NovelToon NovelToon

Menjemput Cinta Ku

01. Kena Tilang

Prit prit prit….

Di pinggir jalan ini lah ada seorang gadis muda ber rambut pendek se bahu yang mengendarai motor sambil terburu buru, di tengah perjalanan ia tiba tiba harus berlindung di balik mobil untuk menghindari razia, karena tadi lupa tidak memakai helm

“Mau kabur ke mana mbak?” Sayangnya mobil yang dibuat berlindung tadi lebih dahulu maju, jadi terlihat lah gadis pelanggar lalu lintas ini

“Aduh mobil ini gimana sih? gak mau nolong aku” Batin Aruna sangat kesal dan merasa sial

“Kabur apa sih pak? saya gak kabur kok” Ucap gadis itu yang malah sengaja menarik gas di tangan kanan nya

Namun sebelum dia berhasil kabur, justru polisi itu berhasil mencega nya terlebih dahulu dengan menarik kuat telinga gadis tersebut

“Aduh aduh pak ya Allah… lepasin dulu, sakit”Ucap gadis itu sambil menahan sakit

“Nanti kalau di lepas kabur lagi”

“Enggak enggak pak, janji beneran… tetapi lepaskan dulu!”

“Gak bakal di lepas kalau SIM sama STNK nya belum di serahkan”

Gadis itu langsung menggerutu lalu mencari SIM dan STNK dari dalam tas nya “Aduh ini kalau lagi dicari malah susah ketemu”

“Cepetan!” Ucap polisi itu sambil menarik kembali telinga gadis di depan nya

“Iya iya pak ya ampun, sabar dong.. orang sabar di sayang tuhan” Ucap nya

“Ngomong terus dari tadi, udah cepet sini” Ucap polisi ber name tag Vano Aditya Pranata itu yang sudah mengadahkan tangan nya untuk menagih identitas pelaku

“Nih… orang kok gak sabaran” Ucap Aruna yang kesal dan berniat melanjutkan perjalanan nya lagi

“He… mau ke mana? Kartu tilang nya saja belum di ambil kok main pergi, trus mau kena razia lagi di ujung jalan?” Tanya polisi itu

“Ya maaf pak, helm nya lagi di pinjam sama kakak saya” Jawab Aruna

“Alasan basi” Jawab Vano malas sekali

“Saya sibuk pak, mau ke rumah sakit, bapak saya sakit” Ucap Aruna yang jelas raut muka nya terlihat khawatir

“Ya masa mau ke rumah sakit tidak pakai helm lagi?”

“Lha… masa saya tidak bisa nemenin bapak saya? jadi anak durhaka dong? udah lah pak, saya ke rumah sakit sebentar saja, nanti saya balik ke sini ngurusi surat tilang” Ucap Aruna memohon

“Ck” Polisi tadi sebenarnya agak malas dengan Aruna, tetapi mau bagaimana lagi? Kondisi darurat, jadilah dia meminjamkan helm milik nya sendiri

“Lahhh kebesaran pak, sampe godag godag gini pas saya pake” Ucap Aruna memegang kepala nya yang memakai helm besar

“Udah mbak gak perlu cerewet, katanya mau nemenin bapak? nanti kena tilang lagi mau?”

“Ck.. iya iya, sepuluh menit atau dua puluh menit deh saya balik ke sini” Ucap Aruna berjanji

“nomor hp nya mbak?” Tanya Vano sambil memberikan handphone nya

“Saya ini bukan artis pak, kok ya minta nomor saya toh?” Tanya Aruna heran

“Lha… kalau kamu kabur gimana? saya tidak pernah percaya sama pelanggar lalu lintas”

“Apalagi saya? saya juga gak pernah percaya sama polisi konoha” Batin Aruna dengan muka masam nya, dia memberikan nomor handphone nya lalu segera berangkat ke rumah sakit

\~

Pertemuan yang singkat, tetapi secara tidak sengaja, Vano sudah mendapat identitas gadis yang tidak dia kenal tadi, meskipun agak kesal sedikit

“No, vano” Panggil rekan polisi yang lain

“Ya? kenapa?”

