NovelToon NovelToon

Love Petal Falls

Chap 1 : Pergi dari sini!

“Dasar kau perempuan jalang tidak tahu malu, pergi kau dari sini!” teriak seorang wanita paruh baya.

“Bi, tolong jangan usir aku, aku mohon... hiks!” pinta Sara pada Bibinya yang kini telah melempar koper miliknya.

Sara menangis tersedu-sedu.

“Kau ini sama saja seperti ibumu, hanya bisa menyusahkan ku saja!" teriak Bibi Sara yang terus menerus memakinya.

“Tapi Bi, ibuku adalah sepupumu, ibuku juga membantu mu membayar cicilan rumah ini semasa hidupnya, tapi kenapa kau malah tega mengusirku begini?" ungkap Sara dengan air mata yang kini telah membanjiri wajahnya.

“Apa? Kau bilang ibumu membantuku membayar cicilan rumah ini? Ya, kau benar, tapi setelah itu dia sakit-sakitan dan aku harus membayar biaya rumah sakitnya, apa kau pikir itu yang disebut membantu, huh?" bntak Bibi di hadapan wajah Sara.

“Bi, jangan! Aku mohon padamu, setidaknya biarkan aku tinggal disini sampai anakku lahir," pinta Sara sambil terus memohon pada Bibinya.

“Cih! kau pikir aku sudah gila membiarkan anak haram di perutmu lahir di rumahku? Kau tahu hal itu hanya akan bawa sial saja untuk keluarga ini."

Bibinya terus menerus menghina Sara bahkan sempat menoyor kepala Sara kala itu.

#bruaakkk (suara melempar koper)

Tina putri Bibinya yang berarti Kakak sepupu Sara datang bukan menolong, malah ikut mengusir dan menghinanya.

“Hei gadis murahan! Kau di usir atas kesalahanmu sendiri, salah sendiri jadi wanita murahan, hamil tapi tidak tau siapa ayah dari anak yang dikandungnya, benar-benar menjijikkan,” seloroh Tina dengan wajah sinis memandang jijik pada Sara

“Dengar! Aku tidak mau dengar alasan apapun dirimu, pokoknya sekarang juga kau pergi dari rumah ini, karena aku tidak sudi nantinya rumahku ditinggali oleh bayi yang tidak jelas asal usulnya tersebut.”

Bibi kemudian berbalik badan dan membelakangi Sara yang bersimpuh diatas tanah. Tina tertawa melihat Sara yang diusir oleh Ibunya, senyum kegembiraan kini tergambar jelas di wajah Tina.

“Hei gadis murahan! Aku beri tahu sebuah nasihat, daripada kau menangis tersedu-sedu begitu, lebih baik kau jual saja anak diperutmu itu setelah dia lahir nanti," bisik Tina yang memprovokasi Sara

Mendengar ucapan kakak sepupunya tersebut, Sara langsung berdiri dengan susah payah karena perutnya yang tengah hamil besar.

“Sampai mati pun, aku tidak akan melakukan perbuatan keji seperti yang kau katakan itu Tina!” balas Sara dengan tegas meski matanya sembab karena menangis.

Sara menarik koper milikinya mengusap pipi mulusnya yang basah dan berdiri dengan susah payah.

“Baiklah aku akan pergi dari sini, toh sejak awal aku tinggal disini kalian memang sudah berniat mengusirku bukan? Tapi tidak apa, terimakasih sudah mau menampungku selama ini, kalian tenang saja aku tidak akan kembali kemari lagi sampai kapanpun. Kalian nikmati saja rumah ini dan segala isinya. Tapi yang harus kalian ingat, karma itu pasti ada!"

Setelah mengucapkan semua yang ingin ia ucapkan, Sara mulai berjalan meninggalkan rumah yang seharusnya juga jadi hak miliknya karena, Ibunya yang telah melunasi cicilan rumah tersebut. Namun dirinya tidak bisa berbuat apa-apa, yang dapat ia lakukan saat ini hanyalah pergi jauh dari bibi dan kakak sepupunya, mencari tempat yang nyaman untuk ia tinggali bersama calon anak yang ada di dalam perutnya.

