>"Len, kamu dimana nih, bisa gak kita ketemu. aku bosen nih dirumah terus" Alina mengirim pesan singkat kepada sahabatnya.
selang beberapa detik sang sahabatpun membalasnya
>"bisa banget dong, aku juga lagi gak ada kerjaan nih" balasan dari Lenna
setelah dua sahabat saling berkabar dan menentukan lokasi tempat bertemu mereka bersiap-siap sebelum pergi
satu jam kemudian dua sahabat bertemu
"Lama banget kamu Lin, aku udah nunggu dari tadi juga" ucap Lenna yang cemberut karena sang sahabat molor waktu dari jam yang di tentukan
"hehehe.. maaf besty tadi aku izin dulu sama ayang, kamu tahu lah mas Revan kayak gimana" kata Alin
"hhmmm dasar laki bucin"..
setelah berbincang banyak hal, keduanya pun lantas pergi mencari tempat lebih nyaman. keduanya sepakat nongkrong di cafe tempat dulu mereka sering nongkrong sewaktu masih sekolah.
setelah masuk cafe beberapa pasang mata pria menatap kearah dua sahabat terutama Alina, padahal Alina tampil dengan apa adanya, rambut di kuncir kuda dan dres selutut andalannya. dengan begitu tidak mengurangi kecantikan seorang Alina.
berbanding tebalik dengan Lenna yang tampil selalu cetar, make up lengkap dan tentu pakaian sexynya yang selalu jadi ciri khasnya..
setelah menemuka tempat duduk yang pas mereka langsung memesan makanan dan minuman kesukaannya.
"tumben kamu Lin ngajak keluar siang bolong gini, biasanya lebih doyan rebahan" kata Lenna di sela-sela makan
"lagi pengen aja Len, kangen aku sama kamu. udah lama loh kita gak ngumpul gini"
"terus gimana kabar suamimu?"
"dia baik-baik aja kok, malah tambah bucin"
"kamu beruntung banget sih Lin bisa nikah sama mas revan, udah ganteng, kaya lagi" ucap Lenna
mereka pun mengobrol sampai tak ingat waktu, dan Alin selalu menceritakan semua tentang Revan kepada sahabatnya. bahwa sampai keurusan ranjang pun Alin ceritakan kekurangannya. Alin merasa sang sabahat bisa membantunya
Lenna pun mendengar dan memberi saran kepada Alin cara menghadapin Revan yang katanya agresif.
tak terasa waktu sudah hampir petang, dua sahabatpun memutuskan pulang, Alin pulang di antar oleh Lenna karena Lenna bisa mengendarai mobil.
tak terasa mereka pun sampai dirumah Alin yang besar.
"ayo Len mampir dulu kerumah udah mau magrib loh ini" ajak Alina
karena paksaan sang sahabat dengan terpaksa Lenna mengekor Alin di belakangnya.
"duduk Len, aku buatin minum dulu ya"
"ok lah kalau begitu"
tanpa sengaja Lenna bertemu dengan Revan di ruang tamu, tatapan keduanya sempat bertemu namun Revan memutusnya dan menyapa Lenna dengan ramah
"eh ada tamu rupanya"kata Revan sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan "udah lama nih pulangnya" katanya lagi
dengan malu-malu Lenna menjawab "enggak kok mas barusan aja" senyum manisnya tak pernah luntur dari wajah cantiknya yang full make up
tanpa sadar Revan memperhatikan Lenna yang begitu sexy. ada perasaan aneh di dalam hati Revan saat memandang tubuh Lenna yang sexy.
Lenna yang merasa di perhatikan oleh suami sahabatnya pun merasa senang.
"eh mas kok udah ada disini aja nih" kata Alina. suara Alina yang tiba-tiba mengejutkan Revan dan juga Lenna. Revan salah tingkah karena merasa telah tertangkap basah memerhatikan Lenna
dengan gugup mengangguk dan tersenyum.
