...DARREN CULLEN ...
...GEYARA EUIS...
...ARKA...
...TINI...
...GISEL...
...IRGO...
HAI READERS!👋🙃
Aku mau kenalin tokoh-tokoh buat cerita baru aku ya. Jangan lupa dibaca loh.
Kalo ada yang mau kasih saran juga silahkan, atau mau kritik juga nggak apa-apa. Karena aku perlu banyak belajar. Singkatnya cerita ini dibuat dengan sudut pandang budaya barat. Banyak adegan dewasanya. Jadi kalau ada yang ngerasa risih bacanya langsung di skip aja ya. semoga kalian suka dengan cerita baruku.
Selamat membaca semuanya😉
JANGAN LUPA LIKE, COMENT & VOTE!
"Darren, pokoknya mama tidak mau tahu. Kamu harus terima pertunangan ini titik!" seru seorang wanita tua berpenampilan elegan.
Sementara laki-laki yang dia ajak bicara duduk di depannya dengan gaya cuek sekali. Seolah tidak peduli sang mama bicara sampai mulutnya bergabu sekalipun.
Lika, mamanya. Wanita itu berdiri dengan kesal ingin merebut i-pad dari tangan sang putra, namun salah satu pembantu mereka tidak sengaja menginjak sesuatu dan badannya terhuyung ke depan bersama gelas yang dia pegang.
Pelayan muda itu adalah Geyara, orang-orang memanggilnya Yara. Gadis itu terjatuh menimpa laki-laki yang sedang duduk di sofa dengan mata fokus menatap ke i-pad ditangannya.
Darren kaget. Tubuhnya basah akibat air dalam gelas mengenainya. I-pad-nya jatuh ke lantai. Dan sekarang, dirinya di tindih oleh seorang pembantu. Sial, laki-laki itu nampak sangat marah. Ia mengusap wajahnya kasar dan bersiap-siap membentak si pembantu. Namun mulutnya kembali terkatup begitu tatapannya bertemu dengan pemilik mata cokelat yang masih menindih tubuhnya tersebut.
Cantik.
Satu kata yang muncul dalam pikiran Darren. Ia sudah biasa melihat wanita cantik, namun yang ini cantiknya lain sekali. Kecantikan yang membuatnya terpana dan ingin mencicipi seperti apa rasanya. Lihat badannya, dadanya besar. Darren bisa menilai hanya dengan melihat dari luar.
Dia pembantu baru?
"Apa-apaan ini? Hei, berdiri kamu! Berani sekali kamu dekat-dekat dengan putra saya!"
Suara lantang Lika menyadarkan Yara. Gadis itu cepat-cepat berdiri dari atas tubuh tuan mudanya dan menunduk takut-takut. Terutama takut di pecat.
Yara berdoa dalam hati agar ia tidak di pecat. Hari ini adalah hari pertamanya kerja di sini, dia ingin mencari uang untuk membantu biaya kuliah kakaknya. Terutama karena dia merasa berhutang.
"Pembantu tidak berguna, apa kau tidak diajarkan cara bekerja sebagai pembantu? Kau dibayar mahal di sini untuk bekerja, bukan lalai dari pekerjaanmu. Bagaimana kalau air tadi itu air panas dan tubuh anak saya terluka. Memangnya kau bisa ganti rugi?!" cara bicara Lika sangat kasar.
Darren menghela napas, wanita yang ia panggil mama itu selalu saja seperti itu. Lebay. Pandangan pria itu kembali ke gadis manis yang tengah dimarahi. Gadis itu menunduk takut-takut. Sesekali ia meminta maaf kepada mamanya.
Tatapan Darrel begitu intens. Tidak ada siapa-siapa di teras belakang ini. Hanya mereka, jadi Darren dengan bisa dengan leluasa menatap apa yang ingin dia tatap. Gadis itu memakai seragam pembantu. Di kediaman mereka semua pelayan baik tua maupun muda diharuskan mengenakan seragam pembantu. Agar saat ada orang yang datang atau ada acara yang diselenggarakan oleh keluarga mereka, bisa dibedakan mana pembantu dan mana yang tamu. Sebenarnya walau tidak mengenakan seragam sudah keliatan sih, tapi mamanya saja yang ngotot ingin semua pembantu mereka mengenakan seragam.
Mata Darren turun ke kaki gadis itu. Betisnya indah sekali. Tubuhnya berisi tapi tidak gemuk. Persis seperti selera Darren. Terutama dadanya. Darren menyandarkan badannya ke punggung sofa tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun.
