NovelToon NovelToon

Kartina ( Kau Dan Dia Pemenang Nya)

BAB 1. Kartina.

Namanya Kartina, gadis berusia 18 tahun dan masih duduk di bangku kelas XII SMA. jurusan yang dia ambil IPS. lahir di Bandung pada tahun 2001.  Dia merupakan anak bungsu dari tiga saudara. salah satunya Kartini yang merupakan kembaran nya. kehidupan keluarga nya terbilang cukup sederhana. hobby cukup unik, yaitu menulis buku diary.

Di sore hari, waktu itu Kartina sedang duduk di depan teras rumahnya sambil terfokus pada ponselnya. Dia tidak sendiri, di temani Kartini yang merupakan kembaran nya. saat matanya tertuju pada ponsel yang dia genggam, salah satu teman di Facebook menuliskan sesuatu di status nya katanya.

' Seve' sambil mempromosikan nomer WhatsApp nya.

Kartina pun langsung menuliskan nomer whatsapp nya di kolom komentar orang itu. pikirnya saat itu, hitung- hitung nambah pertemanan di kontaknya.

Tak lama dari situ, sebuah notifikasi muncul di layar ponselnya. Katanya

0857********

P

^^^KARTINA^^^

^^^Iya siapa?^^^

0857********

ARES.

Nama kamu siapa?

^^^KARTINA^^^

^^^Panggil aja Tina.^^^

0857********

OKE, AKU SAVE YA.

^^^KARTINA^^^

^^^Baiklah hehe^^^

ARES.

kamu asal mana?

^^^KARTINA^^^

^^^Bandung^^^

ARES

Gak salah lagi.

^^^KARTINA^^^

^^^kenapa?^^^

ARES.

Orang bandung

pada cantik²

^^^KARTINA^^^

^^^bisa aja ah wk^^^

ARES SEBASTIAN

kmu kelahiran tahun brpa?

^^^KARTINA^^^

^^^2002^^^

^^^Kamu sendiri?^^^

ARES SEBASTIAN

05 September 2003

Percakapan sebatas ketikan pun berhenti setelah waktu sudah menjelang tengah malam.

Kartini yang melihat adiknya terlihat tertawa sendiri mengernyit dahinya bingung. "Eh ayok masuk, sudah magrib." Katanya sambil menepuk pundaknya.

Kartina pun cukup sedikit terkejut."Eh iya kak." jawab nya masih dengan tertawa pelan.

"Lagi chating sama siapa sih? asik bener

kayaknya." Kartina, tidak menjawab, dia hanya menampilkan senyuman manis pada saudara kembar nya, Kartini, lalu kemudian masuk ke dalam Rumah. Kartini pun di buat geleng- geleng dengan tingkah adiknya yang terbilang aneh.

•••••

Malam ini, Kartina dan keluarga sedang duduk di kursi meja makan. menikmati makan malam seperti keluarga pada umumnya. Mereka bisa di katakan keluarga sederhana, bukan dari keluarga yang kaya raya. bahkan pak Yanto yang merupakan bapak dari Kartina sekaligus Kartini, hanya seorang pedagang nasi goreng di pinggir jalan, yang biasa pulang jam 11 malam setiap harinya.

"Makan dulu tin, jangan main HP terus." ucap Bu siti, yang merupakan dari ibunya. Kartina tidak menjawab, dia terlihat fokus pada ponselnya. melanjutkan chat nya dengan Ares yang tertunda tadi.

Kartini yang mulai kesal dengan Kartina, langsung menegurnya."Tin." Masih tidak ada jawaban dari Kartina.

"Tina! kamu gak denger mamah ngomong apa? Makan dulu, taro dulu ke hp nya."ucapnya lagi dengan nada keras.

Seketika Kartina terkejut."Eh iya maaf."

"Kamu teh lagi chatan sama siapa sih? gak biasanya kamu kaya gini." lanjut Kartini.

Kartina tersenyum tipis."Mau tahu aja, apa mau tahu banget? " Kartini, yang mendengar itu memutar bola matanya malas.

"Maklum, orang kalau jatuh cinta ya gini, bucin, kalau kata anak zaman sekarang mah haha " ucap pak Yanto yang merupakan ayah dari saudara kembar itu.

"Bapak apa sih, sudah ah lanjut makan." mereka pun kembali menyantap makanannya.

Kartini yang melihat adiknya fokus kus pada ponselnya pun menatapnya kesal.