"Len ini minumannya, maaf lamanya bikinnya"
"iya santai aja kali Lin, kayak sama siapa aja"
ketika dua sahabat lanjut mengobrol, Revan sesekali memperhatikan Lenna dan terkadang mencuri pandang ke arah dua gunung kembar Lenna yang sedikit menyebul keluar.
sama halnya dengan Revan, Lenna juga mencuri pandang kearah suami sahabatnya dan sesekali mata mereka bertemu
"ya udah ya Lin aku pulang dulu, udah malem juga ini" pamit Lenna,
"iya Len, makasih ya udah mau aku nemenin aku nongkrong"
sebenarnya Lenna masih betah berada dirumah Alin apalagi dirumah ada suami sahabatnya yang tampan itu. tapi mau gimana lagi...
setelah kepulangan sang sahabat Alin mengajak suaminya masuk dan menanyakan gimana keadaan hari ini..
"mas kamu kok ngelamun sih, gak denger ya aku tadi ngomong apa" rajuk Alina yang cemberut
Revan gelagapan mendengar celoteh Alin. "ehh sayang, jangan cemburut dong ntar maa cium loh"
"apaan sih mas, gak lucu tau" rajuk Alin
"kamu kalau marah gini cantik banget loh, nanti mas serang kalo masih ngambek gini" kata Revan yang menggoda sang istri
mendengar sang suami menggoda semburat merah dipipi nya merona
"udah ah aku mau mandi" mencoba menghindar dari ciuman sang suami.
"mau mas temenin gak nih"
"ogah" timpal Alin yang langsung berlari kekamar mandi.
Revan terkekeh melihat tingkah sang istri yang tampak malu-malu ketika selalu di goda begitu
tanpa Alina tahu bahwa Revan mulai terbayang dengan kehadiran Lenna yang begitu sexy dan menggoda. Ia mulai tertarik. suara Lenna yang mendayu-dayu selalu terngiang di tempurung kepalanya.
malam kian pekat dua anak manusia sedang memadu kasih sebagai layaknya suami istri.
dengan nafas ngos-ngosan sang suami menyudahi ritual malamnya, sang suami mencoba berbaring di samping sang istri.
"sayang makasih ya servisnya malam ini" sambil mengecup lembut pipi sang istri yang malu-malu.
"mas kita menikah udah lama tapi kenapa aku belum hamil ya mas" kata Alin didalam pelukan sang suami. "sabar ya sayang, mungkin tuhan belum ngasih kepercayaan ke kita" Revan mencoba menenangkan sang istri sambil mengelus lembut rambut istrinya
Revan juga sebenarnya mempertanyakan itu tapi semua dia pendam dalam hati takut kalau pertayaannya menyingung dan menyakiti hati Alina.
Revan sebenarnya sangat mencintai Alina, menurutnya Alina adalah istri yang baik, penurut dan juga selalu pengertian. Alina istri yang sempurna di mata Revan
tapi terkadang orang tua Revan selalu mendesak Revan supaya segera memberikan cucu.
tanpa sadar Revan menarik nafas dalam dan itu membuat Alina terheran-heran, sebenarnya apa yang sedang dipikirkan oleh suaminya
"kamu kenapa mas?" akhirnya Alin memberanikan diri bertanya
"eehh enggak ada apa-apa kok sayang" ucap Revan bohong, Alin mencoba tidak mendesak sang suami untuk bercerita lagi
"ya udah kita tidur yuk mas, udah malam banget. besok kan kamu harus kerja" ajak Alin tidur. Revan mencoba tersenyum dan mengangguk dan mengecup lembut dahi sang istri.
meskipun Alin bertanya-tanya tapi ia mencoba tetap tenang dan memahami situasi mereka.
baginya Revan adalah laki-laki yang sempurna, selama menikah Dia tak pernah berbat buruk dan selalu bertutur kata lembut. itulah Alin sangat mencintai Revan dan berharap pernikahannya selalu bahagia tanpa adanya orang ketiga dalam rumah tangganya ini selalu bahagia
pagi ini Alin sedang disibukkan dengan membuat sarapan untuk sang suami tercinta, meskipun ia memiliki asisten rumah tangga tapi Alin tak segan membantunya.
