Namanya Kartina, gadis berusia 18 tahun dan masih duduk di bangku kelas XII SMA. jurusan yang dia ambil IPS. lahir di Bandung pada tahun 2001. Dia merupakan anak bungsu dari tiga saudara. salah satunya Kartini yang merupakan kembaran nya. kehidupan keluarga nya terbilang cukup sederhana. hobby cukup unik, yaitu menulis buku diary.
Di sore hari, waktu itu Kartina sedang duduk di depan teras rumahnya sambil terfokus pada ponselnya. Dia tidak sendiri, di temani Kartini yang merupakan kembaran nya. saat matanya tertuju pada ponsel yang dia genggam, salah satu teman di Facebook menuliskan sesuatu di status nya katanya.
' Seve' sambil mempromosikan nomer WhatsApp nya.
Kartina pun langsung menuliskan nomer whatsapp nya di kolom komentar orang itu. pikirnya saat itu, hitung- hitung nambah pertemanan di kontaknya.
Tak lama dari situ, sebuah notifikasi muncul di layar ponselnya. Katanya
0857********
P
^^^KARTINA^^^
^^^Iya siapa?^^^
0857********
ARES.
Nama kamu siapa?
^^^KARTINA^^^
^^^Panggil aja Tina.^^^
0857********
OKE, AKU SAVE YA.
^^^KARTINA^^^
^^^Baiklah hehe^^^
ARES.
kamu asal mana?
^^^KARTINA^^^
^^^Bandung^^^
ARES
Gak salah lagi.
^^^KARTINA^^^
^^^kenapa?^^^
ARES.
Orang bandung
pada cantik²
^^^KARTINA^^^
^^^bisa aja ah wk^^^
ARES SEBASTIAN
kmu kelahiran tahun brpa?
^^^KARTINA^^^
^^^2002^^^
^^^Kamu sendiri?^^^
ARES SEBASTIAN
05 September 2003
Percakapan sebatas ketikan pun berhenti setelah waktu sudah menjelang tengah malam.
Kartini yang melihat adiknya terlihat tertawa sendiri mengernyit dahinya bingung.
"Eh ayo masuk, udah magrib." Katanya sambil menepuk pundaknya, Kartina pun cukup sedikit terkejut.
"Eh iya kak." jawab nya masih dengan tertawa pelan.
"Lagi chating sama siapa sih, asik bener
kayaknya." Kartina tidak menjawab nya, dia hanya menampilkan senyuman manis pada Kartini, lalu kemudian masuk ke dalam rumah. Kartini pun di buat geleng- geleng dengan tingkah adik nya yang terbilang aneh.
•••••
Malam ini, Kartina dan keluarga sedang duduk di kursi meja makan. menikmati makan malam seperti keluarga pada umumnya. Mereka bisa di katakan keluarga sederhana, bukan dari keluarga yang kaya raya. bahkan pak Yanto yang merupakan bapak dari Kartina sekaligus Kartini, hanya seorang pedagang nasi goreng di pinggir jalan, yang biasa pulang jam 11 malam setiap harinya.
"Makan dulu tin, jangan main HP terus." ucap Bu siti yang merupakan dari ibunya.
Kartina tidak menjawab, dia terlihat fokus pada ponselnya. melanjutkan chat nya dengan Ares yang tertunda tadi.
Kartini yang mulai kesal dengan Kartina, langsung menegurnya.
"Tin." Masih tidak ada jawaban dari Kartina.
"Tina! kamu gak denger mamah ngomong apa? Makan dulu, taro dulu ke hp nya."
"Eh iya maaf."
"Kamu teh lagi chatan sama siapa sih? gak biasanya kamu kaya gini." lanjut Kartini.
"Adalah kak, kepo amat." jawabnya.
"Maklum, orang kalau jatuh cinta ya gini, bucin kalau kata anak zaman sekarang mah haha " ucap pak Yanto yang merupakan bapaknya.
"Bapak apa sih, udah ah lanjut makan." mereka pun mulai menyantap makanannya masing -masing.
