Seorang gadis cantik berseragam SMA dengan nama tag 'Alena' sedang bergelayut manja di lengan pria tampan datar dan dingin. mereka sekarang sedang berada di kantin sekolah 'MANGGALA HIGHT SCHOOL"
" Tala sayang, Ale mau makan itu suapin ya ya!" Wajah cantik dengan puppy eyes mengemaskan membuat para penghuni kantin menelan ludah. Mereka sudah tau tabiat cowok yang di panggil Tala, tapi mereka juga kagum dengan Alena yang dari dulu sangat berani dekat dengan cowok tersebut.
"makan sendiri!!" jawabnya dengan suara datar sambil menggeser tangan Alena agar menjauh darinya.
Gentala Wiliam Manggala, pesona tuan muda yang dingin dan tak tersentuh terpancar dari dirinya. Aura menakutkan bagi siapa saja yang melihatnya kecuali Alena.
"nggak mau, Ale mau di suapin ya ya ya" Alena kembali membujuk membuat wiliam geram.
Brakkk
Wiliam menggebrak meja kantin, dia berdiri dan pergi meninggalkan Alena, tapi tak lama kemudian gadis itu berlari menyusuli langkah panjangnya.
Alena menghentikan langkahnya saat melihat seorang gadis dengan malu malu memberi Wiliam bunga dan cokelat. wajah geram dan penuh amarah Alena tunjukan menandai gadis tersebut. Wiliam berlalu, dia membuang cokelat dan bunga tadi ke tong sampah. Langkah lebar tapi menenangkan itu kini menuju rooftop. Alena tidak lagi mengikuti Wiliam, dia mendekati gadis tadi dan membaca nama tagnya.
"Sella!" Ujar Alena dengan tatapan sinis membuat gadis bernama Sella itu ketakutan.Bukan hal tabu lagi di sekolah ini bahwa Alena akan selalu membully siapapun yang berani memberi sesuatu pada Gentalanya.
"Maaf kak Alena, aku tidak bermaksud, a-aku ha-hanya mau me-menyampaikan bahwa aku menyukai kak Wiliam sedari dulu ju-juga" Saking takutnya, Sela menjawab dengan kalimat tergagap
"hmm kau menyukainya?" pertanyaan yang mengandung banyak arti. Alena menatap sinis.
" i-ya aku menyukainya,, apa kau mau memberikannya padaku?" dengan sedikit berani Sella menyampaikan itu.
"nyalimu cukup bagus, kau bisa mendapatinya tapi__" kalimat Alena terjeda, dia memandang sella dengan raut tak terbaca. Di lihatnya sella dari bawah sampai atas, dalam hati Alena seolah berkata bahwa wanita di depannya tidak ada apa di banding dirinya.
"tapi apa?" tanya Sella lagi, hilang sudah ketakutannya untuk sementara
"kau ikut denganku!!" Alena melangkah dengan cepat dan di ikuti oleh Sella menuju halaman belakang. kembali wajah sella sudah pucat pasi, pasalnya dia sangat tahu tempat keramat di halaman belakang sekolah. Alena selalu membully para siswi yang dengan berani mendekati Gentalanya.
"kak Ale, ma maafkan a aku" ujar Sella lirih dengan wajah pucat penuh ketakutan.
"kamu kenapa??" wajah cantik sok polos Alena malah berkesan lebih menakutkan.
"kamu menyukainya kan?? aku tidak melarangmu atau siapapun menyukainya, tapi satu hal yang salah dari sikapmu tadi,, kau benar benar punya nyali memberinya cokelat, hmm!" Seringai tipis dari wajah cantik Alena nampak, dia berjalan mendekat sementara Sella kini mundur ke belakang sampai tubuhnya mepet di tembok.
"ja-jangan kak Alena!! tolong hentikan.." Sella gelagapan, Alena menarik rambut sella yang tergerai indah.
