"ya....! Aku menjalin hubungan dengan seorang pria yang bernama Edo. 2 tahun kami menjalin hubungan. Suatu hari aku mengetahui bahwa Edo sudah menikah dan memiliki anak." ucap Cici.
"Terus kamu bagaimana Ci? Apa yang kamu lakukan kepada pria bejad itu?" Tanya Indah teman Cici.
"yang tidak habis pikirnya,disaat aku meminta putus kepada Edo,kata Edo dia rela bercerai kapada istrinya demi aku." jelas Cici.
"dasar pria hidung belang." ucap Indah.
"lebih baik aku pergi merantau saja ndah. Aku sudah tidak ingin melihat wajah Edo lagi." ucap Cici.
"ngapain kamu merantau Ci? Kamu disini saja Ci. Kalau kamu pergi,terus teman curhat aku siapa dong?" ucap Indah.
"aku pasti kembali lagi ke desa ini Ndah. Aku ingin bekerja saja di kota. Aku pulang ya Ndah. Aku coba bicara kepada keluarga aku. Mudah-mudahan saja aku di beri izin." ucap Cici.
Cici pulang ke rumah untuk meminta izin kepada keluarganya. Sangat di sayangkan Cici tidak mendapat izin dari orang tuanya untuk pergi ke kota.
Cici tetap saja nekat untuk pergi ke kota.
"maaf ma,pa cici ingin sekali mandiri ma,pa. Cici sudah besar,cici bukan anak kecil lagi ma. Cici hanya ingin hidup sederhana ma. Cici bisa jaga diri cici di kota ma." tulis Cici meninggalkan pesan.
keesokan harinya Cici berangkat ke kota sendirian saja. Dia bingung mau kerja apa.
Cici berada di cafe dan dia kenalan dengan pria yang bekerja di cafe itu.
"sendirian saja kamu?" tanya pria yang bernama Irwan.
"iya....! Aku sendirian saja." jawab Cici.
" kamu mau kemana bawa koper segala?" tanya Irwan.
"aku dari desa. Mau mencari kerja di kota ini. Perut aku sudah lapar,ya aku makan saja di cafe ini. Aku mau cari kost-kostan terlebih dahulu. Apa kamu tahu kost yang murah di dekat sini? Oh.. Iya! Kenalin nama aku Cici." ucap Cici.
"kenalin nama aku Irwan. Kamu mau kerja? Kalau begitu,kerja saja kamu di cafe ini? Mau kamu? Kalau kamu mau,biar aku bilang ke bos nanti. Aku kenali kamu ke bos. Sekarang kan sudah malam. Mana mungkin cari kost sekarang. Tidur disini saja kamu." ucap Irwan.
"wah....! Serius kamu? Kalau begitu aku mau dong kerja disini." jawab Cici.
"kalau jam kerja sudah selesai,nanti aku kenalin kamu sama pemilik cafe ini ya." ucap Irwan.
"haha... Baru saja kita kenal ya...! Tapi sudah seakrab ini. Jam berapa selesai bekerja?" tanya Cici.
"jam 12 malam. Bagus dong kita akrab seperti ini. Tapi tidak semua orang yang bisa akrab dengan aku. tadi aku melihat kamu itu seperti kelelahan dan sedih. Makanya aku samperin saja kamu. Ternyata sudah kenal kita,kamu orangnya asik di ajak bicara. Hahaha...." jelas Irwan.
"emang benar aku lagi sedih sih. Aku modal nekat saja berangkat ke kota. Orang tua aku tidak mengizinkan aku untuk bekerja di kota. Karena aku anak satu satunya perempuan dari 3 bersaudara. Hhhhmmmm.....! Aku berangkat ke kota ada alasannya. Tapi maaf ya,aku tidak bisa cerita. Jika aku cerita,itu pasti buat hati aku sakit." jelas Cici.
"jika orang tua kamu mencari kamu bagaimana? Itu salah loh ci!" ucap Irwan.
"aku sudah meninggalkan surat di kamar aku. Hahaha... Sudahlah! Kenapa malah curhat begini ya." seru Cici.
Cici bekerja di cafe selama 6 bulan. Lalu Cici kembali ke kampung halamannya.
