"Sekarang status kita sama mbak, sama-sama istri mas Erick," kata Sonya,. wanita yang selama ini di kenal sebagai teman sekantor suaminya, Erick.
Tanpa sungkan, di depan Amira..... Sonya menggandeng tangan Erick dengan mesra. Membuat mata Amira terbelalak dengan sempurna.
Sonya menggunakan kebaya putih, sedangkan Erick suaminya memakai jas hitam. Layaknya orang yang baru saja melakukan pernikahan.
"Berikan ucapan selamat dong, pada kami yang baru menikah" ujar Sonya lagi.
Melihat reaksi Sonya yang spontan, Erick menjadi gugup.
Padahal tadi dia berniat berbicara baik-baik pada Amira, istri pertamanya tentang pernikahan keduanya dengan Sonya, sekaligus minta restu.
Tetapi sebelum Erick sempat berbicara, Sonya sudah bertindak duluan.
"Amira, mas minta maaf," Hanya itu saja yang mampu terucap dari mulut pria berstatus suaminya.
"Jadi benar kalian sekarang sudah menikah?," tanya Amira dengan bergetar, saat ini dia berharap suaminya membantah semua pertanyaannya.
Tapi nyatanya Erick mengangguk pelan, wajahnya menunjukkan perasaan bersalah.
Ya Tuhan, Amira merasakan dadanya begitu sesak, seperti seluruh rongga dadanya telah kosong. Hatinya sangat hancur.
"Jadi kecurigaan ku selama ini benar. Kalian memang ada hubungan," suara Amira kembali bergetar.
Betapa menyakitkan mendapatkan kenyataan bahwa suami yang sangat dicintai dan dipujanya selama ini, ternyata seorang pengkhianat.
Erick Wilson adalah seorang pria tampan yang cerdas. Dia bekerja di salah satu perusahaan besar di kotanya.
Sebelumnya, Amira juga bekerja di tempat yang sama. Hingga suatu hari, di saat mereka memutuskan untuk menikah. Amira langsung berhenti dari perusahaan tersebut.
Karena peraturan dari perusahaan, tidak mengizinkan suami istri bekerja di perusahaan yang sama. Jadi Amira memilih untuk mengalah, membiarkan Erick dengan pekerjaannya.
Dan sejak saat itu pula Amira beralih profesinya, menjadi seorang ibu rumah tangga seutuhnya.
Namun walaupun begitu, dia tidak menyesali keputusan yang telah diambilnya.
Hari-hari yang dilaluinya sangat bahagia. Amira merasakan cinta dan kasih sayang Erick sangat dalam terhadap dirinya. Dia pun sangat mencintai Erick.
Hingga suatu hari, ibu mertuanya datang. Beliau mengatakan sangat menginginkan kehadiran seorang cucu.
Karena sudah tiga tahun mereka menikah, belum ada juga tanda-tanda Amira hamil, maka mertua menginginkan agar Erick menikah lagi. Ibu mertua menganggap, Amira wanita mandul.
Tentu saja Amira menolak pernyataan itu. Karena dari hasil pemeriksaan dokter kandungan mengatakan bahwa Amira dan Erick baik-baik saja. Hanya saja mereka butuh waktu dan bersabar.
Tetapi ibu mertua tidak peduli hasil pemeriksaan itu. Dia tetap bersikeras agar Erick menikah lagi, dengan alasan terlalu lama menunggu Amira hamil.
Pada awalnya Erick menolak, karena menganggap usia mereka masih muda dan mereka masih punya banyak kesempatan.
Saat ini, Erick berusia 28 tahun, sedangkan Amira berusia 25 tahun.
Tetapi hampir enam bulan ini, Amira merasakan perubahan sikap suaminya. Erick selalu sibuk dengan urusan kantor. Bahkan Erick selalu bersikap dingin terhadap dirinya.
Bila Amira menginginkan kemesraan, Erick selalu berdalih lelah karena banyak pekerjaan.
"Aku kangen, mas" ujar Amira malam itu, saat mereka sedang berdua.
"Jangan sekarang ya, mas capek. Besok aja ya", tolak Erick.
Dan Amira selalu mencoba mengerti tentang kesibukan suaminya saat ini.
