memiliki buah hati mereka, bukannya tak ada niat atau usaha, tapi memang belum diberi kepercayaan untuk memiliki buah hati. Tak jarang Lyora berpikir jika Alrescha dekat dengan wanita2 diluar sana karna ia belum bisa memberikan Alrescha keturunan di usia pernikahan mereka yang bisa dibilang tidak sebentar. Alasan itu pula ibu Alrescha seringkali menyalahkannya karna belum juga hamil, dan sering membandingkan Lyora dengan anak2 dari teman2 ibunya. Saat itu Lyora hanya diam sambil tersenyum, meski batinnya sangat sakit dan merindukan sosok ibu kandungnya.
Malam terasa makin lama bagi Lyora dan Alrescha yang masih saling diam dan pikiran mereka masing2.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
%%%%%% B E R S A M B U N G %%%%%%
Lyora Clara adalah anak kedua dari Tn.Rajendra dan Ny.Ananta Leovarnost. Dia memiliki seorang kakak perempuan yang telah menikah dan tinggal bersama suami dan anaknya di beda negara. Lyora adalah anak yang keras kepala dan egois tapi bagi yang mengerti dan memahaminya akan mengenal bahwa dia seperti itu karna sayang dengan orang2 sekitarnya. Lyora gadis yang ceria, mudah memaafkan orang2 yang menyakitinya. Lyora mengenal Alrescha saat ia magang kerja di tempat kerja Alrescha, usia mereka selisih 3 thn. Awal mereka dekat karna Alrescha sering mengantar Lyora pulang, hingga Lyora tidak lagi magang di tempet kerja Alrescha. Merek masih saling memberi kabar melalui chat. Suatu ketika Alrescha memberanikan diri menyatakan rasa sukanya pada Lyora, ia'pun mengiyakan hubungan mereka karna Lyora juga suka dengan Alrescha. Ibu Lyora yang mengetahui hubungan anaknya sejujurnya tak merestui karna firasatnya tak baik tentang hubungan Lyora dan Alrescha.
1 tahun setelah hari kelulusan Lyora, tepat saat hari ultahnya dia mendapat kabar dari RS bahwa ibunya yg sempat dirawat di ruang ICU dinyatakan meninggal dunia. Lyora begitu hancur, apalagi ditambah keluarganya yg mengharuskan Lyora menikah di atas jenazah ibunya. Karna Lyora sedang menjalin hubungan dengan Alrescha, maka mereka terpaksa menikah tanpa persiapan apapun. Dari saat itu Alrescha selalu seperti menyalahkan Lyora karna ia yang belum usai menikmati masa lajangnya.
Awal2 pernikahan mereka bahagia. Meski Lyora mendapati Alrescha masih kontak dengan mantan2nya, namun masih dibatas wajar. 2 tahun pertama, mereka rajin berobat ke dokter dengan harapan segera di berikan keturunan. Hingga ayah Alrescha meninggal karna sebuah kecelakaan. Alrescha dan Lyora yang tadinya sudah memiliki rumah sendiri, namun karna ibu Alrescha hidup seorang diri, mereka memilih untuk menemani ibunya. Lyora yang mengira ibu Alrescha akan seperti ibu kandungnya, ia salah besar. Yang terjadi sebenarnya Lyora selalu di sindir dan dibandingkan dengan anak2 teman2nya yg sudah memiliki keturunan, itu semua dilakukan apabila Alrescha tidak ada.
Pernikahan yang orang2 bilang menempuh kebahagiaan baru, namun berbeda dengan yang Lyora rasakan. Lyora merasakan seperti ia yang berjuang sendirian dalam pernikahan mereka, sementara Alrescha? Ia seringkali mengikuti egonya dan lebih sering menyakiti perasaan Lyora. Hingga suatu malam saat mereka bertengkar karna hadirnya orang ke3, Lyora memberanikan diri untuk berbicara baik2 dengan Alrescha, namun yang terjadi tak sesuai harapan Lyora, Alrescha marah dan meninggalkan Lyora sendirian. Disaat itulah Lyora benar2 merasa dunianya hancur berkeping2. Dunia yang selama ini ia jaga dengan penuh perasaan dan pertimbangan hancur karna kehadiran orang baru.
...****************...
Keesokan pagi setelah kemarin Lyora melamar kerja di sebuah cafe, usai sarapan bersama, Lyora bersiap2 untuk pergi. Saat hendak pergi, Alrescha masuk kamar dan mendapati istrinya akan pergi
"Mau kemana kamu?" tanya Alrescha
"Pergi kerja" jawab Lyora singkat
"Kerja???" tanya Alrescha memastikan
Lyora : "iyaa... memang kenapa?"