"bagaimana hidup mandiri di perantauan nak? Enak?" tanya Mama.
"ada enaknya,dan ada juga tidak nya ma." jawab Cici.
"apa kamu mau balik lagi ke kota?" tanya mama.
"rencana ada sih ma. Boleh kan ma?" jawab Cici.
"kerja apa kamu di sana?" tanya mama.
"kerja di cafe sebagai waiters ma. Sekarang cafenya tutup. Makanya ci pulang ma." jawab Cici.
"tutup kenapa?" tanya mama.
"mama lihat saja di berita. Cafenya tutup karena dijebak sama seseorang ma. Padahal di cafe itu tidak menyediakan cewek malam ma. Tamunya saja membawa cewek malam itu ke cafe,dituduhnya pihak cafe yang menyediakan." jelas Cici.
1 minggu Cici di rumah,mantannya yang bernama Edo datang ke rumah Cici.Edo mengetahui Cici bekerja di kota dari temannya yang bernama dian.
"kapan pulangnya?" tanya Edo.
"mau ngapain ke sini kamu?" Cici tanya sinis.
"kenapa kamu harus bekerja sih sayang? Apa kurang uang yang aku kasih ke kamu itu?" ucap Edo.
"sekarang kita itu sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi ya. Jadi,kamu tidak usah panggil aku sayang lagi. Oke...! Tanpa kamu beri aku uang pun,aku tetap di kasih uang juga kok sama orang tua aku. Uang kamu itu,lebih baik kamu kasihkan saja ke isteri dan anak-anak kamu. Lebih baik kamu pulang saja deh sana." marah Cici.
"sudah berapa kali aku bilang sama kamu? Aku tidak mau putus dari kamu. Apa kita menikah saja?" ucap Edo.
Cici menampar begitu keras ke pipi Edo.
"Kesalahan terbesar aku,kenapa aku begitu percaya sama kamu. Kenapa aku tidak mendengarkan omongan orang yang sudah kenal sama kamu. Aku tidak akan mau menikah dengan pria yang sudah memiliki isteri dan anak. Dan kenapa juga 2 tahun kita menjalin hubungan,kamu tidak cerita sama aku? Kenapa? Dasar brengsek....!" Ucap Cici.
"maafin aku...! Kamu boleh tampar aku. Tampar lagi ayo...! Tapi aku mohon sama kamu,jangan pergi lagi ya." pinta Edo.
Karena mendengar suara orang bertengkar,mama Cici pun melihat ke ruang tamu.
"kamu kenapa sayang? Siapa yang datang? Eh.....! Edo!" ucap Mama.
"ma,besok aku pagi aku berangkat ke kota ya ma. Aku sudah mendapat pekerjaan yang baru." ucap Cici.
"kenapa cepat sekali nak? Baru juga 1 minggu kamu di rumah. Mama masih kangen sekali sama kamu." ucap Mama.
Ponsel Cici berbunyi.
"ci,semenjak kamu putus dengan Edo,dia semakin berantakan. Dia sekarang pemakai ci. Jangan bilang Edo kalau aku yang beritahu ke kamu ya." tulis pesan dari teman Edo yang bernama Boni.
"maaf ya bang,itu bukan urusan aku lagi. Mau dia pemakai atau pun pengedar,itu bukan urusan aku lagi. Kenapa kamu tidak memberitahu kepada isterinya saja? Isterinya berhak tahu itu semua bang." balas Cici.
Edo memperhatikan cici sedang asik sekali dengan ponselnya.
"siapa yang chat kamu?" tanya Edo.
"terserah aku lah....! Kamu sudah tidak ada hak lagi ya. Oh.... Iya! Semakin hebat kamu sekarang ya. Hahaha..." ucap Cici.
"hebat apa sih sayang?" tanya Edo.
"lihat saja ini chat dari Boni. Sudah pergi saja kamu sana. Aku mau istirahat. Aku mau tidur. Aku peringatkan ya ke kamu,jangan panggil aku sayang lagi. Aku sudah memiliki pacar. Paham kamu...!" ucap Cici.
Cici dengan sengaja berkata seperti itu. Karena cici tidak mau di dekati lagi dengan Edo. Cici mengusir Edo dari rumahnya. Cici menuju kamarnya yang berada di lantai 2.
