Vior Oktavia, adalah seorang gadis cantik berusia 18 tahun. Vior merupakan gadis indigo, sejak lahir Vior sudah diberi kelebihan bisa melihat makhluk tak kasat mata. Karena sudah terbiasa melihat makhluk astral, Vior sudah tidak merasa takut dengan mereka walaupun wajah mereka sangat menyeramkan.
"Vi, kita sudah telat ini, bisa lebih cepat lagi bawa motornya," ucap Caramel.
"Ini aku juga sudah cepat Mel, diam saja kalau kamu ngomong terus, aku jadi tambah gugup ini," sahut Vior.
Hari ini adalah hari pertama Vior masuk kuliah dan pagi ini merupakan OSPEK pertama untuk Vior dan Caramel. Vior dan Caramel sudah sahabatan sejak kecil bahkan rumah mereka pun bersebelahan. Mereka berdua merupakan anak orang biasa-biasa dan bukan anak orang kaya.
Tidak lama kemudian, mereka pun sampai di kampus. Keduanya berlari menuju lapangan, dan ternyata semuanya sudah berkumpul. "Mampus, kita pasti kena hukum ini," ucap Caramel.
"Sudah, ayo buruan!" ajak Vior.
Vior dan Caramel berlari menuju lapangan, lalu menghadap senior-senior mereka. "Maaf Kak, kita terlambat," ucap Vior menundukkan kepalanya.
Para senior itu membalikan tubuh mereka dan menatap Vior serta Caramel dengan tajam. "Kalian tahu ini jam berapa? kalian sudah telat setengah jam!" bentak Sandra.
"Maaf Kak, tadi jalanan macet," sahut Caramel dengan masih menundukkan kepalanya.
"Alasan klasik, memangnya kalian pikir kita akan percaya? masa mereka saja bisa sampai kampus tepat waktu, sedangkan kalian macet sendiri, kalau sudah tahu jalanan macet, berangkat dari rumah lebih awal!" bentak Vanilla.
Vior dan Caramel tidak bisa menjawab apa-apa, mereka hanya bisa menundukkan kepalanya. "Kalian lari mengelilingi lapangan ini sebanyak 10 kali putaran," perintah Sandra.
"Baik, Kak," sahut Vior.
Vior dan Caramel mulai berlari mengelilingi lapangan itu. Sedangkan tiga laki-laki tampan yang dari tadi tidak bicara sama sekali hanya bisa memperhatikan Vior dan Caramel.
"Mereka cantik-cantik, bro," ucap Deki.
"Heem, kayanya aku semangat kalau Mahasiswa barunya cantik-cantik kaya gitu," sahut Valdo.
Deki dan Valdo terlihat senyum-senyum sendiri, sedangkan seorang laki-laki tampan yang merupakan ketua BEM itu hanya duduk dengan wajah datarnya. Laki-laki itu bernama Deril, dan dia merupakan laki-laki paling dingin di antara yang lainnya.
Beberapa saat kemudian, Vior dan Caramel pun selesai lalu mereka terduduk di lapangan dengan napas yang terengah-engah dan keringat membasahi wajah cantik mereka. "Kak, maaf boleh kita minum?" tanya Caramel.
"Tidak boleh, itu hukuman kalian karena sudah terlambat," ketus Vanilla.
"Yaelah, kasihan mereka kasih izin minum dulu kali," ucap Deki.
"Diam kamu, kamu memang tidak bisa lihat cewek bening dikit. Sudah biarkan saja, lagipula mereka tidak akan mati gara-gara tidak minum," sahut Sandra.
"Jahat banget kalian," kesal Valdo.
Vior dan Caramel gabung dengan yang lainnya, mereka benar-benar haus tapi seniornya tidak memberikan izin kepada mereka untuk minum. Vior melihat ke arah Deril dan bersamaan dengan Deril yang melihat ke arah Vior juga. Untuk sesaat keduanya saling tatap satu sama lain, namun Vior yang kalah dan memilih kembali menundukkan kepalanya.