“Setelah ini kita balik ke kantor”

“Oh sudah mau selesai ya? yaudah iya” Ucap Vano menanggapi sambil melihat jam tangan nya, agak heran saja kenapa gadis tadi belum kembali? padahal semua kartu identitas masih ada di tangan nya

“Nama nya tadi siapa ya?” Batin Vano sambil mengeluarkan kartu identitas yang ada di saku nya

“Aruna Kyla Shaquille, nama yang bagus tetapi orangnya ceroboh” Ucap Vano sambil menggelengkan kepala

“No, ayo balik, tapi helm mu kemana?” Ajak Raka yang merupakan rekan kerja Vano, dia melihat tidak ada helm di motor dinas yang Vano pakai

“Eh iya ya, helm nya tadi ku pinjamkan ke gadis yang kena tilang”

“Siapa? pacarmu ya?” Tanya Raka menatap curiga

“Bukan lah, tadi ada gadis yang kena tilang gak bawa helm, dia buru buru mau ke rumah sakit karena bapak nya sakit, ya kasian saja makanya aku pinjemin helm” Jawab Vano

“Ck ck ck, kamu jadi orang jangan gampang kasian sama orang lain” Ucap Raka yang khawatir suatu saat Vano akan mudah di tipu

“Enggak lah, ini cuman sebatas kemanusiaan aja, lagi pula kartu identitas, SIM sama STNK nya ada di aku kok, nanti juga bakal di kembalikan helm nya” Jawab Vano yang tidak merasa khawatir, karena harusnya Aruna tidak akan kabur meski sekarang sudah melebihi jam yang dia janjikan tadi

Dan disaat Vano sudah kembali ke kantor polisi, ia mencoba mengirim pesan pada Aruna dengan harapan ia akan segera datang untuk mengembalikan helm dan mengambil semua kartu identitas milik nya

📩 : “Saya sudah kembali ke kantor polisi, silahkan datang untuk mengambil kartu identitas milik kamu”

Pesan sudah terkirim! Entah dibalas atau tidak, Vano juga masih punya pekerjaan yang lain, soal urusan Aruna nanti gampang lah bisa janji an entah dimana

\~

Sedangkan disisi lain ada Aruna yang duduk di depan ruang ICU, dia melihat pesan dari nomor yang tidak dikenal, hanya membaca saja karena saat ini pikirannya fokus untuk kesehatan bapak nya

“Iya ya… aku lupa sudah janji sama pak polisi tadi, kapan kapan aja lah, yang penting sekarang kesehatan bapak harus membaik” Ucapnya setelah mengabaikan pesan dari Vano tadi.

Halo, aku datang dengan cerita baru, jika berkenan membaca maka silahkan🥰

2. Main peluk aja

Hari ini sudah sore dan jam kerja Vano akan habis, dia sendiri sudah siap siap untuk pulang ke rumah

“Ini cewek tidak ada niat untuk mengembalikan helm apa bagaimana ya?” Batin Vano heran, dia sendiri memutuskan untuk membawa pulang semua kartu identitas milik Aruna

Dan saat Vano sudah berjalan keluar “No, itu helm nya ke mana?” Tanya rekan rekan yang lain saat tahu di parkiran motor dinas ada satu yang tidak ada helm nya

“Eh- masih dipinjam, besok ya aku kembalikan” Jawab Vano

“Oh, yaudah”

Vano mengangguk dan segera masuk ke dalam mobil, dia tidak mau ditanya lebih lanjut apalagi soal meminjamkan helm dinas ke Aruna, tidak ada yang tahu sih kecuali Raka

Tin! Klakson Vano saat mobil nya sudah mulai keluar dari kantor polisi

Saat dalam perjalanan, handphone Vano tiba tiba berdering “Apa cewek tadi?” Batin nya, tetapi setelah dilihat ternyata sang ibu yang menelfon

“Iya bu?”

📞 : di mana nak? kamu hari ini pulang kan? ibu masak makan malam yang enak loh

📞 : “Iya bu, ini Vano masih perjalanan pulang”

📞 : Ya sudah, ibu tunggu di rumah ya…

Vano menghela napas, dia takut ibunya akan mengenalkan nya lagi kepada perempuan, entah anak dari teman atau saudara jauh, dia sendiri merasa belum puas dengan karir dan belum memiliki keinginan untuk menjalin cinta atau sejenisnya

Pulang itu dia takut di jodoh jodoh kan, tidak pulang itu dia juga takut di nilai durhaka kepada ibunya, serba salah memang

Pilihan lain hanya bisa menelfon teman, di ajak ke rumah untuk makan malam bersama supaya dia bisa menghindari perjodohan sedikit demi sedikit

📞 : “Han, sibuk gak?” Tanya Vano pada sahabat nya yang bernama Farhan

📞 : Enggak nih, kenapa?