Sara mengusap lembut perut buncitnya tersenyum dan mengatakan kata-kata untuk calon anak di perutnya.

“Nak, mulai sekarang kita harus menjalani hidup bersama dengan baik, kau tenang saja setelah kau lahir nanti, mami berjanji hidup kita pasti akan lebih baik dari sekarang,” ucap Sara Chen yang kemudian tersenyum mencoba menguatakan hatinya, meski hal itu sebenarnya sangat berat bagi Sara. Seorang gadis 19 tahun yang tidak punya siapa-siapa lagi.

Bersambung...

🌹🌹🌹

Chap 2 : Halo, kota Montegi!

Setelah naik kereta selama beberapa jam dari Cardia, akhirnya Sara tiba di kota Montegi. Sesampainya Sara di Montegi dirinya bediri dan bertekad di dalam hati.

“Mulai sekarang, aku harus bekerja keras untuk menghidupi diriku dan anakku, ayo Sara! Jadilah kuat, dan melangkahlah ke depan,” ucap Sara penuh tekad menyemangati dirinya sendiri.

Setelah beberapa jam berjalan menyusuri kota Montegi, Sara mulai merasa lelah, dirinya tidak menyangka jika Montegi ternyata jauh lebih luas, dan modern dibanding Cardia.

Hingga pada akhirnya gadis berusia 19 tahun itu, memutuskan untuk duduk dan beristirahat sejenak karena lelah berjalan. Bukan hal aneh dengan keadaannya yang sedang hamil besar, membuatnya lebih mudah merasa capek. Sara sengaja tidak naik taksi dan memilih berjalan kaki supaya bisa lebih berhemat, pasalnya saat ini dirinya belum punya pekerjaan. Setelah sebentar duduk kini Sara kembali meneruskan perjalanannya.

Karena tidak memiliki kenalan di kota ini sama sekali, Sara agak bingung kemana harus mencari Penginapan yang sesuai isi kantongnya. Alhasil dirinya hanya bisa mencari penginapan murah dengan bertanya-tanya pada orang sekitar, namun tetap saja hasilnya nihil, hal itu dikarenakan biaya hidup di Montegi memang lebih tinggi dibanding di kota Cardia.

“Nak.., kau sabar dulu ya, Mami pasti bisa menemukan tempat tinggal terbaik untuk kita, oleh karena itu kau beri mami kekuatan dari dalam perut ya," ucap Sara sambil memegangi perutnya.

Sialnya saat perjalanan mencari tempat menginap, tiba-tiba hujan turun dengan begitu derasnya.

“Oh tidak! Hujan..."

Sara segera mengeluarkan payung merah mudanya yang untungnya ia beli untuk berjaga-jaga, mengingat sudah mau masuk musim dingin jadi pasti akan sering hujan.

Sara Chen yang kini tengah hamil 9 bulan harus berjalan seorang diri, di bawah payung merah jambu yang melindunginya dari guyuran hujan.

Bagi Sara, saat ini dirinya sudah tidak tahu harus pergi atau pulang kemana, pasalnya setelah Bibi dan sepupunya tega mengusir dirinya yang tengah hamil besar. Kini Sara tidak lagi memiliki tempat untuk pulang.

Hari pun sudah semakin malam, Sara masih terus berjalan dengan keadaannya yang tengah hamil besar, dan terlebih tiba-tiba perutnya terasa lapar (mungkin bawaan bayinya).

Bagi Sara dirinya mungkin tidak lapar, tapi bayinya tetap harus makan, dan beruntungnya di persimpangan jalan di pinggiran kota. Sara melihat ada sebuah restoran lokal yang sepertinya masih buka.

