Pricillia Myliarno Ricardo yang akrab di panggil Emily menatap langit malam di sebuah kota kecil di Valencia. Ia kembali ke negara ini karena ingin melupakan peristiwa yang membuatnya kehilangan segalanya dalam hidupnya. Emily menyesap minuman cokelat yang beberapa bulan ini menjadi minuman kesukaannya. Hidup sendirian di kota ini tanpa satu orang pun tau siapa dirinya. Ia meninggalkan Indonesia tanpa berpamitan pada orang yang selama ini begitu baik padanya. Ia juga tidak pamit pada anak asuhnya yaitu Arsha yang ia yakini pasti mencari keberadaannya atau bisa saja sudah melupakannya.
Empat bulan yang lalu hari yang menjadi kenangan terburuk dalam hidupnya. Emily masih begitu ingat kejadian yang membuatnya benar-benar hancur saat itu.
Malam itu seorang wanita tua menghubunginya dan mengajaknya untuk bertemu. Wanita tua yang mengaku sebagai Grandmanya yang merupakan Mommy dari Daddy-nya. Emily tidak menyangka malam itu akan bertemu dengan Grandmanya yang Daddy-nya bilang begitu mirip dengannya. Dan memang benar wanita tua itu memiliki kemiripan dengannya malah sangat mirip.
Pertemuan mereka terasa sangat kaku saat itu ditambah Grandmanya yang memasang wajah datar dan dingin padanya. Dan kekakuan itu berubah menjadi menegangkan dan juga menusuk hatinya. Kata kata dari Grandmanya membuatnya merasa benar benar hancur saat itu.
"Jangan pernah berpikir aku akan menerimamu, meski kau anak kandung dari Bastian itu bukan berarti anak yang lahir dari luar pernikahan bisa menjadi ahli waris dari kerajaan bisnis kami,"ucap Grandmanya saat itu.
Bagaikan di tusuk ribuan diri, hatinya yang awalnya begitu senang bisa bertemu dengan keluarga kandungnya kini mendadak perih akibat perkataan dari wanita tua yang ada di hadapannya saat itu.
Ia tidak pernah di minta dilahirkan diluar pernikahan. Salah apa dirinya hingga dihina seperti ini. Ia tidak pernah mengharapkan sepersen pun kekakayaan yang dimiliki Daddy-nya. Yang ia harapkan hanyalah kasih sayang dan kehangatan sebuah keluarga.
Setelah pertemuan itu dan memutuskan untuk kembali ke kediaman Dirgantara namun saat ia akan pulang seorang wanita paruh baya menghampirinya dan mengaku sebagai ibu kandungnya. Wanita yang pernah menghina saat pertama kali mereka bertemu. Ia tidak menyangka akan di lahirkan dalam lingkungan toxic seperti ini yang semuanya memuja harta dan kedudukan.
Pertemuannya dengan ibu kandungnya sama akan halnya pertemuannya dengan Grandmanya tadi. Ada keasingan yang ia rasakan apalagi wanita paruh baya itu juga tampak terkejut melihatnya. Dan tidak jauh dari mereka seorang pria yang saat itu mengaku sebagai Kakaknya menatapnya dengan senyum hangatnya.
"Maafkan Ibu,Nak,"ucap wanita paruh baya itu dengan wajah penuh permohonan. Wanita yang sudah membuang dan memberikannya pada orang lain. Wanita yang tidak pernah menginginkan kehadirannya kini datang padanya dan memohon untuk di maafkan.
Saat itu ia tidak kuasa menahan rasa sesak bercampur amarah apalagi setelah ia mengalami penghinaan dari Grandmanya. Semua yang ia rasakan bercampur menjadi satu dan begitu sangat menyesakkan hatinya. Ingin rasanya ia mengungkapkan semuanya pada wanita yang mengaku sebagai ibunya itu tapi tenggorokannya terasa tercekat.
Emily memilih untuk pergi dari hadapan wanita itu, untuk menjaga kewarasan pikirannya. Emily memilih menghubungi Yovan malam itu untuk menjemputnya. Meski mereka belum memiliki hubungan tapi hanya pria itu yang ia percaya saat itu.
