"Siapa pria dewasa itu?" Ucap Tyara dalam hati memandang sosok pria berbadan tinggi tegap dan memiliki kulit sawo matang itu.
Hari minggu pagi disaat libur panjang sekolah Tyara yang berdomisili di Jawa Tengah memang lebih suka menghabiskan masa liburan nya di Ibukota. Agenda olahraga minggu pagi bersama dengan keluarga lainnya pun terasa berbeda karena sosok pria itu.
"Ayo kenalan dulu! Belum kenal kan dengan Mas Jendra tetangga sebelah rumah" Kata kakak sepupu Tyara sambil menepuk pundaknya. Dengan wajah polos dan bingung Tyara mengulurkan tangan dan berkata "aku Tyara". "Halo Tyara aku Mas Jendra, panggil mas ya karna aku sudah tua hehe" ucapnya sambil mengulurkan tangan dan tersenyum manis menatap Tyara.
"Karna lapangan badminton nya dekat kita naik motor aja ya" Ucap Mas Anton kakak sepupu Tyara ke 5 orang lainnya
Mas Anton pun berboncengan dengan Istrinya, Mba Heni. Dek Septi anak dari mas Anton langsung berlari ke arah Mas Ken adik dari Mba Heni. Mau tidak mau Tyara harus berboncengan dengan Mas Jendra.
Tyara hanya bisa diam saat hendak naik ke motor nya mas Jendra. "Hayo jangan malu yaaa, ayo naik cepat!" Ucap mas Jendra ke Tyara. Dan Tyara hanya mengangguk saja. "Dek Tyara baru 15 tahun ya, wah selisih 15 tahun dong sama aku" Sambil tertawa kecil mas Jendra melontarkan pertanyaan itu. "Iya mas" Jawab Tyara.
Beberapa menit kemudian sampai di lapangan badminton yang sudah di pesan.
"Sudah sampai ayo dek turun" kata mas Jendra. Tyara pun turun dan mengikuti mas Jendra masuk dari halaman parkir ke dalam lapangan. 2 jam lamanya badminton itu berlangsung, tidak di pungkiri beberapa kali Tyara melihat mata mas Jendra yang selalu menatapnya sambil tersenyum manis. "Kenapa sih mas-mas itu membuatku takut saja dengan senyumnya!! Apa dia itu tidak tahu kalau umur kita beda jauh" gumam Tyara dalam hati.
Tetttttttt.....Tetttttttt....Tetttttttt
Terdengar alarm di lapangan berbunyi menandakan waktu yang dipesan sudah selesai. Mereka pun bersiap-siap untuk keluar lapangan menuju parkiran. Sesampainya di parkiran tanpa basa-basi karena sudah lelah Mas Anton langsung tancap gas pulang diikuti oleh Mas Ken di belakangnya.
"Dek kita mampir ke counter dulu boleh? Aku mau isi pulsa handphone dulu nih" kata mas Jendra. Sekali lagi Tyara hanya mengangguk ajakan tersebut.
Sampai lah di counter handphone yang lokasinya memang tidak jauh dari lapangan. Mas Jendra menulis nomor handphone nya di buku yang ada di atas etalase itu. Tiba-tiba ia menoleh kearah Tyara dan berkata "Tulis sekalian nomor handphone kamu dek aku isikan pulsa ya. Kamu sudah di beri handphone kan sama mamah papah untuk komunikasi" . Tyara kaget dan menolak "Engg...Engga usah mas masih punya pulsa kok" . "Sudah buruan di tulis di tunggu mbak nya lho itu" setengah memaksa mas Jendra meminta Tyara. Akhirnya Tyara menuliskan nomor handphone nya di buku tersebut.
Singkat cerita mereka melanjutkan perjalanan pulang. Setelah sampai di rumah mas Anton, Tyara bergegas masuk sambil berkata "Makasih mas" jalan cepat menuju kedalam rumah. Tyara yang sudah berkeringat itu bergegas mandi, setelah mandi mba Heni pun menawarkan sarapan pada Tyara. "Tiii sini sarapan bareng sudah selesai kan mandi nya. Duh anak perawan nih mandi nya lama sekali ya" teriak mba Heni dari ruang makan
Tyara bergegas menuju meja makan dimana seluruh keluarga sudah berkumpul dan bersiap menyantap makanan bersama. Tyara duduk menghadap ke pintu yang langsung mengarah ke ruang tamu.
Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu......
Tok tok tok (sambil bertolak pinggang) "Wah enak sekali sarapan bareng, kok aku ga di ajak" sontak mas Jendra membuat kaget orang rumah.
"Maaf mas saya kira sudah sarapan atau sedang istirahat makanya saya ga enak mau panggil" jawab mba Heni. Tyara melirik dan melanjutkan kembali menyantap makanannya.
Berdiri di belakang Tyara sambil mencomot gorengan yang ada di meja "Serius banget sih dek makan nya" ucap mas Jendra. Lagi-lagi Tyara hanya mengangguk tanpa melihat ke arah mas Jendra.
"Aku duduk sebelah dek Tyara ahhh" kata laki-laki itu sambil menebarkan senyum di wajahnya. Begitu ceria dan hangat sekali dia.
"Jangan di godain lho mas Tyara ini masih kecil" sahut mas Anton sambil tertawa kecil. "Nggak kok mas tenang aja. Suka saya lihat Tyara ini cantik lucu dan menggemaskan" jawab mas Jendra.
Seketika jantung anak remaja ini berdebar, yap betul kata-kata tersebut membuat Tyara merasakan sesuatu yang aneh di hatinya. Membuatnya tak berkutik hanya bisa diam malu dan tertunduk.
"Nggak..Nggak dia terlalu dewasa dan sudah tua, lagian aku kan masih sekolah ga boleh berpikir terlalu jauh" kata Tyara dalam hati.
Mereka melanjutkan kembali sarapan....
Setelah selesai sarapan Tyara duduk di sofa ruang tamu sambil bermain game yang ada di ponsel nya. Tiba-tiba masuk pesan singkat dari nomor yang tidak di kenal di ponsel nya. "Asik sekali sih main game nya sampai ga tahu kalau sedang di perhatikan" isi pesan tersebut. Seketika Tyara kaget dan tengok kanan kiri mencari pengirim pesan tersebut.
Dari depan pintu yang membelakangi halaman depan rumah mas Anton itu berdiri laki-laki dengan senyum manis nya itu. "Lho kok om tau nomor aku?" Jawab Tyara melalui ponselnya.
"Haha..Haha..Haha" mas Jendra tertawa terbahak-bahak membaca pesan dari Tyara membuat orang rumah yang sedang bersantai di teras kaget dan bertanya "Ada apa mas kok ketawa" tanya mas Anton. "Oh ini saya lagi lihat video lucu" jawabnya.
"Kenapa dia berbohong, kenapa tidak bilang kalau pesan itu dari ku" gumam Tyara dalam hati. Tidak lama setelahnya masuk lagi pesan di ponsel Tyara "Aku tua banget ya di panggil om" . Mereka pun saling berkirim pesan yang membuat kedua nya senyum-senyum saat menerima balasan.
Tyara :"Makasih ya om sudah dibelikan pulsa" singkatnya mas Jendra memiliki panggilan yang diberikan oleh Tyara yaitu Om.
Jendra :"Sama-sama dek, di simpan ya nomorku biar kita bisa saling bertukar kabar kalau adek sudah pulang kerumah. Disini hanya sampai beberapa hari saja kan?"
Tyara :"Iya beberapa hari lagi sudah harus pulang ke Semarang"
Ternyata nomor ponsel Tyara sengaja di hafalkan oleh mas Jendra saat di counter tadi. Mas Jendra yang memulai percakapan melalui ponsel ke Tyara. Apa maksud dari semua yang di lakukan mas Jendra ke Tyara? Apakah murni hanya bentuk kepedulian terhadap anak kecil yang memang umurnya berbeda jauh? Atau kah ada maksud lainnya?