•••••••

Ares, terlihat fokus pada ponselnya. bahkan tanpa dia sadari langit sudah menjelang malam, cowok itu terlihat asik chatan dengan perempuan yang dia kenali di sosial media.

Bu Iis, berusaha memanggil-manggil putra nya untuk masuk ke dalam rumah. namun Ares, tidak menghiraukan panggilan nya. wanita paruh baya itu berjalan ke arah teras rumah. dan ternyata, Putranya itu terlihat sibuk dengan ponselnya tanpa lihat waktu. dari situ, Bu Iis geleng-geleng kepala kemudian menegurnya.

"Ares! masuk, tidak lihat sudah magrib?"

Dari situ, Ares. langsung menatap langit, ternyata sudah malam, jujur, cowok itu tidak sadar jika suasana langit kian menghitam.

Aldo, cowok itu tengah berada di dalam kamarnya. Menatap Ares, dari balik jendela

"Marahin saja Tante, kalau bisa suruh tidur di luar saja haha." sahut Aldo yang terlihat tengah berada di jendela kamarnya.

"Berisik!" timpal Ares menatap sinis ke arah Aldo.

"Masuk!"

"Iya mah ini mau masuk." Ares berdiri dari kursi, perlahan dia mulai masuk ke dalam rumah dengan perasaan kesal.

"Do, kamu sudah makan belum?" tanya Bu Iis, menatap orang di seberangnya.

"Belum Tante, lagi malas masak." jawab Aldo seadanya.

"Sini ke rumah, kita makan malam bareng." ajak, Bu Iis.

"Sebentar Tante." dari situ, Aldo langsung segera keluar rumah nya, lalu berjalan menuju Rumah, Ares.

Rumah keduanya saling berhadapan, Aldo, cowok itu tinggal sendiri di rumahnya, kedua orangtuanya sudah pisah semenjak dia masuk SMP. ibunya sempat menitipkan Aldo pada Bu Iis, dua tahun yang lalu. jadi, Bu Iis, punya tanggung jawab untuk menjaga sekaligus merawat Aldo seperti anaknya sendiri.

•••••

Selesai mandi, Ares langsung keluar kamar untuk makan malam, tatapannya tertuju pada Aldo, yang tengah lahap makam di meja makan bersama ibunya.

"Buset, sudah makan aja nih anak." Sindir Ares, lalu duduk di kursi meja makan.

"Mandi Lo lama, kayak cewek, makanya gue makan duluan." jawab Aldo sambil lanjut makan.

Bu Iis berdiri dari kursi setelah makanan sudah habis. Ares yang melihat itu langsung geleng-geleng.

"Tadi bilang nya mau makan malam bareng. tapi malah sudah habis duluan."

"Kan masih ada Aldo, sudah buruan makan." jawab Bu Iis. "Do, kalau mau nambah, nambah lagi aja." lanjut bu Iis, lalu pergi ke dapur.

"Siap Tante."

"Sudah gue tungguin nih, gue rela nambah buat Lo." ucap Aldo pada Ares sambil menambah nasi ke atas piring.

"Rela.. bilang aja nagih iya ,kan?" jawab Ares, menatapnya sinis.

"Iya hehe soalnya masakan nyokap Lo enak banget, Gue sudah lama gak di masakin sama nyokap gue."

Ares, yang mendengar itu terharu. Menatap Sahabatnya sendu. "Nyokap Lo juga, Do. anggap saja kali kayak, Ibu Lo sendiri."

"Terus gue manggil Lo apa dong?" tanya Aldo.

"Sayang."

"Najis."

"Haha."

"Entar malam, Lo nginap di rumah gue ya Res?" pinta Aldo, sesekali kembali menghabiskan sisa makanannya.

"Lo aja lah nginep di rumah gue." jawab Ares malas.

"Emang Lo gak kasihan sama gue yang sendirian di rumah?" ucap Aldo dengan mata berbinar.

"Lo kira nyokap gue tidak sendirian? kalau tiba-tiba ada duda masuk gimana? Lupa kalau nyokap gue janda ?" Aldo yang mendengar itu terkekeh pelan. mereka berdua pun kembali melanjutkan makan malamnya.