Ia belum pernah tertarik pada perempuan seperti sekarang. Mamanya sudah berkali-kali mengatur kencan buta untuknya, tapi tidak ada satupun dari mereka yang berhasil mencuri hatinya. Darren tidak pernah tidur dengan perempuan, tapi batangnya dimanjakan oleh perempuan yang dia bayar pernah. Alasan dia tidak mau meniduri sembarangan perempuan karena ia tidak mau terjangkit penyakit kelamin.
Dan hari ini, ia menemukan seseorang yang sangat ingin ia sentuh. Darren tersenyum menyeringai.
"Darren, Darren! Kau dengar mama tidak sih?" Lika berkacak pinggang di depan putranya.
Darren bergeming. Gadis pelayan tadi sudah menghilang entah kemana. Darren sedikit kecewa tidak bisa melihatnya lagi, tapi akan dia cari nanti.
"Mama cerewet sekali sih. Gadis tadi tidak sengaja jatuh ke tubuhku, mama tidak perlu semarah itu padanya." Lika melotot.
"Kau membela seorang pelayan?" serbunya tidak terima.
"Bukan membela ma, mama yang terlalu berlebihan."
"Halah, mama tidak peduli. Dia itu cuma seorang pembantu di sini. Kalau kerjanya tidak benar harus ditegur keras, bersyukur tidak mama pecat. Sebaliknya kamu, sampai kapan kamu mau hidup sendiri tanpa istri? Kamu itu sudah mau kepala tiga."
"Astaga, umurku baru dua puluh tujuh tahun ma."
"Itu sudah tua Darren, kalau kamu tidak menikah-menikah juga, kapan mama bisa gendong cucu mama?"
Darren memutar bola matanya malas. Ia memilih berdiri dari situ dan pergi.
"Mau kemana kamu?"
"Ganti baju, lalu keluar sama teman-temanku."
Lika membuang nafas kesal.
"Astaga anak itu. Sudah sebesar ini kerja dikantor papanya tidak mau, menikah juga tidak mau, justru hobi balap-balapan. Bagaimana aku bisa melahirkan anak durhaka sepertinya?"
____________________
Ketika Darren mencapai pintu kamarnya, dua orang pelayan muda muncul di sana dan berdiri di dekatnya.
"Sore tuan muda, ka ... Kami ke sini mau membersihkan kamar tuan muda."
Darren bernapas kasar. Dia paling tidak suka ada pembantu yang masuk dalam kamarnya di saat dirinya ada di dalam.
"Kau bodoh atau ..." lagi-lagi ucapan Darrel terhenti saat menolehkan wajahnya ke samping dan melihat sosok gadis yang sukses membangkitkan hasratnya tadi.
Yang bicara bukan gadis itu, tapi temannya. Gadis itu hanya menunduk diam.
"Kalian berdua yang bertugas bersih-bersih kamarku?" ia bertanya kemudian.
"Biasanya saya dan Indah tuan muda, tapi sekarang Indah sudah dipindahkan ke tempat lain jadi sudah ganti sama pelayan yang baru baru."
Oh, benar rupanya gadis ini baru bekerja di sini.
"Dengar, mulai hari ini hanya satu orang yang boleh masuk ke kamarku. Aku tidak suka kalian masuk beramai-ramai. Kau," Darren menunjuk gadis yang bicara tadi.
"Jadwalmu membersihkan kamarku jam delapan pagi setelah aku keluar rumah. Dan kau, angkat wajahmu." pandangan Darrel berpindah ke gadis yang satunya lagi.
Yara mengangkat wajahnya perlahan. Ia masih takut majikan mudanya itu akan memarahinya perihal kejadian tadi, akibat dia ceroboh hingga jatuh menindih pria itu.
"Kau akan membersihkan kamarku sebelum jam delapan malam." lelaki itu sengaja mengaturnya. Dia beruntung sekali hari ini, gadis itu datang dengan sendirinya.
"Kalian paham?"
"Pa ... Paham tuan muda."
"Ya sudah, kau masuklah. Aku memberimu waktu satu jam membersihkan kamarku." Darren menatap Yara.
Yara pun melirik temannya sebentar, setelah temannya itu turun, Geyara baru masuk. Di lantai tiga tersebut hanya ada satu kamar. Dan kamar itu ditempati oleh Darren seorang.
Darren ikut masuk ke dalam kamar. Ia memilih duduk di sofa kamarnya karena gadis itu sedang membersihkan tempat tidurnya. Pria itu menikmati keindahan tubuh sang pembantu dari belakang.