Yovan yang saat itu sedang berada di sebuah pesta langsung menghampiri Emily. Pria itu memang memiliki perasaan pada Emily akan tetapi ia belum berani mengungkapkan perasaannya pada Emily.
Emily langsung masuk ke dalam mobil Yovan saat pria itu sampai. Emily mencium aroma alkohol dari tubuh Yovan saat pria itu membantunya memasangkan seat belt nya.
"Mas...kamu minum?,"tanya Emily menatap manik mata Yovan dari jarak yang begitu dekat. Tatapan mata mereka saling mengunci satu sama lain.
Yovan tersenyum tipis padanya dan itu sangatlah manis menurut Emily."Sedikit...apakah kamu marah jika aku minum?,"tanya Yovan yang masih menatap Emily dengan begitu lekat.
Emily menggeleng."Tidak...itu hak kamu Mas. Aku ini bukan siapa-siapa kamu yang melarang kamu untuk minum,"jawab Emily.
"Kalau begitu jadilah kekasihku,"ucap Yovan yang masih menatap Emily dengan jarak yang semakin dekat.
Emily sempat terkejut dengan pernyataan Yovan, meski ia menyukai Yovan tapi ia tau saat ini Yovan dalam pengaruh alkohol dan bisa saja besoknya pria itu melupakan ucapannya.
"Kamu itu mabuk Mas,"ucap Emily.
"Meski aku minum tapi aku tidak mabuk Emily, aku sadar dengan ucapanku,"jawab Yovan.
"Mas--
"Mau kan kamu menjadi kekasihku?,"tanya Yovan mengulangi pertanyaannya.
Emily tersenyum tipis lalu mengangguk pelan. Malam itu ia dan Yovan resmi menjadi sepasang kekasih. Ia melupakan kejadian beberapa saat yang lalu dan melupakan niatnya untuk mengatakan masalahnya pada Yovan.
Semenjak malam itu Yovan dan Emily seringkali jalan berdua dan itu tidak masalah bagi Nisa dan Dion. Nisa tau sudah saatnya juta Emily menentukan masa depannya.
Dan tidak terasa dua bulan sudah hubungannya dan Yovan terjalin. Bahkan Maya, Mama Yovan sudah merencanakan pernikahan mereka agar dilangsungkan secepatnya. Yovan juga sering memperkenalkan Emily sebagai kekasihnya dan calon istrinya setiap kali ia membawa Emily ke pesta rekan bisnisnya.
Dan begitu juga malam ini Yovan membawa Emily menghadiri pernikahan anak rekan bisnisnya. Malam ini Emily terlihat begitu sangat cantik dengan gaun pestanya. ia menjadi pusat perhatian semua orang yang ada di pesta itu dan itu menjadi kebanggaan untuk Yovan. Meski ia merasa sedikit jengkel dengan para pria yang terus saja memuji kecantikan Emily.
Namun siapa sangka jika malam itu adalah malam yang menjadi bumerang untuk keduanya. Ketika pagi menjelang Emily terbangun dalam dekapan hangat seorang pria yang tidak lain adalah Yovan. Mereka dalam keadaan polos saat ini. Bagaikan petir di siang hari Emily benar benar syok dengan apa yang terjadi padanya. Emily berteriak histeris membuat Yovan yang masih terlelap tiba tiba terbangun dan terkejut dengan keadaan mereka saat ini.
Yovan berusaha mengingat apa yang semalam terjadi. Ia memang sempat minum begitu itu Emily meminum minuman yang sama dengannya tapi--Yovan langsung merengkuh tubuh Emily kedalam pelukannya untuk menenangkan gadisnya itu dan berjanji akan bertanggungjawab dan segara menikahi Emily.
Ya semalam ia merasa tubuhnya terasa panas dan segera mengajak Emily untuk pulang tapi siapa sangka mereka malah melakukannya karena ia dan Emily sama-sama dalam pengaruh obat dan sialnya mereka melakukan didalam mobilnya.
