"Dulu, ibu itu tidak cinta sama bapak kamu" cerita Rini kepada Rania sang anak gadis semata wayang itu.
"ah yang bener Bu.. Kalau tidak cinta sama bapak, kenapa ibu sama bapak bisa menikah?" tanya Rania kepada Rini ibunya dengan dana Suara menggoda.
"Semuanya terjadi secara tidak sengaja. Dulu bapak kamu datang ke desa ibu untuk mencari jodoh, kebetulan kekek mu bapaknya ibu adalah kepala desa di desa teluk hili" jawab Rini atas pertanyaan sang anak.
"Loh.. terus kenapa nikah nya jadi sama ibu? Ibu jangan setengah² dong ceritanya, Rania kan penasaran bu.." jawab Rania penasaran.
"Iya iya... Lagian ibu belum selesai ngomong kamu sudah main saut aja sih." kesal Rini kepada sang anak.
"Hehe... Ya maaf Bu.. Rania terlalu bersemangat ingin mendengar cerita bapak dan ibu dulu waktu mau nikah" jawab Rania terkekeh
"Saat itu, bapak kamu datang ke desa teluk hili dan rumah tujuan utama bapak kamu dan beberapa rombongan nya adalah rumah kakek mu di desa teluk hili. karena jaman dulu belum ada penginapan jadi setiap tamu yang datang dari desa sebelah akan singgah dirumahnya kakek mu." sambung Rini.
"Oh begitu ya Bu... Lanjut Bu" jawab Rini tersenyum.
"Setelah bapak kamu dan rombongan nya tiba di desa teluk hili, mereka pun mengutarakan tujuan mereka datang kepada kakek mu yang saat itu adalah kepala desa teluk hili. Setalah sekian banyak pembicaraan akhirnya kakek mu pun mengijinkan mereka untuk tinggal sementara waktu dirumah ibu Alias rumah kakek kamu sampai bapak kamu menemukan wanita yang pas dan cocok untuk dijadikan istrinya." jelas Rini kepada sang anak.
"jadi ibu dan bapak pertama kali bertemu di rumah kakek ya Bu?" tanya Rania
"Iya nak... Waktu pertama kali ibu melihat bapak mu, ibu merasa biasa saja dan tidak ada rasa sama sekali sama bapak kamu. Bapak kamu duluan yang suka sama ibu" jawab Rini dengan tertawa kecil
"Wah ibu hebat ya, bisa bikin bapak suka pada pandangan pertama sama ibu. Pasti ibu waktu muda cantik sekali." jawab Rania dengan bangga.
"Iya dong.. Dulu ibu tuh kembang desa hehe" Rini tertawa malu.
"Pantas aku terlahir begitu cantik karena ibu ku adalah kembang desa pada jaman nya" goda Rania kepada sang ibu.
"Lanjut dong Bu.. Rania penasaran". Sambung Rania.
"Singkat cerita, setelah berkenalan dengan beberapa gadis di desa, tapi belum ada satu pun yang disukai oleh bapak mu. Lalu kakek berinisiatif untuk mengenalkan bapakmu dengan sepupu ibu namu hal tak terduga terjadi, sepupu ibu tidak sengaja tersandung dan menumpahkan kopi tepat didepan bapakmu karena salah tingkah. karena hal itu bapak mu tidak menyukai sepupu ibu dan menganggap bahwa sepupu ibu adalah gadis yang tidak telaten dan juga sangat ceroboh. Dan perjodohan dibatalkan."
" Ah bapak ada ada saja Bu, masa karena hal begitu doang bapak tidak jadi suka dengan sepupu ibu" jawab Rania dengan dengan nada bercanda.
"Iya begitu lah bapak mu sangat selektif jadi orang. karena itulah akhirnya ibu dipaksa untuk menikah dengan bapak mu. Karena kakek mu tidak ingin bapak mu pulang ke desa nya tanpa membawa jodoh" jawab Rini.
"Hem.. Jadi ibu terpaksa menikah dengan bapak?" jawab Rini dengan muka dibuat sedih.
"Jujur saja, dulu memang ibu terpaksa mau menikah dengan bapak mu. Ibu menerima bapak mu karena ibu di ancam tidak akan dianggap anak oleh kakek dan nenek mu jika ibu tidak mau menerima perjodohan itu. Kakek dan nenek mu sangat menyukai bapak mu. Mereka mengatakan bahwa bapak mu adalah orang yang baik, pendiam, dan sangat tepat jika menjadi suami ibu." jelas Rini.