Kartini yang melihat adiknya pokus pada ponselnya pun menatap kesal. Tapi dia tidak mempermasalahkan itu. maklum kalau orang udah jatuh cinta. Rela ngorbanin waktu nya buat orang yang dia sayang.
•••••••
Ares terlihat fokus pada ponselnya bahkan tanpa dia sadari langit sudah menjelang malam, cowok itu terlihat asik chatan dengan perempuan yang dia kenali di sosial media.
Bu Iis, berusaha memanggil-manggil putra nya untuk masuk ke dalam rumah. namun Ares tidak menghiraukan panggilan nya. wanita paruh baya itu berjalan ke arah teras rumah. dan ternyata, Putranya itu terlihat sibuk dengan ponselnya tanpa lihat waktu. dari situ, Bu Iis geleng-geleng kepala.
"Ares! masuk, gak lihat udah magrib?" Bu Iis menegurnya.
Dari situ, Ares langsung menatap langit, ternyata sudah malam, jujur, cowok itu tidak sadar jika suasana langit kian menghitam.
"Marahin aja Tante, kalau bisa suruh tidur di luar aja haha." sahut Aldo yang terlihat tengah berada di jendela kamarnya.
"Berisik!" timpal Ares menatap sinis ke arah Aldo.
"Masuk!"
"Iya mah ini mah masuk." Ares berdiri dari kursi, perlahan dia mulai masuk ke dalam rumah.
"Do, kamu udah makan belum?" tanya Bu Iis dengan nada lembut.
"Belum Tante, lagi malas masak." jawab Aldo.
"Sini ke rumah, kita makan malam bareng."
"Sebentar Tante." dari situ, Aldo langsung segera keluar rumah nya, lalu berjalan menuju rumah Ares.
Rumah keduanya saling berhadapan, Aldo, cowok itu tinggal sendiri di rumahnya, kedua orangtuanya sudah pisah semenjak dia masuk SMP. ibunya sempat menitipkan Aldo pada Bu Iis, jadi Bu Iis punya tanggung jawab untuk menjaga sekaligus merawat Aldo seperti anaknya sendiri.
•••••
Selesai mandi, Ares langsung keluar kamar untuk makan malam, tatapannya tertuju pada Aldo yang tengah lahap makam di meja makan bersama ibunya.
"Buset, sudah makan aja nih anak." Sindir Ares.
"Mandi Lo lama kayak cewek, makanya gue makan duluan." jawab Aldo sambil lanjut makan.
Bu Iis berdiri dari kursi setelah makanan sudah habis. Ares yang melihat itu langsung geleng-geleng.
"Tadi bilang nya mau makan malam bareng. tapi malah sudah habis duluan."
"Kan masih ada Aldo, sudah buruan makan." jawab Bu Iis.
"Do, kalau mau nambah, nambah lagi aja." lanjut bu Iis, lalu pergi ke dapur.
"Siap Tante."
Dari situ, Ares langsung duduk di kursi, lalu mulai mengambil nasi.
"Sudah gue tungguin nih, gue rela nambah buat Lo." ucap Aldo pada Ares sambil menambah nasi ke atas piring.
"Rela.. bilang aja nagih iya ,kan?" jawab Ares.
"Iya hehe soalnya masakan nyokap Lo enak banget."
"Nyokap Lo juga, anggap aja kali kayak ibu Lo sendiri."
"Terus gue manggil Lo apa dong?" tanya Aldo.
"Sayang."
"Najis."
"Haha."
"Entar malam, Lo nginap di rumah gue ya Res?" pinta Aldo.
"Lo aja lah nginep di rumah gue." jawab Ares.
"Emang Lo gak kasihan sama gue yang sendirian di rumah." ucap Aldo dengan mata berbinar.
"Lo kira nyokap gue gak sendirian? kalau tiba-tiba ada duda masuk gimana? Lupa kalau nyokap gue janda juga?" Aldo yang mendengar itu terkekeh pelan. mereka berdua pun melanjutkan makan malamnya kembali.