••••••

Malam ini Aldo terlihat tengah menunggu kedatangan Ares, ke rumahnya. namun, temannya itu tidak kunjung datang juga. Aldo pun memutuskan untuk menghampiri Ares ke rumahnya, memaksanya untuk menginap di rumahnya.

cowok itu, Langsung masuk begitu saja tanpa ada kata permisi, dan itu sudah biasa dia lakukan, Aldo. sudah menganggap Bu Iis, seperti orang tuanya sendiri, begitu juga dengan rumahnya. sudah dia anggap seperti rumah sendiri. Aldo, berjalan ke kamar Ares, cowok itu langsung masuk tanpa mengetuk pintu.

"Buset, gue tungguin di Rumah, malah asik sendiri ternyata. " Aldo, menatap sahabatnya sambil geleng-geleng kepala.

"Lah, emang mau ngapain?" tanya Ares, pura-pura Lupa.

"Temenin gue tidur."

"Enggak, sudah sih tidur sini aja, sama aja kan di kasur?"

Aldo, menggelengkan kepalanya. "Bantal Lo bau."

Ares, yang mendengar itu membulatkan kedua matanya, tidak terima."Sembarangan."

"Coba saja cium sendiri." Ares, mencium bantalnya, membuktikan pada sahabatnya kalau yang Aldo, ucapkan itu tidak benar.

"Bau kan?" ucapnya Lagi, setelah melihat Ekspresi Ares, kini berubah.

"Enggak, orang wangi." ucap Ares berbohong, dia cuma tidak mau malu di depan temannya. meski jujur rasanya Ares, ingin muntah setelah mencium bantal yang sudah tidak dia cuci berbulan-bulan.

"Bohong!"

"sudah ah, sini gue mau cerita, gue baru dapat cewek kenalan nih, cantik banget orangnya, dia orang bandung." ucap Ares mengalihkan pembicaraan sekaligus ingin bercerita mengenai perempuan yang baru saja dia kenal di sosial media.

Aldo, mengkerut kan keningnya."Siapa?"

"Kartina, Cantik kan namanya? Sama kayak orangnya. "jawab Ares, sambil senyum-senyum sendiri.

"Oh." ucap Aldo menatap malas pada Ares.

"Lo kenapa sih? kayak engga suka banget lihat gue bahagia." Ares, bertanya-tanya.

"Gapapa.. gue cuma takut kalau Lo pacaran Lo lupa sama gue." Ares, yang mendengar itu terdiam seketika.

Ares, tahu betul jika Sahabatnya itu paling tidak suka sama namanya kesepian, di tinggalkan oleh kedua orangtuanya membuat nya takut akan di tinggalkan seseorang termasuk dengan, Ares. "Gue janji, gue bakalan selalu ada buat Lo."

BAB 2. ARES SEBASTIAN WIJAYA

Ares, pagi ini cowok itu terlihat sedang tertidur pulas dengan kedua mata yang masih tertutup. tanpa dia sadari, Aldo yang merupakan sahabat nya sedari tadi terlihat bingung. dengan cara apalagi supaya sahabat nya itu bisa bangun, padahal jam sudah menunjukkan pukul 06:40 namun cowok itu masih belum bangun juga.

Untungnya. Aldo, sendiri sudah bangun dari jam 05.00 pagi, dari tadi dia memikirkan gimana caranya agar sahabatnya itu bisa bangun, mungkin dengan cara satu ini sahabatnya bisa bangun dan segera siap-siap untuk pergi ke sekolah.

Aldo, mengambil air dari dalam toilet, lalu kembali ke kamar. Ares, untuk segera menyiram nya dengan air.

Ares terkejut bukan main setelah, setelah merasakan tumpahan air yang menyiram ke wajahnya.

"Bangun sudah jam berapa ini, buru bangun buru, bisa telat kita nanti." Aldo, menarik-narik tangan Ares, agar cowok itu bisa bangun.

"Lo apaan sih, pake siram gue segala! basah ini, tai Lo..." Ares, berdecak sebal.

"Lagian sudah gue bangunin dari subuh juga masih belum bangun -bangun. masuk neraka Lo gak sholat subuh." Aldo, menatap sahabatnya dengan sinis.

Ares mengambil ponselnya di atas kasur dengan kondisi setengah sadar. Ares, terkejut saat dia melihat  ponselnya sudah menunjukkan pukul 06:40. dia langsung masuk ke kamar mandi dengan terburu-buru membilas wajah nya dengan sabun cuci muka. setelah itu Ares menggosok giginya.

