Di rumah sakit Jakarta,
Seorang wanita sedang menunggu hasil pemeriksaan dirinya.
"Ibu Azura" panggil suster itu.
Wanita yang di ketahui namanya adalah Azura bangkit dari duduk nya "Saya sus" Suster itu memberikan secarik amplop putih.
Azura menerima surat itu dengan tangan bergetar, dengan perlahan dia membuka dan membaca hasil pemeriksaan tersebut. Air matanya menetes, tanganya menutup mulut tak percaya setelah membaca hasilnya.
"Ha..mil..hiks..." tangis bahagia keluar dari mulut Azura. Tanganya mengelus perut "Sayang...terimakasih karena kamu telah hadir di hidup bunda" ucapnya bahagia.
Azura mengeluarkan ponsel miliknya dia akan memberitahu kabar bahagia ini pada kakak yang selalu melindungi dan selalu ada di sisinya.
[Halo dek, ada apa? Apa bajingan itu menyakiti mu lagi?]
Azura menggeleng [ Tidak bang, aku cuman mau kasih kabar bahagia buat abang]
[Apa itu?]
[Sebentar lagi abang jadi paman] orang yang di sebrang telpon sana terdiam mematung.
[Abang? Bang? Abang masih di sanakan?]
Orang itu tersadar [Iya, selamat yah, jaga dia baik-baik]
Azura tersenyum [Tentu, dia akan menjadi alasan aku untuk bertahan]
[Dek] suara itu terdengar parau di telinga.
[Yaudah bang, Zura tutup dulu telpon nya yah, aku mau kasih kejutan untuk suami aku]
[Dek ab..]
Tut.....
Panggilan itu di putuskan oleh Azura sebelum Arzuna selesai bicara. Azura melangkah keluar dari rumah sakit dengan perasaan yang sangat bahagia. Azura berjalan menuju mobilnya didepan mobil seorang pria paruh baya menunggu dengan tersenyum.
"Silahkan nyonya" ucapnya membuka kan pintu mobil.
"Terima kasih pak" Azura masuk dan duduk sambil mengusap perut ratanya. Pak Udin yang sedang menyetir pun melirik Azura dari kaca "Nyonya apa ada kabar gembira, sampai nyonya terus tersenyum?"
"Sebentar lagi akan ada malaikat kecil di mansion"
"Wah selamat Nyonya, saya ikut senang"
"Terima kasih pak, oh yah jangan kasih tahu dulu Xelo pak, biar saya kasih kejutan buat dia"
"Ba..baik nyonya" pak Udin menatap sedu Nyonya nya ini.
Sampai di mansion Azura langsung pergi ke kamarnya, dia akan memberikan kejutan untuk suami tercintanya. "Mungkin kamu akan berubah setelah malaikat kecil ini ada mas" gumamnya.
Azura mencari sesuatu untuk membungkus hasil tespack, surat dari rumah sakit dan foto hasil USG "Hem, bagus kali yah? Warnanya juga lucu" monolognya saat menilai kotak berwarna polkadot biru muda itu.
Drt...drt...
Ponsel Azura bergetar dan berbunyi, Azura melihat siapa yang menelponnya.
[Halo] ucap Azura.
[Zur, lo dimana?] tanya si penelpon.
[Aku di rumah kenapa?]
[Oh, ini lo tau gak butik lo tuh rame bener, kebetulan gue juga lagi disini nyari baju buat suami gue]
[Terus, ngapain kamu telpon hah?] ucap Azura kesal.
[Hehe, gue gak tahu, gue rasa bakal gak bisa denger suara lo lagi, makanya gue telpon lo]
[Ngaco kamu]
[Ya kan gue gak mau menyesal Zur]
[Dah ah, aku lagi sibuk kamu buang waktu aku tau gak]
[Iya deh si paling sibuk, sibuk ngejar cowo bajingan itu huh]
[Dia suami gue dan lo gak berhak ngatain dia bajingan] jawab Azura kesal lalu menutup panggilan itu.
Tut ....
Azura menarik nafas pelan, dia berusaha menghilangkan emosinya yang muncul tadi. Azura melirik sebentar figura pernikahan dirinya dan suaminya, tersenyum tipis dan kembali menata hadiah kejutan untuk suaminya.