"mana Edo tadi nak? Mama sudah buatkan minuman buat dia." ucap Mama.
"sudah aku usir ma. Aku tidak mau bertemu dengan pria brengsek seperti dia lagi." jelas Cici.
"tumben amat kalian berdua berantam. Biasanya hubungan kalian akur saja." ledek kakak Cici yang bernama Hendri.
"aku terlalu bodoh...! 2 tahun aku menjalin hubungan dengan pria yang sudah beristeri. Kenapa aku sebodoh ini sih ma....! Huhuhuhu...." ucap Cici sambil menangis.
"maksudnya Edo sudah menikah?" tanya Mama.
"iya ma! Dia itu ternyata sudah memiliki 3 orang anak ma. Dan aku baru tahu itu semua ma..." jelas Cici.
"astaga...! Keterlaluan sekali Edo. Mama tidak menyangka dia seperti itu." ucap Mama.
"cinta itu emang buta ya. Hahaha.... Terus,isterinya sudah tahu?" tanya Hendri.
"isterinya tidak tahu bang. Tapi aku merasa bersalah sekali." ucap Cici.
"mana orangnya? Biar aku hajar saja itu manusia 1 itu." ucap Hendri.
"dia sudah aku usir bang. Makanya itu ma,aku berangkat ke kota dan bekerja,supaya aku bisa jauh dan melupakan Edo." jelas Cici.
"jika itu alasan kamu sayang,pergilah...! Mama izinkan kamu untuk bekerja di kota. Tapi ingat ya nak,jaga diri kamu baik-baik di sana." ucap Mama.
"iya ma...!" ucap Cici.
"daripada kamu bekerja,lebih baik kamu urus itu perusahaan yang di kota." ucap Hendri.
"aku tidak mau bang. Aku mau hidup sederhana saja bang. Abang saja yang urus perusahaan aku itu bang." ucap Cici.
"ampun deh! Punya adik 1 ini...! Aku dan bang Wanto sudah pusing hendel perusahaan yang lain. Di tambah lagi perusahaan milik kamu. Hhhuuu....!" ucap Hendri.
"ada waktunya,aku akan urus perusahaan itu. Jadi untuk sekarang ini,aku mau menjadi orang yang biasa saja bang." jelas Cici.
Keesokan harinya,Cici berangkat ke kota seorang diri. Cici menghubungi Irwan,dan memberi tahu Irwan jika Cici berangkat ke kota.
"halo bang! Aku berangkat ke kota sekarang." ucap Cici.
"apa kamu sudah ada pekerjaan di sini Ci? Aku saja baru mau cari pekerjaan yang lain lagi." ucap Irwan.
"belum bang. Tapi aku sudah malas di rumah. Nanti saja kita cari kerja bersama. Tunggu aku ya bang." ucap Cici.
"Aku pasti menunggu kehadiran dirimu." ucap Irwan.
Cici menutup teleponnya,seolah-olah Irwan memberikan kode kepada Cici.
"apa yang dimaksud dengan bang Irwan ya?" tanya Cici.
3 jam perjalanan Cici menuju ke kota,akhirnya Cici sampai di kota. Cici kembali mengabari Irwan.
"halo bang...! Aku sekarang di pantai kamboja. Aku tunggu disini ya." ucap Cici.
"oke Ci! 10 menit lagi aku sampai disana." jawab Irwan.
Cici menyuruh supirnya pergi kembali ke rumah. Cici tidak ingin Irwan mengetahui siapa dia sebenarnya.
"pak! Sebaiknya bapak istirahat saja ya pak. Saya sedang menunggu teman saya disini. Bapak ke rumah bang Wanto saja ya pak. Nanti biar saya kabari bang wanto." perintah Cici.
"apa neng tidak apa-apa saya tinggal neng?"ucap Supir.
"saya tidak apa-apa pak. Sudah...! Bapak istirahat saja." ujar Cici.
"baik neng. Kalau begitu saya pamit dulubya neng. Permisi neng! Assalamu'alaikum." ucap supir.
"wa'alaikum salam pak." jawab Cici.
