NovelToon NovelToon

Wasiat Cinta Untuk Renei

Part 1 Permohonan

"Clea aku mohon menikahlah dengan Renei, kau tahu aku tidak akan lama lagi berada di dunia ini?"

Margaret wanita cantik dan berkelas itu terlihat rapuh karena sakit keras. Clea gadis dua puluh tahun yang menjadi terapisnya terlihat tertegun dengan permohonan Margareth. mana ada wanita yang menjodohkan suaminya sendiri dengan wanita lain? ini gila.

"Ini tidak mungkin nyonya! bagaimana aku bisa menikah dengan suami mu?" Clea menolak. ia tidak mau menikah dengan suami orang. ia tidak ingin di sebut sebagai wanita perusak rumah tangga orang lain.

"Clea aku mohon, kau gadis yang pantas mendampingi Renei, aku mengenal mu dengan baik" Margaret kembali memohon sambil berurai air mata.

Clea hanya terdiam membisu, tidak pernah terbayangkan bagaimana ia akan menikah dengan suami orang.

Clea menggeleng ia tetap tidak mau meski Margaret mengiba padanya. tanpa Clea duga wanita itu malah berlutut di hadapan Clea sembari menangis.

"Nyonya jangan begini, aku tidak bisa melihat mu seperti ini. lagi pula bagaimana aku bisa menikah dengan tuan Renei ?"

"Katakan iya maka aku akan mengurus segalanya termasuk Renei" senyum terlihat di bibir Margaret. ia tahu gadis di hadapannya mulai goyah.

Clea menghela napas berat ia meraih bahu Margaret dan membantunya berdiri. dengan lembut Clea membantu wanita itu duduk di kursi rodanya.

"Besok malam datanglah ke rumah untuk makan malam bersama" kata Margaret.

Clea tidak menjawab ia hanya membisu sembari mendorong perlahan kursi roda Margareth menyusuri lorong rumah sakit.

****

Renei pria berusia tiga puluh tiga tahun, mapan, kaya dan berasal dari keluarga terpandang. ia begitu mencintai istrinya Margareth yang tak lain adalah teman masa kecilnya dulu.

Renei mengupayakan untuk kesembuhan sang istri tapi sepertinya memang berat. semakin hari kondisi Margaret semakin memburuk. tak jarang Renei melampiaskan kesedihannya dengan minum di bar sampai mabuk.

Margareth yang melihat suaminya merasa tidak tega. ia berpikir untuk mencarikan pendamping yang bisa menjadi teman untuk Renei. sebagai sesama wanita Margareth bisa melihat semua itu di diri Clea. ia yakin gadis itu akan bisa membuat Renei kembali bergairah menjalani hidup dan merasakan cinta.

Karena itu malam ini Margareth mengundang Clea makan malam agar bisa bertemu langsung dengan Renei. meki Margareth tahu Renei begitu marah ketika ia mengutarakan niatnya untuk mencarikan istri kedua bagi Renei. setelah membujuk dan memohon pada Renei akhirnya suaminya itu luluh juga dan mengikuti kemauan Margareth.

Di meja makan nan panjang dan mewah terhidang menu makan malam yang beragam. tiga orang duduk saling terdiam. Renei sejak tadi hanya membisu ia tidak memandang Clea yang duduk di sampingnya. sementara Clea ia terlihat canggung dan nervous.

Margareth berusaha mencairkan suasana. ia terlihat senang sekali Clea mau datang makan malam memenuhi undangannya. Margareth bahkan bercerita tentang Clea pada Renei yang tidak di tanggapi oleh pria itu.

"Aku ingin bicara pada nya hanya berdua" tiba-tiba Renei membuka suara sembari sekilas melirik Clea.

Gadis itu terkejut dan gugup. ia meletakkan sendok makannya sembari memandang ke arah Margareth.

"Ayo Clea, Renei ingin bicara dengan mu" kata Margaret sambil tersenyum senang.

Clea bangkit dari duduknya mengikuti langkah Renei menuju suatu ruangan. ternyata Renei membawanya ke ruang kerja pria itu.

"Kita sama-sama tahu bahwa semua rencana gila ini adalah ide istriku. aku hanya mencintai Margareth seumur hidupku dan aku tidak akan pernah mencintai wanita lain selain dirinya! aku mau saja menikah dengan mu karena aku ingin Margaret senang hanya itu"

Mendengar kalimat itu hati Clea seperti teriris. ia akan menikah dengan pria yang belum apa-apa sudah menolak dirinya. bahkan pria itu berkata tegas tidak akan pernah mencintai Clea.