"oh.. Begitu ya Bu.. Sangat emosional ya Bu.. Hehe. Tapi bapak memang baik kan sama ibu" ? Rania menggoda sang ibu.
Sedangkan Rini hanya tersenyum samar dan tidak membalas ucapan sang anak.
Awal pernikahan Edi memang begitu sangat baik terhadap Rini, Edi juga sangat memanjakan Rini. bahkan untuk urusan memasak pun Edi tidak membiarkan Rini untuk mengerjakan nya sendiri. Edi selalu ikut untuk membantu Rini di dapur. Bahkan saat Rini pun malas memasak Edi tidak akan marah, justru Edi akan mengerjakannya sendiri.
walaupun hidup pas-pasan, Edi berusaha membalas semua dengan bersikap baik dan dan tidak ingin membiarkan Rini merasakan kesusahan dua kali lipat.
Edi berfikir "syukur-syukur Rini mau menerima aku sebagai suaminya dan tidak mengeluh walaupun hidup pas-pasan dengan ku. bahkan sampai saat ini Rini tidak komplain harus tinggal seatap bersama dengan orang tua ku dan juga tiga adik perempuan ku.
Ya, Edi memang masih menumpang di rumah orang tua nya. Edi belum memiliki rumah sendiri. Tabungan nya hanya cukup untuk menikah dengan Rini saat itu.
Edi sangat tau jika Rini istrinya sebenarnya merasa tidak nyaman karena perlakuan adik-adik perempuannya yang tidak suka dengan kehadiran Rini dirumah mereka.
Selama tinggal di rumah mertuanya, saat suaminya Edi sedang tidak dirumah maka para ipar nya akan datang mengomel dan menyindir dengan kata kata yang menyakitkan.
"Hem dasar beban." Ketus lia.
" jadi perempuan jangan manja. Sana ngaret, kerja di kebun karet. Jangan jadi ratu di rumah ini" sambung Linda
"Dirumah juga gak becus. Apa ini makanan dingin banget. Ketus nur.
Namun mendengar itu semua Rini tidak ambil hati, Rini hanya diam dan tidak ingin menanggapi para ipar nya tersebut.
malam hari saat Rini dan Edi sedang rebahan di kamar. "mas.. Kayak mulai besok aku mau kerja, aku bosan di rumah terus" kata Rini kepada suaminya itu.
"Haaa serius kamu mau kerja?" Edi kaget dan bertanya kepada istrinya.
"Iya mas, aku mau kerja. biar bisa ada penghasilan dan bisa bantu-bantu mas untuk memenuhi kebutuhan kita dirumah." ucap Rini untuk menyakinkan suaminya itu.
Edi menarik napas panjang dan dikeluarkan pelan. "baiklah, beri mas waktu untuk berfikir ya Rin". Jawab Edi kepada sang istri.
Edi berfikir sepanjang malam, Ia kasihan jika harus membiarkan Rini bekerja. apalagi Rini pasti belum punya pengalaman bekerja di kebun atau di sawah. Tapi jika iya tidak mengizinkan Rini untuk bekerja, mungkin saja Rini akan kecewa. Dan sebenarnya jika Rini bekerja Edi akan sedikit terbantu.
Keesokan harinya...
"Rin.. Kamu boleh kerja ikut ibu ke kebun karet ya. Nanti kamu belajar Menderes karet sama ibu dan juga Lia Linda dan Nur." ucap Edi kepada Rini.
"Rini mengangguk sambil tersenyum.. Terimakasih mas, sudah mengijinkan ku untuk bekerja." ucap Rini dengan wajah yang begitu terlihat senang.
Padahal dalam hati Rini sebenarnya Ia sangat sedih, karena selama tinggal bersama kedua orang tua nya hidupnya sangat berkecukupan dan tidak pernah bekerja di kebun karet.
"Mana nih orang lama banget." cetus Linda
"Rini.. Kamu kemana sih lama amat nyiapin bekal nya. Nanti keburu siang " teriak Lia yang disambut tertawa oleh Nur.
"Iya sebentar.." sahut Rini dari dapur.
Rini sedang menyiapkan makanan yang akan dibawa ke kebun karet. Rini mengerjakan semua sendiri. Mulai dari memasak dan lain-lain.