Cici yang sedang menelpon Wanto,Irwan datang menghampiri Cici.
"bang,aku sudah sampai di kota. Itu aku suruh pak Toto untuk beristirahat ke rumah abang ya." ucap Cici.
"iya...! Terus kamu dimana sekarang?" tanya Wanto.
"aku sedang menunggu teman aku bang." ucap Cici.
Irwan menepuk pundak Cici dari belakang.
"ci...!" sapa Irwan.
"eh.... Bang! Bang Wanti,aku tutup teleponnya ya. Teman aku sudah datang." ucap Cici.
"lagi teleponan sama siapa kamu?" tanya Irwan.
"Aku telepon abang aku. Cuma beri tahu saja bahwa aku sudah sampai." jelas Cici
"aku fikir kamu nelpon pacar kamu." ucap Irwan.
"pacar? Hahaha... Mana ada aku pacar bang... Bang!" jawab Cici.
Cici dan Irwan sedang asik bermain di pantai. Cici melihat keberadaan Edo di pantai itu.
"kenapa orang itu ada di sini sih?" ucap Cici.
"siapa Ci?" tanya Irwan.
"bukan siapa-siapa juga orang itu bang. Tidak penting juga sih. Kita makan yuk...!" ajak Cici.
"kamu mau makan apa? Biar aku pesankan makanannya." ucap Irwan.
"di pantai seperti ini,makan ikan bakar enak juga ya bang. Aku mau ikan bakar saja deh bang. Minumnya air mineral dingin saja." ucap Cici.
"baik lah...! Aku pesan ya. Kamu tunggu disini ya." jawab Irwan.
Irwan yang sedang memesan makanan,Edo menghampiri Cici.
"itu pacar kamu sekarang? Dari tadi aku perhatikan,asik sekali kamu tertawa bersama,foto-foto bersama. Segitu mudahnya kamu move on dari aku ya?" ucap Edo.
"kenapa kamu ikuti aku sampai sini sih? Lebih cepat aku melupakan kejadian 2 tahun yang lalu,lebih baik kan...!" jawab Cici
Selesai Irwan memesan makanan,Irwan kembali duduk ke pondok. Irwan melihat Cici sedang berbincang dengan seorang pria memakai baju kaos putih,celana jeans,dan memakai topi berwarna putih.
"sedang bicara sama siapa Cici? Lebih baik aku kesana deh." ucap Irwan.
"siapa nama pria itu? Aku ingin mengetahuinya. Orang mana dia? Apa pekerjaannya?" tanya Edo.
"pertanyaan tidak berbobot...! Untuk apa kamu tahu itu semua. Lebih baik kamu pergi saja sana. Isteri kamu sudah menunggu kamu di rumah tuh!" jawab Cici.
"Ci...!" ucap Irwan.
"bang,bisa di cancel atau tidak makanannya bang? Aku jadi tidak selera makan. Lebih baik kita pergi saja dari sini bang." ucap Cici.
"tadi katanya kamu lapar? Kenapa emangnya? Ini siapa Ci?" jawab Irwan.
"hai bro...! Kenalin nama gue Edo." ucap Edo.
"nama gue Irwan. Salam kenal ya... Siapanya Cici ya?" jawab Irwan
"gue pacarnya Cici. Iya kan sayang....!" ucap Edo sambil merangkul Cici.
"stop ya Do! Jangan ngaku-ngaku deh kalau kamu itu pacar aku. Aku ini bukan siapa-siapa kamu. Jangan dengarin omongan dia bang. Dia ini sudah mempunyai anak dan isteri. Dia ini pria brengsek yang pernah aku kenal." jelas Cici.
"kamu kenapa sih sayang? Sudah aku bilang sama kamu ya....! Kamu itu hanya milik aku saja. Bukan orang lain." ucap Edo menarik tangan Cici.
"bro,jangan kasar sama cewek dong bro. Kan bisa dibicarakan baik-baik." ucap Irwan.
Cici menangis di pelukan Irwan. Tangan Cici yang sangat putih,kini berubah menjadi merah karena di tarik oleh Edo.
"sudah Ci! Kamu jangan menangis lagi. Coba jelaskan pria ini siapa? Aku hanya ingin penjelasan dari kamu saja." ucap Irwan.