••••••
Malam ini Aldo terlihat tengah menunggu kedatangan Ares ke rumahnya. namun, temannya itu tidak kunjung datang juga. Aldo pun memutuskan untuk menghampiri Ares ke rumahnya.
Aldo Langsung masuk begitu saja tanpa ada kata permisi dan itu sudah biasa. Aldo sudah menganggap Bu Iis, seperti orang tuanya sendiri, begitu juga dengan rumahnya. sudah dia anggap seperti rumah sendiri.
Aldo berjalan ke kamar Ares, cowok itu langsung masuk tanpa mengetuk pintu.
"Buset, gue tungguin di rumah ternyata malah asik sendiri." ucap Aldo sambil geleng-geleng kepala.
"Lah emang mau ngapain?"
"Temenin gue tidur."
"Enggak, udah sih tidur sini aja, sama aja kan di kasur?"
"Bantal Lo bau."
"Sembarangan."
"Coba aja cium sendiri."
Ares mencium bantalnya, dan ternyata memang benar. bantal nya itu memang bau.
"Bau kan?"
"Enggak, orang wangi." ucap Ares berbohong, dia cuma tidak mau malu di depan temannya. meski jujur rasanya Ares ingin muntah.
"Bohong!"
"Udah ah, sini gue mau cerita, gue baru dapat cewek kenalan nih, cantik banget orangnya." ucap Ares mengalihkan pembicaraan sekaligus ingin bercerita.
"Siapa?"
"Kartina, dia orang bandung." jawab Ares.
"Oh." ucap Aldo menatap malas pada sahabatnya.
"Lo kenapa sih? kaya gak senang banget lihat gue bahagia."
"Gapapa, gue cuma takut kalau Lo pacaran Lo lupa sama gue." ucap Aldo jujur.
Alasannya dia takut kesepian, cuma Ares yang selalu ada buatnya, Aldo paham, bahwa setiap orang mempunyai kesibukan nya masing-masing, tapi jujur, Aldo paling takut sama yang namanya kehilangan. sudah banyak kehilangan di hidupnya, dia cuma tidak mau ngerasain kehilangan untuk kesekian kalinya.
"Gue janji, gue bakalan selalu ada buat Lo."
Ares, pagi ini cowok itu terlihat sedang tertidur pulas dengan kedua mata yang masih tertutup. tanpa dia sadari, Aldo yang merupakan sahabat nya sedari tadi terlihat bingung. dengan cara apalagi supaya sahabat nya itu bisa bangun, padahal jam sudah menunjukkan pukul 06:40 namun cowok itu masih belum bangun juga.
untungnya dia sendiri sudah bangun dari jam 05.00 pagi, dari tadi dia memikirkan gimana caranya agar sahabatnya itu bisa bangun, mungkin dengan cara satu ini sahabatnya bisa bangun dan segera siap-siap untuk pergi ke sekolah.
Aldo mengambil air dari dalam toilet dengan menggunakan gayung. lalu kembali ke kamar Ares untuk segera menyiram nya dengan air.
Ares terkejut bukan main setelah Aldo menyiram nya dengan menggunakan air.
"Bangun udah jam berapa ini, buru bangun buru, bisa telat nanti."
"Lo apaan sih pake siram gue segala! basah ini, tai Lo." Ares tidak terima.
"Lagian sudah gue bangunin dari subuh juga masih belum bangun -bangun. masuk neraka Lo gak sholat subuh." ucap Aldo.
Ares mengambil ponselnya di atas kasur dengan kondisi setengah sadar. Ares terkejut saat dia melihat ponselnya sudah menunjukkan pukul 06:40. dia langsung masuk ke kamar mandi dengan terburu-buru membilas wajah nya dengan sabun cuci muka. setelah itu Ares menggosok giginya.
Aldo yang melihat itu hanya geleng-geleng kepala, setelah itu Aldo memutuskan untuk menunggu nya di depan teras. sementara Ares, cowok itu memilih untuk tidak mandi, pasalnya itu sudah jadi kebiasaan kalau dia kesiangan. Asalkan dia tidak terlambat ke sekolah.
setelah selesai semuanya, dari mulai, memasukan baku pelajaran, mengganti baju nya dengan seragam, Ares segera keluar kamar, menemui Aldo yang tengah duduk sambil menatap nya datar.