Meskipun dalam hatinya ia merasakan sakit, sudah banyak luka yang digoreskan oleh suami tercintanya, tapi entah kapan suaminya membalas cinta serta semua pengorbanannya.
Tapi di ruang kecil hatinya ada setitik harapan jika apa yang dia inginkan suatu saat nanti suaminya membalas cintanya.
.........
Di sebuah gedung pencakar langit seorang pria dengan jas hitam dan tatapan elang yang senantiasa melihat komputer di depannya itu. Kemudian dia menyandarkan bahu lebarnya di kursi kebanggaan dirinya, memijat perlahan pangkal hidung mancung bak perosotan dan bibir sexy yang menggoda itu.
"Azura...heh sebentar lagi penghalang itu akan musnah dari muka bumi ini" gumamnya. Melirik jam yang melingkar di lengan berototnya. Sudah pukul 14:49 itu artinya dirinya akan segera pulang untuk membasmi penghalang kebahagian dirinya.
Berdiri dari duduknya dan berjalan kearah jendela yang memperlihatkan bangunan tinggi dan besar itu, seringai terukir di bibirnya. Berjalan kearah pintu dengan kedua tangan masuk kedalam saku celana.
"Kai" panggilnya.
Kaidan yang di panggil pun datang menemui tuanya. "Ada apa?"
"Kau sopan sedikit saya atasanmu"
"Ya ya ya, sekarang ada apa?"
"Ck, carikan hadiah yang bagus untuk Marsha"
Kening Kai berkerut "Istri lo tuh Azura bukan Marsha" ucapnya.
"Siapa dia?, dengarkan dia hanya parasit dan hama di hidup gue dan sampai kapan pun gue gak akan pernah anggap dia sebagai istri gue" ujarnya lalu pergi.
Kai menatap kasihan bos sekaligus temannya itu "Sampai saat Azura tinggalin lo, gue orang pertama yang akan tertawa" ujar Kai yang masih di dengar oleh bosnya.
"Tertawalah, dan disana gue yang paling kencang" jawabnya, lalu menghilang di balik lift.
Axelo Roland Alexis penguasaha yang memegang perusahaan Alexis.Company. Sikapnya yang dingin dan arogan bahkan kejam pada istrinya sendiri yakni Azura Nathalia Xavier, namun akan bersikap lembut pada seorang wanita bernama Marsha Arina.
Axelo menikah dengan Azura karena paksaan dari orang tuanya, Axel tidak menyukai Azura karena sejak SMA Azura selalu mengejar dirinya, bahkan sudah puluhan atau ratusan kali Axel menolak Azura tapi tetap saja Azura akan kembali mengejarnya. Axel mencintai Marsha sejak kuliah namun pertemuan mereka terjadi sejak SMA, sampai sekarang Axel dan Marsha menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih.
Setiap hari hanya ada tangisan Azura, cacian dan makian Axelo bahkan tidak jarang Axel melakukan kekerasan pada Azura, tapi Azura tetap bertahan sampai sekarang dan itu semua membuat Axel muak dan merencanakan sesuatu untuk melenyapkan Azura setelah itu dia akan menikah dengan Marsha.
Axel sampai di mansion, memarkirkan mobil kesayanganya lalu masuk kedalam mansion. Saat membuka pintu seperti biasa Axel di sambut oleh senyum hangat Azura.
"Akhirnya mas kamu pulang" ucap Azura mendekati Axel dan berniat melepaskan jas yang di pakai oleh Axel.
Saat tangan Azura menyentuh bahu Axel, Axel langsung menepis dan mendorong Azura.
"Akhhh"
Axel berjongkok lalu memegang dagu Azura "Ucapkan selamat tinggal dunia" mata Azura membola saat Axel mengucapkan kata itu.
Axel berdiri lalu menendang perut Azura sehingga Azura terseret dan membentur dinding.
"Akhhh"
Axel kembali mendekati Azura yang sedang merintih kesakitan pada perutnya, menarik rambut Azura dengan sangat keras ke atas hingga wajah Azura mendongak "Kamu tahu?, kamu hanya benalu dan parasit di hidup saya dan sekarang saya akan menghilangkan benalu itu".