Cici menceritakan semua hubungan dia dengan Edo.
"benar begitu bro?" tanya Irwan.
"yang jelas aku tidak mau pisah dari kamu." ucap Edo menatap ke arah Cici.
"itu namanya lo brengsek bro. Lo sudah punya isteri,masih saja dekati wanita lain. Benar keputusan yang di ambil oleh Cici. Lebih baik lo kembali ke isteri lo bro." ucap Irwan.
"lo tidak usah ikut campur ya...!" ucap Edo.
"dia berhak ikut campur ya Do. Karena dia pacar aku. Mau apa kamu?" ucap Cici.
Irwan terkejut mendengar ucapan Cici.
"pacar? Apa sudah seharusnya aku membuka hati aku kembali? 5 tahun aku menunggu Yeyen kembali,tapi tidak ada dia datang juga. Ya...! Lebih baik aku buka hati aku buat wanita lain saja. Lagian aku sudah tidak ada rasa sayang aku terhadap Yeyen." batin Irwan.
"pacar kamu bilang? Emang apa pekerjaan orang ini? Layak atau tidak buat kamu?" tanya Edo.
"jaga sikap kamu Do. Ini di tempat umum. Tidak penting kamu tahu apa pekerjaan pacar aku ya Do. Tapi dia layak buat aku. Bukan kamu. Sekarang kamu pergi,atau aku akan teriak maling. Biar semua orang disini pukulin kamu. Pergi..." ucap Cici.
"sebaiknya lo pergi sana bro. Jauhi Cici." ucap Irwan.
"lo siapa? Cici ini milik gue. Gue akan menikahi dia." ucap Edo.
"jangan mimpi Do. Sampai kapan pun aku tidak mau sama kamu." ucap Cici.
Irwan mendorong Edo supaya menjauh dari Cici. Teman-teman Irwan awalnya ingin berlibur saja ke pantai,melihat Irwan seperti berkelahi dengan orang lain,teman-teman Irwan langsung menghampirinya.
"kenapa Wan? Siapa nih orang?" tanya teman Irwan yang bernama Riki.
"buat keributan dia disini Ki. Bawa pergi orang ini dari sini Ki. Daripada gue tonjok nih orang." ucap Irwan.
"pergi dari sini tolong bro. Jangan buat keributan bro." ucap Riki.
"eh...! Teman lo itu sudah merebut cewek gue." ucap Edo.
Irwan membawa Cici pergi dari pantai itu.
"Ki,lo urus orang ini. Gue pergi dulu Ki. Gue sudah pesan makanan,lo makan saja ki. Dirumah gue ceritain ke lo." ucap Irwan.
"oke...!" jawab Riki.
"mau lo bawa kemana Cici? Balikin Cici ke gue. Woi.... Brengsek!" ucap Edo.
"sopan sedikit bro." ucap Riki.
Irwan membawa Cici ke kost an temannya yang bernama Barry.
"Bar,gue sama teman gue tidur di sini malam ini ya. Boleh kan?" ucap Irwan.
"boleh saja dong Wan. Teman,apa teman nih Wan? Gue kenal sama lo itu tidak 1 atau 2 tahun ya Wan. Kalau lo bawa cewek ke sini,berarti dia itu orang yang spesial." ledek Barry.
"panjang ceritanya Bar...! Ci,kamu istirahat saja dulu ci. Aku mau belikan kamu makan ya. Kamu lapar kan?" ucap Irwan.
"aku sudah tidak selera makan bang. Beli saja buat kamu. Aku mau telepon mama aku sebentar bang." ucap Cici.
"kamu harus makan dong...! Nanti kamu sakit Ci." ucap Irwan.
Cici menelpon mamanya,untuk memberi tahu Edo mengikuti dirinya sampai ke kota. Irwan selalu berada di samping Cici,untuk menenangkan Cici.
"halo ma! Ma,Edo ma..." ucap Cici.
"kenapa kamu menangis nak? Kenapa Edo?" ucap Mama.
"edo ngikuti ci ke kota ma! Tadi Ci bertemu dengan dia di pantai. Ribut kami di sana ma. Huhuhu...." jelas cici.