Sara memutuskan melangkah memasuki restoran tersebut, suasana restoran tersebut sangat nyaman namun tidak ada pengunjungnya (mungkin karena sudah hampir tengah malam), yang ada hanya sepasang pria dan wanita paruh baya, yang kemungkinan pemilik restoran ini.

“Selamat datang..!” sapa sepasang pria dan wanita itu.

“Selamat malam,” balas Sara tersenyum sambil melipat payungnya dan menaruhnya di tempat yang memang disediakan.

“Diberkati Tuhan, tak disangka jam segini restoran ini masih dikunjungi oleh pelanggan, silahkan duduk nona," ucap wanita itu dengan ramah

Sara pun tersenyum membalas perlakuan wanita itu, kemudian dirinya menarik kursi dan duduk perlahan.

“Bibi, bisakah aku pesan segelas susu hangat?” pinta Sara yang kini telah duduk

“Tentu saja sayang, akan segera ku buatkan.”

Bibi itu pun langsung bergegas membuatkan Sara susu hangat yang ia minta. Sambil menunggu susunya datang Sara menggosok-gosokan kedua telapak tangannya guna mengurangi rasa dingin.

Beberapa menit kemudian Bibi pemilik restoran itu datang dan membawakan segelas susu hangat untuk Sara.

“Ini minumlah, supaya kau terasa lebih hangat," ujar bibi pemilik restoran.

Saat Sara meneguk segelas susunya, bibi pemilik restoran baru menyadari saat melihat secara seksama jika perut Sara tengah hamil besar dan ia bertanya.

“Nak, apa kau sendirian? Boleh aku tahu dimana suamimu?" tanya bibi yang terlihat agak khawatir melihat Sara yang tengah hamil jam segini sendirian di jalan.

Sara meletakan gelas kosong di tangannya, dirinya hanya memalingkan wajahnya dan diam tanpa kata, sorot mata Sara menggambarkan betapa dirinya mencoba untuk tidak menangis di hadapan orang lain. Menyadari hal itu bibi pemilik restoran pun langsung minta maaf.

“Ma.., maafkan aku Nona, tidak seharusnya aku nanyakan hal yang pribadi pada pelanggan, kau tidak usah memikirkan kata-kataku yang tadi, dan sebagai permintaan maafku, akan aku buatkan kau sup ayam jahe,” ucap bibi pemilik restoran yang merasa tidak enak.

“Eh, kau tidak perlu repot-repot Bi, aku.., aku hanya ingin menumpang istirahat sebentar saja. Lagi pula, jujur saja aku tidak punya cukup uang untuk membayar makanannya jadi, kau tidak perlu repot-repot. Dengan kau izinkan aku beristirahat disini saja sudah lebih dari cukup," ucap Sara pada bibi pemilik restoran itu.

“Dengar nak, kau itu sedang hamil. Anakmu butuh asupan nutrisi, dan kau juga tidak perlu bayar makanannya, karena aku tulus melakukannya semata-mata untuk membantumu,” jelas bibi pemilik restoran itu.

“Ya, kau tidak perlu merasa tidak enak hati, justru kami sangat senang, ternyata masih ada orang yang mau datang ke restoran kami ditengah malam begini," sahut paman pemilik restoran yang dari tadi mendegarkan percakapan Sara dan istrinya itu.

Bersambung...

🌹🌹🌹🌹

Like, vote, comment

Chap 3 : Kontraksi hebat

Sara menengok ke arah paman pemilik restoran tersebut dan merasa terharu, Sara tidak menyangka jika dirinya diperlakukan begitu hangat oleh Paman dan bibi pemilik restoran ini. Padahal, Bibinya yang masih ada ikatan saudara dengan ibunya saja malah mengusirnya keluar dari rumahnya sendiri.

Tapi dibalik itu semua, nyatanya Tuhan memang masih baik kepada Sara, karena tanpa disangka, Sara justru bertemu dengan orang asing yang sangat baik padanya.

“Kalian baik sekali padaku, terima kasih banyak," ucap Sara menitikan air matanya.