"Siapa namamu?" tanyanya kemudian.
"Tu .. tuan muda bertanya pada saya?"
Yara menolehkan wajahnya ke belakang dan balik bertanya dengan malu-malu. Ujung bibir Darren berkerut.
"Menurutmu? Memangnya ada orang lain di sini selain dirimu?"
Ah benar. Yara merutuki kebodohannya. Salahkan anak majikannya yang terlalu tampan hingga membuatnya tidak fokus bekerja. Sebagai perempuan normal, dirinya tidak bisa berbohong. Mata tidak bisa menipu. Anak majikannya memang tampan sekali. Dan tatapan laki-laki itu ...
Ya ampun, Yara merasa tatapan itu seolah menelan-jangi dirinya.
"Sekali lagi aku tanya, siapa namamu?"
"Geyara. Ta, tapi orang-orang memanggilku Yara."
"Geyara, Yara." Darren menyebut pelan nama itu. Nama yang bagus. Tidak terdengar kampungan.
"Berapa umurmu?"
"Dua puluh tahun."
Ternyata tujuh tahun lebih muda darinya. Tapi umurnya sudah legal. Darren suka perempuan yang lebih muda darinya, karena gampang di atur. Apalagi yang masih polos begini. Keliatan sekali belum lama keluar dari kampung. Sikap malu-malunya sangat menarik bagi Darren, menantangnya untuk mencoba yang jauh lebih berani lagi.
Kalau tadi gadis itu bilang umurnya baru enam belas atau tujuh belas tahun, Darren akan pikir-pikir dulu. Tapi dua puluh tahun sudah pas untuknya bermain-main dengan gadis menarik ini.
Suasana kembali hening. Untung mengatasi rasa canggung dalam ruangan itu, Yara melanjutkan pekerjaannya. Merapikan tempat tidur. Ia tidak sadar tuan mudanya berdiri dan melangkah perlahan ke arahnya.
"Sudah punya pacar?" bisikan serak di telinga kirinya membuatnya terkesiap dan hampir melompat saking kagetnya. Namun laki-laki itu menahan tubuhnya dari belakang.
Yara menelan ludah. Rasa gugupnya makin menjadi-jadi. Pasalnya tubuh lelaki itu menempel di belakangnya. Jarak mereka intens sekali. Dan pertanyaannya tadi, kenapa ia bertanya begitu pada seorang pembantu? Kenapa juga badannya harus sampai menempel begini. Yara merasa tidak leluasa.
"Sudah punya pacar belum?" bisikan serak itu kembali terdengar di telinga Yara.
"Sa_Saya ada tunangan dikampung tuan muda."
"Oh, kalau begitu aku ganti pertanyaanku. Apa kau dan tunanganmu sudah melakukannya?"
"Maksud tuan muda?" Yara tidak mengerti. Darrel juga tidak tahu apa gadis ini hanya pura-pura polos atau beneran polos.
"Tunanganmu itu sudah pernah menyentuhmu di sini?" dengan lancangnya tangan Darren naik dan menyentuh dada kiri Geyara dari luar seragam pembantunya.
Geyara melotot kaget. Dia syok. Ini pertama kalinya orang lain menyentuh bagian itu. Laki-laki pula.
"Tu ... Tuan muda," Darren tidak peduli. Tangannya makin lancang, kini jemari itu bergerak dari luar meremas dengan keras. Yara mencoba mendorong tangan pria itu, namun tidak berhasil.
"Tunanganmu sudah pernah menyentuhmu di sini atau belum?"
Yara menggeleng menahan tangis. Ia tidak bisa berteriak. Sebelum bekerja di sini kakaknya sudah pernah memberinya peringatan harus bekerja dengan baik, jangan sampai dipecat. Biaya kuliah sang kakak bergantung pada pekerjaannya ini. Kalau sampai dia di pecat, berarti dia adalah adik yang menghancurkan impian kakaknya.
"Kalau di sini?" tangan Darren turun ke bawah, masuk ke dalam rok Yara dan mengusap di sela pahanya.
"Tuan muda!" ketakutan Yara semakin menjadi-jadi.
"Ssstt ... Tenang, nanti yang lain dengar. Kau tahu kalau seorang pembantu kedapatan berbuat sesuatu dengan majikannya, yang akan dituduh menggoda adalah pembantunya kan?" Darren menyeringai melihat gadis di depannya ini yang tiba-tiba diam. Gampang sekali dibodohi. Padahal tembok kamar ini kedap suara. Tak ada satu pun yang akan mendengar suara teriakannya dari luar kalau pintu terkunci rapat.