Clea terdiam dengan mata berkaca-kaca. ia mengingat perjuangan Margaret untuk sembuh selama beberapa tahun belakangan. Clea yang menjadi terapisnya sudah banyak melihat air mata kepedihan Margareth. mereka cukup dekat Margareth bahkan membantu biaya sekolah adik Clea.

"Baiklah tuan aku setuju, aku tidak memerlukan cinta" jawab Clea tanpa perasaan.

Part 2 Status istri Kedua

Clea terlihat begitu cantik dan anggun dengan gaun pengantin yang ia kenakan pagi ini. Margaret yang memilih gaun itu, bahkan Margareth pula yang merias wajah Clea.

"Kau cantik sekali Clea, kau seperti putri dalam dongeng" puji Margareth.

Clea tersenyum getir, ia tidak merasa bahagia di hari pernikahannya. siapa yang bahagia jika suaminya sudah berkata tidak akan pernah mencintainya.

"Ayo kita temui Renei" kata Margareth.

Clea mengangguk samar, ia memegang kuat buket bunga di tangannya. Clea nyaris meremas buket itu karena tidak tahan. ia rasanya ingin lari saja dari pernikahannya sendiri. tapi Clea sudah berjanji pada Margareth jika ia bersedia menjadi istri kedua Renei.

Renei, pria itu terlihat gagah dengan stelan jas pengantin berwarna putih. ia tersenyum kecil menatap Margaret ia menggenggam tangan istri yang sangat ia cintai itu. tentu saja Renei mengabaikan keberadaan Clea yang berdiri di sisinya.

Acara pernikahan tiba, Renei dengan ekspresi datar menatap Clea mengucap janji sehidup semati dan membuat Clea menjadi istri keduanya dalam ikatan pernikahan. air mata Clea tak tertahan, bulir bening berderai membasahi pipinya. ia memandang adik lelakinya yang berdiri tak jauh darinya. Clea hanya memiliki adiknya dan sekarang ia akan berpisah dengan adiknya karena telah menjadi istri orang. mulai hari ini Clea akan tinggal di rumah mewah Renei.

***

"Ingat kesepakatan kita? tidak ada malam pertama. aku tidak akan menyentuh mu" kata Renei tanpa memandang Clea.

"Aku mengerti" jawab Clea dengan hati hancur.

Renei meninggalkan kamar pengantin yang seharusnya menjadi tempat memadu kasih antara sepasang pengantin baru. tapi itu semua tidak berlaku untuk Clea dan Renei. sebaliknya Renei pergi mencari Margareth.

"Dimana Margareth?" tanya Renei pada pelayan.

"Nyonya bilang akan menginap di hotel tuan"

"Apa?!"

Renei meraih ponselnya, ia menelpon nomor Margareth tapi sengaja tidak di aktifkan. panggilan telepon tidak tersambung.

Kau sengaja pergi Margareth? kau pikir akan terjadi sesuatu antara aku dan gadis itu?! aku hanya mencintai mu dan tidak akan berubah!

Sementara di kamarnya Clea duduk termenung di depan meja rias. ia membersihkan riasan wajahnya dengan malas. hidupnya terasa berbeda sekarang. dipastikan hampir setiap hari Clea akan menatap wajah dingin Renei.

Kenapa kau menyanggupi pernikahan ini Clea? sudah tahu pria itu tidak mencintaimu dan kau juga tidak mencintainya, apa yang kau cari di pernikahan ini?!

Suara di kepala Clea terasa begitu bising memarahinya karena memilih pilihan yang salah.

Kau pikir menjadi istri kedua itu enak?

Clea menutup kedua telinganya, berharap kebisingan di hatinya segera reda.

Clea akhirnya menyerah dan membaringkan tubuhnya di ranjang. ia mencoba memejamkan matanya merasa masa bodoh dengan Renei dan Margareth. pernikahan ini belum apa-apa sudah menyiksanya.

tuk...tuk..

Clea terbangun ketika mendengar pintu kamar nya di ketuk. ia berjalan malas membuka pintu dengan rambut acak-acakan dan wajah polos tanpa riasan. siapa sangka ternyata yang berdiri di depan pintu adalah Renei. dengan wajah datar pria itu menatap Clea untuk beberapa detik. ini adalah tatapan terlama yang di berikan Renei pada istri mudanya selama mereka bertatap muka. bahkan di acara pernikahan pun Renei lebih banyak memalingkan wajahnya menatap Margareth.

Clea merapikan rambutnya dengan salah tingkah.

"Bujuk Margareth pulang, ia menginap seorang diri di hotel" kata Renei.