sang suami pun telah berada di ruang makan dan duduk di salah satu kursi.
sesekali Revan menggoda istrinya, karena menurut Revan, Alin terlihat imut dan lucu ketika digoda dan malu-malu
"baunya harum banget sih sayang, istriku ini emang paling pinter deh manjaain lidah suami" goda revan
"apaan sih mas ,mulai deh gombalnya" sambil menahan senyum malu-malu
Revan terkekeh dengan reaksi Alin yang seperti itu.
tidak butuh waktu lama semua hidangan sudah siap untuk di santap. dengan telaten Alin melayani sang suami mengambilkan nasi dan beberapa lauk dan sayur.
"makasih ya sayang" kata Revan, Alin hanya tersenyum malu-malu
namun tiba-tiba mereka di kejutkan dengan bunyi bel rumahnya. mereka saling pandang beberapa detik
"Sayang, siapa yang dateng pagi-pagi gini?" tanya Revan heran. "kamu lagi gak order barang atau makanan apa pun kan?" lanjutnya lagi sambil menatap sang istri heran
"enggak kok mas, aku gak order apapun" lantas Alin berdiri "tunggu bentar ya mas".
Alina pun bergegas berjalan menuju pintu utama dan membukanya, tanpa ia duga di balik pintu muncullah wanita cantik, tak lain adalah sahabatnya sendiri
Alin terkejut dengan datangnya Lenna dan terdiam sambil memperhatika Lenna dari ujung kaki sampai ujung rambut. Alin bertanya-tanya.
"Pagi Lin, aku gak sengaja nih lewat depan rumah kamu. jadi sekalian aku mampir aja" tanpa rasa dosa ia berucap. Alin masih bengong melihatnya
"kok bengong Lin" sambil menggoyang-goyangkan tangannya di depan wajah Alin
Alin gelapan "eeh enggak Len, aku cuma heran aja kamu udah disini". penampilan Lenna pun tak luput dari perhatian Alin, Lenna dengan penampilan yang modis, rambut panjangnya yang coklat terurai bebas. pakaian dres dan belahan dada yang sedikit rendah memperlihatkan sedikit gundukan kembar menyembul keluar.
"Lin ?, kok bengong sih"
Lenna meyadarkan Alin, Alin jadi gugup. "eh ayo masuk, pas banget aku sama suamiku lagi sarapan"
"wih ganggu dong aku" kata Lenna merasa tak enak hati karena menggangu sang sahabat sarapan.
"enggak kok" dan tersenyum. Alin menggandeng Lenna dan berjalan sejajar.
keduanya berjalan beriringan menuju ruang makan, mencuri atensi Revan yang langsung beralih kepada dua sahabat itu.
"mas, ini Lenna sekalian ikut sarapan bareng kita gak papa kan? biar rame"
"hah.. i-iya gak papa kok" sambil sekilas melihat ke arah Lenna dan melajutkan makannya
tampak Lenna sangat senang apalagi didepan dia duduk ada pria tampan yang dia kagumi. di sela-sela makan dan ngobrol dua sahabat. Revan diam-diam mencuri pandang kearah Lenna dan sesekali melirik kearah dua gundukkan kembar Lenna.
"Sayang, aku pergi kekantor dulu ya" ucap Revan lembut kepada sang istri
"kok buru-buru sih mas" tanya Alin dengan dahi berkerut heran
"iya sayang takutnya macet dijalan" sambil mengecup kening sang istri dan mereka berjalan beriringan dan tangan Revan memeluk pinggang sang istri.