Alrescha : "kamu kan gak punya pengalaman apapun dibidang kerja"
Lyora : "belum punya pengalaman gak berarti gabisa bekerja kan"
"Aku pergi kerja dulu, kamu hati2lah jika akan bekerja" lanjut Lyora
Lyora pergi meninggalkan Alrescha sendiri yang terdiam sesaat. Kemudian Alrescha melanjutkan aktivitasnya bersiap2 bekerja. Alrescha bekerja jadi kepala manager di sebuah perusahaan ternama, ia di percaya oleh pemilik perusahaan itu karna keuletannya dalam bekerja.
...----------------...
Kini Lyora telah sampai di cafe, ia bertemu dengan pegawai kemarin dan disuruh untuk menunggu di meja lt.2. Lyora berjalan ke lt.2 melalui tangga, dia memilih duduk di meja ujung dekat jendela. Saat Lyora tengah asyik memandang keluar dia tak menyadari jika ada seseorang yang berjalan ke arahnya.
"Permisi, dengan saudari Lyora?" suara bariton seorang pria yang Lyora kenal membuyarkan lamunannya
"Ah, iya saya sendiri" ucap Lyora sambil berdiri sambil memandang pria tsb
Pria itu hanya tersenyum melihat tingkah Lyora
"Jadi, kau ingin melamar pekerjaan di cafeku?" ujar pria tsb
Lyora : "Archio?! Apa kabar kamu? Lama tak jumpa.. Jadi ini cafe yang dulu jadi impianmu itu?"
"iyaa sangat lama tak jumpa denganmu Lyora Clara, kabarku baik, bagaimana dengamu?" ujar Archio tersenyum sambil duduk dan mempersilahkan Lyora duduk lagi
Lyora : "Aku juga baik, jadi kamu pemilik cafe ini?"
Archio : "iya..jadi kamu yang ingin melamar pekerjaan disini??"
"iya.. Ternyata dunia sempit sekali ya" ujar Lyora lalu tertawa, di ikuti Archio yang ikut tertawa
"jadi bagaimana? Apakah kau tidak ingin menerimaku?" lanjut Lyora
Archio : "Kamu mau melamar sebagai apa disini?"
Lyora : "Seorang waiters ato bagian kotor tak apa"
Archio : "Oh, kukira kamu mau melamar jadi istriku" godanya
Lyora : "Untuk apa aku melamar sebagai istrimu sedang aku masih punya suami" ucapnya sinis, namun terlihat lucu dimata Archio
Archio : "hahhh, seharusnya dulu kau jadi istriku saja sih" mencubit hidung Lyora
Lyora : "sakitt tau" mengusap hidungnya yang dicubit sampai merah
"jadi gimana nih? Perlu wawancara lebih lanjut ga??" lanjut Lyora
Archio : "yaudah gue terima lo kerja ama gue, tapii...."
Lyora : "tapiii...???? Napa ga dilanjutin?? aku serius lohh Chi"
Archio : "tapi bukan jadi waiters disini"
Lyora : "Trus jadi apa dong?? Jangan bilang lo mau jadiin gue pembantu rumah lo"
Archio : "yaelahh..enggaklah... Eh tapi kalo lo mau boleh sih"
Lyora : "enak aja lo" ucapnya sinis
Archio : "yaudah serius ini.... Gue terima lo kerja tapi jadi asisten gue di perusahaan bokap gue..gimana??"
Lyora : "tapi gue ga ada pengalaman sama sekali chi, lo yakin??"
Archio : "pengalaman bisa dicari Ra, yg penting niat dan tanggung jawabnya"
Lyora : "Lo yakin??" tanyanya memastikan lagi
Archio : "gue yakin banget..dan lo bisa mulai kerja besok, langsung ke hrd aja besok, bilang nama lengkap lo, besok bakal di antar ke ruang kerja lo"
Lyora : "siap pak boss...makasi banget ya...lo baik banget sih sama gue" tersenyum manis
Archio : "baru sadar ya lo kalo gue baik?? Udah dari dulu padahal.. Lo aja yg ga peka sama gue"
Mereka melanjutkan canda guraunya, hingga tak terasa jam makan siang telah tiba. Untuk merayakan bergabungnya Lyora ke perusahaan yang di pimpin Archio. Mereka makan bersama dengan Archio mentraktir Lyora makan sepuasnya.
...****************...