Ia mengajak Emily untuk pulang dan meminta pada Mamanya untuk menikahkannya dengan Emily. Namun dalam perjalanan mereka mengalami kecelakaan dan Yovan kehilangan ingatannya termasuk Emily. Ia tidak mengingat Emily bahkan yang telah mereka lakukan semalam.
Karena itulah Emily saat itu berada disini. Ia pergi meninggalkan semuanya termasuk cintanya pada Yovan. Pria itu tidak mengenalinya meski keluarga Yovan meminta Emily bersabar tapi diaknosa dokter yang mengatakan Yovan kehilangan ingatannya secara permanen membuat Emily mundur apalagi sikap Yovan yang dingin padanya dan juga menjaga jarak dengannya.
...****************...
Emily menahan rasa sesak didalam dadanya saat teringat akan Yovan. Pria yang sudah merubah hidupnya secara drastis. Kini pria itu tidak mengingatnya lagi meski ia sudah berusaha membuat Yovan mengingat dirinya dan juga malam itu tapi Yovan malah mengatakan ia berbohong.
Emily mengusap air matanya yang jatuh di pipinya, sekuat apapun ia melupakan Yovan ia tidak pernah berhasil. Di dalam tubuhnya ada benih pria itu dan yang akan selalu mengingatkannya pada pria itu.
"Mama janji Nak, hanya akan ada kita berdua selamanya,"lirih Emily mengusap perutnya yang mulai membuncit.
Emily mengadahkan kepalanya keatas agar air mata tidak lagi membasahi pipinya. Cukup sudah air matanya selama ini karena tidak akan merubah apapun. Yovan tidak akan mengingatnya lagi,selamanya. Bahkan pria itu tidak akan pernah mengenali anaknya begitu juga sebaliknya. Emily tidak akan pernah memberitahu siapa ayahnya pada anaknya kelak. Anaknya tidak perlu tau siapa ayahnya yang nantinya akan hanya akan membuat anaknya terluka.
Emily kembali masuk ke dalam rumah, ini sudah terlalu malam dan ia harus beristirahat karena besok pergi pekerjaan sudah menunggunya. Meski sebenarnya ia memiliki sebuah tabungan tapi ia akan kami gunakan nantinya untuk pendidikan anaknya. Biarlah sekarang ia bekerja selagi ia sanggup.
****
Sementara itu di Indonesia seorang pria tengah sibuk dengan pekerjaannya. Sudah empat bulan ini pria itu selalu menghabiskan waktunya dengan bekerja dan bekerja. Ia dinyatakan mengalami amnesia secara permanen setelah kecelakaan yang menimpanya empat bulan yang lalu. Butuh waktu beberapa minggu untuknya bisa menyesuaikan diri kembali pada pekerjaannya.
Yovan Hadiwijaya, semenjak mengalami kecelakaan saat itu pria itu semakin bersikap dingin dan gila kerja. Meski berulang kali Mamanya mengatakan jika ia pernah memilki hubungan dengan gadis yang bernama Emily tapi ia diam saja dan malah pernah mengatai gadis murahan setelah gadis itu mengatakan jika ia dan gadis itu pernah melakukan hubungan terlarang sebelum terjadinya kecelakaan itu. Dan semenjak itu ia tidak pernah lagi melihat keberadaan gadis itu. Dan Mamanya mengatakan jika gadis itu pergi entah kemana tapi baginya itu lebih baik karena tidak ada lagi yang menganggu setiap hari untuk mengingat kenangannya mereka yang sama sekali tidak bisa ia ingat.
"Yovan... sampai kapan kamu akan seperti ini?. Kamu harus mencari keberadaan Emily. Ini sudah empat bulan Yovan, Emily menghilang,"ucap Maya mendatangi kantor anaknya. Ia mencemaskan keberadaan Emily yang entah di mana keberadaannya.
Yovan menatap Maya, wanitanya yang katanya adalah ibunya. Yovan mempercayai jika Maya adalah ibunya dengan bukti foto-foto masa kecilnya."Ma.. biarkan saja dia pergi, itu adalah haknya,"jawab Yovan.
"Yovan....Mama kecewa sama kamu. Mama tidak mau tahu, cari Emily sampai ketemu. Hanya Emily yang akan menjadi menantu Mama,titik,"ucap Maya.
