NovelToon NovelToon

Selir Modern

Latihan

Sepasang mata yang masih terpejam perlahan dituntut untuk terbuka oleh suara yang dari lembut hingga keras itu.

"Nessa!"

"Nessa Erlan Dallin Harrison!" Ketika nama lengkap itu disebut, mata itu akhirnya terbuka juga. Dengan napas yang sedikit tidak teratur karena nyawa belum terkumpul.

"Mommy...." Ucapnya pada wanita cantik yang sudah tegak pinggang itu.

"Mommy? Apa ini sungguh mommy?" Nyawanya yang sudah terkumpul membuat nya langsung memindai sosok di depannya. Matanya memastikan bahwa itu sungguh mommy nya, bukan apa-apa, sosok didepannya terlihat seperti dewi khayangan atau seorang ratu sebuah kerajaan.

"Iya, ini mommy. Mommy cantik kan? Cepat bangkit dan bergegas mandi!" Suara itu hanya sebentar lembut, karena selanjutnya kembali tegas.

"Mommy mau kemana dengan gaun seperti ini?" Nessa, putri Erlan dan Shera yang sudah tumbuh remaja.

"Kau akan tau sayang, cepatlah bergegas mandi dan ganti pakaian mu dengan itu." Kening Nessa semakin berkerut melihat gaun seperti mommy nya dengan warna yang berbeda.

"Apa kita akan ke pesta mommy? Atau Daddy sudah membuatkan kerajaan disini?" Nessa tau benar, bagaimana mommy nya diratukan oleh Daddy nya, setiap saat dia bisa melihat cinta dan kemesraan kedua orang tuanya itu.

"Ya Daddy mu sudah membuatkan kerajaan untuk mommy. Sekarang jangan bicara lagi, segera bersiap atau mommy... " Shera berbisik pada putrinya membuat Nessa langsung bangkit secepat mungkin dari tempat tidur.

"No mommy!" Teriak Nessa menuju kamar mandi.

"Sikap dan bicaranya seperti Daddy nya. Astaga...." Ucap Shera sambil memijat kepalanya.

"Kau panggil aku sayang?" Shera bisa melihat senyum narsis wajah tampan nan mempesona itu sudah berdiri di samping pintu.

"Tidak, kau salah dengar." Ucap Shera membuat senyum di wajah tampan itu semakin melebar."

"Oh ayolah... Istriku ini malu-malu? Kau sangat cantik dengan gaun ini. Kau seperti seorang dewi juga permaisuri." Erlan mendekat dan memeluk tubuh istrinya.

"Hentikan! Aku mau memberi latihan pada putri mu itu."

"Jangan terlalu keras sayang. Dia sudah bisa bela diri. Dia mempelajari semuanya dengan baik." Jelas Erlan yang tidak mengerti dengan maksud istrinya memberikan pelajaran tambahan dengan gaun seperti ini.

"Iya, tapi aku mau melihat kemampuannya. Hasil dari pelajaran yang kita berikan padanya. Jangan membelanya terus, atau jatah mu aku kurangi." Erlan langsung menelan ludah nya, mendengar kata jatah apalagi dikurangi mana bisa ia terima.

"Maksudku bukan begitu sayang. Aku tidak mempermasalahkan latihan mu. Aku juga mau melihatnya." Jelas Erlan tak lupa mengecup bibir istrinya.

"Ya sudah, ayo kita kesana." Erlan mengangguk setuju, dia tidak akan bicara lagi.

*****************

Erlan memperhatikan kedua wajah cantik yang sangat berharga baginya sudah berhadapan. Tak lupa dengan gaun yang sama melekat di tubuh mereka, sungguh seperti permaisuri dan juga tuan putri.

"Siap?" Jelas Shera pada putrinya.

"Mommy yang benar saja aku harus menggunakan...." Nessa tidak melanjutkan kata-katanya, dia langsung mengeluarkan tangkisan menahan serangan mommy nya.

Erlan cukup kaget dengan serangan istrinya pada putrinya. Serangan Shera terlihat seperti lambaian angin yang indah membuat selendang yang melingkar di pinggang istrinya terbang indah.