"hati-hati ya mas" teriak Alin. dan Revan hanya mengangguk dan tersenyum
tanpa mereka sadari ada mata yang memperhatikan mereka dan merasa iri dengan keromantisan mereka berdua
"so sweet banget sih" goda Lena "kayak masih pengantin baru aja" godanya lagi, membuat Alin semakin tersipu malu dan pipi merona
"apaan sih kamu Len" kata Alin sambil malu-malu dan mendorong tubuh Lenna pelan. mereka tertawa bersama
setelah beberapa lama mengobrol puas mengobrol, Lenna berpamitan untuk pulang.
setelah kepulangan Lenna dan Revan kekantor, Alin merasa kesepian dan termenung masih di teras rumah.
tak menunggu lama ia masuk dan kekamar, Alin tak punya kegiatan apapun seharia. hanya rebahan dan bermain ponsel. sebab Revan tak mengizinkannya bekerja
hari sudah mulau siang, Alin masih setia dengan kasur dan guling. setelah puas rebahan dan main ponsel Alin mencoba tidur dan tak butuh lama ia sudah terlelap.
hampir satu jam lamanya Alin tertidur dan tiba-tiba suara dering ponselnya berdering dan mengangetkannya.
Alin terkejut dan segera melihat siapa si penelepon. ternyata sang mama mertua yang menelepon
"mama?"
tak langsung mengangkat Alin berdiam sebentar. dengan berat hati ia mengangkat telepon dari sang mama mertua
"Halo ma" kata Alin dengan suara sedikit di buat ceria
"ya halo Lin"
tanpa basa basi Alin bertanya "ada ma apa ? keadaan mama sehat kan?" dengan malas Alin bertanya agar tidak ketahuan kalau ia sedang malas berbicara dengan sang mertua
"kabar mama baik-baik aja Lin, ya walaupun mama kesepian" jawab mertua Alin. dan Alin paham apa yang di maksud sang mertua
tanpa tendeng alih-alih, sang mertua bertanya "gimana nih, apa kalian udah ada tanda-tanda mau ngasih mama cucu nih"
dengan malas Alin menjawab "belum ma, mungkin tuhan belum ngasih kepercayaan"
sang mertua mendengkus "coba dong kamu periksa kedokter yang bagus"kata sang mertua Alin
Alin hanya mengiyakan saja apa yang di katakan sang mertua, karena mendebat mama mertua tak akan ada habisnya. Alin pun terlalu malas unntuk meladeni mama mertua yang sedikit cerewet.
"ingat loh ya, mama ini udah tua, udah pengwn gendong cucu kayak temen-temennya mama"
setelah mengatakan itu sang mertua berpamitan menutup telepon. dengan gusar Alin melemparkan ponselnya ke atas ranjang. moodnya makin buruk dan ada perasaan yang kurang nyaman di hati Alin.
Bohong jika Alin baik-baik saja, karena ia tahu sang mertua akan terus menuntut untuk si berikan cucu secepatnya.
itulah sebabnya Alin jarang sekali berkumpul bersama keluarga suaminya, karena semua keluarga Revan selalu saja topik pembicaraannya adalah kapan punya anak.
Di lain tempat Revan sedang menikmati makan siangnya bersama rekan-rekannya.
Revan di kenal pria yang baik dan pendiam. tidak banyak tingkah. tak banyak wanita di kantornya yang mencoba menggodanya tapi sampai detik Revan masih setia dengan sang Istri. tak jarang teman-temannya mengajak ke club malam untuk sekedar happy-happy. tapi Revan menolak
tapi setelah kehadiran Lenna, ada sedikit berbeda dari Revan. acap kali ia terbayang dengan Lenna.
Lenna yang berbeda dengan Alin, Lenna selalu berpenampilan sexy dan modis serta mudah bergaul membuat Revan tertarik. berbeda dengan Alin yang berpenampilan sederhana.
"Van, bini lu belum hamil ya?" kata salah satu teman kantornya yaitu Andi
"emang kenapa?" sengit Revan menjawab, ia tak suka jika ada yang bertanya tentang kehamilan istrinya.