"aku tidak suka ada yang berani,, selamanya dia akan menjadi milikku, tidak ada yang boleh memilikinya selain aku" bukan lagi rahasia umum bahwa Alena tidak akan segan melukai siapapun jika itu tentang Gentala wiliam, hanya dia satu satunya wanita yang berani menempeli wiliam walau sering di acuhkan. Entah cinta atau obsesi yang jelas Alena sudah mengejar wiliam dari kecil. Gadis cantik itu melakukan berbagai cara agar selalu berada di dekat wiliam padahal sejatinya wiliam tidak pernah menganggap kehadirannya.
Alena menjambak rambut Sella, wajah gadis malang itu sudah di penuhi bengkak akibat tamparan keras yang Alena berikan.Setelah puas dan melihat Sella lemas, Alena tanpa rasa bersalah pergi menuju rooftop dengan wajah merah padam masih di kuasai emosi.
.
.
Wajah Alena berubah menjadi berseri setelah sampai di rooftop, mata cantik itu memandang penuh puja pada sosok Gentala Wiliam Manggala yang tengah berdiri membelakanginya. Kehadiran Alena disana seolah angin lalu bagi pria cool dan tenang itu.
"Tala sayang,," Suara manja Alena masuk begitu saja dalam telinga Wiliam membuat pria itu muak. Setiap hari laki laki yang pada dasarnya kejam dan dingin harus menghadapi tingkah gila Alena yang di luar batas. Dengan berani Alena memeluk Wiliam dari belakang, tapi dengan kasar Wiliam melepaskan pelukan itu tanpa mengalihkan pandangannya.
"kapan?" Suara dingin dan sangat jantan itu terdengar.
"kapan apa?? kapan kita jadiannya?? hari ini juga boleh!!" Dengan tingkat kepercayaan diri yang sangat tinggi Alena menjawab pertanyaan ambigu dari Wiliam.
"kapan kau berhenti menyakiti mereka?" Wiliam memperjelas pertanyaannya tapi masih di bilang umum.
"aku akan berbuat seperti itu jika mereka berani merebutmu dariku" jawab Alena masih dengan tangan melingkari perut Wiliam dari belakang.
"sampai kapan pun aku tidak akan pernah mau bersama gadis sepertimu!!!" Suara tenang namun dengan tegas dia selalu menolak Alena setiap harinya.
"Tala sayang,, kamu bisa menolaknya sekarang, tapi aku tidak akan pernah menyerah mengejarmu bahkan sampai mati pun" Alena yang keras kepala tidak pernah merasa putus asa meskipun sudah berkali kali Wiliam menolaknya dengan cara kasar.
"kau menyakiti mereka sialan!!!" Wiliam tidak melihat ke arahnya sama sekali. tidak salah lagi, Wiliam kerap kali menyaksikan tindakan kekerasan Alena di halaman belakang. Tadi saat Alena menyiksa Sella, Wiliam melihatnya dari rooftop.
"aku tidak peduli,, aku bahkan bisa membunuh mereka jika masih nekat mendekatimu" kepala batu, julukan yang pantas untuk gadis mungil tapi bar bar ini. dia gadis yang tidak punya urat malu, sudah sering di maki dan di kasari sedari dulu oleh Wiliam tapi dia mana peduli. Kesenangannya adalah menganggu ketenangan wiliam dan melecehkan pria tampan itu.
"menyerah lah, Sampai kapan aku tidak akan pernah menganggapmu ada,, kau camkan itu!!!!" Wiliam melepaskan pelukan Alena dengan kasar lalu melangkah keluar dengan tegap dan tegas.
"hatimu sangat keras,, entah kenapa aku bisa tergila gila pada pria modelan kayak kamu sayang.." lirih Alena masih memandangi punggung tegap Gentalanya yang sudah mulai hilang dari pandangannya.
dretttt
dretttt
dretttt
ponsel Alena berdering, mendapati telpon dari sahabatnya.
"Ale kamu dimana?" tanya orang itu dari seberang sana.
"rooftop, kenapa?"