"Saat kau sudah berada dalam pertempuran, tidak ada lagi bicara. Melainkan tindakan, musuh tidak akan memberi waktu untuk berpikir. Mereka akan langsung menyerang musuh dan tidak memberi waktu untuk lawan. Kau harus siap dengan itu."

Shera melihat putrinya yang kaget dengan serangan mendadaknya. "Kau paham Nessa?"

"Ya mommy."

"Lawan aku!"

"Sayang, kurangi serangannya, Nessa sedikit kesulitan dengan gaunnya." Jelas Erlan, tapi istrinya tampak tidak peduli.

"Dalam bela diri, tidak ada kata sulit atau tidak siap! Harus siap dengan segala hal, dimana pertempuran, siapa lawan dan juga pakaian yang digunakan. Itu harus bisa diatasi, ketangkasan tidak akan terpengaruh oleh pakaian, karena itu dalam bela diri harus siap dengan itu!" Nessa terjungkal karena dia memijak selendang biru itu.

"Mommy."

"Tidak ada istirahat! Bangun Nessa! Kau harus bisa menyelesaikan masalah dalam waktu cepat. Kalau tidak senjata musuh akan menggores dirimu." Nessa terdiam melihat tatapan mommy nya yang tidak biasa.

"Bangun!" Mata itu terbuka seketika dan dia melihat langit-langit yang berbeda dari sebelumnya.

"Apa aku ketiduran? Rasanya aku masih istirahat sejenak di paviliun." Tubuh ramping itu bangkit untuk membuka pintu, tapi matanya justru membulat ketika melihat siapa yang ada dibalik pintu.

"Prajurit? Apa anak buah Daddy juga memakai pakaian kerajaan?"

"Anda sudah sadar nona Xiu fu."

"Xiu Fu?"

Bersambung......

Jangan lupa like komen dan favorit serta hadiah nya ya terimakasih banyak 🥰🙏🥰

Seorang Selir

"Xiu Fu?" Batin Nessa bertanya-tanya mengenai dimana dia saat ini.

Seorang wanita, bukan... Tepatnya lebih seorang gadis berkulit putih tak lupa dengan aksesoris kecil menghiasi rambutnya. Nessa tidak asing dengan aksesoris serta pakaian itu.

"Nona Xiu sudah sadar. Panggilkan tabib!" Ucapnya lagi menghampiri Nessa dan menggandeng tangannya.

"Duduklah Nona. Tabib akan memeriksa nona kembali." Jelasnya menuntun Nessa ke tempat tidur kembali.

"Kau.... Sshh." Nessa meringis memegangi kepalanya. Sebuah ingatan, langsung mengisi kepalanya.

Dia menjadi putri salah satu tuan tanah, tapi dia menjadi seorang selir diantara para selir di istana Dongya. Zaman dan kerajaan ini, para anak gadis akan diopor oleh keluarganya menjadi penghuni istana menjadi selir raja. Karena itu menjadi sebuah kebanggaan bagi keluarga itu. Tidak peduli sang anak akan setuju atau tidak, yang jelas, mereka pada akhirnya akan tetap masuk ke istana.

"Periksa keadaan Nona Xiu." Jelas gadis yang merupakan pelayan pribadi Xiu.

Nessa merasakan tangannya diperiksa dan juga kakinya. "Keadaan nona cukup baik, lukanya tidak besar ataupun berdarah lagi. Tapi akan lebih baik jika nona Xiu istirahat beberapa hari ini." Jelas tabib setelah memeriksa keadaan Xiu.

Sepanjang pemeriksaan, Nessa berpikir bagaimana dia bisa kesini. Jiwanya tersedot ke zaman ini dan tentunya dia juga teringat dengan keluarganya.

"Syukurlah." Ucap gadis muda itu.

"Ini ramuan untuk mempercepat penyembuhan luka nona Xiu." Tabib memberikan semangkuk ramuan dan langsung disambut baik.

"Terimakasih."

"Kalau begitu, hamba undur diri."