"Cici sayang...! Dengarin mama ya nak! Sekarang kamu telepon abang kamu. Suruh bang Wanto mengusir laki-laki itu. Emangnya pak Toto tidak sama kamu mak?" ucap mama.
"Pak Toto sudah Ci suruh istirahat di rumah bang Wanto." ucap Cici.
Irwan heran melihat Cici menelpon mamanya. Jika rumah abangnya di kota ini,kenapa Cici memilih kost.
"sekarang kamu dimana? Sama siapa kamu sekarang nak?" tanya Mama.
"ci sama teman Ci ma. Ci tidak mau merepotkan bang Wanto. Ma,kalau Edo ke rumah,usir saja dia ya ma. Edo itu sekarang pemakai ma. Ci tahu dari temannya. Mama jangan cerita sama bang Wanto dan bang Hendri ya ma. Mama ingat tujuan ci apa kan ma? Ci tutup dulu teleponnya ya ma. Assalamu'alaikum mama." ucap Cici.
"Jika si bungsu sudah memohon seperti itu,apa boleh buat! Yang penting kamu selalu menjaga diri kamu baik-baik ya sayang. Ya sudah...! Kamu jangan sampai telat makan. Wa'alaikum salam." jawab Mama.
Selesai Cici menutup telepon,Irwan bertanya kepada Cici.
"jadi,abang kamu ada di kota ini juga? Kenapa kamu memilih kost sih Ci?" tanya Irwan.
"iya bang. Abang aku yang pertama tinggal disini. Aku tidak mau merepotkan abang aku saja bang. Lebih baik aku kost kan." jelas Cici.
"terus,pak Toto itu siapa?" tanya Irwan.
"pak Toto itu tetangga aku di kampung. Tadi aku ke kota,numpang sama dia bang. Kenapa kamu nanya itu sih..." ucap Cici.
"ooo....! Terus aku siapa kamu?" tanya Irwan kembali.
"Teman aku kan...!" jawab Cici.
"jika aku teman kamu,kenapa kamu bicara seperti itu keoada pria brengsek itu?" ucap Irwan.
"hhhaaaahhh...! Kenapa di bahas lagi sih?" ucap Cici.
Ponsel Irwan berdering.
"lo dimana Wan?" tanya Riki.
"gue di kostnya Barry. Kesini lah lo Ki." belikan gue nasi bungkus 2 ya." ucap Irwan.
"aku tidak mau makan. Untuk kamu saja deh bang." ucap Cici.
"kamu harus makan. Apa kamu tidak dengar yang di bilang sama mama kamu tadi? Kamu jangan sampai terlambat makan." ucap Irwan.
"eh...! Malah asik ngobrol kalian ah! Jadi beli nasi bungkus atau tidak?" tanya Riki.
"iya jadi. Cepat Ki. Gue tunggu lo di sini." ucap Irwan.
Irwan menutup ponselnya. Barry ikut gabung ngobrol dengan Irwan dan Cici.
"ngomong-ngomong,aku belum tahu siapa nama kamu?" ucap Barry.
"nama aku Cici bang. Maaf aku sudah merepotkan abang." ucap Cici.
"aku tidak merasa di repotkan. Nama aku Barry. Salam kenal ya Ci. Kamu siapanya Irwan?" tanya Barry.
"awas lo macam-macam Bar...! Bisa lepas tangan Cici atau tidak? Pegang saja terus." ucap Irwan.
"kok cemburu lo Wan. Tadi bilang lo Cici ini teman lo. Apa salahnya gue salaman dengan Cici. Ya kan Ci?" ucap Barry.
"hahaha.....!" cici tertawa.
Seiringnya waktu,Irwan sudah mulai menyukai Cici. Tidak lama kemudian Riki dan pacarnya datang ke kost Barry.
"assalamu'alaikum... Kemana lah orangnya ini." ucap Riki.
"kami di ruang tamu Ki. Masuk saja lo ah. Biasanya juga main masuk saja." ucap Barry.
"ini pesanan lo Wan. Makan dulu deh kalian sana. Nanti cerita-cerita lagi." ucap Riki.
"widih...! Terimakasih Ki....!" ucap Irwan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!