Aldo yang melihat itu hanya geleng-geleng kepala, setelah itu Aldo memutuskan untuk menunggu nya di depan teras. sementara Ares, cowok itu memilih untuk tidak mandi, pasalnya itu sudah jadi kebiasaan kalau dia kesiangan. Asalkan dia tidak terlambat ke sekolah.

Setelah selesai semuanya, dari mulai, memasukan baku pelajaran, mengganti baju nya dengan seragam, Ares. segera keluar kamar, menemui Aldo yang tengah duduk sambil menatap nya datar.

"Ibu, gue kemana?"

"Pasar." ucapnya acuh.

"Terus uang jajan gue mana?"

"Udah sih malah bahas uang jajan, buruan nanti telat." ucap Aldo kesal, lalu berdiri, berjalan ke arah motor.

"Gak bisa lah, terus nanti gue engga ada uang jajan dong." Ares, masih terlihat mengoceh.

"Sudah sih, pake duit gue aja, buru." Dari situ, keduanya segera berangkat ke sekolah menggunakan sepeda motor berdua. untungnya jarak antar rumah ke sekolah tidak jauh, hanya menempuh jarak lima menit dari rumah. Tapi tetap aja mereka terlambat, orang hari ini hari Senin. sudah jelas semua murid pasti tengah kumpul di lapangan.

Dari kejauhan, keduanya sudah melihat seorang satpam hendak menutup gerbang nya, saat keduanya tiba di depan gerbang, Ares dan Aldo langsung turun dari atas motor. memohon untuk di bukakan gerbang.

"Pak pak bentar dulu pak." ucap Ares pada seorang penjaga sekolah. yang tak lain adalah pak Ahmad.

"Tidak bisa, kalian sudah telat. sana pulang lagi ke rumah."

Pak Ahmad hendak menutup gerbang nya, namun lagi dan lagi Ares berusaha menahan nya.

"Iya saya tau pak, tapi posisinya saya itu piket hari ini di lapangan. kotak P3K nya juga ada di dalam tas saya. terus kalau misalkan ada kejadian yang pingsan di lapangan Bapak mau tanggung jawab?" ucap Ares berbohong, padahal bukan dia pemegang kotak P3K, tapi anggota PMR yang lain.

Pak Ahmad terdiam sebentar, pak Ahmad sudah lumayan cukup mengenali Ares, dan Aldo, keduanya cukup aktif di organisasi. jadi tidak ada salah nya pak Ahmad memberikan satu kesempatan buat mereka. dari pada ujung nya pak Ahmad kena masalah kan?

"Yaudah, kalian boleh masuk."

Ares menatap Aldo sambil menaikkan sebelah alisnya. tak lama dari situ, mereka masuk ke gerbang. Ares sempat meminta izin kepada pak Ahmad untuk menitipkan tasnya bersama Aldo di pos satpam, lalu mengambil kotak P3K di dalam tas.lalu keduanya segera berjalan ke samping lapangan yang sudah banyak para murid berbaris di sana.

"Pinter juga Lo."

"Iya lah, masa bego terus haha."

Dengan langkah seperti orang mau maling. Ares berjalan ke barisan kelasnya bersama Aldo. Mereka berbaris di kelas X IPS 2. salah satu teman kelasnya menatap Ares bingung. kok mereka bisa masuk? Pikirnya.

"Kok Lo bisa masuk?"

"Biasa orang penting." jawab Ares enteng, Aldo yang mendengar itu terkekeh pelan sambil hormat dengan sebelah tangannya.

•••••

Setelah selesai istirahat, Kartina dengan kedua temannya memutuskan untuk kembali masuk ke dalam kelas. mereka Elisa dan Lilis. saat Kartina hendak duduk di kursi, Kartina menemukan sebuah coklat yang entah dari siapa dia juga tidak tau. Kartina bingung, begitu juga dengan kedua sahabatnya.

"Dari siapa, Tin?" tanya Elisa, yang merupakan teman satu bangku Kartina.

Kartina mengangkat kedua pundaknya sebagai bentuk jawaban tidak tahu.

"Kalau engga mau, buat gue aja Tin hehe." timpal Lilis polos.

"Ambil aja." jawab Kartina tidak peduli dengan coklat di depannya. ini bukan satu kali atau kedua kalinya, tapi memang sering. Dan Kartina? Cewek itu tidak pernah tahu siapa pengirim dari coklat Itu.