"aku kesana sekarang!" sambungan telpon putus, Alena menghela napas menunggu sahabat pecicilannya. tak berselang lama datanglah pria yang juga tampan menghampiri Alena dengan senyum menjahili.
"kasian disini sendirian,," Vallerio Drakosta, Sahabat satu satunya yang Alena punya di sekolah ini.Alena tidak bersahabat dengan perempuan karena baginya banyak yang munafik.
"ada apa?" Alena tidak menggubris nada mengejek dari Vellerio, dia fokus bertanya alasan pria itu menemuinya sekarang karena bisa saja mereka bertemu di kelas selanjutnya.
"bentar malam ikut balapan liar ya,," Bujuk Vallerio dengan nada memelas, mencoba merayu Alena.
"No, aku sedang tidak mood!" Jawab gadis itu dengan datar. Alena selalu datar dan dingin jika berbicara dengan orang lain, aura mengintimidasi dari gadis ini sangat pekat, tapi jika sedang bersama Gentalanya, semua itu akan hilang berganti dengan mode manja dan bar bar.
"ayolah Ale, please bantu bestie mu yang tampan dari segala penjuru bumi ini,, ya ya ya" dengan nada membujuk halus Vallerio masih kekeuh memaksa.
"taruhannya fantastis, kalau kau menang lagi kita akan bagi dua, gimana? bantu akulah bestie,, uang saku sahabatmu sudah menipis"
"Enggak mau dan enggak peduli titik,, semoga cepat jadi gelandang!!" dengan Sadis gadis cantik itu berujar, jawaban yang sangat tidak di inginkan oleh Vallerio.
" Gentala akan datang!" suara yang cukup keras, membuat mata penuh binar Alena layangkan pada Vallerio.
"Serius?" Dengan sorot tajam Alena bertanya butuh kejelasan, sementara Vallerio menelan ludah dengan susah payah. Bagaimana bisa dia membawa Wiliam ke tempat balapan sementara pria tersebut selama ini auranya sangat kejam dan dingin. Satu satunya orang yang berani mendekati pria keturunan Manggala itu hanya Alena.
"aku akan berusaha,, Gentalamu pasti datang" jawab Vallerio yakin walau dia terus merapal doa dalam hatinya.
"kalau dia tidak datang, aku tidak akan ikut dalam balapan" final Alena, kemudian pergi dari rooftop menuju kelas dimana sang incaran berada.
___
Alena melajukan motor gedenya ke arena balapan, tapi sebelum itu matanya terus mencari sosok yang dia dambakan untuk hadir disana. Alena menepikan motor ke sisi kiri jalan yang agak sepi, menunggu untuk beberapa saat namum apa yang dia harapkan tak kunjung terlihat batang hidungnya. Alena mengepalkan tangannya, demi apapun saat ini dia ingin memakan Vallerio habis habisan, pria gila itu telah menipunya.
Alena hendak berbalik, menyalakan kembali motor gede kesayangannya yang dia beri nama BlackQueen, nama yang sangat cocok dengan aksi erotisnya di jalanan di temani oleh motor warna hitam itu.
"sialan dia benar benar menipuku!!" umpat Alena sebelum memasangkan kembali helm ful facenya. tapi beberapa saat setelahnya dengan napas yang masih memburu Vallerio datang menghampiri Alena.
"jangan,, jangan pergi dulu please!!" Vallerio memohon dengan suara yang masih terdengar ngos ngosan.
"kau menipuku??" Alena berdecak, alhasil helm yang sudah berniat dia pakai kini melayang di punggung Vallerio membuat sang empunya kesakitan.
"Ale, kau selalu melakukan tindakan kekerasan, sahabat macam apa ini" wajah Vallerio memelas, begitulah setiap harinya dia selalu mendapatkan tindak kekerasan dari gadis bar bar disampingnya. Tapi walau begitu, persahabatan keduanya sangat awet, Vallerio sangat menyayangi Alena.