"Dari sikapmu yang polos begini, keliatannya kau masih suci." pria itu bergumam lagi. Yara hanya diam membisu sambil terus berdoa dalam hatinya supaya tuan mudanya ini tidak bertindak semakin jauh.
"Bagaimana kalau aku mengajarimu cara memuaskan laki-laki yang kau suka? Tapi pertama-tama kau harus merasakan dulu kenikmatan disentuh laki-laki itu seperti apa." bisik Darren makin tidak menahan untuk menyentuh gadis ini.
Lelaki itu sengaja menggoda dengan meniup telinga Yara, lalu mengecup daun telinganya. Yara menggigil seketika.
"Ja ... Jangan begini tuan muda ahh ..." tanpa aba-aba tangan Darren sudah masuk ke dalam benda segitiga yang menutupi area terlarang Yara dan mengusap-usap di bawah sana dengan gerakan cepat.
"Aku suka yang masih ada bulunya begini." gumam pria itu. Yara malu sekali.
Rasa takut membanjiri dirinya. Air matanya jatuh. Namun setiap godaan dan usapan tangan anak majikannya ini membuatnya tidak bisa menahan desa-han. Usapan tangan itu memberikan sebuah rasa nikmat yang tidak dapat ia ungkapkan. Membuatnya merasa seperti wanita panggilan.
"Jangan gigit bibirmu, mende-sah saja. Aku ingin dengar suara seksimu manis," ucap Darren. Memang benar dia ingin mendengar suara seksi gadis ini saat ia mempermainkannya.
Yara tetap diam. Tidak, dia tidak boleh mengeluarkan suara. Nanti laki-laki ini mengira dia menyukai apa yang laki-laki ini perbuat terhadapnya.
Dari belakang Darren tersenyum miring. Ia pun menambah kecepatan tangannya. Menggosok benda yang berbentuk seperti kacang itu dengan kecepatan tinggi.
Kita lihat saja setelah ini kau akan tetap diam atau tidak.
Mata Yara melebar. Badannya bergoyang-goyang. Tangannya meremas lengan Darren kuat-kuat. Ia merasakan sesuatu akan meledak keluar dari dalam tubuhnya. Sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
"Ahhhh ..." Ia mengerang panjang begitu puncaknya datang. Tubuhnya bergetar hebat di depan Darren. Ia merasa celana da-lamnya sudah basah.
Di belakangnya Darren tersenyum puas. Biasanya dia tidak pernah berinisiatif menyentuh wanita lebih dulu begini. Tapi dia rasa gadis ini lain, kalau tidak di sentuh lebih dulu, dirinya pasti tidak akan pernah mendapatkan apa yang dia inginkan.
"Lihat, kau suka. Yang tadi itu enak bukan?"
Suara Darren menyadarkan Yara. Gadis itu tidak mau menatap laki-laki itu. Belum pernah ada laki-laki lain yang menyentuh bagian sensitifnya seperti tadi. Dia malu sekali dan merasa dilecehkan.
"Tatap aku,"
Darren menyentuh wajah Yara dan membuat gadis itu menoleh menatapnya.
"Mulai hari ini, kau harus mau melakukan apa pun yang aku inginkan. Aku ingin kau jadi pelayan ranjangku. Kau akan melayaniku kapan pun aku mau. Sebaliknya aku akan memberimu kemewahan. Tapi kau tenang saja, aku tidak akan mengambil keperawananmu tanpa persetujuanmu. Aku bisa menunggu."
Yara menggeleng kuat.
"Tidak, tuan muda ... Saya ..."
"Lihat ke sana," Darren menunjuk ke sudut kanan atas.
Cctv?
Yara kaget. Ternyata ada cctv di kamar ini.
"Aku sengaja memasangnya untuk berjaga-jaga seandainya ada maling masuk ke sini. Kalau kau tidak ingin video tadi sampai pada keluarga dan tunanganmu, kau harus menuruti semua keinginanku."
Jahat, laki-laki jahat. Percuma punya wajah tampan dan terhormat.
"Tapi tadi tuan muda yang ..."
"Memaksamu? Tapi kau juga menikmatinya tadi. Desa-hanmu sangat kuat."
Wajah Yara berubah drastis. Ia mendorong Darren dan berlari keluar dari kamar itu. Meninggalkan Darren yang tersenyum menyeringai. Setelah sekian lama, akhirnya dia dapat perempuan yang berhasil membangkitkan kembali hasratnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!