"Oh...baiklah, akan aku telepon" kata Clea.

"Ponselnya mati, kau ikut dengan ku" kata Renei tegas.

"Aku ganti baju dulu"

"Tidak perlu!"

Clea membuka pintu belakang mobil Renei, ia pikir pria itu pasti tidak mau duduk bersebelahan dengannya.

"Kau pikir aku supir mu?" tanya Renei ketus. Clea bergegas pindah ke kursi depan di samping kemudi. ia dan Renei duduk berdekatan untuk pertama kalinya.

Sepanjang perjalanan menuju ke hotel tidak ada pembicaraan sama sekali antara Clea dan Renei. pria itu terlihat gelisah dan cemas memikirkan Margareth.

"Kau harus bisa membujuknya pulang, ini semua salah mu" kata Renei tanpa menatap Clea yang uduk di sampingnya. Clea hanya diam tidak meladeni ucapan pedas suaminya itu.

Part 3 Kepergian Margareth (Revisi)

"Wanita yang anda cari baru saja di bawa ke rumah sakit tuan" kata resepsionis hotel.

"Rumah sakit?" wajah tampan Renei terlihat semakin cemas. begitu juga dengan Clea yang berdiri tidak jauh dari suaminya itu.

"Benar tuan, nyonya Margaret pingsan saat makan malam di restoran hotel karena itu kami segera melarikannya ke rumah sakit dekat hotel ini"

Tanpa buang waktu lagi, Renei bergegas kembali ke mobilnya untuk menyusul Margareth di rumah sakit. Clea sampai ter terengah-engah mengejar langkah Renei.

"Margareth sayang, apa kau baik-baik saja?" gumam Renei sepanjang perjalanan ke rumah sakit.

"Semoga nyonya Margareth tidak apa-apa" kata Clea menenangkan Renei. pria itu menoleh sesat ke arah Clea.

"Ini semu karenamu! kalau kau tidak menerima pinangan Margareth ini tidak akan terjadi!!" kata Renei tajam.

Clea terkejut dengaan perkataan yang menghunus hatinya itu. sungguh tega Renei membebankan kesalahan itu di benak Clea. padahal Clea hanya bersimpati dan ingin membalas Budi baik Margareth. mata Clea berkaca-kaca ia memalingkan wajahnya menatap jalanan yang mulai sepi karena sudah larut malam.

Tidak berapa lama mobil Renei tiba di depan gedung rumah sakit. pria itu segera berlari menuju meja resepsionis menanyakan pasien bernama Margareth.

"Dimana pasien bernama Margareth yang baru saja di bawa kemari?!" tanya Renei panik.

"Di ruang ICU tuan"

Renei dan Clea bergegas berlari ke ruang ICU. dokter baru saja keluar dari ruangan itu.

"Dokter aku suami pasien!" kata Renei.

"Baiklah, masuklah setelah ini pasien akan di pindahkan ke rumah sakit lain yang lebih memadai" kata dokter.

Renei mengangguk ia bergegas memasuki ruangan dimana Margareth di rawat. selang oksigen terlihat terpasang di hidung Margaret dan napasnya sedikit tersengal.

"Sayang ini aku, kau tidak apa? kau akan selamat tenanglah" kata Renei sembari mengecup kening Margareth.

"Kenapa kalian kemari?" tanya Margareth dengan suara terbata.

Clea berdiri di samping ranjang Margareth ia menggenggam sebelah tangan Margaret dengan wajah cemas.

"Clea, aku titip Renei padamu bahagiakan dia dan jangan pernah tinggalkan dia....."

"Tidak Margareth jangan bicara begitu" air mata terlihat menggenang di pelupuk mata Clea. sebagai tenaga medis ia tahu seberapa parah kondisi Margareth sekarang.

"Renei jaga Clea baik-baik, hiduplah berbahagia dengannya . milikilah banyak anak hmmm..jangan lupa mengunjungi ku ..." Margareth tersenyum memandang Renei dan Clea.

"Margareth dokter akan memindahkan mu ke rumah sakit yang lebih baik, bersabarlah" kata Renei sembari menggenggam tangan Margareth.

Tiba-tiba hening.....

Kondisi Margareth memburuk, pihak rumah sakit bergegas memindahkannya ke rumah sakit lain yang lebih memadai. Renei dan Clea ikut mengawal kepindahan itu. di dalam ambulance Renei tidak melepas genggaman tangannya pada tangan Margareth.

"Sayang bertahanlah" gumam Renei sembari mengusap kening istrinya.