Bugh
Prang
Tubuh kecil Azura di lempar hingga vas besar pecah dan menimpa Azura, keadaan Azura sunggu tidak bisa dikatakan baik-baik saja.
Ctar
Axel mencambuk Azura menggunakan gesper/sabuk miliknya.
"Ck ternyata kau kuat juga"
Dor
Peluru itu bersarang di punggung Azura.
"Uhuk...akhhh"
"Ada kata-kata terakhir?" tanya Axel sambil menodongkan pistol di kepala Azura.
"Uhuk..a...aku...menyesal mencintai laki-laki sepertimu..uhuk...jika...ada kesempatan kedua...aku tidak akan mencintai mu..."
"Heh kau pikir saya beruntung di cintai oleh wanita murahan seperti mu"
"Aku..benci kamu Axel..."
Deg
Entah kenapa saat Azura mengatakan itu hati Axel berdenyut nyeri dan sesak di dada. Tapi Axel menepis semua itu "Selamat tinggal"
Dor
Axel menembak Azura tepat di kepalanya dimana itu membuat Azura tiada begitu pun dengan janin yang di kandungnya.
"HAHAHAHA...selesai..semua selesai" tawa kemenangan dari mulut Axel keluar, semua pekerja mansion yang melihat nyonya mereka di bunuh oleh tuan nya, menangis dalam diam itu yang bisa mereka lakukan sekarang, namun berbeda dengan Sisil dia menelpon seseorang untuk memberitahu kabar itu.
Axel menatap mayat Azura ada sedikit rasa menyesal di dalam dirinya dan ia merasa tidak membunuh satu orang melainkan lebih, tapi Axel menepis semuanya dia tidak peduli dengan apa yang ia rasakan sekarang. Setelah terdiam cukup lama Axel pergi dari mansion itu. Setelah Axel pergi beberapa bodyguard membawa jasad Azura.
Tbc....
Axel pergi kesebuah apartment mewah di Jakarta dengan hadiah yang sangat mewah di tanganya, apartment ini adalah tempat tinggal Marsha dan Axel sendiri yang membelikannya untuk Marsha. Berjalan dengan angkuh dan berwibawa, semua orang yang ada di sana menatap segan Axel bahkan ada yang menatapnya dengan lapar. Tapi Axel mengabaikan semua tatapan itu, dia sedang dalam keadaan bahagia karena sebentar lagi ia akan menikah dengan orang yang dia cintai.
Sampai di unit apartment Axel memasukan pin dan masuk kedalam sana, dia melangkah menuju kamar Marsha namun langkahnya terhenti saat ia mendengar percakapan di dalam sana.
"Sayang sebentar lagi aku akan menikah dengan si bodoh Axel itu, setelah itu aku akan mengalihkan semua aset menjadi namaku dan kita menikmati semua harta itu" suara seorang perempuan terdengar di telinga Axel.
"Kamu memang pintar Marsha, hahaha liat dia bahkan rela menyiksa istrinya dan bela kamu dasar manusia bodoh" suara laki-laki menyahut.
"Hahaha" keduanya tertawa.
"Ahh jangan kasar sayang" Axel mengepal kuat tanganya, dia sangat emosi terlihat dari urat yang tercetak jelas di pelipisnya.
Dengan emosi Axel mendobrak pintu itu hingga engsel pintu terlepas "SIALAN KALIAN BERDUA"
"Axel" kaget keduanya.
Marsha mencoba berdiri namun tidak bisa karena miliknya baru saja di tusuk "Axel ini gak seperti yang kamu liat...dia perkosa aku" ucap Marsha mencoba menggapai Axel namun tidak sampai karena Axel terus menghindar.
"Menjijikan, dengar kalian manusia yang tidak tahu diri, kalian harus mendapat hukuman" ujar Axel, dia mengeluarkan pistol di balik jasnya.
Dor
Dor
Seketika keduanya tewas setelah mendapat tembakan di kepala mereka. Tubuh Axel jatuh bertekuk lutut air matanya menetes perlahan, isak tangis terdengar pada kepala yang sedang menunduk itu.
"Azura" kata yang keluar dari bibirnya.
