Mentari pagi bersinar menembus Celah-celah kaca jendela di kamar.
Seorang Wanita Muda yang masih tertidur nyenyak di kasurnya. Wanita itu belum menyadari jika Hari sudah Pagi sehingga ia Masih terlelap dalam tidurnya.
Tiba-tiba suara alarm berbunyi nyaring di atas Nakas Samping Tempat Tidurnya. Dengan Cepat wanita itu Membuka Matanya dan Menatap ke arah jam Dinding Yang ada di kamar itu.
"Astaga. Kenapa aku jadi kesiangan, Hari ini kan Aku ada Janji sama Susan," Ucap Kinanti. Sambil bergegas Masuk ke dalam Kamar mandi.
Usai membersihkan dirinya dan berganti pakaian. Wanita muda itu langsung berlari keluar dari Kamar. Dan berjalan menuju ke luar halaman.
Pemilik kontrakan yang ia tinggali merasa heran dengan Wanita yang baru saja Keluar dari kamarnya itu dengan sangat terburu-buru. Sehingga ia pergi Menghampiri Wanita itu.
"Kamu mau kemana nak, Kenapa terburu-buru seperti itu?" Tanya Sukma. Pemilik kontrakan yang Kinanti tempati.
"Aku ada janji sama Teman Bu, tapi aku Mala Kesiangan," balas Kinanti. Dengan lembut.
"Oh. Kirain kamu mau kerja, soalnya kamu terlihat terburu-buru saat keluar dari kamar,"
"Nggak Bu, aku belum dapat kerjaan." Balas Kinanti.
"Yang sabar nak, Mungkin di tempat ini kamu belum menemukan pekerjaan yang layak, Tapi Saya yakin pasti kamu akan Mendapatkan Pekerjaan di tempat lain," ujar Bu Sukma. Tersenyum menatap Kinanti.
"Iya bu, Terimakasih."
Dan tidak Lama Kemudian taksi yang ia Pesan Segera tiba di depan mereka. Dan ia langsung berpamitan kepada Bu sukma.
Setelah menempuh perjalanan yang tidak terlalu jauh. Kini Mobil yang ia tumpangi Sudah Sampai di Depan Rumah Sahabatnya itu. Setelah Membayar Ongkos pada Sang sopir. Kinanti Langsung Pergi ke Rumah Sahabatnya.
"Tok!
"Tok!
"Tok!
Beberapa kali ia mengetuk pintu rumah milik Sahabatnya itu. Namun tak ada jawaban dari dalam sana. Membuat Kinanti sedikit cemas karena ia sudah terlambat datang ke Rumah Susan.
"Apa mungkin dia Sudah pergi ke tempat Kerjanya, Yah. Tapi kan Hari Ini hari Libur?" Gumam Kinanti yang masih berdiri Di Depan Pintu.
Ia terus Mengetuk Pintu Rumah itu. Sambil memanggil Sahabatnya. Namun tak Kunjung keluar Dari dalam sana. Sehingga Kinanti Memutuskan untuk kembali ke kontrakannya saja.
"Kemana perginya Susan, Yah? Tumben hari Minggu dia nggak ada di Kontrakannya," Keluh Kinanti. Sambil menatap Sekeliling Jalan yang ia Lalui dan berharap bisa Bertemu dengan Susan.
Karena merasa Lelah Kinanti beristirahat di bawah pohon dan duduk. Sambil Memijat Kedua kakinya yang Terasa Sakit.
"Bagaimana aku bisa Mendapatkan Uang untuk Biaya Putraku, sementara di sini aku masih belum menemukan Pekerjaan." Ucap Kinanti dengan raut wajah yang bersedih.
Dan ia pun teringat Akan Masa lalunya Dengan Suaminya yang sudah menghianatinya.
*Flash Back*
"Tega kamu mas. kenapa kamu lakuin ini sama aku mas! Kenapa?? Apa kamu Tidak bisa Mencintai aku walaupun Hanya sedikit saja mas? Aku sedang Mengandung anak Kamu Loh mas, Kenapa kamu tega lakuin Ini sama Aku!" Teriak Kinanti Sambil Berlinang air matanya.