Yovan menghela nafas beratnya. Apakah benar ia memiliki hubungan dengan Emily sebelumnya hingga Mamanya begitu ngotot memintanya untuk mencari keberadaan Emily. Saat terakhir melihat Emily dan menatap sekilas matanya ada begitu banyak rasa sakit di kedua matanya. Dan entah kenapa saat itu ia merasa ikut merasakan sakitnya. Tapi ia tidak bisa mencegah kepergian gadis itu dan membiarkannya pergi. Tapi ia masih ingin kata kata gadis itu.
"Mas...tidak apa kamu tidak bisa mengingatku, tidak apa kamu menghinaku tapi jangan menghina perasaanku padamu. Sesuai keinginanmu aku akan pergi dan tidak akan pernah lagi muncul di hadapanmu".
"Yovan...kamu dengar Mama tidak sih?,"ucap Maya melihat sang anak malah melamun. Sebenarnya ia memiliki bukti hubungan Yovan dan Emily yaitu berupa foto-foto kedekatan keduanya di ponsel milik Yovan. Tapi anehnya ponsel itu tiba-tiba hilang entah kemana dan itu menyulitkannya untuk memberikan bukti pada Yovan. Ia sangat berharap Tuhan memberikan keajaibannya dan memberikan kembali ingatan putranya.
"Oke...aku akan cari Emily,"jawab Yovan. Yovan sebenarnya juga berusaha untuk mengingat siapa Emily karena semua orang memintanya untuk mencari keberadaan gadis itu. Tapi semuanya nihil karena ia tidak bisa mengingat apapun. Amnesia permanen yang di alaminya membuatnya melupakan semua orang yang berhubungan dengannya.
Maya tersenyum lebar."Bagus. Ingat Yovan, hanya Emily yang akan menjadi menantu Mama dan Mama tidak mau yang lainnya. Meski kamu mengalami hilang ingatan tapi kamu tetap harus menikahi karena itu sudah menjadi keinginan kamu dan Emily dulunya. Dan satu jam sebelum kecelakaan kamu saat itu kamu mengatakan jika kamu ingin pernikahan kalian segera dilaksanakan," ucap Maya berusaha mengingatkan kembali Yovan akan kenangannya bersama Emily.
Yovan terdiam mendengar ucapan Mamanya, benarkah seserius itu hubungannya dengan Emily dulunya. Tapi jika benar apa yang dikatakan Mamanya jika ia dan Emily sudah merencanakan pernikahan mereka sebelum kecelakaan itu terjadi maka ia harus mencari keberadaan gadis itu.
"Yovan...siapa tahu dengan kamu dan Emily menikah kamu bisa mendapatkan ingatan kamu kembali. Meski Dokter mengatakan mustahil akan terjadi tapi kita tidak tahu kuasa Tuhan,"ucap Maya terus berusaha melunakkan hati Yovan.
"Mama tahu kamu lupa akan kenangan kamu bersama Emily, tapi coba dalami hati kamu Nak karena hati itu tidak bisa berbohong," sambung Maya. Dia begitu mencemaskan keberadaan Emily apalagi Kakak angkat suami juga tidak bisa menemukan keberadaan Emily. Begitu juga dengan keluarga Dirgantara yang tidak tahu kemana perginya Emily.
Setelah mengatakan itu Maya pergi dari ruangan anaknya itu. Ia ingin Yovan memikirkan ucapannya dan mau segara mencari keberadaan calon menantunya yang kini entah di mana keberadaannya. Ia begitu sangat menyukai Emily dari awal bertemu dengan gadis itu dan ia merasa hanya Emily yang bisa mengimbangi anaknya. Dan saat ia tahu Yovan dan Emily memiliki hubungan dan berencana menikah ia begitu bahagia. Anak laki-laki satu-satunya itu akan melepas masa lajangnya namun naas sebuah kecelakaan merubah segalanya. Yovan mengalami amnesia dan melupakan gadis yang di cintainya. Dan yang lebih membuatnya syok adalah Emily pergi entah kemana dan tidak ada satu orang pun yang tau kemana gadis itu pergi.