Dalam benak ku kenapa Axel tidak menyiksa mereka terlebih dahulu?, kenapa langsung membunuh mereka?, apa Axel tidak bisa menyiksa orang yang di cintainya?, tapi...
Axel bangkit dari duduknya bergegas pergi ke mansion dia ingin melihat wajah Azura, walaupun terlambat tapi dia ingin melakukan hal terakhir untuk Azura.
Dengan mengemudi seperti orang kesetanan Axel sampai di mansion lalu masuk kedalam dan betapa terkejutnya Axel saat melihat kondisi di dalam mansion.
Rapih
Itu satu kata yang keluar, semua telah kembali ke tempatnya bahkan bercak darah telah menghilang, Axel termenung dia hanya pergi selama dua jam tapi dalan mansion sudah kembali seperti semula.
"Bodyguard" panggil Axel.
Beberapa bodyguard datang menghampiri Axel "Ya tuan"
"Dimana Azura?" para bodyguard mengerut kening bingung dengan pertanyaan tuan nya, apa tuan mereka tidak puas dengan membunuh nyonya dan calon tuan muda? Sampai-sampai tuan masih mencari nyonya yang bahkan sudah tidak bernyawa.
Mereka bungkam tak tahu harus jawab apa " Kenapa kalian diam JAWAB SAYA DIMANA AZURA?"
"Nyonya....dibawa pergi tuan" jawab salah satu bodyguard memberanikan diri.
Kening Axel mengerut "Siapa yang membawanya?"
"Salah satu dari kami tuan, sampai sekarang dia belum kembali"
"Sialan siapa bodyguard yang berani membawa istri ku" mereka semakin bingung dengan ucapan tuan mereka. Istri katanya sejak kapan tuan nya menganggap nyonya sebagai istrinya?.
"Jawab sialan" marah Axel.
"Dia Pram tuan"
"Pram? Telpon dia suruh dia kembali dengan istri saya" titahnya. Salah satu dari mereka melakukan tugas itu.
"Maaf tuan, kata dia jasad nyonya telah di bawa oleh tuan Arzuna" ucap bodyguard yang di beri kabar oleh Pram.
"Arzuna?" Axel diam, dia memikirkan kenapa Arzuna membawa jasad istrinya. Mata Axel membola saat mengingat bahwa Arzuna adalah orang yang selalu ada untuk Azura bahkan disaat Axel menolak Azura, Arzuna lah yang selalu menerima Azura. Dan banyak orang yang berspekulasi bahwa Arzuna dan Azura adalah sepasang kekasih.
"Tidak, itu tidak mungkin" Axel berlari kearah kamar Azura untuk mencari ponsel Azura untuk menghubungi Arzuna, kenapa tidak memakai ponsel sendiri?, Axel dan Arzuna telah lama bermusuhan sejak pernikahan Azura dan Axel, dan Axel tidak tahu jika Arzuna dan Azura adalah kembar, bahkan teman-teman mereka tidak ada yang tahu.
Sejak sekolah dulu Azura selalu mencari perhatian kepada Axel tapi Azura pun selalu melakukan hal yang sama pada Arzuna dan disana lah Axel menganggap bahwa Azura adalah wanita murahan.
Sampai di kamar Azura dia melihat interior kamar yang elegan dan nyaman, di dinding pojok kanan terpasang figura pernikahan mereka, Axel tersenyum nanar saat melihat foto itu, mengalihkan pandangan ia mencari ponsel Azura namun tidak ketemu tapi Axel tidak menyerah ia membuka lemari putih disana, dan saat mencari lengannya tidak sengaja menyenggol sebuah kotak dan terjatuh.
Axel mengambil kotak itu karena penasaran Axel membuka kotak polkadot itu. Saat di buka Axel terkejut saat mendapatkan sebuah tespack dan foto USG, Axel mengambil amplop putih berlebel rumah sakit itu, membuka dan membaca setiap deretan kata yang tertulis di secarik kertas itu.
Air mata Axel perlahan keluar dari pelupuknya "Jadi Azura sedang hamil" ucapnya tak percaya. Masih ada satu surat lagi, Axel mengambil kertas itu dan membacanya.
^^^Dear my husband^^^
...Hai mas, kamu suka hadiah yang aku kasih?,...