Hingga suatu hari, Amira mendengar desas-desus tentang kedekatan Erick dengan seorang karyawati baru di kantornya.
Seorang gadis muda, yang baru saja menyelesaikan pendidikan di negara kanguru, Australia. Gadis itu bernama Sonya.
Tetapi Erick membantah bahwa mereka ada hubungan spesial. Bahkan Erick selalu marah, bila Amira menanyakan tentang gosip tersebut.
"Kami hanya rekan sekantor, tidak lebih dari itu" kata Erick saat itu.
Walau ada rasa curiga, tetapi Amira berusaha mempercayai semua perkataan Erick. Dan dia berusaha menekan rasa tidak nyaman, di saat melihat Sonya bersikap akrab pada Erick.
Bahkan Amira merasakan, Sonya seperti sengaja memancing agar dirinya cemburu dengan sikap dan gaya bicara Sonya pada suaminya, Erick.
Ini terjadi, di saat mereka bertemu baik di acara kantor atau di tempat lain.
Dan untunglah, Erick menanggapi semua itu dengan sikap biasa saja. Ini membuat Amira bisa sedikit bernapas lega.
Jadi dia memilih bersikap tenang, walau sebenarnya ingin rasanya dia mencakar wajah gadis itu.
Tapi itu tidak dilakukan, karena dia tidak menginginkan ada keributan, dan pasti akan mempengaruhi kenyamanan dalam rumah tangganya.
Amira beranggapan, Erick bukan sosok pria yang mudah tergoda dengan wanita seperti Sonya.
Tetapi kenyataannya yang terjadi.....
Bukan hanya tergoda, suaminya malah menikahi Sonya.
Dan kedua makhluk yang tidak tahu malu itu, kini berada tepat di depan pintu rumahnya.
"Tega kamu, mas?! Kau khianati aku, padahal aku sangat percaya padamu!" kata Amira getir.
Mendengar itu, Erick menundukkan kepalanya karena tidak mampu menatap wajah Amira. Sebenarnya dia tidak tega menyakiti hati wanita yang sangat mencintainya ini.
Tetapi mau bagaimana lagi, dia sudah terlanjur jatuh cinta pada Sonya. Dari sejak pertama Sonya datang ke kantornya, hatinya sudah tergetar.
Gadis muda yang lincah dan agresif ini, telah mampu mengguncang jiwa kelelakiannya. Selama mengenal Sonya, Erick merasakan hidupnya lebih berwarna.
Ini berbeda dengan Amira, yang menurutnya terlalu monoton. Walaupun Amira jauh lebih cantik dari Sonya.
Di tambah lagi, sikap ibu yang selalu menerornya untuk segera memberikan seorang cucu, membuat Erick nekat menikahi Sonya.
"Sayang.... ayo kita masuk dulu, biar mas jelaskan semuanya" kata Erick sambil melepaskan pegangan Sonya dan meraih tangan Amira.
Tetapi Amira menepis tangan Erick dengan kasar.
"Tidak perlu?! Aku tidak mau mendengar kebohonganmu lagi!!" Amira tidak dapat menyembunyikan kekecewaan hatinya.
"Sayang...... semua ini bisa kita bicarakan baik-baik" kata Erick lagi.
"Bicara baik-baik katamu, mas?!! Bagaimana bisa baik bila kau menikahi wanita lain tanpa izin dari ku, istri sah mu?!!!" teriak Amira.
"Amira, jangan begitu.... Walau mas sudah menikah lagi, sampai kapan pun mas akan tetap mencintaimu"
Erick memang tidak berniat menceraikan Amira. Karena dia masih mencintai istri pertamanya ini.
Walau terkesan egois, tapi mau bagaimana lagi, Erick terlanjur mencintai kedua wanitanya itu. Walaupun cinta yang berbeda. Tetapi keduanya sangat istimewa dihatinya.
Dan dia yakin, jabatan yang sedang di percayakan padanya saat ini, akan mampu menafkahi Amira dan Sonya sekaligus.
"Kau pikir aku wanita bodoh ya?!! Di saat aku mempercayaimu, justru kau mengkhianati aku dengan menikahi ja*****g ini?!!" teriak Amira yang sudah benar-benar geram pada Erick.
Tangannya sudah mengepal, ingin rasanya dia memukul kedua makhluk yang sudah menyakiti hatinya ini.