"awas, aku mau pulang,, dia nggak datang kan" Vallerio menghalanginya, dia tidak mau Alena pulang begitu saja tanpa mengikuti balapan ini, Vallerio sudah sangat yakin bahwa Alena kali ini pasti akan menang kembali.
"dia datang, kau sabarlah sedikit " Sambil mengigit bibir bawahnya karena cemas memikirkan nyawanya untuk esok hari, Vallerio sempat sempatnya merapalkan doa dalam hati.
tak berapa lama kemudian terlihat mobil sport mewah milik Wiliam yang sangat mencolok malam ini. Dengan sangat tenang pria itu keluar dari mobil dengan aura yang membuat banyak wanita mengantri untuk menjadi pacarnya, Wajah tampan tanpa ekspresi itu kini berjalan tenang sambil matanya mencari seseorang yang tengah membuatnya ke tempat ini. tidak berapa lama Wiliam menemukan objek yang dia cari. Sementara Vallerio yang melihat Wiliam mendekat ke arah mereka, dengan cepat pria itu berlalu membiarkan Alena yang menanggung sendiri kemarahan Wiliam.
"sangattt berani!" kalimat dengan penuh tekanan dan nada yang cukup menghunus membuat Alena menelan ludah dengan susah payah. Dari cara Wiliam menghampirinya sudah terlihat jelas di matanya bahwa pria itu sedang menahan marah tapi berusaha untuk tetap tenang.
"kau datang sayanggg..." Masih ada keberanian, Alena turun dari motor gedenya dengan sangat elegant lalu menghambur dalam pelukan Wiliam. sementara yang di peluk tambah geram.
"kau sangat murahan!" kata kasar terus di keluarkan dari mulut pria tampan itu tapi semuanya tidak akan mempan di Alena. gadis yang keras kepala, Sungguh Alena memang tidak punya sedikit pun urat malu. Secinta itu dia sama Wiliam, sampai menerima semua perlakuan kasar dari pria yang seringkali dia klaim Gentalanya.
"kau mencemaskanku, hmm.." dia masih kekeuh memeluk tubuh tegap nan atletis itu, aroma parfum yang menyeruak dari tubuh Wiliam membuat Alena selalu merasa nyaman.
"atas dasar apa kau berani menjadikanku bahan taruhanmu?" setelah tadi berbicara dengan kalimat yang terlampau umum, kini Alena tahu mengapa Wiliam datang kesini, rupanya Vellerio telah membuat cerita bahwa balapan kali ini Alena akan menjadikan Wiliam pertaruhannya. tapi semua itu tidak Alena ketahui, Vallerio merencanakannya sendiri hanya agar Wiliam datang untuk sekedar memenuhi persyaratan yang tadi siang mereka berdua sepakati.
"aku nggak melakukan itu sayang,, Vallerio yang melakukannya " dengan mode manja Alena mengeratkan pelukannya. Wiliam tidak lagi mempermasalahkannya, dia melepaskan pelukan dari Alena lalu kembali lagi ke mobil mewahnya. Wiliam melempar sesuatu yang dia ambil dari saku jaket, dia tersenyum tipis kemudian melajukan mobil mahal itu.
...----------------...
sementara di sini Alena bingung sendiri mencari kunci motor Blackqueennya yang hilang entah kemana. dia berkali kali menanyakan kepada Vallerio tapi jawaban dari Vallerio tetap sama pasalnya pria itupun sama sekali tidak tahu. Alena dan Vallerio mencari di sekitar tapi tidak ketemu, Alhasil Alena meminjam motor Vallerio untuk balapan.
Yang terpenting dia sudah melihat Wiliam datang walau pria itu sudah balik, Alena masih bersemangat untuk ikut balapan.
.
.
Wiliam pulang ke mansion keluarga, dengan langkah panjang dia pergi ke kamarnya untuk segera membersihkan diri. Selesai mandi dia membuka ponselnya, terlihat banyak sekali pesan masuk dari Alena yang setiap hari menganti nomor hanya karena Wiliam selalu memblokir nomornya.