***
"Yovan... kenapa tidak mengangkat panggilan teleponku?," ujar seorang wanita memasuki ruangan Yovan.
"Aku sibuk...,".jawab Yovan tanpa menoleh pada wanita yang kini berdiri di depan meja kerjanya.
"Ck selalu saja begitu. Yovan kapan kamu ada waktu untukku?.Kamu itu selalu saja sibuk dengan pekerjaanmu ini," rengek wanita itu.
Yovan mengalihkan tatapannya pada wanita itu dan menatapnya dengan tajam."Memangnya siapa dirimu yang harus aku prioritaskan?,"tanya Yovan yang sebenarnya muak dengan wanita yang mengaku sebagai kekasihnya ini.
"Aku Maura, kekasih kamu,"jawab wanita yang bernama Maura itu.
"Benarkah kamu kekasihku dulunya?. Kenapa Mamaku tidak pernah menyebutmu sebagai kekasihku?.Malah Emily yang sering di sebut MAmaku sebagai kekasihku,"ucap Yovan membuat Maura mengepalkan kedua tangannya berusaha untuk menahan amarahnya agar tidak meledak.
"Yovan...kamu belum pernah mengenalkan aku kepada keluargamu jadi Mamamu belum mengenalku,"jawab Maura.
"Yovan... percayalah aku ini kekasihmu dan kita sudah merencanakan sebuah pernikahan,"bujuk Maura memegang lengan Yovan berharap Yovan mempercayai ucapannya.
Bukannya percaya, Yovan malah menyentak tangan wanita itu dengan kasar."Jangan menyentuhku!,"ucap Yovan membiarkan Maura jatuh terduduk di atas lantai.
"Yovan--
"Keluar...!,"teriak Yovan dengan keras sehingga sekertarisnya yang ada diluar masuk ke dalam melihat apa yang terjadi.
"Karin kenapa kamu mengizinkan wanita ini masuk?,"ucap Yovan pada sekretaris keduanya.Karin adalah sahabatnya dan itu pengakuan wanita yang sudah memiliki satu orang anak itu.
"Pak Yovan...tadi saya tidak berada di tempat karena menyiapkan ruangan meeting,"jawab Karin dengan bahasa formalnya melirik Maura memberengut kesal.
"Bawa wanita ini keluar dan jangan pernah mengizinkannya datang kesini lagi,"ucap Yovan.
"Yovan--
"Pergi atau kau ku lempar dari atas gedung ini!,"jawab Yovan dengan tatapan tajamnya.
Mau tak mau Maura pergi dari ruangan Yovan, ia akan membuat Yovan terikat dengannya apapun caranya.
...****************...
Emily terkejut saat atasannya mengatakan jika klien mereka yang ada di Indonesia ingin bertemu langsung dengan Emily. Emily memang bekerja pada sebuah perusahaan sebagai desain interior pada perusahaan-perusahaan besar yang akan dibangun. Gadis itu selama ini diam-diam memiliki bakat yang bisa untuk mendesain saat sekolah dulu. Perusahaan ini memberikannya kesempatan untuk berkarir meski Ia hanya tamatan menengah atas.
Pertemuannya pertama kali dengan atasannya adalah ketika ia sampai di negara ini atasannya inilah menyelamatkannya dari pencopet. Atasannya ini memberikannya tempat tinggal yang saat ini ia tempati.
"Tapi Bu...bisakah pertemuannya bisa ditunda setidaknya setelah saya melahirkan?," tanya Emily. Dia tidak mungkin melakukan perjalanan jauh ke Indonesia dalam keadaan hamil seperti ini.
Atasannya terkekeh mendengar pertanyaan Emily."Saya tidak meminta kamu pergi ke Indonesia Emily tapi kita akan bertemu di negara ini. Klien kita tertarik dengan desain yang kamu buat dan mereka ingin bertemu langsung denganmu," ucap wanita modis yang merupakan atasan Emily.
"Saya kira saya harus ke Indonesia. Maafkan saya yang terlalu berpikir negatif Bu,"jawab Emily.