📞 : “Malam ini ke rumah ya, makan malam bareng”

📞 : Aelahhh gaya lo makan malam bareng, padahal cuman mau menghindar saja kan seperti kemarin?

📞 : “Ya aku minta tolong lah ya bro, datang ke rumah”

📞 : Iya iya.. habis ini otw ke sana

📞 : “Ya, makasih han” Cuman ini yang bisa Vano lakukan, yang penting kan dia ikut makan masakan ibunya

\~

Sudah sore dan Aruna masih terduduk lesu di depan ruang ICU, rasanya dia tidak sanggup untuk meninggalkan bapak yang sedang tidak berdaya di dalam sana, tapi…

“Gimana keadaan bapak saya sus?” Tanya Aruna yang langsung berdiri ketika ada perawat keluar dari ICU

“Maaf mbak, Kondisi pak Hadi sekarang makin menurun drastis, hanya do’a mbak sekeluarga dan keajaiban yang bisa menyelamatkan bapak” Jawab perawat tersebut

Aruna langsung meneteskan air mata, dia sendiri jelas tidak mau kehilangan, dia ingin bapak sembuh, dia masih ingin melihat bapak nya sehat dan bisa jalan ke mana mana

“Saya mohon ya sus, tolong lakukan yang terbaik untuk bapak saya” Ucap Aruna

“Banyak berdo’a ya mbak” Ucap perawat itu lalu dia segera kembali ke dalam karena pasien masih membutuhkan pengawasan yang intensif

Aruna sendiri juga bingung dan kalang kabut, kakaknya tadi pulang karena harus merawat bayi, jadi dia sendirian di sini, tanpa pikir panjang pun ia segera menghubungi teman nya

📞 : “Halo? Sa, cepetan ke sini ya sa, bapak kritis di ICU sa… kondisi nya menurun drastis, aku bingung sa, aku harus ngapain, temenin aku ya sa… ” Ucap Aruna sambil menangis, dia butuh teman sekarang, dia butuh seseorang untuk menenangkan nya

Aruna juga langsung mengabari kakaknya lewat pesan, dia mengerti kakaknya masih sibuk dengan anak bayi di rumah, jadi dia tidak mau menelfon, yang ada nanti kakaknya juga ikut panik

📩 : “Kak, kondisi bapak kritis dan makin menurun, aku di sini dulu ya… kalau kakak gak bisa balik ke sini gapapa, di rumah saja”

Aruna menghela napas dan terduduk di lantai rumah sakit, sungguh pikirannya saat ini masih ngeblank dan khawatir, dia tidak mau kehilangan, dia masih belum membahagiakan bapak nya sama sekali

“Pak… bapak harus sembuh ya, Aruna di sini pak, Aruna selalu nemenin bapak” Ucap Aruna dengan air mata yang tidak berhenti mengalir dan jantung yang selalu berdegup kencang saat melihat di pintu kaca bahwa perawat sedang menyuntikkan beberapa cairan ke dalam selang infus

Melihat hal yang menyakitkan, dia tidak bisa melihat itu lama lama, Aruna menenggelamkan wajah nya ke lutut dengan kedua tangan menyatu, karena yang bisa dia lakukan sekarang hanya berdo’a dan menangis, berharap tuhan masih memberi kesembuhan kepada bapak nya

Cukup lama Aruna menenggelamkan wajah nya di sana, sungguh dia tidak sanggup melihat bapak nya yang sedang kesakitan di dalam

“Hiks, pak… sembuh ya..”

Tap! tap! tap!

Tiba tiba terdengar langkah kaki, seperti kaki bersepatu yang berjalan mendekati Aruna

“Aruna!”

Aruna yang sedang menangis dengan badan gemetar itu menoleh ke atas dan ternyata orang itu adalah Vano!