Archio dan Lyora dulu jadi sahabat dari SMA hingga kuliah, namun saat ibu Lyora meninggal Archio sedang bertukar mahasiswa, jadi dia tak bisa ada di samping Lyora, itu jadi penyesalan terbesarnya karna bukan Archio yang menikah dengan gadis pujaannya. Archio dari dulu sudah berkali-kali mencoba menyatakan cinta terhadap Lyora namun gadis itu selalu menolak cinta Archio, karna ia tak mau persahabatan mereka renggang karna cinta semu. Namun ternyata Archio tulus mencintai Lyora.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...*********BERSAMBUNG********...
Usai wawancara dan makan siang bersama, Lyora memutuskan untuk kembali kerumah. Ternyata dirumah ibu mertuanya sedang ada arisan dengan teman2nya, yang ujungnya hanya jadi ajang pergosipan dan perbandingan.
Saat masuk kedalam rumah, Lyora menyapa dan menyalami 1 per 1 ibu2 yang ada disana kemudian ia langsung masuk ke kamarnya. Lyora terlalu malas untuk kumpul bersama ibu2, karna ujungnya yang dibahas tentang perbandingan dia yang belum bisa memiliki keturunan hingga saat ini. Jika ditanya'pun ia tidak ingin, inginnya memiliki keluarga lengkap, hidup bahagia bersama orang yang tepat, memiliki buah hatinya dengan suami yang mencintainya dan tak pernah membanding2kannya dengan wanita diluaran sana. Namun itu kan hanya ada dalam cerita, untuk kehidupan Lyora sepertinya mustahil
Dikamar, Lyora mengisi waktu luangnya untuk belajar lagi tentang bisnis dan management serta belajar bahasa2 baru baginya untuk menambah pengetahuan serta berlatih ilmu bahasa. Karena sejak lulus kuliah, Lyora ingin bekerja namun tak di perbolehkan oleh suaminya.
Saat Lyora sedang asyik dengan buku2nya, Alrescha memasuki kamar dan melihat istrinya sedang belajar.
"Kemana saja kamu dari pagi hingga siang? Kata mama kamu pulang usai jam makan siang" tanya Alrescha
"Tadi pagi kan aku sudah bilang ingin mencari pekerjaan, dan mulai besok aku sudah bisa bekerja" jawab Lyora tanpa menoleh
Alrescha : "bukankah sudah kubilang tak usah bekerja? Kamu dirumah menemani mama dan biarkan aku yang bekerja untuk kalian"
Lyora : "dan membiarkan mamamu terus membandingkan diriku yang belum bisa memiliki keturunan?" ucapnya sambil menatap Alrescha menahan air matanya
Alrescha : "kan bisa bilang memang belum diberi, mau gimana lagi?"
Lyora : "mau gimana?? Bukankah usaha kita yang kurang? Apalagi sekarang kamu sering kerja lembur sampai malam.. Sampai rumah hanya sekedar mandi dan makan kemudian pergi bersama teman2mu... Kamu anggap aku apa?? Aku ini istrimu!!" ucapnya sambil menghapus air mata yang sudah tak bisa Lyora tahan lagi
Alrescha : "itu kan hobiku, dari dulu kamu tau hobiku seperti apa, kenapa sekarang mempermasalahkan?!"
Lyora : "hobi yang mana? Apakah hobimu yang suka membela teman2mu? Atau yang membohongi dan menyakiti istrimu? Ataukah hobimu yang suka pergi dengan wanita2 yang lebih cantik dari istrimu?!!"
Alrescha : "bukan salahku jika aku lebih membela teman2ku, lagipula untuk apa kamu chat teman wanitaku dan memarahinya?" jawabnya enteng tanpa ada rasa bersalah sama sekali
Lyora : "untuk apa kamu menyakiti istrimu? jika memang sudah bosan padaku kembalikan saja pada papa atau kembalikan aku ke atas makam mama'ku dimana kita mengucapkan janji suci pernikahan dulu"
Alrescha : "dahlah percuma ngomong sama orang baperan" ucapnya sinis lalu meraih hpnya hendak melangkah pergi
Lyora : "pergilah sesuka hatimu bersama teman2mu, bukan salahmu yang menyakitiku... Tapi aku yang SALAH, salah meletakkan hati, salah melabuhkan kepercayaan pada orang yang sama sekali tidak mencintaiku, orang yang belum selesai dengan masa muda dan masalalunya.. Semua salahku, dan terimakasih sudah menyadarkan hatiku" ucap Lyora dengan deraian air mata
"Jika suatu saat aku seperti dirimu yang sekarang, ingatlah aku hanya ingin mengikuti cara mainmu" lanjut Lyora
Usai mendengar ucapan Lyora, tanpa menoleh dan tanpa satu kata'pun Alrescha pergi meninggalkan Lyora sendirian.