Tetapi Erick tetap bersikap tenang, sambil terus mencoba menenangkan Amira.
Erick yakin, saat ini Amira hanya sedang marah saja, karena dia sudah menikah lagi. Setelah di bujuk Amira pasti mau mengalah dan mengerti, seperti yang terjadi selama ini.
Tetapi....
"Sudahlah mas, ayo kita masuk, aku ingin istirahat di dalam" kata Sonya tiba-tiba, yang tidak sabaran melihat adegan dramatis di depan matanya. Kakinya sudah terasa pegal, karena dari tadi berdiri terus.
Dengan tidak tahu malu dia menerobos masuk, sehingga membuat Amira yang masih berada di depan pintu, hampir saja terjungkal.
Dan untung saja, Erick dengan cepat meraih tubuh Amira, sehingga posisi mereka saat ini saling berpelukan.
"Amira" kata Erick perlahan sambil menggeleng kepalanya, seakan meminta pengertian.
Amira segera melepaskan pelukan Erick, wajahnya terlihat memerah karena emosinya sudah ke ubun-ubun.
Dilihatnya, Sonya dengan gaya seperti tuan rumah, telah duduk di salah satu sofa miliknya.
Dengan langkah tergesa, Amira mendekati Sonya.
"Keluaaaaar!!! " bentak Amira, setelah berada tepat di depan Sonya.
.
KBS
Dukung Author dengan vote, like dan comment
Sonya kaget.... Tetapi di detik berikutnya, dia bersikap tenang.
"Aku sekarang sudah menjadi istri mas Erick juga" sahut Sonya.
"Keluaaarrrr?!!!" teriak Amira lagi.
Sonya bangkit dari tempat duduknya, sebelum dia sempat berkata.......
"Aduuuuh??!! Saaakiiit!!!" jeritan kesakitan terdengar nyaring dari mulut Sonya.
Ternyata, tangan Amira kini berada pas di rambut Sonya. Dengan sekali sentak, sanggul yang tadi bertengger di rambut Sonya, jatuh menggelinding di lantai. Jeritan kesakitan Sonya kembali terdengar memenuhi ruangan rumah.
"Amiraaaa?! Hentikan!!" teriak Erick terkejut, tidak menyangka Amira sebrutal itu.
Amira seakan tidak mempedulikan dengan keadaan di sekitarnya. Dia terus saja melampiaskan rasa sakit hatinya ini.
Tangannya yang masih berada di rambut Sonya, menyeret wanita itu dengan keras.
"Maaaas, sakiiit' jerit Sonya pilu.
Erick berusaha melepaskan pegangan Amira pada rambut Sonya, tetapi Amira semakin mengencangkan pegangan itu. Dan pegangan itu baru terlepas, di saat Erick memukul tangan Amira dengan keras.
Rasa sakit ditangannya menyadarkan Amira atas apa yang sedang terjadi saat ini.
Dan perasaannya menjadi semakin hancur, saat melihat suaminya sedang merangkul wanita lain, di depan matanya.
"Kau sungguh keterlaluan, Mira!" kata Erick dengan nada marah, sambil membantu Sonya berdiri dan menuntunnya menuju ke tempat duduk.
Wajah dan pakaian Sonya tampak sangat berantakan.
Amira tersenyum getir, saat mendengar bujukan suaminya dalam menenangkan Sonya.
Seharusnya dia yang harus di tenangkan, karena dia sudah di poligami.
Tetapi justru sebaliknya. Erick begitu perhatian pada Sonya, wanita yang baru beberapa jam dinikahi suaminya. Seakan dirinya selama ini tidak berarti dalam hidup Erick.
"Ya Allah, kuatkan hatiku" lirih Amira.
Amira memejamkan mata dalam kehancurannya. Dalam sekejap harga dirinya sebagai seorang wanita dan sebagai seorang istri telah di rampas dengan kejam.
Dan setelah Sonya menjadi tenang, Erick kembali menatap Amira yang berada di depannya.
"Amira, setuju atau tidak setuju kau harus paham bahwa Sonya sudah menjadi istri mas juga" tegas Erick.
Amira hanya bisa diam, sambil menatapi pria yang tidak punya perasaan ini. Tubuhnya terasa sudah tidak bertulang lagi.