+6282xxxxxxxxx
sayang!!!!
tala sayang, Ale mau cerita
kunci motor Ale hilang
apa Ale nggak usah balapan aja kali ya
tapi nggak papa deh, Ale pinjam motor vallerio aja
ale menang balapan lagi yeyyy,, loveyou Gentala sayang, mimpi indah ya
begitulah kira kira isi pesan random dari Alena yang dengan bodohnya Wiliam masih mau membaca. Raut wajah yang awalnya senang mendapati pesan bahwa kunci motornya hilang, kini wajah Wiliam berubah masam setelah membaca kalimat terakhir dalam pesan Alena. Wiliam padahal udah mencabut kunci motornya tadi agar Alena tidak jadi balapan, tapi akal gadis itu ternyata cukup cerdas.Wiliam menghela napas berat, dia membuang ponselnya begitu saja lalu tidur dalam keadaan yang entah kenapa.
.
.
satu minggu setelah balapan, Alena masih menempeli Wiliam dimana pun pria itu berada.Tapi kali ini Wiliam yang sedang di rooftop sendirian kini di datangi oleh ketua geng motor dragon, pria yang cukup populer di arena balapan maupun tim basket di sekolah elite tersebut. Devan pratama, nama pria tersebut.
"Wiliam" sapanya menghampiri Wiliam yang masih betah menghadap ke arah depan tanpa mau menoleh. pandangannya masih setia pada suatu objek di lapangan.
"kau mencintainya?" pertanyaan yang sering kali orang orang tanyakan, Wiliam sangat malas mendapati pertanyaan yang bunyinya selalu sama.
"kau tidak boleh seperti ini, setidaknya kalau kau tidak mencintainya jangan memberinya harapan" Devan masih bertanya sementara Wiliam tidak menyahutinya sama sekali.
"kau masih bisa dengar orang kan?? tinggalkan dia, biarkan aku yang mengejarnya" Wiliam mengepalkan tangan tanda tak terima dengan kalimat terakhir yang Devan ucapkan.
"apa masalahmu? apa hakmu bertanya padaku?" masih dengan posisi yang sama Wiliam menyahut dengan tenang tanpa menoleh.
"aku bertanya sekali lagi, apa kau sudah mencintainya??" pertanyaan kesekian, tapi Devan sangat menanti jawaban yang keluar dari mulut Wiliam. Tidak hanya Devan, sosok Alena yang berada tak jauh dari mereka hanya di halangi tembok juga sangat menunggu jawabannya.
"kau waras bertanya seperti itu? apa menurutmu seleraku serendah itu? AKU TIDAK MENCINTAINYA, AKU HANYA KASIAN KARENA HIDUPNYA TERLIHAT MENYEDIHKAN PAHAM!!" tekan Wiliam pada akhir kalimatnya, sungguh sebuah jawaban yang menghancurkan segala angan, kalimat tegas yang membuat hati wanita yang dulunya sangat percaya diri kini dia luruh tak tersisa.
Alena berlari dari rooftop, dia tidak sanggup menangis, langkahnya dengan cepat berlalu menuju motornya.
sementara masih di rooftop, Devan dan Wiliam tersentak ketika Jerry yang adalah teman Wiliam masuk begitu saja dengan wajah tegang.
"Wiliam, tumben Alena tidak kesini? padahal tadi aku melihatnya di balik tembok itu" jelas Jerry yang membuat kedua orang itu membelalakan matanya. Wiliam menatap Jerry seolah meminta penjelasan lebih lanjut.
"iya tadi dia berada disana, kemudia berlari ke bawah, lihat deh mungkin sudah__ "
Jerry tidak lagi bicara melihat Devan dan Wiliam secara bersamaan meninggalkan rooftop karena melihat Alena sudah duduk di motornya. Tapi sampai di lapangan mereka berdua terlambat, Alena yang adalah raja jalanan sudah menghilang entah kemana.
Wiliam menarik keras rambutnya, ada setitik rasa bersalah yang teramat dari hatinya, Wiliam pergi ke mobil berniat mencari Alena.