Setelah melakukan berbagai kegiatan, para Mahasiswa baru pun diberi kesempatan untuk makan dan istirahat. Vior dan Caramel duduk di bawah pohon, mereka mulai menyantap bekal makanannya. "Senior kita yang cewek itu nyebelin banget ya, Vi," ucap Caramel.
"Sudah biasa Mel, senior kan biasa sok berkuasa," sahut Vior.
Vior dan Caramel celingukan, melihat bekal makanan yang dibawa oleh teman-teman yang lainnya. Ternyata mereka bekal makanan mewah, memang kampus itu termasuk kampus elit dengan Mahasiswa yang sebagian besar merupakan anak orang kaya. Hanya Vior dan Caramel saja yang masuk kuliah di sana lewat jalur beasiswa.
"Busyet, mereka bekalnya mewah-mewah hanya kita saja yang bekalnya pakai telor dan ayam, semuanya langsung gofood makanan dari restoran mahal," bisik Caramel.
"Astaga, sudah biarin saja ngapain kamu lihatin mereka. Sudah tahu di sini hanya kita saja yang anak orang miskin," sahut Vior.
Tiba-tiba para senior menghampiri mereka yang sedang makan dan memperhatikan satu persatu makanan yang mereka bawa. "Kalian makan sama apa?" tanya Vanilla ketus.
"Kita hanya makan sama telur dan ayam goreng, Kak," sahut Caramel.
"Astaga, kasihan sekali padahal mereka tadi pada pesan makanan dari restoran mewah, cuma kalian yang makanannya sederhana. Apa kalian orang-orang pelit?" ledek Vanilla.
Sandra kemudian membisikan sesuatu kepada Vanilla membuat Vanilla sedikit kaget. "Oh, jadi kalian masuk ke sini lewat jalur beasiswa? pantas saja, kirain kalian pelit ternyata kalian anak orang miskin," hina Vanilla.
Vanilla dan Sandra tertawa bersama, bahkan para Mahasiswa baru pun ikut tertawa membuat Vior dan Caramel malu. "Kalian apa-apaan sih? mereka mau makan sama apa pun, memangnya apa urusannya sama kalian? sudah jangan ganggu mereka!" sentak Deril sembari melengos pergi dan diikuti oleh Deki dan juga Valdo.
Vanilla dan Sandra merasa sangat kesal, mereka pun segera pergi meninggalkan Vior dan Caramel. "Apaan sih mereka, menyebalkan sekali," kesal Caramel.
Vior mengeraskan rahangnya, bahkan Vior menggenggam sendok dengan sangat erat saking geramnya kepada seniornya itu. Vior sebenarnya orang yang pendiam, dia juga tidak suka banyak bicara dan Caramel sudah tahu itu. Tidak membutuhkan waktu lama, kedua gadis cantik itu sudah menghabiskan makan siangnya.
"Mel, antar aku ke toilet," ucap Vior.
"Ayo, aku juga ingin ke toilet juga," sahut Caramel.
Vior dan Caramel pun melangkahkan kakinya mencari-cari letak toilet. Setelah mereka bertanya kepada Mahasiswa di sana, mereka pun sampai di toilet. Suasana hening mulai terasa, toilet itu sangatlah mewah dan bersih, wajar saja karena itu merupakan kampus elit.
"Vi, aku masuk ke sebelah sini, ya," ucap Caramel.
"Oke, aku sebelah sini."
Vior mulai masuk ke dalam toilet, awalnya semua berjalan dengan lancar, hingga Vior pun selesai dan keluar dari toilet. Vior mengetuk pintu toilet Caramel. "Mel, sudah belum?" teriak Vior.
"Bentar lagi, Vi, aku lagi pup ini," sahut Caramel.
"Astaga, ya sudah jangan lama-lama."