“kenapa duduk di lantai?“

Tapi saat ditanya justru tangis Aruna semakin kencang, dia tidak peduli siapa pun yang ada di depannya saat ini, yang penting adalah dia butuh teman, dia butuh sandaran

“Hei, Aruna.. ini rumah sakit, jangan menangis terlalu kencang” Ucap Vano sambil jongkok untuk bisa setara dengan Aruna

“Bapak, bapakku… hiks“ Ucap Aruna menunjuk ruangan ICU

Vano di sini juga bingung, mau menenangkan tetapi dia tidak kenal dengan Aruna, tapi kalau tidak di tenangkan juga dia malah terlihat seperti tidak peduli kepada manusia

“Ya Allah… tenang Vano, kali ini cuman menenangkan gadis biasa saja” Batin Vano dalam hati nya

dia memberanikan diri untuk memegang pundak Aruna “Aruna, tenang ya… kalau kamu yakin dia bisa sembuh, maka dia akan baik baik saja”

Tapi tangisan Aruna masih sama, Vano juga tidak kaget karena Aruna terbilang masih muda, pasti dia belum bisa mengontrol perasaan dengan baik

“Berdiri, duduk di kursi.. jangan di lantai seperti ini” Ucap Vano mengangkat kedua lengan Aruna

Saat mereka berdua sudah berdiri, Aruna yang masih menangis itu justru langsung memeluk Vano dengan erat dan menangis di pundak gagah itu

“Bapak… huaaaa, jangan tinggalin Aruna ya pak, Aruna gak mau sendirian, Aruna mau nya sama bapak”

Sedangkan Vano sendiri kaget, dia sampai melotot dan terdiam seperti patung, kedua tangan nya saja tidak berani memegang Aruna

“Pak… huhu… Aruna mau bapak sehat dan nemenin Aruna terus hiks”

Huft… Vano menghela napas panjang “Ada ada saja ya… hidup ini” Batin nya

Dia membiarkan Aruna memeluk nya, yang penting dia tidak membalas pelukan itu sama sekali

Saat dirasa tangis Aruna sudah mereda, baru lah Vano mulai memegang kedua pundak itu dan melepaskan pelukan Aruna dari tubuh nya

“Duduk di sini” Ucap Vano mendudukkan Aruna di kursi tunggu

“Saya ambilkan minum sebentar” Ucap Vano namun segera di tahan oleh Aruna dengan menarik tangan nya

Aruna menggelengkan kepala, dia tidak mau minum, dia hanya butuh teman, dia butuh seseorang untuk menjadi sandaran nya sekarang

Vano duduk dan terdiam, mau membahas soal helm dan kartu identitas juga tidak enak, seakan akan dia tidak mengerti waktu atau kondisi Aruna sekarang

“Bapak nya sakit apa?” Tanya Vano basa basi kan daripada dia diam diam saja

“Jantung” Jawab Aruna dan Vano mengangguk angguk

HENING——

Serius Vano sekarang bingung mau mengobrol apalagi, secara kan dia memang tidak kenal

“Eh tadi- “ Ucap Vano terhenti

Cklak!

“Gimana sus sama bapak saya? baik baik saja kan?” Tanya Aruna ketika perawat tiba tiba keluar dari ruangan

“Kabar baik mbak, kondisi nya sudah stabil dan mulai membaik” Jawab perawat sambil tersenyum

“Syukurlah ya Allah” Ucap Aruna yang seketika merasa lega

“Gimana? gimana dengan keadaan bapak sekarang?” Tanya seorang perempuan yang tiba tiba berlari ke ruang ICU

“Udah membaik kak, kondisi nya stabil” Jawab Aruna, yappp perempuan tadi Aira, kakaknya Aruna

“Alhamdulillah…”

Kedua adik kakak itu merasa lega, setidaknya sekarang mereka jauh lebih tenang

Vano yang hanya menyaksikan ini juga ikut lega dan senang melihat mereka sudah bisa melewati kekhawatiran seperti tadi

“Eh, kak Aira kok ke sini?” Tanya Aruna bingung karena Alisa punya anak bayi

“Iya, Cia di titipin ke bude dulu” Jawab Aira sambil mengelus lengan adiknya

Saat menyadari ada orang lain, Aira langsung melirik ke samping, dia heran kenapa ada polisi di sini ya kan? perasaan tidak ada kejadian yang mengkhawatirkan masyarakat atau apa pun