"Memangnya Siapa yang Mau Sama kamu. Udah Jelek kayak Gitu. Perlu kamu Ketahui Aku nggak pernah mencintai kamu Kinanti, aku Nikah sama Kamu Itu pun Terpaksa karena Kedua orang TuaKu yang Memaksaku untuk nikah sama Kamu. Dan mengenai KandunganMu, Aku nggak peduli karena Aku melakukannya saat Aku mabuk dan Itu salah kamu. Kenapa juga kamu mau melakukannya!" Bentak Devan. Dengan Kasar tanpa mempedulikan perasaan Istrinya.
"Jadi kamu melakukan semuanya karena terpaksa mas? Lalu kenapa Kamu juga Mau Menerima Permintaan Orang tua kamu Jika memang kamu nggak Mau Nikah sama aku, Harusnya kamu Menolaknya mas. Bukan Menerimanya. Sekarang kamu mala mau Ninggalin aku sama Anak Kita, apa kamu Nggak pernah Memikirkan Perasaanku mas??"
"Cukup! Aku nggak mau Mendengar ocehan kamu lagi. pokoknya aku mau kita cerai Dan Aku juga tidak ingin melihat Wajahmu dan Juga anak yang Kamu kandung itu. Jadi sebaiknya kamu pergi dari Sini Sebelum aku Melemparkan Mu Keluar!!" Bentak Devan. Membuat Kinanti Bertambah Sakit hati dengan Semua perbuatan Suaminya itu.
"Baik Mas, Aku akan keluar Dan aku juga akan pastikan jika kita tidak akan Pernah saling bertemu lagi setelah kita bercerai." Balas Kinanti. Yang sudah Terlanjur sakit hati dengan Perkataan Suaminya Itu.
"Udahlah, Jangan banyak bicara. Kamu nggak dengar yah, kan Mas Devan Udah Mengusir kamu dari rumah ini. Itu tandanya Devan Lebih memilih aku Di banding kamu." Timpal wanita yang berada di samping Devan.
Kinanti Menatap tajam pada Mita Yang tidak Lain adalah sekertaris Suaminya sendiri. Dan yang sudah Merebut Devan darinya.
"Aku pastikan kalian akan Menerima apa yang sudah kalian perbuat sama aku hari ini, ingat mas. Karma itu lebih menyakitkan dari apa yang sudah kamu perbuat sama aku dan anakku." Ujar Kinanti, lalu ia segera keluar dari Rumah itu sambil membawa semua Pakaiannya.
Dan setelah perceraiannya dengan Devan. Kinanti Memutuskan untuk Kembali ke kampung halamannya. Karena ia Sudah tidak mempunyai siapapun lagi di Kota itu. Dan Ia Akan Membesarkan anaknya di kampung bersama kedua orang tuanya yang selalu menyayanginya.
*Flash back off*
Wanita itu terkejut ketika seseorang sedang berdiri tepat di depannya.
"Apa kamu baik-baik Saja?" Tanya Lelaki dewasa yang Kebetulan Berjualan di Tempat itu.
"I--iya, pak. Aku nggak apa-apa kok pak, hanya Saja Aku kecapean saat berjalan tadi Dari Rumah teman." Jawab Kinanti. Dengan sedikit malu.
"Memangnya kamu mau Kemana Nak?" Tanya Lelaki dewasa itu.
"Aku mau pulang ke Kontrakan Pak," jawab Kinanti. Dengan lembut.
"Oh. Kamu Bukan warga sini yah?"
Kinanti Menggelengkan Kepalanya.
"Aku Dari Bogor pak, dan aku datang ke sini untuk mencari pekerjaan. Tapi sangat sulit mendapatkan pekerjaan di sini." sahut Kinanti.
Lelaki itu Tersenyum Menatap pada Kinanti.
"Jika kamu Yakin, pasti tidak sulit untuk mendapatkan pekerjaan di sini. Asalkan kamu ada niat untuk bekerja," ujar Lelaki itu.
"Iya pak,"
"Apa kamu Lapar, kebetulan Saya Lagi Berjualan Bubur ayam. Dan Jika kamu mau, kamu bisa Makan Gratis di sini." Ucap lelaki itu.
"boleh pak, tapi rumah bapa di mana?" Tanya Kinanti.
"Saya tinggal di lorong Cempaka dekat Sana Nak," jawab Lelaki itu. Sambil Mengambilkan Bubur ayam Untuk Kinanti.
"Ini makanlah," ucap pak Soleh. Sambil memberikan sepiring Bubur ayam kepada Kinanti.