Clea memandang Renei dan Margaret. ia merasa berada di situasi yang salah. memang tidak seharusnya ia menikah dengan Renei yang begitu mencintai istrinya.

Kenapa aku jadi perusak rumah tangga orang? bahkan kehadiranku tidak di anggap oleh pria itu....sakit sekali rasanya....

Setibanya di rumah sakit Margaret segera masuk ruang perawatan khusus. dokter melarang siapapun untuk menjenguknya termasuk Renei dan Clea.

Renei nampak frustasi dengan kondisi istri pertamanya. ia membayangkan sesuatu yang buruk terjadi pada Margaret dan ia tidak sanggup jika itu terjadi. Renei menyandarkan tubuhnya di dinding depan kamar perawatan Margaret. tatapan matanya kosong dan wajahnya nampak lelah. Clea terus menemani Renei meski keberadaannya disana seperti tak terlihat oleh pria itu.

Karena lelah Renei tertidur di kursi tunggu sampai seorang perawat membangunkan dirinya.

"Anda keluarga pasien nyonya Margareth?"

"Benar saya suaminya, bagaimana keadaannya?"

"Dokter ingin bicara tuan, silahkan ikut saya" kata perawat itu. Renei mengikuti langkah perawat menuju ruang kerja dokter Yaang menangani istrinya. dokter menjelaskan jika kondisi Margareth memburuk dan kemungkinan untuk sadar sangat kecil. dokter meminta Renei untuk bersiap dan ikhlas.

Tangis Renei pecah seketika, wajah Margareth terbayang di benaknya. Clea yang menunggu di luar ruangan langsung cemas mendengar suara Renei. ia menerobos masuk ke ruangan dokter dan melihat suaminya duduk di lantai tak berdaya.

"Mas..." Clea memberanikan diri memegang bahu Renei memberi sedikit kekuatan. pria itu hanya terdiam entah ia menyadari keberadaan Clea atau tidak. yang jelas Renei bahkan tidak menatap wajah Clea.

Renei pergi ke ruangan tempat Margareth di rawat. dokter telah melepas beberapa alat bantu yang ada di tubuh Margareth. dengan terisak Renei memeluk tubuh istrinya yang sudah kaku dan terasa dingin. Clea yang melihat semua itu tak kuasa membendung air matanya.

****

Pagi itu suasana di kediaman keluarga Suprapto terlihat ramai orang berkumpul untuk melayat Margaret.

Renei terlihat seperti patung hidup. ia hanya diam mengenakan pakaian serba hitam. meski penampilannya terlihat rapi seperti bias tapi tatapan matanya tidak memancarkan gairah hidup sama sekali. ia bahkan tidak peduli dengan para pelayat yang datang ke rumahnya. Clea dan Yudi asisten Renei yang mengurus semuanya.

Margareth istri pertama Renei telah pergi selamanya. ia di kebumikan di makam keluarga. sejak hari itu kehidupan Renei tak lagi sama. ia terlihat semakin pendiam dan tak pernah datang ke perusahaan. ia mengabaikan semuanya termasuk urusan pekerjaan.

Satu Minggu selepas kepergian Margaret perubahan mencolok terlihat di diri Renei. ia sering datang ke bar untuk minum dan membuat onar. Yudi sampai kewalahan mengurus kasus Renei yang sering membuat kerusuhan di bar.

Sedangkan Clea dengan sabar menemani Renei meski pria itu kasar dan tidak suka padanya.

Seperti malam ini Clea memapah Renei yang pulang menjelang pagi dalam kondisi mabuk. Renei terus meracau menyebut nama Margareth. ia tidak menggubris keberadaan Clea disisinya.

Renei terbaring di ranjang kamarnya. Kela membatu melepas dasi dan juga sepatu yang masih menempel di kaki Renei.

"Pergi! aku benci padamu! Karen mu Margaretha pergi !" maki Renei nyaris menendang Clea yang sedang melepas sepatunya.

Clea tersentak, ia memundurkan langkahnya. jika tidak mengingat janjinya pada Margareth ia sudah pergi meninggalkan Renei dan juga rumah itu. Clea juga manusia yang memiliki hati nurani. ia juga bisa merasa sedih dan sakit ketika Renei kasar padanya.

"Pergi!" Renei mendorong tubuh Clea dengan kuat hingga gadis itu terjatuh hingga keningnya membentur meja di samping ranjang Renei.

Bugh!

Masih belum puas Renei melempar Clea dengan bantal tepat mengenai wajah Clea.

Sembari menahan tangisnya Clea berjalan pergi meninggalkan kamar Renei, ia memegangi keningnya yang berdarah karena terbentur meja.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!