"Nyokap gue kemana?"
"Pasar." ucapnya acuh.
"Terus uang jajan gue mana?"
"Udah sih malah bahas uang jajan, buruan nanti telat." ucap Aldo kesal.
"Gak bisa lah, terus nanti gue gak makan dong di kantin."
"Udah pake duit gue aja, buru."
Dari situ, keduanya segera berangkat ke sekolah menggunakan sepeda motor berdua. untungnya jarak antar rumah ke sekolah tidak jauh, hanya menempuh jarak lima menit dari rumah. Tapi tetap aja mereka terlambat, orang hari ini hari Senin. sudah jelas semua murid pasti tengah kumpul di lapangan.
Dari kejauhan, keduanya sudah melihat seorang satpam hendak menutup gerbang nya, saat keduanya tiba di depan gerbang, Ares dan Aldo langsung turun dari atas motor. memohon untuk di bukakan gerbang.
"Pak pak bentar dulu pak." ucap Ares pada seorang penjaga sekolah. yang tak lain adalah pak Ahmad.
"Tidak bisa, kalian sudah telat. sana pulang lagi ke rumah."
Pak Ahmad hendak menutup gerbang nya, namun lagi dan lagi Ares berusaha menahan nya.
"Iya saya tau pak, tapi posisinya saya itu piket hari ini di lapangan. kotak P3K (pertolongan pertama pada kecelakaan)nya juga ada di dalam tas saya. terus kalau misalkan ada kejadian yang pingsan di lapangan bapak mau tanggung jawab?" ucap Ares berbohong, padahal bukan dia pemegang kotak tapi anggota PMR yang lain.
Ares merupakan ketua umum di PMR, yang tugasnya mendampingi ketua untuk mengatur setiap ada acara di sekolah. atau bisa di bilang ekskul .
Pak Ahmad terdiam sebentar, pak Ahmad sudah lumayan cukup mengenali Ares dan Aldo, keduanya cukup aktif di organisasi. jadi tidak ada salah nya pak Ahmad memberikan satu kesempatan buat mereka. dari pada ujung nya pak Ahmad kena masalah kan?
"Yaudah, kalian boleh masuk."
Ares menatap Aldo sambil menaikkan sebelah alisnya. tak lama dari situ, mereka masuk ke gerbang. Ares sempat meminta izin kepada pak Ahmad untuk menitipkan tasnya bersama Aldo di pos satpam, lalu mengambil kotak P3K di dalam tas.lalu keduanya segera berjalan ke samping lapangan yang sudah banyak para murid berbaris di sana.
"Pinter juga Lo."
"Iya lah, masa bego terus haha."
Dengan langkah seperti orang mau maling. Ares berjalan ke barisan kelasnya bersama Aldo. Mereka berbaris di kelas X IPS 2. salah satu teman kelasnya menatap Ares bingung. kok mereka bisa masuk? Pikirnya.
"Kok Lo bisa masuk?"
"Biasa orang penting." jawab Ares enteng, Aldo yang mendengar itu terkekeh pelan sambil hormat dengan sebelah tangannya.
•••••
Setelah selesai istirahat, Kartina dengan kedua temannya memutuskan untuk kembali masuk ke dalam kelas. mereka Elisa dan Lilis. saat Kartina hendak duduk di kursi, Kartina menemukan sebuah coklat yang entah dari siapa dia juga tidak tau. Kartina bingung, begitu juga dengan kedua sahabatnya.
"Dari siapa tin?" tanya Elisa yang merupakan teman satu bangku Kartina.
Kartina mengangkat kedua pundaknya sebagai bentuk jawaban tidak tahu.
"Kalau gak mau buat gue aja tin hehe." timpal Lilis polos.
"Ambil aja." jawab Kartina tidak peduli dengan coklat di depannya.
"Makasih beb." Lilis langsung mengambil Coklat itu dengan antusias.