_______
Alena melajukan BlackQueen dengan sangat cepat, Kecepatannya dalam berkendara tidak perlu diragukan lagi, dia sudah banyak memecahkan rekor setiap kali balapan. Hati Alena sesak, tangannya gemetar tapi dia berusaha untuk fokus di jalanan.
"aku hanya kasihan, hidupnya menyedihkan"
kalimat itu yang selalu menghantuinya saat ini.sesekali Alena menepi dan menghapus jejak air matanya.
Alena tidak peduli dengan penolakan yang Wiliam katakan karena memang selama ini dia selalu di tolak, tapi yang membuat Alena sesak adalah dari kalimat Wiliam yang mengatakan hidupnya menyedihkan. selama ini Alena bahkan tidak suka menampakkan kerapuhannya di depan siapapun agar tidak ada yang mengasihaninya
dia mengejar Wiliam bukan untuk di kasihani, Alena mengejar cinta pria itu sudah sejak lama tapi ini adalah puncak dari sekian jawaban dan pernyataan yang Wiliam tegaskan.
Sesekali Alena tertawa sendiri, jika di pikir lagi bukankah dia memang sangat lucu? dia mengharapkan Cinta dari seorang pria yang jelas jelas tidak akan bisa di gapai.
Dalam diamnya Alena juga menyadari bahwa memang cukup mustahil mendapati wiliam yang notabenenya adalah Tuan muda dari keluarga kaya raya, sementara dia sendiri?? dia hanya gadis yang sedari dulu hidup menyedihkan seorang diri. Alena tidak memiliki keluarga, dia anak panti asuhan yang malangnya lagi dia hidup di panti asuhan dulunya selalu mendapat kekerasan dari penjaga panti membuat Alena nekat keluar dari neraka itu.
Berbekal kemampuan terpendamnya dan memiliki sahabat yang selalu ada untuknya Alena bisa membeli apartemen dari hasil kerja kerasnya saat balapan.
Alena kembali melajukan motor gedenya, saat ini dia tidak tau hendak kemana, Alena tidak mungkin pulang ke apartemen dalam keadaan menyedihkan seperti ini, Alena membawa BlackQueen tak tentu arah, yang pasti dalam pikirannya saat ini adalah dia butuh ketenangan.
"apa aku semenyedihkan itu?" bertanya pada dirinya sendiri membuat Alena makin menangis kejar, apa dia memang tidak pantas untuk bahagia sedikit saja?? apa Alena memang harus seperti ini terus? setidak pantas itukah Alena untuk dicintai? semalang itu nasibnya sampai dia harus di kasihani?.
...----------------...
Alena menghentikan motornya di dekat rumah pohon yang selalu dia datangi jika badmood.
Alena duduk diam di bawah pohon rindang, menatap langit yang mendung, Seolah ikut sedih dalam setiap kisahnya. Alena tersenyum miris, semesta pun mendung seolah mengejeknya.
Alena memeluk lututnya sendiri dan lanjut menangis dalam diam, Alena benci ini, Alena sangat benci dengan perasaannya yang sedari dulu hanya untuk Gentala semata, Alena benci kenapa harus terlalu jatuh sedalam ini?, Alena tidak menyalahkan Gentala karena memang sejak dulu pria itu selalu mengacaukan setiap rencananya hanya agar gadis itu menyerah, tapi Alena selalu keras kepala.
.
.
Sementara di sisi lain, Wiliam memukul stir mobilnya beberapa kali, terpancar raut frustasi dan rasa bersalah dalam dirinya, Wiliam mengumpat beberapa kali, dia tidak pernah menyangka ucapannya akan di dengar oleh Alena.
Wiliam membawa mobil mewahnya menuju lokasi yang ada dalam ponsel Alena, ya Wiliam yang mempunyai kecerdasan di atas rata rata dan karenanya dengan mudah menemukan titik lokasi Alena sekarang.