"Makasih Tin." Lilis langsung mengambil Coklat itu dengan antusias.

Sementara Elisa, cewek itu terdiam, seperti nya Elisa tau siapa di balik orang yang mengirim coklat itu.

"Mau gak?"

"Enggak."

"Enak tahu."

Mereka pun kembali duduk di kursinya masing-masing. menunggu bel bunyi untuk mata pelajaran selanjutnya.

••••••

Bell sekolah berbunyi, semua murid sontak langsung membereskan semua pelengkapan sekolahnya ke dalam tas. mereka semua pun hendak keluar kelas untuk segera pulang ke Rumahnya masing-masing.

Saat ini, Kartina dan kedua sahabatnya tengah berjalan menuju gerbang tempat untuk menunggu sebuah angkutan.

"Aku duluan ya." Elisa, berpamitan lalu segera berjalan ke Arah parkiran Untuk menemui Fahri yang sedang menunggunya.

"Gak mau nongkrong dulu kita?" Lilis berteriak di sela-sela Elisa berjalan.

"Enggak, lain kali aja." Elisa menjawab ajakan Lilis dengan berteriak juga.

Setelah mengatakan itu Elisa langsung pergi menghampiri. Fahri, yang sudah menunggunya dari tadi di parkiran.

"Lama ya Ri?"

"Gapapa, santai aja."

"Yaudah yuk pulang."

Fahri mengangguk, keduanya pun langsung bergegas untuk pulang berdua naik motor.

"Sa, mau makan dulu gak?" tanya Fahri di sela-sela perjalanan pulang.

"Langsung pulang aja Ri aku capek." pinta Elisa dengan wajah terlihat capek.

"Oke." ucap Fahri sambil melanjutkan perjalanannya kembali.

Sesampainya di rumah Elisa. Fahri memberhentikan motornya. Elisa pun turun dari atas motor, melepas helm yang ada di kepalanya.

"Makasih ya Ri." ucap Elisa hendak masuk ke dalam rumah.

"Sa, tunggu." Elisa berbalik badan, menatap Fahri bingung. kenapa cowok itu memanggil nya kembali.

"Kenapa?"

"Coklat tadi gimana? kira kira Kartina suka engga."

Elisa terdiam, ternyata benar dugaannya, coklat tadi itu dari Fahri. tidak salah lagi. "Suka, malah aku minta aja gak di kasih sama Tina."

"Ya itu kan buat dia haha, sudah tenang aja, nanti aku beliin buat kamu."

"Iya iya deh, yaudah aku masuk dulu ya." Fahri mengangguk, Elisa pun segera masuk ke dalam rumah.

Begitu juga dengan Fahri, rumah keduanya saling berhadapan. Elisa mengenali Fahri karena cowok itu sempat membantunya waktu pindahan. Dari situ mereka dekat sampai sekarang.

Elisa merupakan pindahan dari Jakarta ke Bandung. sudah dua tahun sekarang dia di Bandung. itu berarti sudah dua tahun juga dia mengenali Fahri, bahkan keduanya begitu dekat seperti orang pacaran. mungkin itu hanya pandangan orang-orang saja. Realitanya mereka hanya berstatus teman biasa.

Saat menutup pintu, Elisa sempat terdiam di depan pintu. perasaan nya tiba-tiba sedih melihat Fahri yang begitu perhatian pada Kartina. Elisa sudah menyukai Fahri sejak lama, namun cewek itu tidak pernah sekalipun mengungkapkan perasaannya. Karena Elisa sadar, cinta Fahri hanya untuk Kartina.

"Mau sampai kapan sa? sampai kapan Lo menyembunyikan ini semua?" batinnya.

BAB 3. Bentuk cinta

Seminggu kemudian.

Bandung...

Seperti biasa, kantin di penuhi oleh beberapa murid yang sedang duduk menikmati sarapan siang nya atau sekedar mengisi perut nya di jam istirahat. salah satunya Kartina, bersama kedua temanya yang tengah asik duduk di pojok kantin sambil sesekali menyantap pesanan nya yang mereka pesan tadi, yaitu 3 mangkok mie ayam. yang paling enak di SMA negeri 1 bandung.

ARES.

Lagi apa kamu?"

^^^KARTINA^^^

^^^Kantin nih lagi makan.^^^

ARES.

makan apa?"

^^^KARTINA.^^^

^^^mie ayam, enak tau mie ayam di sini.^^^

ARES.