“Ini siapa? teman mu atau pacar mu?” Tanya Aira ke adiknya

“Sembarangan, ini bapak polisi yang nilang aku tadi, aku lupa belum ngembalikan helm nya” Jawab Aruna baru menyadari kalau yang datang menemui nya ya polisi tadi pagi

“Ohh, masih muda jadi gak cocok dipanggil bapak, hehe… maafin adik saya ya pak.. memang suka lupa anaknya, helm di rumah lupa dibawa” Jawab Aira cengar cengir sedangkan Aruna melotot, karena tadi kak ketilang alasan helm nya dipakai sama Aira

“Iya, tidak apa apa… tadi nya mau sekalian mengambil helm sama mengembalikan kartu identitas kamu, tapi saya rasa waktu nya kurang tepat, jadi kapan kapan saja, saya permisi dulu” Ucap Vano ingin melangkah untuk pergi dari rumah sakit

“Eh pak, sekarang saja gak papa.. saya ambilkan helm nya” Ucap Aruna di mana Vano mengangguk dan mereka berdua menuju ke parkiran rumah sakit

\~

“Eh bapak kok bisa ke sini ya tadi?” Tanya Aruna bingung saat mereka berada di parkiran

“Kan kamu yang nyuruh saya ke sini” Jawab Vano

“Ha? saya?” Ucap Aruna heran, sejak kapan dia menyuruh Vano ke rumah sakit kan? tadi dia cuman mengabari temannya saja.

Tungguin next episode ya guys☺️🥰

3. Salah sambung

Vano geleng geleng kepala, Aruna ini memang gadis yang bodoh atau bagaimana? tidak mungkin dia ke sini kalau bukan Aruna yang bilang

“Kamu tadi yang telepon saya” Ucap Vano

“Kapan? perasaan tadi saya nelfon temen deh pak” Ucap Aruna yang tidak ingat

Flashback dikit——

Ketika Vano sudah setengah perjalanan pulang dari kantor polisi, ternyata handphone nya kembali berdering, waktu dia lihat sih memang nomor nya Aruna “Kenapa ya? mau ngembalikan helm kah gadis ini?” Batin Vano

📞 : “Ha-“ Vano sendiri mau berucap saja sampai berhenti karena ada suara Aruna yang seperti panik dari sana

📞 : Halo Sa? cepetan ke sini ya sa, bapak kritis di ICU sa… kondisi nya menurun drastis, aku bingung sa, aku harus ngapain, temenin aku ya sa…

tut! tut! tut! Sambungan telepon langsung berakhir ketika Aruna sudah selesai berbicara

“Ini anak kenapa sih? apa jangan jangan dia dalam bahaya?” Ucap Vano heran karena Aruna tadi bicara terlalu cepat dalam keadaan panik, makanya Vano bingung

Dan setelah dipikir pikir, ada baik nya juga kalau Vano mencoba menemui Aruna, kartu identitas itu penting, bahaya kalau dia kelamaan pergi tidak membawa kartu identitas

Tadi pagi Aruna mau ke rumah sakit naik motor dan kemungkinan sekarang masih di rumah sakit kalau dilihat dari suara nya yang panik

“Mungkin rumah sakit pusat kota” Ucap Vano segera menuju ke rumah sakit tersebut, karena memang rumah sakit itu yang paling dekat

Ketika sudah di rumah sakit, dia langsung menuju ke ICU karena tadi Aruna bilang ada di ICU kan? pas sudah sampai di ICU, ternyata benar ada Aruna yang duduk lemas di lantai

Flashback end

Aruna mengernyitkan alis, dia memeriksa handphone dan ternyata benar, tadi dia mau telepon ke nomor teman nya kan karena mereka sempat bertukar pesan, tapi ternyata salah pencet ke nomor Vano karena memang Vano yang terakhir mengirim pesan pada nya, dia juga tidak memeriksa dulu saking panik nya

“Owalah Arunaaa.. kamu kok bodoh sekali sih” Batin Aruna yang merutuki dirinya sendiri

“Sudah ingat kan?” Tanya Vano

“Sudah pak hehe, maaf ya jadi merepotkan bapak” Jawab Aruna jadi merasa tidak enak