“Sudahlah nak, sebagai sesama manusia kita memang harus selalu berbuat baik bukan?" balas bibi.

Sara tersenyum senang sekali

“Oh iya, siapa namamu gadis cantik? “ tanya paman pemilik restoran.

“Namaku Sara Chen."

“Sara, kau bisa menganggap kami sebagai Paman dan Bibimu kok! Iyakan Istriku?" kata Paman menoleh pada istrinya tersebut.

“Iya, kau bisa panggil kami Paman dan Bibi Huang," imbuh Bibi menyetujui ucapan suaminya tersebut

“Sara, sebelumnya kau tinggal dimana?" tanya bibi yang duduk di sebelah Sara

“Humm, aku sebetulnya datang dari kota Cardia, dan ini pertama kalinya bagiku datang ke kota sebesar ini, jujur saja aku tidak tahu harus kemana. Aku tidak punya satupun kenalan di kota ini," jelas Sara pada Paman dan Bibi Huang

“Lalu, apa yang akan kau lakukan setelah ini?” tanya paman yang datang dengan semangkuk sup ayam jahe dan menaruhnya di hadapan Sara.

“Wah.., kelihatannya sangat lezat!” puji Sara melihat sup yang masih panas itu ditaruh di hadapanya.

“Kalau begitu makanlah dulu, setelah itu kau bisa ceritakan pada kami masalahmu barangkali kami bisa membantu," ucap bibi Huang.

Sara pun mengangguk dan mulai memasukan sendok yang berisi sup ayam jahe itu ke mulutnya.

“Hum, ini lezat sekali, sudah lama aku tidak makan makanan selezat ini sejak Ibuku meninggal.”

"Benarkah? Aku sangat tersanjung dengan pujianmu dan turut berduka atas Ibumu,” balas paman yang memasak sup tersebut.

Sara pun dengan lahapnya terus memakan sup tersebut, hingga mangkuknya kosong tak tersisa.

“Terimakasih makanannya," ucap Sara yang telah selesai menghabiskan semangkuk sup ayam jahe tersebut.

“Jadi, kau sudah mau bercerita pada kami apa masalahmu?" tanya bibi.

Karna melihat ketulusan dan kebaikan Paman dan Bibi Huang pada Sara, hal itu membuat Sara lebih terbuka dan menceritakan dirinya yang baru saja diusir dari rumah oleh bibi dan sepupunya, sehingga dirinya yang tidak punya tempat tinggal saat ini.

Hanya saja Sara tidak menceritakan perihal kehamilannya, karena bagi orang lain tetap saja pasti akan berpikir macam-macam tentang dirinya, bagaimana bisa gadis yang masih 19 tahun hamil dan tidak tahu siapa ayah kandung anak di dalam perutnya.

Mendengar cerita Sara membuat Paman dan Bibi Huang iba, sehingga kedua suami istri itu pun dengan senang hati menawarkan Sara agar menginap dulu di kediaman mereka sampai Sara menemukan tempat tinggal sendiri. Merasa sangat di tolong oleh paman dan bibi Huang Sara pun tak henti-hentinya berterima kasih atas kebaikan mereka.

“Paman, Bibi, aku benar-benar berterima kasih atas kebaikan kalian yang sudah mau memberiku tempat tinggal sementara ini," ucap Sara yang sangat terlihat senang sekali.

“Sama-sama nak," balas mereka dengan begitu tulus.

“Aku akan mencari pekerjaan dan tempat tinggal secepatnya, jadi untuk sementara ini maaf kalau untuk beberapa waktu kedepannya akan merepotkan kalian," ucap Sara yang kemudian beranjak dari kursinya.

Namun saat beranjak bangun dari kursi, tiba-tiba perut Sara berkontraksi hebat. Sara kesakitan sambil memegangi perutnya, wajahnya pun jelas menggambarkan kesakitan yang luar biasa saat ini.

Bersambung..

🌹🌹🌹

Like, Comment, Vote thank you 🌷

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!