"huff akhirnya siap juga" lega Rini saat sudah selesai menyiapkan bekal yang akan dibawa ke kebun.
Di kebun karet.
Rini hanya berdiri tegak dan diam tidak melakukan apapun.
"kenapa masih berdiri disana?" tanya ibu mertua kepada Rini.
"A a anu Bu, Rini tidak tau cara Menderes karet " jawab Rini dengan dana terbata bata.
Ibu mertua yang mendengar hal tersebut menarik nafas kasar.
"Apa kamu tidak pernah di ajarkan oleh orang tua mu untuk bekerja?" tanya ibu mertua kepada Rini
Jawaban ibu mertua memang terdengar sepele namun mampu membuat hati Rini meringis sakit. Bukan apa-apa Rini hanya tidak mau orang tua nya dibawa-bawa dalam hal ini.
"Maaf Bu.. Rini minta maaf ini bukan salah orang tua Rini yang tidak mengajarkan Rini, namun kebun kami di desa teluk hili memang dikerjakan oleh pekerja upahan bapakku Bu." jawab Rini.
"Kalau begitu pulang saja ke rumah bapak mu, saya tidak butuh menantu yang tidak bisa bekerja seperti mu. Kamu hanya akan menjadi beban suami" cetus ibu mertua dengan dana tegas.
Tak terasa air mata Rini pun mengalir begitu deras ia tak dapat menahan rasa sakit hati nya mendengar ucapan sang ibu mertua.
"kenapa kamu menangis?"
jika kamu menangis saya tidak akan mengajari mu. Lebih baik kamu pulang dan jika suami mu bertanya katakan padanya bahwa kamu malas dan tidak mau bekerja."
"Tidak Bu.. Saya tidak menangis lagi, tolong ajari saya bekerja Bu, agar saya tidak menjadi beban suami saya" jawab Rini dengan suara bergetar.
Ibu mertua pun mengajari Rini dan sesekali ibu mertua memarahi Rini karena salah saat Menderes karet. Terlebih lagi ketiga ipar nya itu menjadi kompor.
Namun Rini hanya bisa bersabar dan menahan tangisnya agar tidak mendapat perkataan yang lebih menyakitkan lagi dari sang ibu mertua.
Sepulang nya Edi dari mengantar penumpang, Edi melintas di pasar kamis, dan mata nya tertuju pada salah satu jajanan pasar yang membuat nya teringat pada Rini istrinya.
Ia pun berhenti sejenak sekedar membelikan jajan itu untuk istrinya.
Di perjalanan Edi berencana mengunjungi Rini yang sedang bekerja di kebun karet. Sekarang sudah sebulan Rini ikut bekerja di kebun karet bersama ibu mertua dan juga ketiga ipar nya itu.
"Rin.. Bu.. Kalian dimana" Teriak Edi mencari keberadaan Istri dan juga ibunya.
"Mas.. Rini disebelah sini mas.." Sahut Rini sambil melambaikan tangan nya.
Edi pun bergegas menghampiri Rini dengan senyum sumringah.
"Cape ya Rin kerja di kebun?" tanya Edi kepada sang istri.
"mana ada sih mas pekerjaan yang tidak cape, mas pasti juga cape kan ngantar² penumpang sampai ke desa sebelah?" jawab Rini sambil memegang tangan sang suami.
Tiba-tiba sang ibu mertua pun datang.
"Ngapain kamu kesini?" tanya ibu kepada Edi.
"Saya baru pulang ngantar penumpang Bu, sekarang mau istirahat." jawab Edi
"Istirahat kok kesini, istirahat itu dirumah. Loh ini malah datang ke kebun."cetus ibu mertua Rini kepada anak lelaki nya itu.
"Hehe iya Bu, saya mau mampir bentar liat keadaan kebun." jawab Edi mengelak.
"Alah Di.. Kamu jangan bohong, pasti kamu kesini buat liat Rini" ketus ibu mertua.
mendengar perkataan sang ibu mertua Rini menjadi tidak enak hati dan mengatakan kepada sang suami dengan suara pelan
"mas sudah lah , mas pulang saja ke rumah Rini takut ibu marah".
Mendengar hal itu Edi pun menjawab sang ibu dengan lembut dan tenang.
"Rini kan istri Edi Bu, tidak apa-apa dong kalau Edi datang kesini melihat istri Edi.