"Saya juga tidak setega itu membiarkanmu ke Indonesia sendirian dalam keadaan hamil muda seperti ini Emily. Kamu itu sudah saya anggap seperti putri saya sendiri,"ucap atasan Emily yang bernama Grace itu dengan senyaman lembutnya.
"Terima kasih Bu sudah menganggap saya seperti anak ibu sendiri. Kalau begitu saya melanjutkan pekerjaan saya dulu," jawab Emily.
"Tunggu dulu Emily!, Bagaimana dengan tawaran saya beberapa waktu yang lalu untuk kamu melanjutkan pendidikan kamu. Semua pendidikan kamu akan ditanggung perusahaan," ucap Grace. Ia yakin jika Emily melanjutkan pendidikannya maka bakat yang dimiliki wanita ini akan lebih berkembang.
"Apakah ibu benar-benar serius memberikan saya beasiswa untuk melanjutkan pendidikan saya?," tanya Emily.
"Tentu. Karena saya yakin bakat kamu akan jauh lebih berkembang jika kamu melanjutkan pendidikan kamu di bidang yang sama.Dan saya sudah mencarikan universitas yang cocok untuk kamu," jawab Grace.
"Baiklah Bu Terima kasih atas kesempatan yang Ibu berikan selama ini kepada saya. Jika bukan ibu yang menolong saya mungkin saat ini saya tidak akan seperti sekarang ini,"ucap Emily dengan tatapan penuh haru.
"Sama-sama Emily. Kamu itu mengingatkan saya pada mendiang putri saya. Oh ya untuk jadwal kuliah kamu kamu bisa kuliah pulang dari perusahaan jam 03.00 sore," jawab Grace.
"Nanti siang kita langsung ke universitasnya," ucap Grace.
"Sekali lagi terima kasih Bu atas kesempatannya. Saya berjanji tidak akan mengecewakan Ibu,"jawab Emily menyalami tangan Grace.
"Iya sama-sama,"ucap Grace.
Emily pamit untuk kembali ke ruangannya, Ia benar-benar bersyukur bisa dipertemukan dengan wanita yang bernama Grace yang sudah memberikannya banyak kesempatan.
Emily berharap di negara ini dia bisa menemukan kebahagiaan yang bersama anaknya kelak jauh dari orang-orang toxic yang tidak mengharapkan kehadirannya. Emily tersenyum tipis mengingat Daddynya yang pasti saat ini mencari keberadaannya. Tapi sesuai janjinya pada grandma nya ia tidak akan menemui Daddy-nya lagi.
Emily menatap foto Arsha yang sengaja ia bawa. Ia merindukan anak asuhnya itu saat ini. Ia yakin Arsha pasti mencari keberadaannya dan akan merajuk jika tidak menemui keberadaannya satu hari saja. Tapi ia yakin telah terbiasa Arsha tidak akan mencari keberadaannya lagi apalagi ini sudah 4 bulan berlalu pasti Arsha sudah melupakannya.
"Nany janji suatu saat kita akan bertemu lagi sayang. Mungkin saat itu tiba kamu tidak akan mengenali Nany lagi," lirih Emily menatap foto Arsha dengan kedua matanya yang mulai berkaca-kaca.
Emily begitu merindukan kehangatan keluarga Dirgantara yang sudah menganggapnya seperti keluarga sendiri. Apalagi Nyonya Raisa yang menyayanginya seperti putrinya sendiri. Dan juga Tante Maya wanita yang pernah akan menjadi calon mertuanya. Iya merindukan wanita-wanita hebat yang selalu ada untuknya ia tidak bisa kembali ke Indonesia saat ini. Banyak luka yang ada di sana tidak ingin lagi bertemu dengan orang-orang yang sudah melukainya.
***
Emily melangkahkan kakinya memasuki sebuah restoran sama dengan Grace menemui klien mereka yang ingin bertemu langsung dengannya. Wanita yang memiliki bola mata abu-abu itu terlihat begitu cantik dengan mini dress warna navy yang ia kenakan yang dan dipadukan dengan blazer berwarna putih.
Emily begitu terkejut saat mengetahui siapa klien mereka kali ini. Ia tidak menyangka akan bertemu dengan orang yang dulu memberinya pekerjaan.
