NovelToon NovelToon

BADBOY Uttara Vs Fanaya

MURID BARU

SMA Garuda salah satu sekolah elit yang ada di Jakarta. Setiap tahun SMA Garuda mengadakan seleksi siswa yang berprestasi di berbagai sekolah SMP. Dari ribuan peserta seleksi salah satu seorang yang terpilih berhak bersekolah di SMA Garuda dan mendapat beasiswa penuh dan di bebaskan dari semua biaya sekolah sampai lulus

Fanaya Lovania salah satu siswa SMP yang beruntung karena bisa masuk sekolah para anak orang kaya se Indonesia itu melalui jalur beasiswa. Dia yang terlahir dari keluarga biasa saja bahkan kurang mampu di karuniai otak yang cerdas sehingga bisa sekolah di SMA Garuda

Karena kepintarannya juga Fanaya terpilih menjadi ketua kelas. Jangan salah ketua kelas di SMA Garuda ini tanggung jawabnya cukup besar dan memang harus memiliki otak di atas rata – rata, dan Fanaya lah yang terpilih

Salah satu keuntungan menjadi ketua kelas adalah, tidak akan ada yang berani mengganggu apalagi membullynya di sekolah ini. Karena sekolah ini sangat menghargai seorang yang bisa menjadi ketua kelas.

Kini Fanaya sudah duduk di kelas 11 dan sudah memilih jurusan, tentu saja jurusan yang dia pilih adalah IPA

Fanaya satu kelas dengan Aldo dan juga Reina sahabatnya

“Satu kelas lagi kita” ucap Aldo sambil menghela napas. Pemuda itu pura – pura lemas, padahal dia senang sekali kembali satu kelas dengan kedua sahabatnya itu.

“Jadi lo nggak senang kita satu kelas lagi? gue bisa kok bilang ke wali kelas kita supaya tukar sama yang lain, mau?” Fanaya menawarkan agar mempermudah Aldo jika ingin pindah kelas.

“Bilang saja Nay, bagus deh kalau dia nggak mau satu kelas dengan kita. Aman dunia!” sahut Reina

Aldo mendelik. “Awal lo Nay kalau sampai bilang ke wali kelas kita!”

Fanaya dan Reina tergelak melihat wajah panik Aldo

Tiba – tiba terdengar suara panggilan dari kantor guru untuk ketua kelas 11 IPA 1

“Aduh ini dia yang membuat gue malas menjadi ketua kelas,” gumam Fanaya. Dengan sangat terpaksa gadis itu melangkahkan kakinya meninggalkan kelas

Sepanjang perjalanan menuju ruang guru Fanaya mendengar gosip kalau ada anak baru, katanya sih super tampan. Entah setampan apa anak baru itu sampai membuat para siswi yang bercerita sampai berteriak histeris

Para siswi berlarian dan berkumpul di depan ruang guru, mereka mengintip siswa baru yang katanya tampan itu.

“Permisi” ucap Fanaya sambil menerobos kerumunan siswi tersebut.

“Eh, lo mau kemana? Enak saja main terobos!” protes salah satu siswi

Fanaya menghela napas, ia paling tidak suka di halangi karena itu bisa memperlambat semuanya. “Gue di panggil Bu Ita!”

“Alah bohong! Bilang saja lo mau lihat anak baru yang tampan itu kan?”

“ya sudah, lo ikut gue masuk!” ucap Fanaya sambil menarik tangan siswi yang protes tadi

“Eh, oke lo boleh masuk”

Fanaya menggelengkan kepalanya, merasa heran melihat gadis – gadis di SMA Garuda ini. Entah mengapa mereka rela berdesak – desakan hanya karena ingin melihat murid baru yang katanya tampan itu. Setampan apa dia? Fanaya jadi penasaran.

Masuk ke ruang guru Fanaya langsung di hadapkan dengan pemandangan guru yang sedang mengerumuni meja Bu Ita. Fanaya jadi panik, apa yang sedang terjadi pada Bu Ita, apakah wali kelasnya itu pingsan?