Sementara Elisa, cewek itu terdiam, seperti nya Elisa tau siapa di balik orang yang mengirim coklat itu.
"Mau gak?" tawar Lilis pada Elisa.
"Enggak."
"Enak tahu."
Mereka pun kembali duduk di kursinya masing-masing. menunggu bel bunyi untuk mata pelajaran selanjutnya.
••••••
Bell sekolah berbunyi, semua murid sontak langsung membereskan semua pelengkapan sekolahnya ke dalam tas. mereka semua pun hendak keluar kelas untuk segera pulang ke rumahnya masing-masing.
Saat ini, Kartina dan kedua sahabatnya tengah berjalan menuju parkiran. tempat dimana semua murid memarkirkan kendaraannya.
"Aku duluan ya." Elisa, berpamitan lalu segera berjalan ke Arah parkiran Untuk menemui Fahri yang sedang menunggunya.
"Gak mau nongkrong dulu kita?" Lilis berteriak di sela-sela Elisa berjalan.
"Enggak, lain kali aja." Elisa menjawab ajakan Lilis dengan berteriak juga.
Setelah mengatakan itu Elisa langsung pergi menghampiri Fahri yang sudah menunggu dari tadi di parkiran.
"Lama ya ri?"
"Gapapa, santai aja."
"Yaudah yuk pulang."
Fahri mengangguk, keduanya pun langsung bergegas untuk pulang berdua naik motor.
"Sa, mau makan dulu gak?" tanya Fahri di sela-sela perjalanan pulang.
"Langsung pulang aja ri aku capek." pinta Elisa.
"Oke." ucap Fahri sambil melanjutkan perjalanannya kembali.
Sesampainya di rumah Elisa. Fahri memberhentikan motornya. Elisa pun turun dari atas motor, melepas helm yang ada di kepalanya.
"Makasih ya ri." ucap Elisa hendak masuk ke dalam rumah.
"Sa tunggu."
Elisa berbalik badan, menatap Fahri bingung. kenapa cowok itu memanggil nya kembali.
"Kenapa?"
"Coklat tadi gimana? kira kira Kartina suka gak?"
Elisa terdiam, ternyata benar dugaannya, coklat tadi itu dari Fahri. tidak salah lagi.
"Suka, malah aku minta aja gak di kasih sama Tina."
"Ya itu kan buat dia haha, udah tenang aja, nanti aku beliin buat kamu."
"Iya iya deh, yaudah aku masuk dulu ya." Fahri mengangguk, Elisa pun segera masuk ke dalam rumah.
Begitu juga dengan Fahri, rumah keduanya saling berhadapan. Elisa mengenali Fahri karena cowok itu sempat membantunya waktu pindahan. Dari situ mereka dekat sampai sekarang.
Elisa merupakan pindahan dari Jakarta ke Bandung. sudah dua tahun sekarang dia di Bandung. itu berarti sudah dua tahun juga dia mengenali Fahri, bahkan keduanya begitu dekat seperti orang pacaran. mungkin itu hanya pandangan orang-orang saja. Realitanya mereka hanya berstatus teman biasa.
Saat menutup pintu, Elisa sempat terdiam di depan pintu. perasaan nya tiba-tiba sedih melihat Fahri yang begitu perhatian pada Kartina. Elisa sudah menyukai Fahri sejak lama, namun cewek itu tidak pernah sekalipun mengungkapkan perasaannya. Karena Elisa sadar, cinta Fahri hanya untuk Kartina.
"Mau sampai kapan sa? sampai kapan Lo menyembunyikan ini semua?" batinnya.
Seminggu kemudian.
Bandung...
seperti biasa, kantin di penuhi oleh beberapa murid yang sedang duduk menikmati sarapan siang nya atau sekedar mengisi perut nya di jam istirahat. salah satunya Kartina bersama ketiga temen nya yang tengah asik duduk di pojok kantin sambil sesekali menyantap pesanan nya yang mereka pesan tadi yaitu 3 mangkok mie ayam yang paling enak di SMA negeri 1 bandung.
ARES.
Lagi apa kamu?"