Pedas gak?"

^^^KARTINA.^^^

^^^lumayan.^^^

ARES.

jangan pedes² nanti kamu sakit perut.

^^^KARTINA.^^^

^^^kalau gak pedes gak enak.^^^

kedua temannya menatap Kartina bingung. tidak biasanya cewek itu asik sendiri. fokus pada ponselnya. Lilis dan Elisa, langsung berdiri dari kursi, mengintip dari belakang punggung nya.

"Ares." sebut Lilis, saat membaca sebuah kontak dari ponsel Kartina.

Kartina yang sedikit kaget dengan adanya teman-teman di belakang nya langsung sontak mematikan ponselnya saat itu juga.

"Kalian ngagetin ih."

"Kok kamu gak cerita Tin, kalau kamu lagi dekat sama cowok?" tanya Elisa pada Kartina. Kemudian duduk kembali ke tempat berasal Elisa, duduki.

"Lah, orang bukan siapa-siapa ngapain cerita." jawab Kartina, lalu menyantap kembali mie ayam di depannya.

"Coba aku lihat fotonya." pinta Lilis, dengan sebelah tangan hendak ingin mengambil ponsel Kartina, di tangannya.

"Bukan siapa-siapa Lilis." Kartina, merasa jengkel pada kedua sahabatnya.

"Iya lihat, lagian cuma foto doang kan? "Kartina menghela nafas pasrah, dia pun menunjukkan foto Ares pada kedua sahabatnya.

"Kok mirip sih wajahnya sama kamu, sudah pasti jodoh ini." lanjut Lilis.

Kartina, yang mendengar itu terkekeh pelan."Ngarang kamu Lis, orang aku saja belum lihat wajahnya langsung haha." Kartina,

"Jodoh engga bakalan kemana Tin, Percaya sama aku."

"Dia emang orang mana Tin?" tanya Elisa tiba-tiba.

"Jakarta." jawab Kartina seadanya.

"Kalau sampai kamu pacaran sama dia.. beneran kamu siap buat hubungan jarak jauh?" Kartina terdiam saat mendapatkan pertanyaan dari Elisa. Tiba-tiba perasaannya menciut.

"Gak tahu dan gak mungkin juga sa, orang aku baru kenal dia." setelah mengatakan itu, Kartina. Kembali terdiam, berperang dengan isi kepalanya.

"Lagian kenapa sih, kalau memang harus LDR? kan tidak ada masalahnya juga." Elisa yang mendengar itu terdiam.

Membahas soal itu, membuat nya harus kembali mengingat masalalu yang membuatnya sempat hancur.

"Gak jelas dia Tin, pokoknya, kalau misalnya kamu beneran sayang sama dia, dan kalian harus LDR. sudah sih jalanin aja. orang kalian berdua yang jalanin kan?"

***

Kartina yang tengah menunggu pesan dari Ares pun seketika kaget saat orang yang dia tunggu baru saja memberi kabar melalui pesan chat.

Ares:

Selamat sore

cantik 🫣

Rasanya ingin berteriak sekencang mungkin. sesuatu yang dia tunggu dari tadi akhirnya muncul tanpa dia duga. Ares mengabari nya, dengan cepat Kartina langsung membalas isi pesan dari Ares.

^^^                                 Sore juga Res🤗^^^

Ares

aku baru pulang ini.

nanti malam aku telepon ya.🫣

^^^                          Oke aku tunggu ya😁^^^

Dari situ, Kartina spontan teriak. Kartini yang melewati kamarnya seketika kaget dan langsung masuk ke dalam kamar kembaranya.

"Berisik, ada apa sih?" Kartini, menatapnya bingung.

"Sini kak, Aku mau cerita." ucap Kartina ceria. Kartini langsung duduk di atas kasur. saling berhadapan dengan adiknya.

"Bahagia banget perasaan, ada apa?" tanya nya.

"Aku lagi Dekat kak sama cowok, namanya Ares, dia dari jakarta. kalau menurut Kakak gimana?" jelas Kartina .

"Mana kakak lihat fotonya." dari situ Kartina langsung memperlihatkan foto Ares pada kakak nya. foto yang di kirim Ares beberapa hari yang lalu.

"Gimana kak? Kira kira kakak setuju engga kalau aku sama dia?" Kartina tiada henti menampilkan senyuman nya. Lebar, dan terlihat bahagia.