"Nona, bagaimana kalau sekarang Ning baluri ramuan nya?" Jelas gadis bernama Ning itu.

"Silakan." Ucap Nessa yang sekarang jadi Xiu itu.

Dia ingat bagaimana dia mendapatkan luka ini. Tentu saja masalah Harem yang membuat dia menjadi bulan-bulanan hanya karena status keluarga nya yang bukan dari kalangan menteri ataupun panglima.

'Kenapa aku tidak menempati tubuh yang ditakuti? Astaga.... Entah bagaimana cara ku untuk pulang sekarang, mommy.... Daddy... Kakak dan Nevan yang menyebalkan... Aku merindukanmu adikku.' Batin Nessa.

"Apa sakit nona??" Tanya Ning yang membuat Xiu menoleh.

"Tidak, aku rasa sudah cukup. Kau bisa kembali, atau mengurus yang lainnya." Jelas Xiu membuat Ning mengangguk saja.

"Baiklah Nona. Saya ada di depan." Jelas Ning sebelum pergi.

Tapi seiring langkah Ning yang menjauh, suara prajurit di depan juga ikut menggema.

"Selir Li memasuki ruangan." Seorang wanita dengan para dayang dibelakang nya muncul dengan senyuman manis tapi ada niat di dalamnya.

"Bagaimana keadaan mu selir Xiu? Aku prihatin mendengar kabar mu."

"Seperti yang selir Li lihat, aku masih bernapas saat ini. Luka kecil ini tidak berarti apa-apa bagiku." Jelas Xiu membuat selir Li mengangguk kecil.

"Aku senang mendengarnya. Aku tidak bisa berbuat banyak untuk hal ini. Aku sudah mengatakan pada selir lainnya." Ucapnya dengan wajah sendu.

'Pandai sekali dia bertopeng dua. Dia pikir aku masih Xiu yang lugu dan polos, heh!' Batin Xiu melihatnya.

'Rasanya ingin ku cakar wajah berlapis nya itu.'

"Lukamu cukup parah."

"Tidak masalah, ini luka kecil. Buktinya aku baik-baik saja. Dan aku sangat berterimakasih karena kedatangan selir Li kesini."

"Ning! Sajikan minuman untuk selir Li." Sambung Xiu yang membuat Ning langsung menjalankan tugasnya.

"Duduklah Selir Li."

"Ya, tapi aku tidak lama disini. Kau tau kan, kalau raja...." Ucapnya dengan tersenyum lebar semoga mengejek Xiu yang tidak diperhatikan.

"Oh, ya. Tapi setidaknya terimalah minuman di kediaman kecil ku ini." Jelas Xiu dengan manis.

"Baiklah, tidak masalah." Ning datang dengan minuman ditangannya. Dia menyajikan dengan hati-hati.

"Eh tunggu sebentar Selir Li." Tangan selir Li terhenti megambil minuman itu.

"Kenapa?"

"Akan lebih baik aku harus memastikan dulu kan." Xiu mengambil cangkir yang ada didepan selir Li dan meminumnya.

"Aman, silakan selir Li." Selir Li tampak terperangah dengan tindakan Xiu.

"Iya." Tapi lagi-lagi acara minum itu terhenti karena suara pengawal yang memberitahukan kedatangan sang penguasa.

"Raja Ming Tian memasuki ruangan!" Terlihat sosok gagah dengan mata tajamnya memasuki ruangan. Kedatangannya langsung disambut dengan senyuman manis selir Li, sedangkan Xiu terlibat biasa saja.

Dan tentu itu menarik perhatian Ming Tian. "Yang mulia... Selamat datang." Ucap selir Li memberikan salam.

"Pengawal mengatakan kau disini selir Li. Karena itu aku menghampiri mu." Jelas Ming Tian dengan ujung manik menatap Xiu.

"Ya, aku ingin melihat keadaan selir Xiu yang mulia."

"Sudah kan? Dia juga terlihat baik saat ini. Lagipula tidak ada asap kalau tidak ada api."