^^^KARTINA^^^
^^^Kantin nih lagi makan.^^^
ARES.
makan apa?"
^^^KARTINA.^^^
^^^mie ayam, enak tau mie ayam di sini.^^^
ARES.
Pedas gak?"
^^^KARTINA.^^^
^^^lumayan.^^^
ARES.
jangan pedes² nanti kamu sakit perut.
^^^KARTINA.^^^
^^^kalau gak pedes gak enak.^^^
kedua temannya menatap Kartina bingung. tidak biasanya cewek itu asik sendiri. fokus pada ponselnya. Lilis dan Eli langsung berdiri dari kursi mengintip dari belakang punggung nya.
"Eh itu siapa anjir." ucap Lilis saat melihat sebuah foto yang ada di ponsel milik temen nya itu .
Kartina yang sedikit kaget dengan adanya teman-teman di belakang nya langsung sontak mematikan ponselnya saat itu juga.
"Kalian ngagetin ih."
"Kok kamu gak cerita tin kalau kamu lagi Deket sama cowok?" tanya Elisa pada Kartina. Kemudian duduk kembali ke tempat berasal dia duduki.
"lah orang bukan siapa-siapa ngapain cerita." jawab Kartina.
"Coba aku lihat fotonya." pinta Lilis.
"Bukan siapa-siapa Lilis."
"Ya lihat doang."
Kartina menghela nafas pasrah, dia pun menunjukkan foto Ares pada kedua sahabatnya.
"Kok mirip sih mukanya sama kamu, udah jodoh ini pasti." lanjut Lilis.
"Udah ah, gak usah bikin aku berharap, orang dia bukan siapa-siapa." ucap nya sesekali melirik foto di dalam ponsel nya.
"Jodoh gak bakalan kemana tin, Percaya sama aku." Lilis meyakinkan berusaha sahabatnya.
"Dia emang orang mana tin?" tanya Elisa.
"Jakarta." jawab Kartina.
"kalau sampai kamu pacaran sama dia. beneran kamu siap buat LDR?" Kartina terdiam saat mendapatkan pertanyaan dari Elisa.
"Gak tau dan gak mungkin juga sa, orang aku baru kenal dia." jawab Kartina bijak.
"Lagian kenapa sih kalau emang harus LDR?"
"Ya gapapa sih." Jawab Elisa kembali melanjutkan makanannya.
"Gak jelas dia tin, pokonya kalau misalnya kamu beneran sayang sama dia, dan kalian harus LDR. udah sih jalanin aja. orang kalian berdua yang jalanin kan?" ucap Lilis sedikit menyindir Elisa sahabatnya.
••••
Kartina yang tengah menunggu pesan dari Ares pun seketika kaget saat orang yang dia tunggu baru saja memberi kabar melalui pesan chat.
Ares:
Selamat sore
cantik 🫣
Rasanya ingin berteriak sekencang mungkin. sesuatu yang dia tunggu dari tadi akhirnya muncul tanpa dia duga. Ares mengabari nya, dengan cepat Kartina langsung membalas isi pesan dari Ares.
Sore juga Res🤗
Ares
aku baru pulang ini.
nanti malam aku telepon ya.🫣
Oke aku tunggu ya😁
Dari situ, Kartina spontan teriak. Kartini yang melewati kamarnya seketika kaget dan langsung masuk ke dalam kamar adiknya.
"Berisik, ada apa sih?" tanya Kartini dengan raut wajah bingung.
"Sini kak, Aku mau cerita." ucap Kartina ceria.
Kartini langsung duduk di atas kasur. saling berhadapan dengan adiknya.
"Bahagia banget perasaan, ada apa?" tanya nya.
"Aku lagi Deket kak sama cowok, namanya Ares, dia dari jakarta. kalau menurut Kaka gimana?" jelas Kartina .
"Mana kakak lihat fotonya." dari situ Kartina langsung memperlihatkan foto Ares pada kakak nya. foto yang di kirim Ares beberapa hari yang lalu.
"Gimana kak? Kira kira kakak setuju gak kalau aku sama dia?" Kartina tiada henti menampilkan senyuman nya.