“Bu Ita!” panggil Fanaya

Sontak saja semua mata menoleh pada Fanaya, karena suara gadis itu naik beberapa oktaf. “Ma- maaf Bu. Saya kira Bu Ita pingsan”

Bu Ita yang dikira pingsan itu datang dari arah yang berlawanan dengan Fanaya. Jadi, siapa yang ada di kursi Bu Ita dan di kerumuni oleh para guru?

“Nah, ini dia Fanaya. Fanaya! Kamu bawa murid baru ini ke kelas kita, nanti Ibu menyusul soalnya Ibu masih ada urusan.” Ucap Bu Ita sambil menunjuk pada murid baru yang duduk di kursinya. Mata Fanaya bersilang tatap dengan mata pemuda itu. Fanaya akui dia tampan, tapi Fanaya nggak suka melihat gayanya yang terkesan urakan itu.

Bagaimana tidak di sebut urakan, baju keluar dengan semua kancing baju terbuka memperlihatkan kaos putih yang ia kenakan. Tampan, tapi Fanaya tidak tertarik sama sekali. Pemuda itu sangat tidak mencerminkan seorang siswa, berbanding terbalik dengan Fanaya yang selalu berseragam dengan rapi dan taat aturan sekolah.

“Badboy” gumam Fanaya sambil menggelengkan kepalanya.

...****************...

UTTARA PRADIPTA ARSENIO nama lengkap murid baru yang kini berjalan di belakang Fanaya

Gayanya yang terlalu santai membuat Fanaya kesal, entah mengapa kepercayaan diri dari mana sehingga dia dengan santainya melambai – lambaikan tangan bak artis top yang sedang jumpa fans

Uttara begitu dia di panggil. Anak tunggal salah satu konglomerat di Jakarta. Pantas saja dia begitu santai duduk di kursi Bu Ita yang terkenal tegas dan kejam itu, guru – guru saja segan padanya.

Sepanjang jalan menuju kelas, Uttara tak henti – hentinya menebar senyum dan menyapa para gadis yang sedang melambaikan tangan kepadanya. Fanaya jadi penasaran sebenarnya Uttara ini pindahan dari sekolah mana? Dengan gayanya yang urakan itu kenapa bisa masuk ke kelas unggulan? Apakah Uttara juga pintar sepertinya? Ah, Fanaya menepuk jidatnya, kenapa dia harus memikirkan badboy bernama Uttara itu?

“Tunggu” ucap Uttara. Pemuda itu meminta Fanaya berhenti lalu mengeluarkan sesuatu dari ranselnya

“Fotoin gue” perintahnya

Fanaya menggeleng.”Foto saja sendiri!”

“Gue mau lo yang motoin gue, biar para fans gue yang di belakang sana kelihatan semua”

Fanaya mencibir, percaya diri sekali manusia satu itu. “Gue nggak bisa!”

“Nggak bisa? Jangan bilang lo nggak tahu cara pakai kamera bagaimana”

“Memang gue nggak bisa!”

Uttara tertawa, baru kali ini dia bertemu dengan orang yang tidak bisa menggunakan kamera seperti Fanaya. “Katrok lo!” ucapnya lalu pergi meninggalkan fanaya

Tak ingin di tinggal Uttara, Fanaya pun berlari mendahului pemuda itu. Uttara yang melihat Fanaya berlari pun langsung mengambil foto gadis itu.”Ck, memang gue fotografer handal, orang yang sedang berlari saja bisa sefokus ini gue ngambil fotonya. Ck-ck, bangga gue sama diri gue sendiri, Uttara memang debest!”

Sesampainya di kelas, Fanaya langsung memberikan pengumuman kalau kelas mereka kedatangan murid baru

“Mana anak barunya?” tanya Aldo. Semoga saja kali ini anak barunya perempuan lagi seperti Mutiara yang pindah satu bulan yang lalu. Kalau benar Aldo rela memberikan kursinya pada anak baru tersebut. Biarlah dia duduk di lantai saja atau lebih seru Aldo duduk di apit dua gadis tersebut pasti rasanya seperti di kelilingi para selir.