"Oke."
Vior menghadap cermin besar yang ada di sana, dia mulai merapikan rambutnya yang terlihat acak-acakan. Tiba-tiba, pintu toilet yang berada di belakang Vior terbuka dan keluar seseorang dengan wajah yang pucat. Vior melirik sekilas, lalu melihat ke arah cermin lagi dan berpura-pura merapikan dandanannya.
"Ternyata di sini juga ada setan," batin Vior.
Gadis itu menatap tajam ke arah Vior namun Vior dengan cepat mengalihkan pandangannya dan berpura-pura tidak melihatnya. Gadis itu perlahan menghampiri Vior dan tangannya mulai terulur, entah apa yang mau gadis itu lakukan kepada Vior. Hingga tidak lama kemudian, Caramel keluar dari toilet dan gadis itu langsung menghilang.
"Ayo, Vi!" ajak Caramel.
"Ayo." Keduanya pun segera keluar dari toilet itu dan kembali ke lapangan.
Vior dan Caramel kembali ke lapangan dan mulai mengikuti semua kegiatan yang diarahkan oleh para seniornya.
"Sekarang kalian ikut kita karena kita akan memperlihatkan sesuatu kepada kalian," ucap Deril.
"Gila, Kak Deril ganteng banget, Vi," bisik Caramel.
"Suuttt, jangan banyak ngomong nanti kedengaran sama mereka dan kita kena hukuman lagi," sahut Vior dengan berbisik pula.
Para Mahasiswa baru pun mengikuti langkah Deril dan teman-temannya menuju suatu tempat, entah mau ke mana. Setelah beberapa saat berjalan, mereka pun diarahkan masuk ke dalam sebuah ruangan dan di ruangan itu berjejer foto-foto para alumni kampus itu dari tahun ke tahun.
"Ini adalah ruangan di mana terpampang foto-foto para alumni universitas ini dari pertama kampus ini dibuka sampai sekarang!" jelas Deril.
"Universitas ini pertama kali berdiri di tahun 1963, pendirinya adalah Ir.Suryadiningrat yang merupakan buyutnya dari Deril ketua Bem kita," jelas Valdo.
"Wuidih, ternyata kampus ini masih milik keluarganya Kak Deril. Hebat banget, sudah ganteng, kaya pula, cowok idaman banget," bisik Caramel.
Vior hanya bisa mendelikan matanya ke arah Caramel.
"Sekarang kalian boleh melihat-lihat dulu, siapa tahu ada yang kalian kenal," ucap Deki.
Semuanya mulai melihat-lihat foto demi foto yang terpampang di sana. Begitu pun dengan Vior dan Caramel yang mulai memperhatikan setiap foto. Hingga pada foto di tahun 1965, Vior tampak mengerutkan keningnya saat melihat foto seorang gadis cantik yang berdiri paling ujung dengan senyuman manisnya.
"Bukanya ini gadis yang tadi aku lihat di toilet," batin Vior.
Vior melihat nama gadis itu, namanya adalah Ayu Amira. Vior masih diam mematung melihat wajah gadis cantik itu. Tapi tiba-tiba, semuanya terkejut kala salah satu Mahasiswa baru ada yang kesurupan.
"Tolong, aku!" teriak gadis yang bernama Janet itu.
Semuanya berlarian ke luar ruangan itu karena merasa takut, hanya Vior yang masih berada di sana. Sandra dan Vanilla memegangi tangan Janet namun tenaganya sangat kuat membuat keduanya terpental ke dinding.
"Panggil Pak Dodo!" teriak Deril.
"Oke, aku panggil dulu," sahut Valdo.
Valdo segera berlari untuk memanggil Dodo yang merupakan satpam yang sudah lama bekerja di sana. Ternyata, Dodo juga merupakan dukun di tempat tinggalnya. Maka dari itu jika ada yang kesurupan, Dodo yang selalu menolong.