Vano tidak membalas, dia hanya minta helm tadi segera di kembalikan dan dia juga mengembalikan semua kartu identitas milik Aruna

“Loh trus kartu tilang nya gimana?” Tanya Aruna

“Tidak usah” Jawab Vano, dalam kondisi seperti ini mana mungkin dia tega menyuruh Aruna ke kantor polisi

“Beneran? bapak kenapa baik banget hari ini buset…” Ucap Aruna tersenyum lucu

“Punya tisu?” Tanya Vano yang tidak ingin membalas pertanyaan Aruna tadi

“Buat apa ya pak?”

Vano dengan wajah malas menunjuk bahu nya sendiri, lihat saja bawa baju seragam itu sudah basah, berlendir pula terkena ingus nya Aruna saat menangis sambil memeluk nya tadi

“Waduh” Batin Aruna kaget, asli suwer dia tadi tidak menyangka bahwa yang datang adalah bapak polisi, yang penting tadi dia butuh teman saja untuk mengeluh dan menangis, entah siapa pun orang itu yang penting nangis dulu, soal sadar atau tidak itu urusan belakang

“Punya gak?” Tanya Vano lagi

“Enggak pak, maaf banget ya pak. Tapi gimana kalau baju nya saya saja yang nyuci? saya antar ke laundry, kalau udah selesai, saya kembalikan ke bapak” Jawab Aruna sambil menawarkan

Vano menghela napas “Tidak perlu” Jawab nya

“Tapi ini sebagai bentuk dari tanggung jawab pak, sebagai rasa terima kasih saya juga kepada bapak” Ucap Aruna

“Tidak perlu, terima kasih” Ucap Vano lalu dia segera masuk ke dalam mobil, dia tidak ingin berurusan lama lama dengan Aruna

“Beneran pak tidak perlu?”

Vano menggeleng dan langsung memakai seatbelt, tadi dia sudah bilang mau makan di rumah jadi harus segera pulang

Tapi tunggu dahulu, dia seperti ingat sesuatu lalu membuka kaca mobil sebentar

“Lain kali jangan menangis sambil memeluk orang yang tidak di kenal, apalagi laki laki, bahaya juga buat kamu, usahakan dilihat dulu siapa orangnya” Ucap Vano

Setelah berbicara seperti itu, Vano langsung pergi dari rumah sakit tanpa melihat Aruna yang masih terlihat di kaca spion

“Ya gimana ya? namanya juga panik” Ucap Aruna sambil menggaruk kepala nya sendiri, heran sih dia kalau panik tuh selalu lupa diri

Aruna langsung kembali masuk ke dalam rumah sakit, memang belum waktu nya jam jenguk sih, tetapi setidaknya dia mau duduk dan ada di dekat bapak nya

Ting!✉️ ada pesan masuk dari nomor tidak di kenal

✉️ : Semoga bapak kamu segera sembuh

“Owalah… ini dari pak polisi tadi” Batin Aruna

📩 : “Aamiin, terima kasih pak” Balas Aruna

“Jalan sambil main handphone nanti nabrak loh” Ucap Aira saat melihat adiknya datang, Aruna hanya tersenyum saja lalu kembali duduk bersama Aira di kursi tunggu

“Haduh… beneran lega aku rasanya” Ucap Aira mengelus dada

“Iya kak, semoga saja kondisi bapak akan lebih baik kedepannya, bisa pulang dan kumpul lagi sama kita”

“Kamu besok kuliah kan?”

“Iya kak, aku ada matkul siang” Iyap, Aruna masih berstatus mahasiswi di sebuah perguruan tinggi

“Aku habis ini pulang ya? kasian bude kalau di titipin Cia lama lama” Ucap Aira

“Iya kak aman, kakak pulang saja, aku istirahat bisa besok pagi” Ucap Aruna tidak mempersalahkan hal itu, dia bisa tidur di mana saja, dia sendiri juga sudah ada janji dengan teman nya besok untuk berangkat ke kampus bersama, dia sebenarnya masih ada tugas sih.. tetapi bisa lah dikerjakan di rumah sakit memakai sistem kebut semalam.

Masih berlanjut, like dan komen yaa pembaca yang budiman🥰🥰🥰

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!