"Mira, mas minta maaf. Tapi semua ini sudah terjadi..... mas mencintai dirimu dan mas juga mencintai Sonya.....tolong terima Sonya sebagai madu mu" kata Erick melemah.
Walaupun dia sudah mendengar pernyataan itu, tetapi tetap saja terasa perih saat suaminya mengatakan bahwa dia telah mencintai wanita lain.
"Apa salah ku, mas?!" kata Amira.
Erick terdiam.
"Mengapa kau diam?!!" teriak Amira.
Karena selama ini, dia telah berusaha menjadi istri yang baik buat Erick. Menyenangkan hati suami dan selalu ada di saat-saat suami terpuruk. Ternyata ini belum cukup juga buat seorang Erick.
Pengorbanan dan ketaatannya selama ini sebagai seorang istri, ternyata hanya sia-sia. Suaminya tidak pernah menghargainya.
Melihat situasi ini, Sonya mengambil kesempatan, sepertinya dia ingin balas dendam terhadap apa yang baru saja dialaminya.
Dengan lantang dia berkata, "Mas Erick menginginkan seorang anak. Karena mbak tidak mampu memberi, maka mas Erick menikahi aku. Dan aku yang akan segera memberikan seorang anak untuk mas Erick!?".
Mendengar itu Amira menjadi tertegun, tetapi di detik berikut tatapannya menjadi sangat dingin dan membeku.
"Sonya?! Diam lah!" seru Erick yang terkejut mendengar perkataan Sonya.
Dia tidak habis pikir, secepat itu Sonya melupakan kejadian yang baru saja menimpanya.
Tetapi bukannya diam, Sonya malah semakin parah seakan ingin meluapkan kekesalannya pada Amira.
"Loh... mengapa aku harus diam, mas. Mbak Amira harus tau kenyataannya..... Bukankah kau sendiri yang mengatakan bahwa mbak Amira mandul?"
Sial, desis Erick gusar. Apalagi dilihatnya, tatapan Amira pada dirinya dan Sonya secara bergantian sangat mengerikan.
Tangan dan tubuh Amira tampak bergetar, seperti menahan sesuatu yang hendak keluar dari raganya.
Dengan cepat Erick mengangkat tangannya untuk melindungi Sonya dari amukan Amira kembali.
"Amira, tenanglah" Erick berusaha melindungi Sonya dan ini membuat Amira tambah kalap.
"Kau berkata seperti itu, mas....?! Apa kau sudah lupa bahwa kita pernah ke dokter kandungan?!!" bentak Amira.
Plaaak!!!
Sebuah tamparan yang keras mengenai pipi Erick, begitu keras membuat gendang telinganya serasa mau pecah.
Begitu cepatnya tangan Amira melayang, sehingga Erick tidak sempat mengelaknya.
"Aku tidak menyangka kau serendah itu, mas?! Demi menikahi seorang ja*******ng, kau tega memfitnah aku dengan mengatakan aku mandul. Padahal kau sendiri sudah mendengar apa kata dokter tentang aku, aku sehat mas?!!"
"Mungkin saja kau sudah menyuap dokter tersebut untuk membohongi mas Erick" jawab Sonya dari arah belakang tubuh Erick.
"Sonya!! Kalau kau tidak bisa diam, aku akan membiarkan Amira memukulmu lagi" seru Erick kesal.
Mendengar ancaman itu, Sonya menjadi terdiam. Wajahnya terlihat cemberut.
Erick menghela nafas, kepalanya mendadak menjadi pusing. Rayuannya pada Sonya dulu kini berbuntut panjang, Padahal itu semua hanya bualan nya saja, saat mereka masih berpacaran.
Dan dia tidak menyangka, bualan nya dulu menjadi bumerang terhadap dirinya.
"Kalau memang, aku tidak bisa membahagiakan mu, lebih baik kita bercerai saja" kata Amira dengan suara parau, menandakan luka hatinya sungguh terlalu dalam.
Erick tersentak!!
"Tidak, sayang. Mas tidak akan pernah menceraikan mu!? Mas sangat mencintai kamu, Mira?! " raung Erick ketakutan.
Sonya yang mendengar perkataan Erick, segera melengos seraya mencibir. Karena sebelum menikahinya dulu, Erick pernah mengatakan bahwa hidup bersama Amira adalah membosankan.