"Ril, kayanya akan dimulai lagi," ucap Deki.
"Gak mungkin, bukanya tahun lalu Pak Dodo sudah membersihkan tempat ini dari hal-hal negatif," sahut Deril.
"Tapi itu buktinya, ada yang kesurupan lagi," ucap Deki.
"Dimulai lagi? maksud Kak Deki apa?" batin Vior.
"Tolong aku, keluarkan aku!" teriak Janet sembari memukul-mukul dinding dengan tangannya.
Deril dan Deki berusaha menahan lengan Janet supaya tidak terluka. Hingga tidak lama kemudian, Valdo dan Pak Dodo pun datang. Pak Dodo menyuruh semuanya untuk keluar, dan membiarkan dirinya dan Janet berdua di dalam. Vior dan Caramel ikut menunggu di luar ruangan dan berusaha menyingkir dari kerumunan yang ingin tahu situasi di dalam ruangan.
"Tuh kan, sudah mulai ada yang kesurupan lagi? jangan-jangan bakalan ada korban selanjutnya."
"Hus, jangan keras-keras nanti kita dipanggil Rektor."
Vior tidak sengaja mendengar percakapan dua orang Mahasiswi mengucapkan kata-kata yang sama seperti yang diucapkan oleh Deki.
"Sebenarnya ada apa dengan kampus ini? kenapa mereka bilang, sudah dimulai lagi?" batin Vior.
Vior benar-benar sangat penasaran dengan kata-kata "SUDAH DIMULAI LAGI". Vior merasa curiga pasti ada sesuatu yang sedang disembunyikan kampus itu. Vior juga sangat penasaran dengan gadis yang dia temui di toilet tadi siang.
Tidak lama kemudian, pintu ruangan itu terbuka dan terlihat Janet sudah jatuh tak sadarkan diri. "Kalian bawa ke klinik kampus saja untuk menyadarkan dia, arwah yang merasuki anak itu sudah keluar," ucap Pak Dodo.
Semua orang tampak mengucapkan syukur, Deril pun menyuruh Mahasiswa baru itu untuk membawa Janet ke klinik. "Yang lainnya kembali ke lapangan!" teriak Deril.
"Baik, kak," sahut semuanya serempak.
Semuanya mulai berlarian menuju lapangan, sedangkan Vior menghentikan langkahnya karena dia merasa ada sesuatu di belakang dia. Perlahan dia pun membalikan tubuhnya, seketika Vior terkejut saat melihat gadis yang dia temui di toilet, berdiri di depan kaca ruangan itu dan menatap ke arah Vior. Vior yang awalnya melihat ke arah gadis itu, seketika memalingkan wajahnya dan berpura-pura mencari sesuatu ke belakang, lalu Vior pun segera berlari menyusul Caramel.
"Siapa dia? ah, kenapa aku sangat penasaran," batin Vior.
***
Waktu pun berjalan dengan sangat cepat, ini adalah hari kedua Vior dan yang lainnya menjalani Ospek. "Vi, kamu merasa gak kalau kampus kita itu angker?" ucap Caramel.
"Memang kampus itu angker," sahut Vior.
"Jangan bilang kamu sudah bertemu dengan setan penghuni kampus itu," ucap Caramel.
"Sudah."
"Tuh kan, ah menyeramkan sekali," keluh Caramel.
"Aku penasaran banget Mel, sepertinya kampus ini menyimpan sebuah misteri," ucap Vior.
"Maksudnya?" tanya Caramel bingung.
"Kamu dengar gak, waktu anak baru yang kesurupan di ruangan penuh foto? Kak Deril sempat bilang sudah dimulai lagi, bahkan ada beberapa orang juga sempat membicarakan itu. Aku semakin penasaran tahu dengan semua ini dan aku yakin, semua ini ada hubungannya dengan arwah yang sering aku temui beberapa hari ini," jelas Vior.