"Makasih Banyak, Pak."
Kinanti Sangat Menikmati Bubur ayam tersebut. Rasanya sangat enak Dan membuatnya Ingin nambah lagi. Tapi karena itu adalah pemberian secara gratis. Kinanti hanya Diam sambil Mengembalikan Piringnya.
"Jika kamu mau, kamu bisa datang ke sini Setiap Hari. Kebetulan saya Berjualan di sini." Ujar pak Soleh.
"Iya pak, Makasih banyak yah pak,"
M'mm...
"Kalau begitu aku pamit dulu pak, Makasih Sebelumnya karena bapa Udah baik sama aku,"
"Iya nak,"
Kinanti Segera Kembali ke kontrakannya. dan Ia Masih berharap jika Susan Bisa Ke kontrakan. Namun Sampai sore Susan Tak Kunjung datang dan mengabarinya lagi. Membuat Kinanti merasa cemas dengan Keberadaan Susan.
Seandainya waktu bisa di ulang kembali. Mungkin Ia akan Menolak pernikahannya dengan Devan. namun sekarang Semua tinggal penyesalan yang Tersisa dan Membuat Hatinya bertambah sakit jika Harus Mengingat semua Kenangan itu. Akan tetapi demi anaknya Kinanti tidak Akan Menyerah ia akan terus berusaha agar bisa membahagiakan putra semata wayangnya.
"Kamu Sedang Melamunkan Apa, Kinan?" Tanya gadis yang juga Tinggal di rumah Bu Sukma.
"Emm. Nggak ada kok," sahut Kinanti.
"Apa kamu ada Masala? Kinan, kita adalah teman, jika kamu Dalam kesulitan kamu bisa Cerita sama aku, siapa tau aku Bisa bantu." Ucap Wulan, sambil duduk di samping Kinanti.
Kinanti hanya Menundukkan Wajahnya. sambil Memikirkan dirinya yang belum juga menemukan Pekerjaan. Entah ia harus berbuat apa agar bisa Mendapatkan Pekerjaan di Kota itu. Sementara Sudah Hampir sebulan ia tinggal di kontrakan tetapi belum juga menemukan Pekerjaan.
"Aku Bingung Wulan, Udah Hampir sebulan Ini Aku Belum juga Menemukan Pekerjaan di sini." Keluh Kinanti.
Wulan berusaha Untuk Menyemangati Kinanti agar tidak putus asa. Meskipun mereka Baru Berteman Seminggu yang lalu, tapi Sosok Kinanti begitu baik Kepada siapapun yang ia kenal. Dan Wulan juga Sangat Senang bisa berteman dengan Kinanti.
"Kamu Harus Tetap sabar, Nanti aku bantu Carikan kerjaan untuk Kamu yah, Oya, apa kamu mau Kerja di Restoran bareng aku? Kebetulan mereka lagi Mencari Tambahan tenaga tapi posisinya di Dapur. Apa kamu Mau??" Tanya Wulan.
Kinanti Langsung Menatap serius pada Wulan.
"Serius?? Kamu sedang Mencari Seseorang untuk Kerja di Restoran itu?? Aku Bisa kerja Di mana Pun, yang penting bisa Menghasilkan uang." Ucap kinanti. Dengan Raut wajahnya yang terlihat begitu Bahagia.
"Yah Udah, Kalau kamu emang mau, besok Pagi kita bisa langsung menemui Pemilik Restoran itu,"
"Makasih, Wulan. Aku nggak tau kalau Nggak ada kamu Aku harus Gimana lagi,"
"Sama-sama, Tapi kamu nggak apa-apa kan. Jika Kerja di dapur?" Tanya Wulan.
Kinanti Menganggukkan kepalanya dengan cepat. Tanda ia sangat senang dengan pekerjaannya itu.
"Makasih banyak Wulan, Aku senang banget bisa Kerja Bareng Kamu," Ujar Kinanti tiada hentinya di depan Wulan.
"Iya Kinan, tapi jangan lupa esok kamu harus bangun pagi agar kita bisa segera Berangkat,"
"Siap Bik boss," Balas kinanti. Dengan senyum manisnya.
Setelah mendapatkan tawaran kerja dari Wulan. Kinanti merasa lega dan Tenang. Karena pada akhirnya ia Bisa Mendapatkan Pekerjaan.