...Semoga kamu suka mas, sebentar lagi ada malaikat kecil di rumah kita dan keluarga kita akan sempurna mas....
...Aku berharap dengan adanya malaikat kecil ini mas akan berubah. Tapi mungkin saja mas tidak menerima dia kan? Karena dia hadir karena sebuah kecelakaan. Tapi gak papa jika mas gak bisa menerima dia tapi setidaknya mas anggap dia sebagai anak mu, aku tahu mas tidak mungkin melakukan itu karena mas benci aku bahkan aku masih ingat dengan perkataan mas dulu, saat mas bilang jika aku hamil sekali pun mas tidak akan menganggap dia sebagai anak kamu....
...Aku akan membesarkan dia meskipun seorang diri. Dan dia akan menjadi alasan aku hidup dan bertahan di dunia ini. Entah kenapa aku merasa tidak akan lama bersama kamu mas jadi aku buat hadiah lain buat mas ada samping kotak hadiah ini....
...Terimakasih untuk semuanya walaupun hanya ada luka tapi aku bahagia setidaknya aku yang menjadi istri pertama mu....
...I love you Axelo....
Axel membaca itu dengan derai air mata yang mengalir jadi benar perasaan saat dia merasa jika tidak membunuh satu orang. "Maaf sayang...maafin papah yang udah bunuh kamu..."
Teringat dengan isi surat itu Axel berdiri dan mengambil apa yang di tulis di kertas itu. Dalam lemari itu ada sebuah kotak namun atensi Axel bukan pada kota itu melainkan sebuah map yang terselip di samping kotak itu.
Axel mengambil maap itu membuka dan membacanya "Surat gugatan cerai?" tunggu itu artinya Azura berniat menceraikan dirinya. Axel kembali terisak, ia harus menemui Arzuna.
Axel mengambil ponselnya lalu menelpon seseorang
[Bagi nomor Zuna] ucapnya setelah panggilan di terhubung.
[Hah apaan?] tanya Kai, yah Kai yang di hubungi oleh Axel.
[Bagi nomor Zuna] ulang Axel.
[Zuna? Maksud lo si Arzuna?]
[Ya]
Axel menutup panggilan itu ia berjalan kearah ranjang dan mengambil figura kecil yang terletak di atas nakas. Axel menatap wanita yang ada di dalam foto itu andai ia tahu kebenaran sebelum Azura tiada mungkin sekarang dia akan memeluk wanitanya itu. Tapi nasi sudah menjadi bubur, tidak mungkin di ubah kembali menjadi nasi.
Ting..
Axel membuka pesan dari Kai dan tanpa basa basi Axel menelpon nomor yang di kirim oleh Kai.
[Siapa?] suara dingin terdengar di telinga Axel.
[Dimana Azura?] ucap Axel.
[Bajingan] tuttttt...
Arzuna memutus panggilan.
Axel menggeram marah ia kembali menelpon Arzuna namun suara operator lah yang terdengar. Sudah berulang kali Axel menelpon Arzuna namun tak bisa hingga ia kesal dan membanting ponselnya.
"Sialan" umpatnya.
Tbc..
Seminggu telah berlalu Axel bagaikan mayat hidup, dia berusaha mencari keberadaan Arzuna dia ingin tahu dimana makam istrinya hanya itu tapi sepertinya takdir tidak merencanakan itu.
Axel selalu menatap sedu pintu mansion nya biasanya jika dia membuka pintu itu dia akan di sambut dengan senyum manis Azura namun kini tak ada lagi senyum sambutan itu, dulu jika ia akan pergi ke kantor Azura sudah ada di meja makan menyediakan sarapan dan akan memberikan dirinya bekal namun selalu ia tolak.
Kini setelah sang empu tiada rasanya mansion ini seperti rumah tak berpenghuni dan sudah sejak seminggu dia tidur di kamar Azura, bau khas Azura pun masih tercium disana.
"Sayang maaf...maaf...andai aku bisa memutar waktu...aku akan melakukan hal yang kamu mau..hiks" ucapnya sambil memandang foto Azura.
Kegiatan Axel seminggu ini hanya seperti itu dia selalu menangis dengan memandang foto Azura.