"Itu benar, tapi terkadang asap itu timbul bukan di tempat pembakaran nya." Jelas Xiu membuat Ming Tian menatap nya.

"Tapi aku ucapkan terimakasih atas kehadiran selir Li. Karena aku juga akan beristirahat, tabib bilang aku harus banyak istirahat."

Ning kaget bukan main, karena ucapan nona nya yang berarti mengusir sang raja.

Bersambung......

Jangan lupa like komen dan favorit serta hadiah nya terimakasih.

Keberanian

"Nona...." Ning ingin mengatakan sesuatu agar nona mengerti, tapi tampaknya semua sia-sia.

"Antar selir Li kembali Ning, dan juga raja. Karena aku ingin istirahat." Jelas Xiu yang tidak melihat tatapan mata yang menghunus pada nya saat ini.

Ning meneguk ludah nya beberapa kali dan berdoa agar nona nya tidak mendapatkan masalah, meksipun peluangnya kecil untuk itu.

"Apa kau tidak tau cara menghargai orang yang menjenguk mu? Atau begini ajaran kediaman mu sebelumnya?" Xiu membuka matanya yang baru saja terpejam.

"Raja.... Aku mengerti bagaimana cara menghargai orang lain. Apalagi dia memasuki kediaman ku. Bahkan siapapun yang punya mata, bisa melihatnya. Aku menyajikan teh hijau untuk selir Li, bukan begitu selir Li?" Jawab Xiu.

"Raja, itu....."

"Itu benar, raja bisa melihatnya. Dan ya, aku juga sudah memeriksa minuman itu sebelum disajikan. Raja juga bisa melihatnya, aku tidak melakukan hal yang tidak sopan disini. Ada lagi raja? Karena seperti yang kita ketahui... Raja memiliki waktu yang sangat penting, sia-sia dihabiskan dengan hal yang tidak penting. Raja mencari selir Li, sekarang sudah ketemu. Atau aku yang harus pergi dari sini? Mungkin raja dan selir Li ingin menghabiskan waktu disini?" Xiu bersiap bangkit dari tempat tidurnya.

"Aku tidak tertarik menghabiskan waktu disini, di kediaman mu. Bahkan satu ruangan dengan mu!" Jawab Ming Tian dengan tajam.

"Kalau begitu pergilah. Aku juga tidak mengharapkan apapun dari raja, sekarang." Semua orang di sana hanya bisa diam dengan tak percaya mendengar jawaban selir Xiu yang begitu berani pada raja.

"Selir Xiu, kau tidak sopan bicara pada raja." Ucap selir Li dengan pelan dan ekspresi nya yang membuat Xiu muak itu.

"Tidak sopan dari mana nya? Aku bicara yang sebenarnya. Waktu raja itu sangat berharga, dan raja hanya ingin mencari mu selir Li. Bukankah lebih baik agar persoalan kalian segera dimulai? Apa ada yang salah dari kata-kata ku?"

"Tidak perlu bicara lagi selir Li. Tidak ada gunanya, ayo kita pergi dari sini. Aku sangat sesak berada disini."

"Baik raja." Selir Li bangkit dari tempat duduknya dan berdiri di samping raja.

"Semoga cepat sembuh selir Xiu."

"Ayo! Dan sebaiknya kau tidak perlu kesini lagi. Bersikaplah seperti selir lainnya yang tidak berkunjung ke sini." Tapi ucapan Ming Tian sama sekali tidak membuat Xiu bereaksi sedih.

"Itu benar selir Li. Karena aku tidak akan sakit lagi. Dah!" Xiu tidak peduli dengan tatapan Ming Tian yang tidak hilang ketajaman nya. Dia justru melambaikan tangan pada keduanya dengan senyum kecil.

"Ning tutup pintu nya! Katakan pada pengawal agar tidak menerima tamu saat ini! Siapapun!" Jelas Xiu yang mengantuk.

"Baik nona." Pintu kediaman Xiu langsung tertutup, dan Ming Tian mendengar hal itu karena dia masih berada di sana. Tangannya terkepal mendengar kata-kata itu yang mengusir dan bersikap kurang ajar padanya.