“Mana sih tu anak, jangan – jangan kesasar” gumam Fanaya sambil berjalan keluar kelas karena Uttara tak kunjung tiba

CINTA MASA LALU UTTARA

Fanaya langsung menghela napas saat melihat Uttara di kerumuni para siswi di kelas sebelah. Rasanya Fanaya ilfeel melihat Uttara tebar pesona seperti itu. Sungguh menjijikkan, jauh dari kata pria idaman yang selalu dingin kepada semua wanita. Tapi sayangnya pria dingin impian Fanaya itu hanya ada di drama Korea atau drama China, bukan di Indonesia, apalagi si Uttara.

Karena tidak mau membuang waktu lagi. fanaya pun segera menerobos kerumunan para gadis centil tersebut. “Bisa nggak tebar pesonanya nanti saja? Lo harus masuk kelas terus kenali diri lo!” sentak Fanaya

Para gadis yang merasa mangsa mereka di rebut itu pun langsung mendelik. Tentu saja Fanaya sadar akan hal itu, selama ini dia nggak pernah bermasalah dengan siapapun di sekolah ini. Jangan sampai gara – gara Uttara dia malah di benci dan di musuhi

“Sorry ya, ini amanah Bu Ita, dia harus masuk kelas dan kenalan sama teman sekelas. Setelah itu terserah kalian mau apain dia lagi” ucap Fanaya. Ya, sepertinya dia memang harus membawa nama Bu Ita, buktinya gadis – gadis itu tidak mendelik lagi dan pergi begitu saja.

“Ayo, tunggu apa lagi?” fanaya kembali masuk ke kelas, lama – lama dia emosi juga dengan Uttara

Saat masuk kelas emosi Fanaya makin membara melihat semua teman sekelasnya mengintip di jendela, siapa lagi yang di intip kalau bukan Uttara

Semuanya berhenti mengintip dan kembali ke kursi masing – masing saat Uttara masuk ke kelas. Dan lagi pemuda itu kembali tebar pesona

Menurut Uttara dia tidak menebar pesona ketampanannya, karena pesona itu tersebar dengan sendirinya. Siapa yang harus di salahkan? Uttara kah?

“Kenalin diri lo!” ucap Fanaya lalu kembali ke tempat duduknya

Mata Uttara menyapu ke seluruh ruang kelas, bibir tipisnya tersungging saat tatapan matanya berhenti pada sosok gadis yang sejak tadi menatapnya

Mutiara! Ya, Uttara menatap Mutiara, gadis yang pindah ke sekolah itu sebulan yang lalu. Mutiara pindahan dari Bandung, selain cantik dia adalah salah satu selebgram asak bandung.

Alasan Uttara pindah ke sekolah ini adalah Mutiara. Siapa sangka kalau Mutiara adalah cinta pertama Uttara. Mendengar kabar Mutiara pindah ke Jakarta, membuat Uttara memaksa kedua orang tuanya memindahkannya ke sekolah ini. Padahal, dulu dia yang ngotot sekolah di sekolah khusus laki – laki

“Ganteng banget, kayaknya cocok dengan Mutiara” celetuk salah satu siswi. Ternyata siswi yang tadi berkumpul di depan ruang guru kini pindah ke depan kelas Fanaya. Mereka berdesak – desakan mengintip dari jendela kelas, siapa lagi yang mereka intip kalau bukan Uttara.

“Hai kenalin nama gue Uttara”

Para siswi berteriak histeris mendengar nama Uttara.

Uttara melangkahkan kakinya berdiri di samping Mutiara

“Gue duduk di sebelah Mutiara” ucap Uttara kepada Aldo

Aldo yang tersihir dengan ketampanan Uttara pun hanya mengangguk. Ternyata tak hanya para gadis, bujang seperti Aldo pun ikut terhanyut dengan pesona seorang Uttara.”Silahkan” ucapnya

“Thanks” Uttara langsung duduk di samping Mutiara. “Hai masih ingat sama gue?”

“Masih ingat? Kita pernah kenal? Atau lo kenal gue dari media sosial?” tanya Mutiara

“Lo lupa sama gue? Dulu kita dekat”

Mutiara tertawa karena dia yakin Uttara hanya mengaku – ngaku kenal dekat dengannya

Tawa Mutiara lenyap ketika melihat sebuah foto yang Uttara tunjukkan. Di foto itu ada dia, mungkin saat dia kelas 1 SMP, ia merangkul seorang anak laki – aki yang wajahnya mirip Uttara

“Lo?”