Tyara bertanya-tanya dalam hati "Apa masa-masa pubertas itu mulai muncul ya dengan laki-laki yang umurnya berbeda jauh???"
Keesokan harinya...
"Oh nggih bulek, nanti aku sampaikan sama Tyara" terdengar suara mba Heni sambil menutup telepon dari dapur. Tyara yang saat itu hendak mengambil minum pun mendengar nya dan bertanya "Siapa mba?"
"Itu mamah papah mu sedang perjalanan ke Jakarta ini mau jemput kamu, katanya mau ajak ke Bandung". Sambil terdiam Tyara merasakan perasaan yang menunjukan hatinya enggan meninggalkan Jakarta.
Mba heni menghampiri Tyara memeluknya dari belakang dan berkata "Tenang kan baru berangkat sampai sini pasti sore nanti mba Heni ajak nginep dulu semalem disini. Baru deh besok pagi nya kalian ke Bandung kan nanti malam kita mau barbeque'an"
"Asik terima kasih mba heni" Tyara memeluk balik mba Heni dan berlari menujur kamar yang mana sebelumnya Tyara memang sedang bermain bersama Septi.
Tyara segera mengirimkan pesan kepada mas Jendra mengabari bahwa besok harus pergi ke Bandung dan langsung pulang ke Semarang. Jadi waktu mereka bertemu hanya tinggal nanti malam saja.
"Om besok aku di ajak mamah papah ke Bandung setelah itu langsung pulang ke Semarang" pesan singkat yang di kirim Tyara ke mas Jendra.
Tak perlu waktu lama pesan itu di balas oleh mas Jendra "Wah bakalan lama lagi dong ketemu nya. Nanti malam aku ikut barbeque'an ya sekalian mau kenalan sama mamah papah nya Tyara"
......................
Pukul 16:00 tibalah orang tua Tyara di rumah mas Anton dan mba Heni.
"Assalamualaikum" suara dari depan pintu itu terdengar jelas adalah suara orang tua Tyara. "Walaikumsalam, mamaaaahh...papaaaaahh" sambil berlari Tyara memeluk orang tua nya di ikuti oleh mba Heni, mas Anton, mas Ken dan Septi. Senyum bahagia dari keluarga ini menyambut orang tua Tyara sambil berbincang di ruang tamu.
"Bulek bermalam lah dulu disini besok pagi saja berangkat ke Bandung nya supaya tidak capek. Istirahat disini dulu ya" celetuk mba Heni ke orang tua Tyara sambil melirik Tyara dan mengedipkan mata memberikan isyarat bahwa ini sudah di rencakan mba Heni dan Tyara.
"Iya mah pah nanti malam kita juga sudah siapkan untuk acara barbeque bakar-bakar gitu lho" sahut Tyara. *mengelus rambut Tyara "Oh gitu oke lah kita berangkat besok ya. Betah ternyata kamu disini ya" Jawab mamah Tyara.
Selain keluarga mba Heni dan mas Anton yang baik mas Jendra juga menjadi alasan Tyara betah di Jakarta sekarang. Sebenarnya hal itu yang terjadi namun gadis remaja itu tetap menyangkal perasaan berbunga-bunga nya.
Malam hari yang di tunggu-tunggu pun tiba...
Semua orang sedang sibuk dengan tugas nya masing-masing ada yang mengeluarkan peralatan dari dapur ke halaman depan, ada yang menyiapkan minum dll.
Saat Tyara sedang mengambil piring di dapur tiba-tiba tangan besar itu ikut menyentuh piring yang di pegang Tyara dengan sedikit menyentuh tangan Tyara. "Ehhhh.." ucap Tyara kaget melihat ke arah laki-laki itu."Aku bantuin sini maaf ya baru datang tadi pulang kerja macet sekali lho di jalan" jawab mas Jendra.
Tyara melontarkan senyum ke mas Jendra. Ternyata mendaptkan respon yang tak terduga dari mas Jendra "Lho ternyata bisa senyum juga ya?". Kata-kata itu membuat Tyara tersipu malu dan membuat jantung nya berdegup kencang.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!