"Terimakasih Banyak Tuhan, akhirnya aku Bisa Menemukan Pekerjaan," gumam Kinanti.
"Sebaiknya aku Cepat tidur, agar bisa Bangun Lebih awal Esok Pagi," Ucapnya Kembali.
Penuh semangat.
Tapi tak lupa Ia Menghubungi Kedua orang tuanya. Untuk Menanyakan kabar tentang mereka di kampung.
"Halo. Pah, mah. Gimana kabar kalian?" Tanya Kinanti. Dari balik Ponselnya.
("Halo nak, kami baik-baik saja. kabar kamu Sebaliknya Bagimana di sana, apa kamu sudah Mendapatkan Pekerjaan?") Balas ibunya Dari sebrang sana.
"Iya mah, dan Besok aku Sudah bisa Mulai Bekerja Mah," sahut Kinanti. Penuh semangat.
(Alhamdulillah, Nak. Kami ikut senang Mendengarnya,")
"Iya mah, gimana Kabarnya Arya, Mah. Apa dia Nggak Rewel?" Tanya Kinanti, menghawatirkan Keadaan Anaknya.
("Nggak nak, dia baik-baik saja. Kamu tidak Perlu menghawatirkan Putramu. Sebaiknya Kamu fokus pada pekerjaanmu,") Balas Bu Tuti. Meyakinkan Anaknya.
"Iya mah, Aku janji setelah aku Gajian akan segera mengirimkan uang Untuk kalian,"
("Yah Sudah nak, Sebaiknya kamu Cepat istirahat. Biar Besok kamu punya Tenaga yang Kuat untuk Bekerja,")
"Iya mah, Aku istirahat dulu mah, salam buat Ayah, dan Arya. Aku sayang kalian,"
Kinanti Langsung mematikan Sambungan Panggilan itu. Dan Langsung masuk ke dalam kamarnya dan tidur.
Keesokan Paginya. Suara ayam berkokok Menandakan hari sudah mulai Pagi. Kinanti yang sudah sejak tadi terbangun Langsung Menyiapkan segala keperluannya. Karena hari ini adalah hari pertama ia masuk kerja.
\*\*\*\*\*\*
Di sisi lain seorang Pria muda Tampan dan kaya Raya juga Hendak bersiap-siap menuju ke Restoran milik keluarganya. Selama ini ia bahkan tidak pernah Ingin Melakukan Pekerjaannya dengan Baik. Karena desakan dari kedua orang tuanya. Aditya Revano Wijaya terpaksa harus Menuruti Perintah dari Kedua Orang Tuanya. Jika tidak menurutinya maka ia akan Kehilangan Semua Aset yang sudah di berikan oleh orang tuanya terhadapnya.
"Jika Bukan Karena Perintah, aku juga nggak mau Pergi ke Restoran itu. Lagian Ngapain sih, harus Ke resto itu? Kenapa nggak Alvian saja Yang mengurus Resto itu, Kenapa harus aku." Keluh Aditya. Sambil Menatap tajam ke arah restoran Milik Keluarganya itu.
Tak Lama dari itu Kinanti dan Wulan juga Tiba di Restoran tersebut. Dan mereka langsung masuk ke dalam bersama-sama untuk Mencari Pemilik restoran tersebut.
Pagi ini Kinanti Begitu bersemangat Untuk Bekerja, meskipun posisinya di dapur. Namun tidak membuat wanita itu patah semangat. Karena baginya Terpenting ia bisa menemukan pekerjaan dengan baik.
Sementara di luar sana. Aditya Masih Berada di dalam Mobilnya ia merasa Kesal untuk Masuk ke dalam Restoran itu.
"Kenapa hidupku sesial Ini, Apa sebaiknya aku pergi saja dari sini. Tapi jika Ibu sama ayah Mengetahuinya maka Tamatlah riwayatku." Berulang kali Aditya Memukuli Kepalanya. Karena ia merasa Kebingungan harus Berbuat apa untuk menghindari pekerjaan dari kedua orang tuanya.
"Gimana, Apa Pak Bos udah Datang?" Tanya kinanti. Tak sabar menunggu Bos mereka.
Wulan hanya menggelengkan kepalanya.
"Terus bagaimana jika dia nggak datang, apa aku sudah boleh bekerja di sini?"
"Iya boleh kok, kan Kamu tetap bekerja biar belum bertemu dengan Bos." Balas Wulan.