Uttara mengangguk “Ya gue Uttara lo dan lo adalah Mutiara gue”

Senyum Mutiara mengembang, tidak menyangka bisa bertemu lagi dengan Uttara setelah hampir 4 tahun lamanya.”Wajah lo berubah, makanya gue nggak kenal”

“Lo juga berubah, makin cantik” puji Uttara

Sementara itu Fanaya dan Reyna hanya geleng – geleng melihat Aldo yang duduk di belakang tempat duduk mereka. “Taring lo sudah patah ya? Kenapa nggak nolak pas dia minta kursi lo?” tanya Reyna

“Tahu lo, Do. biasanya lo paling jago di kelas, sekarang sudah kayak harimau patah taring” timpal Fanaya

“Gue....gue Cuma terpesona sama ketampanan dia, belum pernah gue lihat cowok setampan Uttara. Gue yang cowok saja meleleh apalagi kalian yang cewek” ucap Aldo geleng – geleng kepala sambil tersenyum

“Jangan bilang lo jatuh cinta sama dia. Gue bacok lo Do!” ancam Reyna

Aldo mendengar ancaman Reyna itupun langsung mendelik, ia membayangkan tubuhnya di bacok oleh gadis itu. Mengerikan sekali

Pembicaraan mereka berhenti pada saat Bu Ita masuk ke kelas . seperti biasa Bu Ita paling tidak suka bertele – tele dan langsung meminta semua membuka buku matematika dan belajar dengan serius

...****************...

Full day school memang melelahkan, apalagi Fanaya. Pulang sekolah dia harus mengerjakan pekerjaan rumah yang tadi pagi ibunya tinggalkan.

Ibu Fanaya bekerja di sebuah rumah makan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari – hari dan akan pulang pukul sembilan malam.

Padahal ibunya tidak pernah meminta Fanaya untuk melakukan semua pekerjaan rumah tersebut, hanya saja Fanaya tidak tega jika ibunya yang lelah seharian bekerja harus melihat rumah berantakan ketika pulang. Selain bekerja di sebuah rumah makan, ibu Fanaya juga membuat macam – macam kue yang ia titipkan di warung – warung, oleh sebab itu setiap hari di dapur ini akan berantakan karena ibunya tidak sempat berkemas.

“Semangat!” ucap Fanaya setelah berdiri di depan tumpukan peralatan dapur yang kotor.

Jari – jari lentiknya mulai bergerak dengan cepat supaya cepat selesai. Cepat selesai sepat juga istrirahat. Begitu kata Fanaya

Setelah selesai membersihkan dapur, Fanaya istirahat sebelum pergi ke warung – warung untuk mengambil kue yang tadi pagi ibunya titipkan

“Makasih Bu. Besok pagi Ibu saya nitip kue lagi ya, Bu”

“Iya, bilang sama Ibu kamu besok ada yang pesen kue 300 biji, campur saja”

“Iya Bu”

Fanaya tersenyum kue – kue ibunya memang enak. Tak hanya enak tapi juga bersih. Kalau saja sekolahnya memberi ijin untuk membawa jualan dari luar, Fanaya sudah jualan kue di sekolahnya

Fanaya juga segera ingin lulus sekolah dan kuliah ke luar negeri dengan beasiswa yang sudah Garuda school janjikan.

“Dokter! Iya, cita – cita Fanaya adalah menjadi seorang dokter yang hebat. Fanaya berharap kelak dia bisa mengangkat derajat keluarga kecilnya

Keasyikan berpikir tentang masa depan, Fanaya sampai tak melihat ada seseorang di depannya dan menabrak orang tersebut

“MA- maaf, saya nggak sengaja” ucap Fanaya dan terkejut melihat siapa yang dia tabrak tadi

“Lo!” ucap Fanaya dengan orang itu berbarengan.

“Lo apa disini? Kenapa gue harus ketemu sama lo sih?” tanya Uttara. Ya dia Uttara. Pemuda itu pulang sekolah langsung pergi memotret kehidupan orang – orang yang tidak mampu. Hampir seluruh Jakarta sudah Uttara telusuri sejak ia masih duduk di bangku SMP

“Lo yang ngapain di sini? Untuk apa anak orang kaya kayak lo di tempat kumuh kayak gini?”