Brak
Pintu kamar itu terbuka dengan kasar, tapi itu tidak mengejutkan Axel sudah di bilang bukan jika Axel seperti mayat hidup dan dia hidup seperti tanpa jiwa.
"Axel" ucap Kai. Namun tak ada respon dari Axel.
"Ck, lo mau sampai kapan begini? Lo sama aja nyiksa diri lo" ucap Kai.
Kai menatap horor Axel "Hahahha" tiba-tiba Kai tertawa namun sama sekali tidak berpengaruh pada Axel. "Liat lo sekarang, benar bukan? Lo tuh udah ketergantungan sama Azura, lo udah terbiasa dengan Azura dan semua yang lo lakuin pasti ada Azura, tapi sekarang lihat hahahha lo kayak mayat" ucap Kai.
Axel tetap tak bergeming dia diam memandang foto Azura dan foto USG. Kai menatap tak percaya Axel yang masih diam setelah dia berbicara panjang kali lebar, Kai geleng-geleng kepala "Gue udah ketemu lokasi Arzuna" ucap Kai.
Sontak Axel berdiri dan memegang kedua pundak Kai " Dimana?"
"Njir sakit" rintih Kai melepaskan cengkraman Axel.
"Dimana cepat katakan?"
"Iya iya, dia ada di Bandung"
"Bandung? DIEGO SIAPKAN MOBIL" ucap Axel berteriak.
Kai menutup telinga karena teriakan Axel "Astaga kuping gue" ucapnya mengelus-elus telinganya. Axel pergi keluar di ikuti oleh Kai, mereka masuk kedalam mobil Axel lalu melaju dengan kecepatan tinggi.
"Gila lo kalau mau mati jangan ngajak gue " ucap Kai karena Axel menyetir mobil dengan kecepatan di atas rata-rata dan itu pun selalu menyalip beberapa kendaraan di depannya.
Pada akhirnya mereka sampai di tempat yang di katakan oleh Kai dengan selamat. Axel keluar dari mobil dan masuk ke dalam perkarangan rumah, namun tentu nya tidak mudah Axel di halang oleh beberapa penjaga di sana.
"Maaf tuan, anda ada urusan apa kesini?"
"Dimana Arzuna?" tanya Axel.
Penjaga itu mengerutkan kening "Tuan Arzuna sedang tidak ada di mansion" jawab penjaga itu.
"Ck tidak, saya tahu dia ada di dalam ARZUNA KELUAR LO, JANGAN JADI PENGECUT BERSEMBUNYI DI DALAM, ARZUNA SIALAN KELUAR" teriak Axel.
"Pak anda jangan membuat keributan disini, sebaiknya anda pergi dari sini" usir penjaga itu.
"Dengar ini, saya tidak akan pergi sebelum Arzuna keluar" ucap ngotot Axel. Kai yang melihat itu menggelengkan kepala.
"Dasar tidak waras" gumam Kai.
Axel terus saja beradu mulut dengan penjaga bahkan pertengkaran mereka di lihat oleh sang pemilik rumah di atas balkon sambil menghimpit sebatang rokok.
"Untuk apa dia kemari?, apa dia belum puas?" gumam laki-laki itu.
Mematikan rokok dan membuangnya di tempat sampah, laki-laki itu masuk kedalam dia akan menemui pria tidak waras itu.
"ARZUNA KELUAR LO, DIMANA AZURA?" teriak Axel.
"Apa maksud mu tuan Axelo Roland Alexis?" tanya seseorang yang baru saja keluar dari mansion itu.
Axel melihat Arzuna dengan tajam "Dimana Azura?" ulangnya.
Arzuna terkekeh "Apa kau sedang bercanda? Bukan nya kau sendiri yang telah membunuh dia" jawab tenang Arzuna.
"Jangan menyangkalnya, setidaknya kasih tahu gue dimana makam Azura" ucap Axel lirih.
"Zun gue tahu gue selama ini salah dan gue sadar, gue mau minta maaf sama Azura jadi kasih tahu gue dimana makam Azura" lanjutnya.
"Heh maaf, kau sudah terlambat dan karena ulah mu itu saya harus kehilangan kesayangan saya"
Axel menunduk Arzuna benar dia sudah terlambat "Tapi se.."