"biasa aja kali Van, elah serius amat lu"
Gegas Revan meninggalkan temannya menuju ruang kerjanya
jam telah menunjukkan pukul lima sore, Revan telah bersiap untuk pulang, setelah semua telah beres. Revan bergegas menuju parkiran untuk mengambil mobilnya. ia juga berencana untuk mampir ke sebuah toko kue langganan istrinya.
tak ingin membuang waktu lagi Revan segera pergi menginjak pedal gas mobil dan meluncur ketoko yang dimaksudnya.
akhirnya Revan sudah sampai didepan toko kue, tokonya cukup terlihat besar dan toko kue langganan Alin terkenal dengan rasanya yang enak juga banyak berbagai macam kue dijual
Revan pun melangkah masuk dan mulai memesan kue kesukaan sang istri, sambil menunggu pesanannya Revan mencoba memainkan ponselnya, ia melihat ada beberapa pesan masuk dari teman-temannya dan juga istrinya.
ia mencoba membaca pesan dari sang istri terlebih dahulu
[mas, nanti pulangnya hati-hati ya, jangan kebut-kebutan] tak lupa emoji love di depannya
Revan tersenyum membaca pesan dari sang istri, pesan yang dikirim setengah jam yang lalu
[ iya sayangku ] balas Revan di tambahi dengan emoji love yang panjang
ia juga membuka pesan dari teman-temannya tapi tak direspon dengan Revan sebab merasa tak penting-penting banget
saat dia sedang asyik memainkan ponselnya tiba-tiba ada seseorang yang menepuk lembut bahunya, Revan terkejut dan menoleh
ketika dia menoleh lebih terkejut lagi siapa yang ada di depannya. wanita cantik nan sexy itu tersenyum manis didepan Revan.
"Lenna?" dengan wajah terkejut, namun segera mengontrol raut mukanya kembali menjadi tenang
"mas, disini juga? sama siapa nih.. Alin mana?" sambil mengedarkan pandangan berkeliling mencari keberadaan sang sahabat
"aku sendirian aja, dari kantor langsung mampir kesini"respon Revan sedikit tersenyum
"Oo aku kira sama Alin" ia menggangguk-nganggukkan kepala "berati sengaja dong mas mampir kesini" ucapnya lagi
" iya "respon Revan singkat, tapi dan matanya tak lepas dari wajah Lenna
mereka duduk tepat berhadap-hadapan dan itu membuat Revan leluasan memandangi Lenna.
tanpa sadar Revan terus memandangi Lenna, ia mulai terpesona dengan kecantikan Lenna. bibir tebal sexy itu di poles dengan lipstik merah
jika dia tak ingat sedang berada di tempat umum mungkin saat ini dia sudah menyerang Lenna dengan brutal, pandangan Revan mengarah pada buah dada Lenna yang tampak membusung
ada getar aneh yang di rasakan Revan terutama bagian bawahnya.
Lenna yang sadar sedang diperhatikan pun merasa senang, ia tak menyangka akan bertemu ditempat yang sama. pasalnya Lenna sebenarnya ada janji dengan pria kencannya
karena sang pria kencang belum muncul akhirnya dia iseng-iseng memesan kue untuk sekedar menghilangkan bosan.
Lenna mulai berpikir bagaimana cara mendekati Revan, tiba-tiba dia mendapatkan ide
" mas, aku boleh gak save no kamu "dengan penuh harap dia bisa mendapatkannya
Revan yang sedang memperhatikannya pun gugup " hah... u-untuk apa " mencoba mengendalikan raut wajahnya
" iya soalnya Alin tuh suka susah kalo dihubungi jadi aku pikir bisa hubungi dia lewat mas Revan aja "dengan pasang muka memelas agar Revan mau memberikannya
Revan berpikir sejenak lalu "ya udah deh sini handphonemu aku ketik nomorku" segera Revan mengetik nomor ponselnya " ini "
Lenna pun kegirangan, kalau bukan di tempat umum mungkin dia sudah melompat seperti anak kecil
akhirnya setelah menunggu kurang lebih lima belas menit pesanannya telah siap dan Revan segera mengambil "Duluan ya Len " pamitnya pada Lenna
Lenna hanya mengangguk karena saking bahagianya. pandangan matanya tak sedikit pun lepas dari punggung laki-laki tanpa itu.