"Tuan Dion...,"gumam Emily berusaha menyembunyikan keterkejutannya.
"Emily kenalkan ini Tuan Dion Dirgantara pengusaha sukses yang berasal dari Indonesia. Beliau inilah memakai desain milikmu. Rencananya Tuan Dion Dirgantara ini akan membangun perusahaan cabangnya di kota ini," ucap Grace memperkenalkan Dion kepada Emily.
Emily terlihat mengangguk pelan dan melempar senyuman tipisnya pada Dion, meski pria itu menatap datar padanya tapi ia sudah terbiasa dengan sikap Dion ini. Emily langsung duduk di hadapan Dion bertepatan bersebelahan dengan Yudi yang merupakan asisten kepercayaan Dion.
Berbeda dengan Dion, Yudi malah terlihat terkejut melihat Emily datang bersama Grace. Dia itu menatap selidik pada Emily gadis yang berapa bulan ini ia cari atas perintah Dion. Tapi dia malah bertemu dengan Emily hari ini di restoran ini.
"Kamu benar-benar Emily, bukan?," katanya Yudi pada Emily. Meski penampilan Emily sedikit berbeda dari sebelumnya tapi Yudi yakin jika Emily adalah gadis yang ia cari keberadaannya selama ini.
"Maaf Pak Yudi, anda mengenal Emily sebelumnya?,"tanya Grace menatap satu persatu pada Yudi dan Emily.
"Emily saya tidak menyangka jika kamu memiliki bakat terpendam seperti ini," ucap Dion tiba-tiba. Saat ia melihat desain yang dikirimkan keras kepadanya dan di sana tertera paraf Emily yang begitu ia kenali. Dan ia menyamakan paraf itu dengan dengan tanda tangan kontrak yang ditandatangani Emily pengasuh Arsha dan ternyata mirip. Dan untuk membuktikan kecurigaannya ia sengaja meminta pada gelas untuk bertemu langsung pada Emily dan ternyata dugaannya benar. Dion tidak mengerti kenapa Emily pergi meninggalkan keluarganya begitu saja tanpa pamit.
Dion meminta waktu pada Emily untuk berbicara berdua setelah mereka selesai melakukan pertemuan. Dia ingin tahu alasan apa Emily meninggalkan kediaman orang tuanya terutama Arsha yang sampai saat ini sering menanyakan keberadaannya.
"Kenapa pergi?," tanya Dion berdiri membelakangi Emily yang berdiri tak jauh darinya.
"Maafkan saya Tuan, ada suatu hal yang tak bisa saya jelaskan," jawab Emily.
"Dan saya mohon jangan mengatakan pada siapapun tentang keberadaan saya di sini," sambung Emily tatapan penuh permohonan meski Dion tidak menatapnya.
"Kamu sudah menikah?," tanya Dion dengan suara yang terdengar dingin.
Emily menyentuh perutnya, Dion pasti sudah mencurigai perubahan fisik pada tubuhnya. Ia tidak tahu harus menjawab apa saat ini jika ia sudah jawab sudah menikah Dion pasti menanyakan siapa suaminya.
"Tuan saya harap Tuan tidak memberitahu siapapun tentang keberadaan saya saat ini di sini. Saya harap hanya Tuan dan Pak Yudi yang tahu tentang saya di sini," jawab Emily mengalihkan pembicaraan mereka.
"Arsha terus menanyakan keberadaanmu sampai berapa waktu yang lalu dia jatuh sakit karena terlalu merindukanmu. Dan apakah kepergianmu ada hubungannya dengan amnesia yang dialami Yovan?," tanya Dion.
"Maaf Tuan kita harus segera kembali karena sebentar lagi kita ada meeting," ucap Yudi yang datang menghampiri keduanya.Dion mengangguk pelan lalu melangkah meninggalkan Emily.
Emily menghembuskan nafas lega ia tidak harus menjawab pertanyaan Dion. Tapi kata-kata terakhir Dion yang mengatakan Arsha jatuh sakit karena dirinya membuatnya merasa bersalah.
...****************...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!