Lyora hanya menangis sendirian dikamar sambil berbicara pada dirinya sendiri
"Tuhan...jika memang mencintainya sesakit ini, tolong cabut rasa ini, jika perlu matikan perasaanku untuk suamiku"
Usai berkata seperti itu, Lyora masih terus menangis hingga ia tertidur karena kelelahan. Dia merasa gagal menjadi seorang istri, gagal menjadi seorang wanita yang sampai sekarang Lyora belum bisa memberikan buah hati untuk suaminya. Lyora sebenarnya pernah 2 kali keguguran karena ia terjatuh dari atas motor, dan kedua karena ia kelelahan. Dokter sudah menyarankan untuk bedrest, namun ibu mertuanya menganggap itu hanya alasannya untuk bermalas-malasan. Dan saat Lyora keguguran'pun suaminya tidak menunjukkan kepeduliannya sama sekali. Alrescha masih sibuk dengan hobinya, layaknya ia belum memiliki tanggung jawab sebagai seorang suami.
Sepulangnya Alrescha, sudah menunjukkan pukul 00.30 dini hari. Dia melihat mata sembab dan hidung merah seperti habis menangis, serta seperti orang kedinginan karena tak memakai selimut. Namun itu semua di abaikan oleh Alrescha. Ia memilih untuk ganti pakaian lalu tidur di samping istrinya, karena ia berpikir esok masih harus bekerja. Alrescha melarang Lyora bekerja karena ia berpikir jika Lyora bekerja maka mamanya tidak ada yang menemani dirumah, namun ia tak mengetahui jika Lyora sering sakit hati akibat perkataan mamanya karena mamanya melemparkan kata2 untuk menantunya di belakang anaknya. Jadi wajar jika Alrescha tidak tau, meski Lyora berkata jujur tentang mamanya Alrescha seperti tak percaya. Dan mau bagaimana'pun Alrescha dan Lyora bertengkar, tak ada satu'pun dari mereka yang mau minta maaf, mungkin terlalu tinggi gengsi mereka, tapi meski tak ada yang minta maaf dulu, Lyora yang tak pernah mau makan jika mereka bertengkar, membuat Alrescha harus memaksa Lyora untuk makan bersama sehingga mau tak mau mereka akan berbaikan tak lama setelahnya. Alrescha memiliki ego dan gengsi yang sangat tinggi, tak mau dikalahkan oleh seorang wanita, bahkan istrinya sekalipun.
Keesokan harinya, Lyora bangun pagi lalu menyiapkan sarapan, kemudian ia membangunkan Alrescha lalu mandi.
Alrescha bangun dari tempat tidurnya lalu pergi mandi, setelahnya mereka sarapan bersama. Lyora mengambilkan makanan dan minuman untuk suaminya, sedang mama mereka mengambil makanannya sendiri.
Di meja makan, hanya ada suara dentingan sendok yang mengenai piring. Tak ada obrolan atau canda gurau di antara mereka ber3. Usai makan, Lyora langsung membereskan meja makan lalu ia pergi ke kamar untuk bersiap2 akan pergi bekerja. Saat Lyora sudah memastikan semua barang bawaannya tak ada yang tertinggal dan ingin membuka pintu, bertepatan dengan itu Alrescha juga membuka pintu, jadilah mata mereka bertemu dan saling pandang di ambang pintu.
"Aku berangkat kerja dulu" ucap Lyora
Alrescha hanya diam tak menjawab istrinya sama sekali karena ia masih marah. Usai pamit, Lyora langsung meninggalkan suaminya yang masih mematung di ambang pintu, sedangkan Alrescha masuk ke kamar dan bersiap2 untuk pergi bekerja. Awalnya Alrescha ingin bertanya atau mengantar istrinya di hari pertama ia bekerja, namun niatnya ia urungkan saat melihat Lyora yang bersikap dingin. Berbeda dengan sebelumnya jika mereka sedang bertengkar, biasanya Lyora akan mulai percakapan hangat dengannya, akan tetap lembut seolah tak terjadi apapun.
Alrescha pergi ke garasi untuk mengendarai mobilnya ke perusahannya, sedang Lyora telah pergi lebih dulu darinya mengendarai motor matic kesayangannya. Alrescha mengendarai dengan pikirannya yang masih terngiang ucapan istrinya semalam,
"Apakah aku sudah keterlaluan selama ini?? Tapi dimana sifat lembut Lyora yang selama ini? Mungkinkah ia hanya berpura2 saja??" ucap Alrescha
...****************...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!