"kamu beneran siap kalau nanti kalian LDR?"
"Kenapa sih orang-orang ngomong nya gitu Mulu, emang ada apa sih sama hubungan LDR, bukanya kakak juga LDR sama pacar kakak?" tanya Kartina sedikit kesal.
"Bukan gitu tin, hubungan jarak jauh itu gak gampang. banyak permasalahannya yang harus kalian jalani. entah itu jarak, waktu, kabar, syukur syukur dia setia. kalau enggak gimana? kakak ngomong kaya gini biar kamu gak sakit hati nantinya." jelas Kartini panjang lebar.
"Tapi kalau misalkan kamu udah percaya sama dia. pasti Kakak dukung." lanjutnya
Kartina tersenyum ragu, lagi dan lagi semua orang meragukannya. sebenarnya apa sih arti yang sebenarnya dari hubungan LDR?
•••••
"Lo kalau mau makan, makan aja duluan, gue mau telponan dulu, awas Lo jangan nguping." pesan Ares sebelum dia masuk kamar.
Aldo yang tengah duduk di ruang tamu pun terdiam. sebenarnya dia ingin seperti orang-orang punya pacar. Trauma di masalalu nya membuat nya susah untuk membuka hati. semenjak kedua orangtuanya berpisah. Aldo lebih menutup diri, bahkan dia tidak pernah percaya dengan namanya cinta. bagi Aldo, cinta itu bulshit. semuanya akan pergi entah itu hari ini, besok, atau nanti. setiap orang akan mengalami kehilangan. dan Aldo benci dengan itu. dia lebih memilih hidup sendiri karena dengan itu dia tidak akan merasakan kehilangan lagi. meski hidupnya terasa sepi.
"Patah hati nanti nangis." teriak Aldo dari ruang tamu.
"Berisik Lo bocah." balas Ares dalam kamarnya.
Aldo yang mendengar itu terkekeh pelan. tak lama dari situ, Bu Iis datang dari luar. wanita itu baru saja pulang dari warung, belanja buat kebutuhan rumahnya.
"Eh do udah pulang?" tanya Bu Iis saat melihat Aldo di ruang tamu.
"Udah Tante." ucapnya sambil mencium tangan Bu Iis.
"Ares nya kemana?"
"Tuh di kamar, lagi telponan sama cewek." tunjuk Aldo pakai dagu.
"Terus kamu di tinggal gitu?"
"Ya gitu lah Tante."
"Jadi kapan kamu punya pacar, perasaan Tante gak pernah lihat tuh kamu bawa pacar." ucap Bu Iis menggoda nya.
"Saya gak pernah percaya sama cinta Tante, bagi saya cinta itu bulshit."
Bu Iis yang mendengar itu bingung.
"Lah kenapa?"
"Orang tua saya aja pisah, gimana saya bisa percaya?
Bu Iis yang mendengar itu tersenyum tipis, lalu duduk di sebelahnya.
"Perceraian orang tua kamu itu bukan buat kamu jadiin contoh. kamu masih muda, perjalanan kamu masih panjang. kamu juga bakalan menikah, jadi buang jauh-jauh pikiran itu, buktiin sama orang tua kamu, kalau kamu itu tidak seperti mereka."
Aldo yang mendengar itu terdiam, ucapan Bu Iis memang ada benarnya juga. Tapi mau bagaimana pun kepercayaan nya terhadap orang lain sudah mati. karena bagi Aldo, tidak ada kebahagiaan sebelum kita yang kita ciptakan. Dan Aldo bahagia ketika dia memilih untuk sendiri. tidak peduli dengan waktu yang lama pun.
"Iya Tante."
"kamu udah makan belum?"
"Belum."
"Ayo makan sama Tante."
"Aldo mau pulang dulu, sehabis magrib Aldo balik lagi.
Bu Iis pun menghela nafas pasrah, tatapannya terlihat sendu setelah mendengar pernyataan Aldo tadi bahwa dia sama sekali tidak pernah percaya sama cinta. Begitu lah dampak dari perceraian, anak bisa jadi korbannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!