"Kalau mas mencintai aku, kenapa mas tega menikah lagi? Kau telah menghancurkan pernikahan kita?!!! " teriak Amira.
Dan akhirnya pertahanannya runtuh, dia menangis di hadapan kedua manusia yang telah menghancurkan hatinya.
"Pernikahan kita tidak akan hancur, sayang. Kita berdua akan selalu menjaganya. Walau sudah ada Sonya, cinta mas tidak akan berubah" bujuk Erick lemah.
"Pergilah, mas. Tinggalkan rumah ini sekarang juga?!" kata Amira masih dalam keadaan menangis.
Erick mencoba memeluknya tetapi Amira menepisnya dengan kasar.
"Pergilah kalian dari sini?! Jangan pernah kembali lagi?!" seru Amira sambil menyeret Erick dan Sonya untuk keluar dari rumah.
"Amira... mas ingin kita berbicara baik-baik, sayang..... Masih ada jalan keluarnya" kata Erick sambil menahan pintu.
"Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi!?" tegas Amira.
Erick menghela napas berat, dia tidak menyangka Amira semarah itu.
Sebaiknya aku memberi ruang pada Amira. Supaya Amira bisa berpikir jernih.
Sebelum berlalu, Erick berkata, "Amira... mas harap kau bisa menerima kenyataan bahwa mas sudah menikah lagi. Mas berjanji akan berbuat adil pada kalian berdua..... malam ini mas akan menemanimu dan malam besok mas akan bersama Sonya"
Setelah itu, Erick segera berlalu dari hadapan Amira, di ikuti Sonya yang tampak sangat marah karena pukulan Amira tadi belum sempat di balasnya.
Setelah mereka pergi semua, Amira terduduk lemas di belakang pintu. Air mata kesedihan membasahi kedua pipinya. Dia teringat pada kedua orang tuanya.
Sekarang dia menyesali keputusannya, yang saat itu rela meninggalkan kedua orang tuanya demi hidup bersama pria yang dicintainya. Dan sekarang cinta sucinya malah dikhianati.
Amira hanya bisa meratapi nasibnya. Dia merasakan karma sedang menimpa dirinya, karena tidak mau mendengar nasehat orang tuanya dulu.
.
.
KBS
Dukung Author dengan vote, like dan comment
Malam ini, Erick menepati janjinya untuk menemani Amira. Erick datang tepat di saat Amira sedang menyiapkan makan malam.
Amira memang istri yang sangat baik. Walaupun saat ini hatinya sedang terluka. Tetapi dia tetap melayani suaminya dengan sabar dan penuh perhatian.
Dia berusaha menerima takdirnya dengan lapang dada, mungkin dengan ikhlas dan sabar rasa sakit hati dan kecewa akan berkurang.
Melihat Amira menata masakan, Erick tersenyum dan memeluknya dari belakang. Amira memejamkan mata saat Erick mencium rambutnya.
Ting
Tong
Ting
Tong
Bel berbunyi, Erick dan Amira merasa heran, siapa malam-malam begini datang.
"Biar aku saja yang membuka pintunya, mas. Kau duduk aja." kata Amira sambil melepaskan pelukan Erick.
Klik!!
Pintu terbuka.......
"Dimana mas Erick, mengapa aku di tinggal sendirian"
Sonya langsung menerobos masuk ke dalam rumah, tanpa memperdulikan Amira yang tertegun di muka pintu, melihat kedatangannya.
"Tega kau mas, kau enak-enakkan makan di sini. Sedangkan aku kau biarkan kelaparan" cerocos Sonya kesal saat mendapati suaminya di ruang makan, di rumah istri pertama.
Erick terkejut tidak menyangka Sonya akan datang.
Padahal tadi dia sudah menjelaskan akan bermalam di rumah Amira dulu, untuk membujuk Amira supaya menerima Sonya sebagai adik madunya.
Selain itu, Erick juga sudah memberi uang dengan jumlah banyak ke Sonya, tujuannya agar Sonya bisa belanja apa saja kesukaannya dan bersabar menunggu giliran seperti yang sudah di sepakati bersama.
Tapi rencananya gagal lagi dengan kehadiran Sonya di rumah Amira.