Edi kesini hanya ingin memberikan jajanan ini kepada Rini." memperlihatkan jajanan pasar kepada sang ibu.
"Wah hebat kamu Di. Hidup pas-pasan malah royal sama istri. Manjain terus, biar makin ngelunjak itu si Rini." Ketus ibu mertua.
"Aneh ya, kita aja gak pernah ya Bu di royalin sama mas Edi ". ketus nur
"Iya benar Bu, sama orang asing malah di manjain gitu ya Bu" ketus Lia ikut mengompori.
"Orang asing nambahin beban keluarga aja" sambung Linda.
Mendengar semua hal itu Edi pun berbicara dengan dana Suara yang meninggi
"cukup.!! Sudah cukup!! Cukup kalian mengatakan bahwa Rini adalah orang asing. Rini adalah istri ku Bu. Rini bukan orang asing kalian dengar? bentak nya kepada ketiga adik nya itu."
melihat Edi yang begitu marah, Rini berusaha menenangkan Edi. Sedangkan ibu mertua dan juga para adik ipar Rani hanya berdiam takut melihat Edi bereaksi marah seperti itu.
setelah beberapa saat, Edi pun menggenggam tangan sang ibu dan meminta maaf karena sudah meninggikan suaranya kepada sang ibu. Ibu Edi hanya mengangguk tanda memaafkan Edi.
Sedangkan Lia, Linda dan Nur hanya tersenyum sinis.
setiba di rumah.
Setiba di rumah Rini segera mandi untuk membersihkan tubuhnya yang kotor seharian bekerja di kebun karet. setelah selesai mandi Rini pun bergegas ke kamar nya sekedar untuk merebahkan badannya yang seharian lelah bekerja.
"Nak.. Masak dong ibu sama bapak sudah lapar." suruh ibu kepada ketiga anak gadis nya itu.
"Ah ibu.. Kenapa harus kita sih Bu yang disuruh masak.. Enak aja tuh si Rini pulang kerja malah tidur. Iya bu.. Dia kan menantu
di rumah ini seharusnya dia yang mengurus rumah ini bu." Ucap Lia Linda dan Nur kepada sang ibu mengompori.
Di dalam kamar
"Rin.. Maafin mas ya, mas gak bisa kasih rumah yang nyaman buat kamu. Tapi mas janji, mas akan berusaha supaya kita bisa punya rumah sendiri."
Rini tersenyum dan memeluk suaminya itu. "iya mas makasih ya mas selalu baik sama aku" Ucup Rini kepada suaminya.
tidak lama kemudian terdengar suara ibu mertua yang memanggil Rini dari luar kamar.
"Rin.. Rini.." pekik ibu mertua
Rini dan Edi yang mendengar sang ibu teriak memanggil Rini spontan secara bersamaan bangkit dan berjalan keluar kamar.
"Ada apa bu teriak teriak begitu? tanya Edi kepada sang ibu.
"istri kamu tuh suruh masak. Jam segini malah tidur bukan nya masak buat kita" ketus ibu kepada Edi.
"hmm iya Bu.. Tadi Rini tiduran sebentar Rini cape Bu seharian Menderes karet." jawab Rini pelan.
"Alah.. Banyak alasan kamu. kamu tuh jangan manja. Kamu pikir kamu doang yang cape di rumah ini? Udah jangan dijawab sekarang cepetan masak.!!! Perintah ibu mertua yang terlihat emosi dan berlalu meninggalkan anak dan menantu nya itu.
Rini pun bergegas menuju dapur disusul oleh sang suami.
"Mas.. Udah biar Rini aja, mas duduk aja temani bapak ngobrol di ruang tamu". Ucap Rini kepada sang suami.
"Enggak Rin.. Kamu cape dan mas mau bantu kamu" bantah Edi.
mereka pun memasak bersama. Setelah makanan selesai mereka hidangkan dan makan bersama di ruang makan.
" makanya di, ibu bilang apa dari awal jangan biarkan istri mu manja, dia gak masak kamu yang masak ujung-ujungnya ya gini, ibu harus teriak-teriak dulu baru istri mu mau gerak untuk memasak." ucap ibu di meja makan disela-sela mereka sedang makan.
"Udah Bu. kita sedang makan!" tegas Arman suami ibu mertua.
Mereka pun makan dengan lahapnya dan tidak ada satupun yang bersuara.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!