“Nggak ada urusan sama lo!” ucap Uttara lalu pergi. Sebelum pergi ia sempatkan mengambil foto Fanaya yang sedang memegang tempat kue.

TUGAS BERPASANGAN

Besok paginya Fanaya bangun lebih awal, pesanan kue yang banyak membuat ibunya kewalahan dan akhirnya Fanaya harus turun tangan membantu sang ibu. Alhasil Fanaya terlambat ke sekolah karena sempat ketiduran setelah mandi

"Tumben Lo telah Nay?" tanya Reina. Beruntung pelajaran pertama belum di mulai.

"Gue ketiduran sehabis mandi, perdana gue telat seumur hidup gue. Gue ke ruang guru dulu ya, tumben Bu Lilis telat masuk kelas"

Inilah kenapa tugas ketua kelas sangat berat di SMA Garuda ini. Guru tidak datang ke kelas maka tugas ketua kelas mencari guru tersebut dan berperan sebagai guru pengganti yang mengajarkan teman-temannya di kelas. Kini Fanaya akan mencari guru fisika yang nggak kalah killer nya dengan Bu Ita, dan mungkin saja akan menggantikan guru itu memberikan pelajaran fisika di kelasnya.

Sesampainya di ruang guru Fanaya tidak menemukan satupun guru ada di sana. Entah kemana perginya semua guru tersebut

Tidak mau kembali ke kelas dengan tangan kosong, Fanaya pun berinisiatif untuk pergi ke ruang meeting barangkali semua guru sedang rapat di sana.

Benar sekali semua guru sedang berkumpul di ruang meeting dan di depan guru berdiri dua orang yang Fanaya tau sebagai pemilik sekolah ini. Semua dapat Fanaya lihat dari kaca ruang meeting tersebut.

"Balik ke kelas aja deh mumpung guru lagi rapat, gue bisa tidur sebentar" gumam Fanaya lalu berbalik meninggalkan ruang meeting tersebut.

"Au...!" pekik Fanaya. Dia tak sengaja menabrak orang yang berdiri di belakangnya.

"Lo lagi, Lo lagi. Sudah dua kali ya Lo nabrak gue" ucap Uttara

"Lo yang ngapain berdiri di sini? Ngalangin jalan gue tau nggak?" balas Fanaya kesal

Belum sempat Uttara membalas kata-kata Fanaya pintu ruang meeting tersebut terbuka. Bu Lilis keluar sambil membawa sebuah buku. "Kebetulan banget ini tugas buat kelas kalian. kerjakan per kelompok. Kelompoknya udah ibu bagi-bagi jadi kalian tinggal mengerjakan saja tugasnya" ucap Bu Lilis sambil memberikan buku di tangannya pada Fanaya.

Pelajaran belum di mulai tapi sudah di beri tugas. Nasib sekolah di tempat para manusia pintar.

...****************...

Fanaya menghela napas berkali-kali. Sementara tangannya dengan lincah mengerjakan tugas dari Bu Lilis.

Kenapa dia harus satu kelompok dengan Uttara. Bukan kelompok tapi berpasangan. Ya Bu Lilis memberi tugas yang harus di kerjakan berpasangan bukan berkelompok.

"Lo bisa nggak sih nggak usah jepret sana jepret sini? Kerjain nih tugas!" sentak Fanaya kesal. Entah kenapa Uttara selalu sukses bikin emosi jiwa.

"Kerjain aja sendiri" balas Uttara sambil memotret Mutiara. Tak puas memotret kini Uttara menggeser tempat duduknya agar mendekat pada gadis pujaannya itu

"Emang dasar Lo cowok sialan. Kenapa gue harus pasangan sama Lo sih?!" gerutu Fanaya sementara itu Uttara hanya tertawa-tawa bersama Mutiara. Rasanya Fanaya ingin menjambak rambut pemuda itu sampai botak agar tidak tampan lagi

"Kerjain bagian Lo atau gue lapor Bu Lilis!" ancam Fanaya sambil memberikan dua lembar kertas kosong kepada Uttara

Pemuda itu memutar matanya lalu mengambil kertas itu. "Dasar pengacau!"