"Wulan, Apa dia Yang akan membantu saya Di dapur?" Tanya seorang wanita yang Tiba-tiba Muncul di Belakang mereka.
"Iya Mba, dia Kinanti Mba, apa Bos Sudah datang ke sini mba?" Tanya Wulan, dan Wanita itu Menggelengkan Kepalanya
"Katanya Sih Yang Datang ke sini. Anaknya Pak Adrian, dan aku juga Nggak tau apa dia Mau datang atau Tidak," ungkap Linda.
"Berarti pak ivanly yang akan ke sini."
"Bukan pak ivanly tapi yang satunya itu. Kata pak Adrian anaknya yang nomor dua. Yang Sombong itu." Balas Linda.
"Mati kita. Jika Dia itu yang jadi bos di sini, bisa-bisa kita semua dapat masala dari Bos Galak itu." Cetus Wulan.
"Hutsss. Jangan Kencang-kencang, ntar dia bisa Dengar jika sudah ada di sini."
"Iya benar Wulan, meskipun dia Galak atau Sombong. Kita juga nggak Bisa apa-apa. Lebih baik kita Langsung Bekerja saja, biar dia datang ke sini tapi kita udah kerja," Sambung Kinanti. Yang sebenarnya juga merasa cemas.
"Yah udah, Sebaiknya kita langsung kerja saja. Dari pada Dia nemuin kita pada Nongkrong di sini. Kan bisa Bahaya," ucap Linda.
Lalu mereka langsung Pergi Ke Dapur untuk Melakukan Pekerjaan mereka masing-masing.
"Dringggg.....
suara Ponsel milik Aditya bergetar membuat pria itu terkejut.
"Halo pah. Ada apa?"
("Kamu di mana saja. kenapa belum juga Tiba di Restoran.") Timpal pak Adrian.
"Ini juga aku baru Sampai pah." Balas Aditya. Dengan sedikit kesal.
("Awas saja jika kamu tidak ke sana. Maka papah akan segera memblokir semua aset Milikmu.")
"Iyaa pah. Ini aku baru nyampe di parkiran, papah Tenang saja." Ujar Aditya. Lalu segera mengakhiri panggilan telepon dari Ayahnya.
"Kenapa nasibku seburuk ini." Gerutu Aditya. Kemudian ia langsung Keluar dari mobilnya dan Berjalan Menuju ke restoran.
"Selamat pagi, pak." Sapa Para Karyawannya.
"M'mm.
Pria itu hanya menatap Sinis kepada karyawannya dan Segera masuk ke ruang kerjanya. Tanpa mempedulikan Sapaan mereka.
"Ternyata benar Kata mba Linda, Anaknya pak Aditya memang Sombong." Bisik Salah satu karyawan di restoran itu.
"Hutsss, diam. Ntar dia Marah." Timpal yang lainnya.
Lalu mereka kembali bekerja seperti biasanya.
Karena ia baru pertama kalinya datang ke restoran itu. Maka Aditya Mengecek semua Ruangan yang ada Di restorannya tersebut. Agar dia lebih tau pekerjaan para karyawannya saat ini.
"Selamat pagi Pak," Sapa Wulan. Dengan Sopan pada Atasannya.
Aditya hanya Mengangguk Sambil Menatap sekeliling ruangan di dalam restoran.
"Kamu Datang ke sini jam berapa?" Tanya Aditya.
"Jam tujuh pagi pak," sahut Wulan.
"Bagus. Jangan sampai telat datangnya, biar gaji kalian nggak aku potong." Ujar Aditya.
Membuat Wulan Terkejut dengan Perkataan Atasannya itu.
Kini pria itu kembali Masuk ke bagian dapur untuk memastikan keadaan di dalam sana.
Saat ia hendak Melangkah ke dapur tiba-tiba Kinanti keluar sambil membawa Beberapa Barang dari dalam dapur sana. Sehingga Keduanya saling bertabrakan dan membuat Aditya Marah Besar kepada Kinanti.
Wulan dan Linda yang melihat kejadian itu. Hanya bisa saling bertatapan dengan Penuh Rasa Takut.
"Kamu punya mata Nggak! Kenapa bisa Ceroboh seperti itu!" Bentak Aditya. Dengan sangat marah
"Kenapa Mala nyalain aku. Jelas-jelas Kamu yang nabrak aku pas aku Keluar." Balas Kinanti. Yang belum menyadari jika yang berada di depannya itu adalah atasannya.