Hingga Wiliam sampai disini, di lokasi yang menujukan keberadaan Alena.Mata elang pria itu dengan tajam mencari Alena.arah pandangan pria itu berhenti pada sosok rapuh yang masih memeluk lututnya dibawah pohon.
Langkah kaki Wiliam dengan pelan menghampiri Alena yang belum menyadari kedatangannya, dada Wiliam sakit melihat punggung Alena yang bergetar menahan tangis agar tidak pecah, Alena menangis dalam diam.
Tangan Wiliam memegang pundak gadis itu membuat sang empunya mendongak. Mata sembab dan masih berair itu menatap Wiliam dengan raut tak terbaca, sementara Wiliam yang melihat itu makin sakit. Dia sangat terluka melihat Alena yang selama ini kuat kini menangis sendirian hanya karena kalimat bodoh yang terlontar dari mulutnya. Tidak ada lagi tatapan penuh cinta yang sebelumnya Alena berikan, entahlah Wiliam marah mendapati hal itu.
Aku hanya mengasihaninya, karena hidupnya menyedihkan, paham!!!!
kalimat yang selalu terputar di otak Alena, gadis itu berdiri, dia masih memandang wiliam tanpa bersuara sedikitpun.
"maaf,, maafkan aku yang tidak tahu diri ini" secuil kalimat dari mulut Alena membuat Wiliam sedikit terusik mendengarnya. apa maksud gadis ini? apa dia merasa bersalah karena dirinya. oh ayolah, Wiliam kenapa jadi tidak suka mendengar kalimat itu.
"aku mencintaimu Gentala Wiliam Manggala, sangat, aku sangat mencintaimu.." Alena melanjutkan kalimatnya dengan nada lirih, Wiliam mendengar tanpa mencela.
Mata Alena masih diam memadang wajah tampan di depannya, sungguh ciptaan Tuhan untuk mahluk satu ini sangat sempurna. Alena mendekatkan dirinya lalu memeluk Gentalanya dengan sangat erat, Wiliam yang mendapati pelukan itu secara sadar membalasnya membuat Alena syok tapi dia tidak ambil pusing.
Alena memegang wajah tampan Wiliam, matanya tidak pernah berhenti mengagumi sosok sempurna itu, pahatan wajah yang sempurna, rahang tegas, jakun yang sudah nampak, mata elang yang selalu menatap tajam, bulu mata lentik,alis mata tebal, bibir seksi dan ini sempurna.
Alena dengan berani mencium bibir seksi pria di depannya, bukan yang pertama kali karena dari dulu Alena selalu melecehkan pria itu. Alena melumat bibir seksi itu dengan rakus, rintikan hujan menciptakan suasana dingin tapi dua sejoli itu masih betah disini dan Wiliam sudah mulai panas.
Wiliam tidak tinggal diam seperti hari hari sebelumnya, kali ini Wiliam bahkan lebih agresif membalas lumatan Alena membuat jantung gadis itu berdetak cepat. Mengapa harus sekarang? kenapa harus sekarang Wiliam membalasnya, setelah hati Alena telah hancur oleh ucapan pria itu. ciuman yang sangat panjang, mereka saling bertukar saliva, membelit lidah, menelusuri rongga mulut,tidak ada tanda tanda Wiliam akan menyudahi ciuman ini.
Alena menepuk dada bidang pria itu, dia sudah kehabisan nafas.Alena ngos ngosan menarik nafas saat ciuman itu sudah lepas sementara Wiliam memandangnya dengan tatapan tak terbaca. Saat nafas Alena sudah normal Wiliam ingin menciumnya kembali tapi Alena berpaling.
"pergilah, aku membebaskanmu sekarang!!" kalimat itu meruntuhkan sebuah rasa yang entah apa Wiliam tidak tahu.yang jelas Wiliam tidak suka mendengar permintaan itu. apa Alena hanya bermain main selama ini sampai dia dengan enteng mengucapkan kalimat itu.