"Mengapa kau datang kesini lagi" tanya Erick terlihat kesal, dia tidak dapat membayangkan bila Amira akan mengamuk lagi seperti siang tadi.
Tetapi hatinya sedikit lega, melihat Amira dengan santai berjalan kembali ke ruang makan dan duduk di kursinya.
"Aku menunggumu dari tadi, mas. Aku tidak mau kau tinggalkan sendirian, apalagi malam ini" seru Sonya merajuk.
Amira hanya diam saja, dia duduk sambil menikmati makanannya.
Saat ini dia sedang berusaha menerima keadaan dirinya di poligami. Dengan kekuatan kesabaran yang luar biasa, dia berusaha untuk tenang.
Sedangkan Sonya, melihat hidangan di atas meja yang begitu menggiurkan dengan aroma yang menggoda, mendadak kekesalannya hilang.
"Ya sudah, aku makan di sini saja. Kasihan makanannya banyak, tetapi yang makan cuma kalian berdua" kata Sonya sengaja memanaskan hati Amira.
"Mbak, tolong dong kau ambilkan piring untukku" kata Sonya lagi, di hatinya dia ingin membalas perbuatan Amira tadi.
"Aku bukan pembantumu?! Lagian siapa yang mengizinkanmu makan di sini!" ketus Amira sambil membanting sendoknya ke piring, mendadak selera makannya menjadi hilang.
Ternyata kesabarannya setipis kulit bawang. Dia sudah berusaha untuk tidak marah, tetapi sikap Sonya seakan membangkitkan singa dalam tubuhnya.
"Jangan gitu dong, mbak. Tidak baik membiarkan tamunya kelaparan" sahut Sonya tenang.
"Sonya, kau ambil sendiri piringnya di dapur. Jangan berisik?!" kata Erick yang merasa tidak enak hati pada Amira.
Dengan langkah ringan, Sonya menuju dapur. Sejenak dia terkagum melihat keadaan dapur Amira, sangat bagus dan rapi.
Kemudian dia kembali ke ruang makan dan mulai mengambil nasi dan beberapa lauk di sana, lalu meletakkan ke piringnya.
"Ini sangat enak, restoran mana kau beli, mbak" kata Sonya sambil makan dengan lahap.
Amira memalingkan wajahnya, "Ini semua aku yang masak"
Sejenak Sonya tertegun "Semua ini kau masak sendiri?"
Amira menghela nafas dan bertanya "Memangnya kau tidak bisa masak? "
Sonya menggelengkan kepalanya, berpura-pura lugu. Aku tidak sudi memasak, suatu hari akan ku buat kau jadi babu ku, batinnya.
Beberapa menit kemudian...
"Sekarang kau sudah selesai makan. Nah, silahkan kau pergi dari sini" kata Amira sambil membereskan sisa-sisa makanan dari atas meja.
"Aku akan pulang bersama suamiku, mas Erick" sahut Sonya sambil memeluk tangan Erick dengan manja.
Degh!!!
Amira menghentikan pekerjaannya dan menatap Erick dengan tatapan yang tajam.
"Sonya, kau pulang dulu ya. Malam ini, mas bersama Amira" bujuk Erick, mengharap Sonya tidak banyak tingkah, sehingga tidak memancing amarah Amira lagi.
"Aku tidak mau?! Kau lupa ya mas, malam ini malam pengantin kita" seru Sonya dengan nada keras, seakan memperdengarkannya pada Amira.
Amira membuang pandangannya, merasakan kembali nyeri di hatinya.
"Sonya, kau jangan membantah perkataan suami. Pulang lah, malam besok mas ke rumahmu" kata Erick lagi.
"Atau aku nginap disini aja. Kita bisa menghabiskan malam pengantin kita disini aja, mas" seru Sonya kembali membakar hati Amira.
Amira menatap tajam pada Sonya. Dengan cepat, Erick segera bertindak.
"Itu adalah hal yang tidak mungkin, Sonya. Tolong dong kau jangan mencari keributan lagi" kata Erick tegas. "Ayo mas antar kau pulang ke rumah"
"Oke" jawab Sonya riang, dan rencananya berhasil.
Kemudian dia mengandeng mesra tangan Erick, "Aku dan suamiku pulang dulu ya mbak kerumah kami. Dan mbak tolong ya, jangan ganggu malam pertama kami yang romantis ini" kata Sonya memanasi Amira.