"Kamu orang baru yah."
"Iya. Aku baru masuk Tadi, memangnya kenapa?"
"Ikut saya ke Dalam!" Titah Aditya.
"Kemana? Kan kamu bisa bicara di sini. Ngapain harus Kedalam." Gerutu Kinanti.
Membuat Wulan Dan Linda Juga karyawan lainnya semakin Bertambah Gugup.
Aditya yang merasa kesal dengan Ulah wanita itu. Langsung Menarik Tangan Kinanti hingga Kedalam ruangannya.
"Hei. Kamu mau bawah aku kemana? Kenapa tidak bicara di sana saja!" Protes Kinanti. Yang Merasa kesakitan karena di tarik paksa oleh Aditya.
"Aduh. Pasti Dia dalam masala Besar," ucap Wulan.
"Iya benar, pasti pak Adit akan memecatnya." Timpal yang lainnya.
"Apa kamu tau, kamu sedang bicara dengan siapa?!"
Kinanti Menggelengkan kepalanya. Karena ia memang tidak tau. Jika itu adalah atasannya.
"Aku adalah pemilik restoran ini. Dan kamu sudah membuatku Kesal hari ini." Ujar Aditya.
Seketika membuat Kinanti terkejut dan menundukkan wajahnya.
"Astaga. Jadi dia ini adalah bos di sini yah, tapi Kenapa mereka tidak memberitahu aku, jika dia orangnya." Gumam Kinanti.
"Apa yang kamu pikirkan, kenapa diam saja. Tadi kamu banyak bicara di luar sana. Kenapa sekarang Mala Diam!"
"A--aku, aku nggak tau pak, jika bapak adalah pemilik restoran ini. Tadinya aku pikir bapa adalah Karyawan di sini juga." Sahut Kinanti. Yang masih saja menundukkan wajahnya.
"Dasar Wanita Aneh! Kamu pikir saya karyawan rendahan seperti kamu!"
Kinanti hanya diam tanpa menoleh sedikitpun pada pria itu. Karena saat ini ia merasa ketakutan jika nantinya ia akan di pecat oleh pria itu.
"Kenapa Kamu diam. Apa sekarang kamu lagi Kehabisan Kata untuk mengomeliku seperti tadi?"
"Aku minta maaf Pak, aku juga nggak tau Kalau Bapa adalah Bos kami. Jika aku tau mana mungkin aku berani," tutur Kinanti.
"Oh. Jadi Jika Saya bukan Atasanmu Maka kamu akan Berbuat semena-mena di Sini."
"Bukan Begitu pak, kan Tadi bapa yang menabrak aku. Kenapa bapa menyalakan aku," protes Kinanti. Membuat Aditya semakin bertambah Geram dengan Wanita itu.
"Kamu ini memang Wanita Aneh yah. Udah Jelas-jelas Itu kesalahan Kamu, tapi masih saja Kamu Mengelak."
"Yah udah, jika memang Bapa menyalakan Aku. aku Minta maaf sama bapa karena udah Membuat bapa Marah Seperti ini."
"Keluar kamu!" Bentak Aditya. Membuat Kinanti. Hampir Terlempar dengan Suara Pria itu.
Dengan cepat Kinanti Meninggalkan ruangan itu. Dan berlari menuju dapur. Semua orang sudah menunggunya di luar sana untuk Memastikan Keadaan Kinanti.
"Apa dia Memecat kamu?" Tanya Linda. Penasaran.
Kinanti hanya menggelengkan kepalanya.
"Lalu kenapa dia memanggilmu ke dalam sana. Apa dia marah-marah sama kamu??" Tanya Wulan. Yang juga merasa cemas.
"Iya, dia memarahiku dengan sangat Kejam. Bahkan dia Hampir menerkam ku. Untung saja Dia Seorang bos. Kalau tidak Pasti udah aku Bikin Lalapan," ucap Kinanti. Membuat semua orang tertawa dengan sikapnya itu.
Ketika melihat Aditya sedang berdiri di depan pintu. Satu persatu mereka mulai Pergi meninggalkan Kinanti yang masih saja Mengomeli Aditya di depan mereka.
Kinanti tidak menyadari jika Aditya sudah berdiri tepat di belakangnya. Sehingga membuat Linda dan Wulan. Mengedipkan Mata mereka Sebagai isyarat untuk Kinanti.