"maaf,, maafkan aku" Alena syok, pasalnya Wiliam mengucapkan kata maaf. Mimpi apa dia selama ini hingga mendengarkan kalimat ajaib itu dari Wiliam, tapi Alena tidak mau tau, yang pasti pikirannya saat ini bertolak belakang dengan hatinya.
"tidak,, kau tidak bersalah Wiliam, aku yang bersalah disini karena mencintai mu, kesalahan terbesar dalam hidupku adalah mencintai pria sepertimu!!!" Jawab Alena yang berusaha menutup hatinya walau tidak bisa dia pungkiri rasa sesak itu sungguh mendera di hatinya.
...----------------...
Hujan yang kian deras tidak membuat kedua sejoli itu mencari tempat berlindung.Air mata yang sangat deras kembali menetes dari pelupuk mata Alena tersamarkan oleh air hujan.
Wiliam marah, pria itu dengan sekuat tenaga meninju pohon yang menjadi tempat berteduh Alena saat awal datang kesini, Mendengar Alena tidak lagi memanggilnya dengan sebutan 'Tala' membuat emosi itu menjalar. Alena sedikit khawatir menyaksikan Wiliam yang dengan tenaga penuh memukul pohon itu, tapi dia berusaha tidak peduli. tubuh basah gadis itu masih berdiri disana.
"kau tidak boleh seperti ini Wiliam, sekarang pulanglah, aku-aku sudah membebaskanmu sekarang, aku tidak akan menyakiti mereka lagi, aku tidak akan menganggumu lagi, pergilah!!! kau bebas mengekspresikan segalanya, kau bisa mengejar cintamu tanpa di ganggu lagi olehku, maafkan aku, maaf karena selama ini aku selalu mempersulit dirimu,, maaf karena selama ini hidupku yang menyedihkan ini selalu merepotkanmu!!"
Alena berujar sambil menangis sesenggukan, kalimat panjang itu mengalir begitu saja, Wiliam mendekat berniat menghapus air mata gadis cantik di depannya namun dengan cepat Alena menepis tangan itu.
"enggak, aku yang minta maaf,, please maafkan aku Ale, maafkan ucapan bodohku itu, aku menyesal, aku sangat menyesal telah mengucapkan kalimat itu!"
Wiliam terlihat marah dan sedih sekaligus, dia tidak menyukai ucapan Alena barusan, sungguh Wiliam menyesali kalimat bodoh itu, tapi hal itu tidak mengubah tekad Alena.
Alena berlari kembali menuju motornya, gadis itu tidak mempedulikan Wiliam yang menatapnya dengan marah dari belakang. Gadis cantik dengan tubuh basah itu menjalankan motor gedenya berlalu dari sana dengan perasaan hancur.
Wiliam tersadar dan dengan cepat berlalu menuju mobilnya untuk menyusul laju kecepatan motor Alena yang sudah berlalu. Dia sangat berantakan, perasaannya yang masih abu abu kini terombang ambing karena kebodohannya sendiri, entah bagaimana perasaan Wiliam saat ini yang jelas melihat Alena menangis sedih hati Wiliam sungguh terluka.
Beberapa kali Wiliam memaki orang orang yang menghalangi mobilnya, sementara Alena yang membawa motor udah mulai memberi jarak.
Padatnya lalu lintas di bawah guyuran hujan deras tak membuat wiliam menyerah, mata elangnya masih memantau Alena yang lumayan jauh didepannya. sesekali Wiliam membunyikan klakson panjang menandakan pria itu emosi dan butuh jalan, apalagi saat ini seketika dalam sekejap mata udah benar benar macet. Wiliam yang tidak sabaran turun dari mobilnya dan berlari di bawah hujan deras.
Alena yang kurang fokus, sesak di dadanya membuat wanita itu kurang memperhatikan jalan. gadis itu terus melajukan motornya di tengah kemacetan yang melanda kota jakarta sore itu. tanpa melihat kiri kanan jalan, Alena yang melaju kencang tidak melihat truk dari arah depan yang sedikit oleng.
Brakkkkkkk
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!