"Seram banget, Vi," ucap Caramel bergidik ngeri.
"Ayo semuanya berkumpul di lapangan." Tiba-tiba terdengar panggilan dari salah satu senior mereka.
Para Mahasiswa baru berlarian ke lapangan, dan langsung berbaris dengan rapi.
"Besok adalah hari terakhir kalian ospek, jadi besok kita akhiri dengan camping di kampus ini. Besok kalian datang sore saja, membawa peralatan makan, tidur, dan alat ibadah masing-masing. Tepat pukul 16.00 sore kalian harus sudah berkumpul di sini, jangan sampai ada yang terlambat!" tegas Deril.
"Baik, Kak," sahut semuanya serempak.
"Sekarang kalian boleh pulang, tapi jika masih betah di sini dan mau lihat-lihat kampus terlebih dahulu, boleh saja. Acara ospek kali ini kami tutup, selamat beristirahat dan kita bertemu lagi besok sore," ucap Valdo.
"Siap, Kak."
"Kalian boleh bubar," ucap Deril.
Semua Mahasiswa baru pun bubar, ternyata mereka memilih untuk bersantai terlebih dahulu di kampus. Begitu pun dengan Vior dan Caramel, mereka duduk di kursi yang berada di taman kampus. Pada saat Vior sedang menikmati minuman dinginnya, tiba-tiba terdengar suara yang masuk ke telinganya.
"Tolong saya!"
Seketika Vior tersentak dan celingukan ke berbagai arah membuat Caramel mengerutkan keningnya.
"Kamu kenapa?" tanya Caramel.
"Barusan seperti ada yang bicara sama aku, minta tolong," sahut Vior.
"Astaga, jangan aneh-aneh deh, siang bolong kaya gini masa ada setan," ucap Caramel ketakutan.
Vior kembali duduk dengan santai, pikirannya tiba-tiba tertuju kepada arwah yang kemarin dia temui. "Apa barusan suara gadis itu?" batin Vior.
Pada saat kedua gadis cantik itu sedang fokus dengan pikiran masing-masing, tiba-tiba Valdo, Deki, dan Deril menghampiri keduanya.
"Halo, boleh kami gabung dengan kalian?" seru Valdo.
"Ah, bo-boleh Kak," sahut Caramel gugup.
"Kalian tidak makan?" tanya Deki.
"Tidak Kak, kita lupa tidak bawa bekal," sahut Caramel.
Vior hanya diam saja, bahkan dia tampak menundukkan kepalanya. Begitu pun dengan Deril, dia duduk sembari mengotak-atik ponselnya. Deril sama sekali tidak tertarik dengan obrolan mereka, dia ikut karena diajak Valdo dan Deki.
"Ya sudah, kita makan di kantin saja," ajak Deki.
"Tidak Kak, terima kasih," sahut Caramel.
"Ayolah, kita yang traktir," ucap Valdo.
"Bagaimana ini, Vi?" bisik Caramel.
Vior menggelengkan kepalanya. "Tidak Kak, kita tidak lapar kok," sahut Caramel kembali.
Tiba-tiba, suara perut Vior dan Caramel berbunyi bersamaan membuat kedua gadis itu reflek saling pandang satu sama lain. Sedangkan Valdo dan Deki langsung tertawa membuat Vior dan Caramel malu bahkan wajah mereka memerah. Deril yang dari tadi fokus main ponsel pun sampai menutup mulutnya untuk menahan tawanya.
"Mulut dan perut beda jawaban, ayo kita makan saja." Valdo pun menarik tangan Vior, dan Deki menarik tangan Caramel, sedangkan Deril lagi-lagi hanya mengikuti dari belakang.
Deril memang terkenal pria dingin, banyak yang menyukai dia namun dia sangat dingin kepada gadis. "Duduk, kalian boleh makan apa saja yang kalian mau, tenang saja semuanya aku yang bayar," seru Deki.