Karena melihat sikap aneh dari kedua temannya itu. Perlahan ia mulai Memutar balikkan Tubuhnya ke Ara belakang. Dan benar saja Aditya sudah Ada di depannya.
"Pak a--ditya, bapa mau Perlu apa, biar aku Carikan buat bapa." Ucap Kinanti. Berusaha mengalihkan Perhatian pria itu.
"Tadi kamu Bilang apa sama mereka."
"M'mm.. yang mana Yah pak, aku nggak Ingat." elak kinanti. Membuat Wulan sedikit tersenyum dengan sikap Kinanti.
"Nggak usah berpura-pura nggak tau. Tadi kamu bilang sama mereka, jika saya ingin kamu jadikan lalapan kan!" Menatap tajam pada Kinanti.
"Eh, siapa bilang begitu pak. Mana ada seorang Bos mau di jadikan lalapan. Bapa saja Yang salah dengar kali," elak kinanti.
Membuat Aditya semakin bertambah Emosi dengan Wanita yang ada di depannya itu.
"Kalian berdua Tadi dengar kan kalau dia ngomong seperti itu." Menatap pada Wulan dan Linda.
Namun secara bersamaan Mereka berdua Menggelengkan kepala karena mereka juga tidak ingin Kinanti mendapatkan masala dari Aditya.
"Nggak pak. Tadi Kinanti bilang sama kami semua, kalau dia ingin membuat lalapan Untuk pak bos. Gitu pak," Tutur Wulan. Berusaha meyakinkan Aditya.
"Masa Sih. Tapi yang aku dengar bukan itu, kalian tidak sedang mengelabui saya kan?"
Wulan Menggelengkan Kepalanya.
"Nggak pak, Sumpah. Kami nggak bermaksud Mengelabui bapa kok," sambung Linda.
"Ok, Jika memang Nggak mau Jujur. Tapi awas saja Jika aku Mendengarnya Lagi, Aku pastikan gaji kalian nggak di terima awal Bulan ini."
Ketiga Wanita itu saling bertatapan satu dengan yang lainnya.
"Iya pak," Singkat kinanti.
"Yah udah, cepat kembali bekerja. Awas jika Sampai Ada kerusakan di restoran ini." Titah Aditya. Dengan tatapannya yang tajam pada Ketiga Wanita itu.
Kemudian mereka bertiga langsung menuju ke Dapur dengan sangat Cepat. Karena Aditya pasti akan kembali memarahi mereka lagi.
"Hari pertama Bekerja tapi udah kena masala dari Bos Galak itu, dasar bos Aneh!" Keluh Kinanti. Sambil Membersihkan barang-barang kotor.
"Hei kamu!" Tiba-tiba Aditya muncul lagi di dapur.
Membuat Linda dan Kinanti terkejut.
"Ada apa pak," tanya Linda.
"Kamu Ikut saya ke Depan." Ucap Aditya. Menatap serius pada Kinanti.
"Mau apa lagi pak? Kan Pekerjaan aku di sini. bukan di depan." Keluh Kinanti.
"Jangan banyak Protes. Cepat Ikut!" Desak Aditya.
Lalu Kinanti pun segera mengikuti Aditya hingga ke depan sana.
"Kamu Orang baru di sini kan?"
"Iya pak," sahut Kinanti.
"Sebaiknya kamu segera bersihkan ruangan itu. Karena saya mau Ruangan itu Bersih tanpa debu sedikit pun yang menempel di dinding."
"Tapi kan pak, saya bukan cleaning service di sini. Kenapa harus aku yang bersihkan ruangan itu."
"Terserah aku dong. Memangnya siapa Bosnya di sini."
"Yah, tentu saja Kamu bosnya pak. Tapi nggak seperti ini juga kan? Tugas aku di dapur dengan Mba Linda. Tapi Kenapa jadi tukang bersih-bersih kayak gini." Protes Kinanti.
"Kamu di sini cuma Seorang karyawan. Jadi apa pun yang Saya perintahkan kamu harus Nurut. Bukan banyak bicara."
Akhirnya Kinanti Mengikuti kemauan Aditya. Dan ia pun segera Pergi mengambil Perlengkapan untuk membersihkan ruangan itu.
Sementara Aditya merasa sangat Senang karena bisa membalas kinanti.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!