"Beraninya dia.... Lihat saja, apa yang akan kau terima karena sikap mu ini, selir Xiu." Melihat kepalan tangan itu membuat hati selir Li senang sekali. Ia tersenyum kecil sejenak, sebelum kembali menetralkan wajahnya.

"Raja, jangan dipikirkan... Selir Xiu sedang sakit."

"Jangan bicarakan tentang dia lagi!"

****************

Hawa panas dari luar juga memberikan dampak ke dalam. Hal itu langsung memberikan efek pada Ning yang seperti cacing kepanasan saat ini.

"Berhentilah mondar-mandir Ning, ada apa dengan mu?" Tanya Xiu yang terganggu dengan tingkah gadis itu.

"Nona, hamba sangat takut...." Jelas Ning. Xiu langsung mengganti posisinya dengan tubuh selonjoran dan satu tangannya sebagai penyangga menghadap Ning di depan nya.

"Takut? Takut apa?" Tanya Xiu.

"Bagaimana kalau raja akan menghukum nona?" Jelas sekali raut ketakutan Ning.

"Kenapa dia akan menghukum ku? Aku tidak melakukan apapun."

"Nona, apa nona sadar.... Kata-kata Nona menyinggung yang mulia." Jelas Ning yang langsung membuat Xiu tertawa.

"Menyinggung? Ning... Aku tidak menyinggung nya, aku hanya bicara yang sebenarnya. Lagipula, aku diam pun, dia akan merasa tersinggung juga. Jadi sama saja kan?" Ning memperhatikan wajah santai dan ketenangan nona nya itu.

"Nona... Hamba merasa nona jadi berubah... Atau itu hanya perasaan hamba saja?" Xiu menghentikan tawanya, dia tersadar bagaimana raga yang ditempatinya ini.

"Perubahan itu perlu dilakukan Ning. Apa kau mau kita selalu diinjak-injak disini? Tidak dihargai? Tidak dihormati? Tidak didengarkan? Tidak dipedulikan?" Ning langsung menggeleng cepat.

"Tidak nona, hamba tidak mau nona selalu disakiti." Jelas Ning.

"Karena itulah aku harus berubah mulai saat ini. Ada kalanya kita harus bersikap baik dan ada kalanya kita juga harus bersikap tegas. Jika itu salah, kenapa kita diam saja? Mereka akan semakin senang dengan itu. Kejahatan harus dilawan Ning, hanya dengan itu para penjahat akan mengerti. Kau paham?" Ning mengangguk ragu.

"Tapi Nona, mereka....."

"Mereka banyak dan memliki kuasa yang melindungi mereka. Dan aku tidak. Kau khawatir akan itu?" Ning mengangguk.

"Kau bersama ku, itu cukup. Jangan khawatir, kau dengarkan aku dari sekarang.... Lakukan yang aku katakan dan jangan lakukan yang aku larang. Kau mengerti? Kau percaya padaku kan Ning?"

"Iya Nona, hamba percaya nona. Hamba tidak ingin nona disakiti lagi."

"Bagus, aku senang mendengarnya. Sekarang jangan ganggu aku. Aku mau tidur." Jelas Xiu yang kembali bergelung dalam selimut.

************

Jika ketenangan menghiasi kediaman Xiu, maka situasi sebaliknya sedang terjadi di ruang pertemuan itu.

Para menteri, panglima dan penasehat sedang berkumpul saat ini membahas situasi yang terjadi di kerajaan. "Para nelayan mengalami kesulitan karena badai yang mulia. Itu membuat penghasilan mereka berkurang karena tidak ada ikan yang ditangkap." Jelas salah satu menteri.

"Jika ini terus berlanjut, maka....." Meksipun telinga nya sedang mendengar saat ini, tapi kepalanya sedang memikirkan hal lain.

'Beraninya dia menjawab ku. Dia mengusir ku! Beraninya dia! Xiu!!!' Suara meja yang dipukul membuat Mentri langsung menghentikan pembicaraan nya.

Bersambung.......

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!