"Tapi Kak, kita malu," sahut Caramel.
"Gak usah malu-malu, dari pada kalian sakit nanti," ucap Valdo.
Sementara itu dari kejauhan, Sandra dan Vanilla merasa sangat geram. "Ngapain mereka bareng Mahasiswa baru itu?" ucap Sandra.
"Wah mereka ngelunjak, Mahasiswa baru saja sudah berani ngedeketin Deril dan yang lainnya, perlu di kasih pelajaran mereka berdua," kesal Vanilla.
Vior dan Caramel sama-sama tidak mau pesan makanan, akhirnya Valdo yang pesankan makanan untuk mereka. Ketiga lelaki tampan itu sampai bangga melihat Vior dan Caramel karena biasanya para gadis akan memesan makanan yang banyak jika ditawarin. Sedangkan Vior dan Caramel justru malah nolak dan harus dipaksa.
"Ayo di makan." Valdo dan Deki membawakan mie ayam untuk Vior dan Caramel.
"Jangan malu-malu, makan saja," timpal Deki.
Akhirnya karena dipaksa, Vior dan Caramel pun terpaksa makan mie ayam yang dipesan oleh Valdo dan Deki. Mereka tidak enak kalau menolak, lagi pula sudah dipesankan. Baru saja mau memasukan mie ayam ke dalam mulut, Sandra dan Vanilla datang sembari menggebrak meja.
"Berani sekali kalian menggoda mereka, dasar cewek-cewek miskin berharap ada yang traktir," hina Vanilla.
"Astaga, kalian punya sopan santun tidak? lagi pula siapa yang menggoda?" bentak Valdo.
"Do, kamu itu jangan polos-polos banget, kita sudah tahu tipe-tipe gadis seperti mereka. Pasti mereka hanya ingin porotin duit kalian saja," hina Sandra.
Vior mengepalkan tangannya, dia pun bangkit dari duduknya dan langsung menarik tangan Caramel. "Kak Valdo, Kak Deki, Terima kasih atas tawarannya tapi sepertinya kita tidak bisa memakannya, kalau begitu kita permisi dulu," ucap Vior.
Kedua gadis cantik itu pun segera pergi dari kantin, padahal mereka sama sekali belum makan mie ayam yang dipesankan oleh Valdo dan Deki. "Kalian benar-benar keterlaluan, kita sendiri yang mengajak mereka untuk makan di sini bukan mereka yang menggoda kita!" bentak Valdo.
"Memangnya kalian, doyan deketin cowok kaya. Kaya kamu Sandra, sudah lama deketin Deril tapi ternyata si Derilnya sama sekali gak peduli sama kamu, kasihan banget," ledek Deki.
"Apa kamu bilang!" bentak Sandra.
Deril yang dari tadi hanya memainkan ponselnya, mulai geram. Dia pun bangkit dari duduknya dan langsung pergi dari kantin. Begitu pun dengan Valdo dan Deki yang segera berlari menyusul Deril.
"Nyebelin banget si Deki," geram Sandra.
Vior dan Caramel berjalan dengan tergesa-gesa, Vior sangat geram dengan ledekan seniornya itu. "Kak Sandra dan Kak Vanilla kalau ngomong asal nyablak saja, sembarangan kalau ngomong," kesal Caramel.
"Makanya mulai sekarang, kita gak boleh menerima tawaran dari siapa pun," sahut Vior tanpa ekspresi.
Pada saat Vior dan Caramel sedang berjalan, dari kejauhan mereka melihat kerumunan orang sembari terdengar teriakan. "Ada apa itu?" tanya Caramel.
"Entahlah, ayo kita lihat!" Vior dan Caramel berlari mendekati kerumunan itu.
"Tolong aku, jika kalian tidak bisa menolong aku, aku akan terus bergentayangan di kampus ini!" teriak salah satu Mahasiswi dengan mata melotot dan ternyata itu lagi-lagi Janet.