"kamu beneran siap kalau nanti kalian LDR? Jakarta Bandung loh." seketika, Kartina yang mendengar itu senyuman nya hilang.

"Kenapa sih orang-orang ngomongnya gitu mulu, memang ada apa sih sama hubungan LDR? bukanya kakak juga LDR sama pacar kakak?" Raut wajah Kartina, terlihat berubah. Kebahagiaan nya seketika hilang sekejap.

"Bukan gitu Tin, hubungan jarak jauh itu gak gampang. banyak permasalahannya yang harus kalian jalani. entah itu jarak, waktu, kabar, syukur syukur dia setia. kalau engga gimana?  kakak ngomong kaya gini biar kamu gak sakit hati nantinya." jelas Kartini panjang lebar.

Kartina, terdiam...

"Tapi kalau misalkan kamu udah percaya sama dia. pasti Kakak dukung." lanjutnya

Kartina tersenyum ragu, lagi dan lagi semua orang meragukannya. sebenarnya apa sih arti yang sebenarnya dari hubungan LDR?

•••••

"Lo kalau mau makan, makan saja duluan, gue mau telponan dulu, awas Lo jangan nguping." pesan Ares sebelum dia masuk kamar.

Aldo yang tengah duduk di ruang tamu pun terdiam. sebenarnya dia ingin seperti orang-orang punya pacar. Trauma di masalalu nya membuat nya susah untuk membuka hati. semenjak kedua orangtuanya berpisah. Aldo lebih menutup diri, bahkan dia tidak pernah percaya dengan namanya cinta. bagi Aldo, cinta itu bulshit. semuanya akan pergi entah itu hari ini, besok, atau nanti. setiap orang akan mengalami fase kehilangan. dan Aldo benci dengan satu kata itu. dia lebih memilih hidup sendiri, meski terasa sepi, karena dengan itu, dia tidak akan merasakan kehilangan lagi.

"Patah hati nanti nangis." teriak Aldo dari ruang tamu.

"Berisik Lo bocah." balas Ares, di dalam kamarnya.

Aldo yang mendengar itu terkekeh pelan. tak lama dari situ, Bu Iis datang dari luar. wanita itu baru saja pulang dari warung, belanja buat kebutuhan rumahnya.

"Eh Do, sudah pulang kamu?" tanya Bu Iis saat melihat Aldo di ruang tamu.

"sudah Tante." ucapnya sambil mencium tangan Bu Iis.

Bu Iis, menatap area sekitar, merasa ada yang kurang di rumahnya. "Ares, nya kemana?"

"Tuh di kamar, lagi telponan sama cewek." tunjuk Aldo, ke arah kamar, Ares.

Bu Iis menatap Kamar, putranya yang tertutup rapat. "Terus kamu di tinggal gitu?" Aldo, mengangguk mendengar itu.

Bu Iis, terdiam beberapa detik, tidak lama, menggodanya."Jadi kapan kamu punya pacar, perasaan, Tante. tidak pernah lihat tuh kamu bawa pacar."

"Saya gak pernah percaya sama cinta Tante, bagi saya cinta itu bulshit."Bu Iis, yang mendengar itu bingung.

"Lah kenapa?"

"Orang tua saya saja pisah, gimana saya bisa percaya?" Bu Iis yang mendengar itu tersenyum tipis, lalu duduk di sebelahnya.

"Perceraian orang tua kamu itu bukan buat kamu jadiin contoh. kamu masih muda, perjalanan kamu masih panjang. kamu juga bakalan menikah, jadi buang jauh-jauh pikiran itu, buktiin sama orang tua kamu, kalau kamu itu lebih baik dari mereka."

Aldo, yang mendengar itu terdiam, ucapan Bu Iis memang ada benarnya juga. Tapi mau bagaimana pun kepercayaan nya terhadap orang lain sudah mati. karena bagi Aldo, tidak ada kebahagiaan selain kita yang ciptakan. tentunya, bukan orang lain.

"Iya Tante."

"kamu udah makan belum?"

"Belum."

"Ayo makan sama Tante."

"Aldo mau pulang dulu, sehabis magrib Aldo balik lagi.

Bu Iis, pun menghela nafas pasrah, tatapannya terlihat sendu setelah mendengar pernyataan Aldo tadi, bahwa dia sama sekali tidak pernah percaya sama cinta. Begitu lah dampak dari perceraian, anak bisa jadi korbannya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!