Amira membuang tatapannya keluar.
"Mas antar Sonya pulang dulu ya, nanti mas kembali lagi"
Satu jam sudah berlalu.....
Erick belum juga kembali. Hati Amira semakin dingin, dia tahu tidak seharusnya dia menunggu Erick kembali.
"Aku sudah kehilangan cintaku." Dalam hening, Amira menangis lagi.
***
Pagi ini, jam sudah menunjukkan pukul 5 pagi. Amira merasakan ada hawa hangat di pipinya. Dia menggeliat dari tidurnya, Amira mengerjap dan membuka mata perlahan
Dilihatnya, suaminya berada persis dihadapannya. Diperhatikan wajah Erick dengan seksama. Dan hatinya menjadi teriris saat melihat bekas ciuman Sonya berada di leher Erick.
Suaminya itu telah melewati malam pertama bersama istri barunya. Sungguh tega, di saat istri pertama sedang terluka, suami malah menikmati surga dunia bersama istri kedua.
"Maafkan mas semalam tidak menemanimu, karena... " kata Erick perlahan sambil mengelus pipi Amira, tapi Amira segera menepisnya.
"Lihat mas, baru satu hari saja kau menikahi wanita itu, kau sudah mengingkari janjimu" sindir Amira sambil turun dari tempat tidurnya, lalu menuju kamar mandi.
Erick terdiam mendengar perkataan Amira, dia sadar bahwa dia telah bersalah karena tidak menepati janjinya pada Amira.
Sebenarnya semalam, setelah mengantar Sonya ke rumahnya, Erick berniat mau kembali ke rumah, untuk menemani Amira.
Tetapi rayuan dan sentuhan Sonya yang memabukkan membuat dia melupakan janji itu pada Amira.
Semalaman Sonya memporak porandakan jiwa kelelakiannya yang tidak pernah di rasakan di saat bersama Amira. Dia begitu hanyut, dan larut dalam pesona gadis muda ini.
Amira keluar dari kamar mandi dan langsung turun dari tangga menuju dapur untuk menyiapkan sarapan untuk mereka berdua.
Tak lama kemudian, dia langsung berkutat dengan berbagai macam bahan makanan di sana. Amira terlihat sangat fokus pada pekerjaannya.
Erick juga turun dari tangga, dengan pakaian kantor yang sudah rapi dan langsung duduk di kursinya.
Walau wajahnya masih di selimuti kesedihan, Amira tetap melayani suaminya dengan mengambil sarapan untuknya. Dengan sekuat tenaga dia berusaha untuk tetap tegar.
Terlihat Erick sangat lahap menikmati makanan yang di sajikan oleh istrinya, Amira.
"Sebelum ke kantor, jangan lupa kau tutup bekas ciuman istri mu itu. Jangan sampai orang mengira bahwa aku yang melakukannya" seru Amira ketus, sambil melangkah naik tangga.
Erick kaget mendengarnya, dia baru tahu bahwa ada bekas ciuman Sonya di sana. Sonya kau pasti sengaja melakukannya, supaya Amira cemburu, batin Erick kesal.
Kemudian Erick melangkah ke ruangan kerja, dan mengambil tas kerjanya. Biasanya Amira yang selalu melakukannya setiap pagi.
Tapi Erick mengerti, bahwa Amira sedang marah padanya. Tanpa menunggu lama, dia segera meraih tas kantor dan segera menuju garasi rumahnya. Dan setelah menghidupkan mesin, dia segera berlalu.
Di kamar, Amira melihat seluruh wajah dan tubuhnya dari sebuah cermin besar.
Apa aku tidak cantik dan menarik lagi, sehingga suamiku berpaling pada wanita lain, batin Amira sedih.
Dan dia melepaskan ikatan rambut, yang selama ini membungkus rambutnya. Dia melihat, sosok dirinya masih sangat menarik. Dengan tubuh, tidak terlalu jauh dari masa gadisnya dulu.
Dan dia yakin, bila sedikit saja dia memoles wajahnya. Maka kecantikan istri muda suaminya, akan jauh tertinggal di bawahnya.
.
.
KBS
Dukung Author dengan vote, like dan comment
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!