"Sepertinya dia kesurupan, Vi," bisik Caramel.
Tidak lama kemudian, Pak Dodo datang dan segera membawa Mahasiswi itu ke ruangan yang terdapat banyak foto itu. "Kenapa dia harus dibawa ke ruangan itu? padahal Pak Dodo bisa menyembuhkannya di sini saja?" batin Vior merasa curiga.
Semua orang kembali mengikuti Dodo dan menunggu di depan ruangan, sedangkan Vior dan Caramel hanya berdiam diri. "Kasihan Mahasiswi baru itu, aku takut nasib dia akan berakhir tragis," ucap salah satu Mahasiswi senior.
Vior membalikan tubuhnya, lalu mendekati seniornya itu. "Maaf Kak, kalau boleh tahu sebenarnya ada kisah apa di kampus ini?" tanya Vior.
"Aku sih gak tahu detilnya, aku juga tahu dari orang lain. Katanya dulu di kampus ini terjadi pembunuhan, sepasang kekasih. Si cewek adalah putri kampus karena dia mempunyai wajah yang sangat cantik dan banyak teman-teman cowoknya yang menyukai dia. Tapi si cewek sudah punya cowok dan cowoknya itu merupakan Mahasiswa beasiswa. Katanya, sekelompok cowok yang suka sama cewek itu bekerja sama untuk melakukan penculikan. Si cowoknya di bunuh, dan si ceweknya diper**sa terlebih dahulu sebelum akhirnya ikut di bunuh juga," jelasnya.
"Terus, apa arwahnya belum tenang?" tanya Caramel.
"Kemungkinan iya, katanya sampai sekarang jasadnya belum ditemukan dan arwahnya selalu mencari para pelaku yang sudah memper**sa dan membunuhnya," sahutnya kembali.
"Terus pihak keluarga bagaimana? apa mereka diam saja, saat salah satu keluarga mereka dibunuh bahkan jasadnya belum ditemukan?" tanya Vior penasaran.
Gadis itu celingukan dan membisikan sesuatu kepada Vior. "Sepertinya pihak kampus membungkam keluarga korban supaya tidak lapor polisi."
"Astaga, ngeri banget," ucap Caramel.
"Tapi kenapa yang kesurupan itu orang yang sama kaya kemarin?" tanya Vior.
"Kemungkinan itu korban selanjutnya."
"Maksudnya apa?" tanya Vior dan Caramel secara bersamaan.
"Orang yang kesurupan itu, orang yang sudah dipilih oleh si arwah. Jika dalam waktu 3 hari dia tidak bisa membantu si arwah menemukan pembunuhnya, maka si anak yang kesurupan itu akan meninggal," sahutnya.
"Hah." Vior dan Caramel saling pandang satu sama lain dan mereka terlihat sangat terkejut.
"Sudah bertahun-tahun arwah penasaran itu menghilang karena pihak kampus mendatangkan Ustaz dan dukun juga untuk membersihkan kampus ini, tapi sekarang arwah itu muncul lagi mungkin doa-doa dari Ustaz dan dukun waktu itu sudah luntur."
"Makanya jika nanti kalian bertemu dengan arwah itu, kalian harus pura-pura tidak melihat supaya arwah itu tidak memilih kalian sebagai korban selanjutnya," sambung senior yang satunya lagi.
"Terima kasih Kak, atas infonya," ucap Vior.
Vior dan Caramel segera pergi. "Vi, bukanya kamu sudah bertemu dengan arwah itu di toilet? apa dia tahu kamu melihatnya?" tanya Caramel khawatir.
"Tidak, aku pura-pura tidak melihatnya," sahut Vior.
"Ah, syukurlah. Ya sudah, mending sekarang kita pulang, ngeri lama-lama di sini," ajak Caramel.
Vior dan Caramel pun akhirnya memilih untuk pulang.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!