"PENGACAU!"

Satu kata dari Uttara untuk Fanaya. Menurutnya gadis itu mengganggu saat dia lagi asik cerita sana sini sama Mutiara .

Dia terpaksa mengerjakan tugas-tugas fisika yang di berikan oleh Fanaya tadi.

Sementara Fanaya kembali ke tempat duduknya dan membaca buku

"Nay, ajarin kita soal ini dong" bisik Reina. Dia yang mendapat pasangan Aldo itu hanya bisa gigit jari. Aldo tidak bisa di harapkan sama saja dengan dirinya yang lemah di pelajaran fisika ini.

"Di kelas 1 kita sudah belajar ini Re, lupa ya?" ucap Fanaya. Kini dia dengan cepat mengerjakan soal milik Reina dan Aldo

15 menit kemudian 20 soal selesai di tangan Fanaya. Gadis berotak encer itu bisa dengan mudah mengerjakan soal-soal yang menurut siswa lainnya di anggap rumit.

"Salin ulang, pelajari apa yang gue tulis, kalau perlu kalian hafal. Jangan sampai pas Bu Lilis tanya kalian nggak bisa jawab, bisa-bisa gue yang kena hukum!"

Reina dan Aldo ber TOS ria. "Makasih ya cintaku kalau gini gue bisa tidur nyenyak malam ini" ucap Reina

"Sama-sama" jawab Fanaya. Gadis itu lalu menoleh ke belakang. Fanaya menghela napas melihat Uttara bukannya mengerjakan tugas tapi malah mengganggu Mutiara yang sedang mengerjakan tugas bersama pasangannya.

"Kenapa Nay?" tanya Aldo. Sejak tadi ia memperhatikan Fanaya yang menoleh pada Uttara. "Lo suka sama Uttara?"

"Ha? Coba Lo ulang pertanyaan Lo tadi?"

Tiba-tiba Fanaya terpingkal."Mimpi apa gue bisa suka sama orang modelan kaya dia? Walaupun dia ganteng sayangnya dia nggak bisa memikat hati gue. Jelek-jelek gini gue bisa milih kali Do"

"Yang bilang Lo jelek siapa Nay?" tanya Aldo. "Lo cantik pake banget malahan. Picek mata orang yang bilang Lo jelek"

"Hu.... Dasar buaya rawa! Walaupun Fanaya cantik gue jamin nggak bakalan suka sama Lo. Pergi Lo sana!" usir Reina. mulut manis Aldo memang selalu sukses membuat gadis itu naik darah.

Bukannya pergi, Aldo malah merebahkan kepalanya di meja. "Kenapa sih kita harus belajar fisika, matematika, dan kimia? Emangnya nanti kalau mau belanja kita harus ngeluarin semua rumus yang kita pelajari ya? Enggak kan? Duit kok yang kita keluarin, bukan rumus delapan tahun gue sekolah. Pelajaran yang paling gue suka cuma satu, jam istirahat"

Reina dan Fanaya mendelik. Pikiran macam apa yang ada di dalam otak Aldo ini?

"Kalau buat belanja memang yang di keluarin duit. Semua rumus itu tidak berguna sama sekali. Tapi guna rumus-rumus itu biar Lo mudah cari kerja dan ngasilin duit. Ngerti nggak Lo?" Fanaya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Aldo yang kini malah ternganga

"Oh, gitu ya Nay? Cara pikir orang cerdas memang beda" ucap Aldo sambil mengangguk

"Iya memang beda sama pola pikir orang yang punya otak udang kayak Lo!" sahut Reina yang berhasil membuat Aldo mendelik

"Sialan Lo Re!"

"Makanya pergi sana Lo, lama-lama gue gedek lihat muka Lo! Lagian kan tugas kita udah kelar, tinggal salin aja. ngapain lagi Lo di sini, pergi Lo!"

"Iya gue pergi! Jangan pernah cari gue lagi!"

Aldo akhirnya pergi keluar kelas, dia sepertinya butuh udara segar agar otaknya kembali fress

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!