"Tapi apa hah? Dengan kamu meminta maaf kamu bisa mengembalikan Azura? Tidak bahkan maaf mu itu tidak berguna lagi sekarang" potong Arzuna.
"Dengar ini saya tidak akan melepaskan orang yang telah menyakiti kesayangan saya, dan.." Arzuna menggantung ucapanya.
Meneliti Axel dengan seringai iblis "Kamu datang sendiri pada kematian mu"
Deg
Axel tak menyangka bahwa Arzuna sebegitu cinta pada Azura, kenapa dia bodoh?, jika dulu dia membiarkan Arzuna menikah dengan Azura entah apa yang terjadi dengan dirinya.
"Kalian bawa dia ke ruang bawah tanah" titah Axel.
"Baik tuan" mereka menyeret Axel dan Axel sendiri pasrah saja dia diseret, jujur dia ingin menyusul istri yang telah dia sia-sia kan.
Kai yang melihat Axel di seret pun melebarkan matanya, lalu berlari kearah mereka "Mau di bawa kemana dia?" tanya nya.
"Siapa kamu?" tanya Arzuna.
Kai melirik Arzuna " Wah parah lo gak inget gue?, gue kai Kaidan sohib kalian" jawab Kai tak terima.
Arzuna diam "Saya tidak peduli, kau sama saja dengan dia" ucapnya meninggalkan Kai yang melongo dengan jawab Arzuna.
"Lah terus Axel gimana?" tanya Kai entah pada siapa.
Di ruang bawah tanah, kedua tangan Axel di ikat pada tiang yang bersebrangan. Axel menunduk dia tidak tahu apa yang akan di lakukan oleh Arzuna pada dirinya. Saat ini pikirannya penuh dengan Azura dan Azura.
Arzuna datang dengan tatapan dingin "Pergi" ucapnya datar.
"Heh lihat sekarang kau seperti mayat hidup" ucap Arzuna.
"Dimana Azura?" tanya lemah Axel.
"Kenapa? Kenapa lo baru tanya Azura sekarang saat dia udah pergi sialan" keluar sudah emosi Arzuna bahkan dia menggunakan lo-gue.
"Maaf" hanya kata itu yang bisa Axel katakan.
"Maaf? Maaf lo gak bisa kembalikan Zura"
"Benar, ini salah gue harusnya gue paksa Zura biar gak nikah sama lo, dan dengan begitu sekarang Zura pasti masih hidup" lanjut Arzuna.
"Dan apa yang di lihat Zura di lo?"
Ctar
Entah sejak kapan Arzuna memegang pecut itu.
Ctar
"Ini untuk lo yang selalu pukul Zura"
Ctar
"Ini buat lo yang selalu nampar Zura"
Ctar
"Dan ini untuk perselingkuhan lo"
Ctar
Ctar
"Bahkan ini belum seberapa dengan apa yang lo kasih pada Zura, bajingan"
Dor
Arzuna menembak Axel di bagian kaki, tak ada ringisan tak ada rintihan karena Axel telah mati saat dia menyadari bahwa Azuranya telah tiada dan Azura orang yang berharga untuk dirinya.
Dor
Sekali lagi tembakan itu di layangkan pada perut Axel.
"Lo belum bisa ketemu Zura karena penderitaan lo disini belum selesai" ucap Arzuna.
Tiga hari Axel berada di ruang bawah tanah itu, dan tiga hari pula dia tidak makan atau minum bahkan luka di tubuhnya pun tidak di obati. Mereka seakan lupa jika ada nyawa yang terperangkap disana.
Tap!
Tap!
Tap!
Suara langkah kaki mendekati Axel.
"Cukup kuat juga ternyata, baiklah karena kamu ingin bertemu dengan Zura dengan senang hati aku mempertemukan kalian" ucap Arzuna.
Dor
Arzuna menembak Axel di jantungnya, "Te...rima..kasih" ucap Axel terbata.
Arzuna menatap miris Axel kenapa ada manusia bodoh seperti dia?, sebenarnya Arzuna tidak tega melakukan itu tapi saat mengingat jika Axel lah penyebab adiknya tiada ia buta akan semua.
"Jika ada kesempatan kedua...saya tidak akan membiarkan kamu menikahinya bahkan memiliki cinta Zura"
Tbc....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!