Revan sendiri segera masuk mobil dan melajukannya sedikit lebih cepat agar cepat sampai. Revan sendiri senyum-senyum di balik kemudi. butuh waktu tiga puluh menit ia sampai di depan rumah. menekan tombol bell..
###
ding dong
Alin yang sedang duduk santai di depan televisi pun mendengar dan gegas membuka pintu, ketika pintu telah di buka munculah laki-laki tampan yang tak lain suaminya
"udah pulang mas" Alin langsung menghamburkan kedalam pelukkan sang suami dengan senang hati Revan membalas pelukkan istrinya
"kenapa? kangen ya" goda Revan " baru aja ditinggal seharian udah kangen aja nih"
tak ada respon dari Alin, ia makin erat memeluk suaminya dan mencium aroma tubuh sang suami, bagi Alin aroma tubuh suaminya bikin candu dan menenangkan.
"ayo sayang masuk, apa mau berpelukkan di depan pintu sampe pagi nih!?" ucap Revan tersenyum
Alin melepas peluk kannya dan menggandeng tangan sang suami kedalam
"ini mas bawain kue kesukaan kamu" sambil menyodorkan bingkisan kue
dengan senang Alin menerima bingkisan nya
"makasih ya mas" sambil mengecup pipi suaminya "ya udah sana kamu mandi, udah itu kita makan malam bareng" tangan Alin cekatan memindahkan kue-kue itu kedalam piring
"iya sayang" sambil mengusap lembut kepala istrinya lalu mengecup pipinya
gegas Revan melangkah menuju kamarnya.
####^^^
Di lain tempat seorang wanita cantik sedang asyik berjoget ria dengan seorang pria yang lumayan tampan. mereka sedang menikmati indahnya malam dengan mendatangi klub malam
mereka berpesta alkohol, sang wanita pun ikut mabuk dengan teman kencannya karena sudah merasa lelah keduanya pergi menuju hotel. laki-laki itu tak sepenuhnya mabuk karena dia tahu jika berkendara dengan pengaruh alkohol berbahaya
setelah sampai si pria memesan satu kamar hotel dan membawa si wanita sexy itu. ketika sudah sampai kedua anak manusia itu langsung ambruk dalam ranjang king size.
"uuhh... lelahnya, apa kita mau melakukannya sekarang fer" ucap Lenna
Ferdy teman kencan Lenna tak menjawab tapi tangan nakalnya sudah menggerayangi tubuh Lenna, Lenna pun menikmati sentuhan-sentuhan yang di berikan Ferdy.
tangan nakal Ferdy mulai menyusuri setiap inci tubuh Lenna
"aaaahhhh....."
desahan Lenna mewarnai ruang kamar hotel. tak butuh waktu lama keduanya sudah tanpa busana. malam itu mereka menyatu, erangan demi erangan pun saling bersahutan. desahan Lenna membuat Ferdy menggila dan tak puas hanya sekali.
siapa yang tak tergoda dengan bentuk tubuh Lenna yang sexy, Lenna juga pintar untuk urusan ranjang.
Lenna terus menggoyang-goyangkan tubuhnya di atas tubuh ferdy, Ferdy semakin bergairah.
Lenna pun tampak sangat menikmatinya, ia malah membayangkan jika yang sedang menyatu dengannya adalah Revan. ia sepertinya sudah menggilai Revan.
Lenna adalah seorang sekretaris dimana pemilik perusahaan ia bekerja menjalin kerjasama dengan perusahan tempat bekerja Revan.
karena pekerjaan itu Lenna sangat menjaga tubuhnya agar tetap bagus. ia tak ingin kalah dari sahabatnya sendiri. Lenna merasa tersaingi dalam segala hal.
Lenna terlahir dari keluarga yang cukup terpandang di kotanya, hidup serba mewah dan anak tunggal membuat dia tak ingin di kalahkan siapapun.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!