"Saya bisa bekerja disini.. wah,, luar biasa. Terima kasih, pak. Saya pasti akan mengungkap pelaku kejahatan dan trik yang mereka lakukan. Saya adalah penggemar berat detektif Conan, saya bisa lebih hebat darinya." ucap Yashfi dengan sangat percaya diri sambil tersenyum lepas.
Polisi itu bingung dengan ucapan Yashfi itu.
"Apa yang kamu bicarakan? Kamu diterima sebagai polisi lalu lintas di daerah ibukota bukan anggota detektif divisi kejahatan dan investigasi." ujar Polisi dengan merasa heran.
"Apa? polisi lalu lintas? Tapi saya melamar sebagai.." ucap Yashfi yang menggantung karena tidak ingin menjadi polisi lalu lintas.
"Kamu tidak memenuhi syarat untuk menjadi detektif kepolisian." jawab polisi itu dengan tegas.
"Baiklah, saya mengerti." ucap lirih Yashfi.
Dilain sisi, seorang pria tampan namun berpenampilan lusuh dan berantakan sedang menjalankan aksinya. pria berusia 34 tahun itu sedang mencuri dompet dari seorang pria. Pencuri itu berhasil mendapatkan dompet tanpa disadari lingkungan sekitar. Pencuri itu bernama Topan, ia dijuluki si tangan tak terlihat.
"Asik.. 500 ribu. Kalau tiap hari dapat gede kayak gini, gue bisa makan enak dan beli rumah." ucap Topan sambil mengipas uang ke wajahnya.
Saat ia hendak pulang ke gang rumahnya yang terletak dibelakang gedung perkotaan, ia tinggal di pemukiman sempit dan kotor. Ia melihat seorang anak kecil tampak pucat sedang dipaksa oleh preman jalanan untuk mengamen di jalan.
"Kerja, lu! Diam ajah.. emang lu bisa kasih gue duit kalau kagak kerja,, huh!!" Bentak preman itu sambil menyeret anak kecil itu.
"Tapi bang.. saya sakit, badan saya lemas. Bisa libur sehari aja?" tanya anak kecik itu sambil memelas.
"Apa lu bilang? libur? lo pikir lo kerja di kantor atau mall. Hey!! bangun!! Lu cuma anak jalanan yang harus kasih gue setoran. Mau sakit.. atau sembuh..gue gak peduli. Ngerti, lu?" bentak preman sambil mendorong anak kecik itu hingga terjatuh.
Topan melihat kejadian itu dan bersikap seolah tidak peduli. Topan berjalan ke arah rumahnya dan berusaha menghiraukan tapi ia menoleh ke arah anak itu dan merasa tidak tega. Topan menghampiri mereka berdua.
"Maaf, bang.. gue bakal suruh ni bocah buat kerja bareng gue." ucap Topan dengan meyakinkan preman itu.
Sang preman tahu jika Topan adalah si tangan tak terlihat dan mempercayakan anak itu padanya. Anak kecil itu tampak ketakutan karena tahu bahwa Topan seorang pencuri.
"Oke.. gue percaya sama lo, Pan." ucap preman itu dengan menepuk punggung Topan dengan sangat keras.
Topan dan anak itu berjalan menuju rumahnya.
"Aduh.. lumayan juga tenaga itu orang." ucap Topan dengan sedikit kesal.
Saat di rumah, Topan menyuruh anak kecil itu diam di rumah. Tapi anak itu terlihat ketakutan kepada Topan.
"Bang.. jangan pukul saya." ucap anak kecil itu dengan memelas.
"Siapa nama lo?" tanya Topan.
"Gue.. eh.. saya Juki." jawab Juki dengan sangat takut.
"Diam disini dulu!" ucap Topan dengan sangat dingin.
Topan pergi membeli nasi padang untuk mereka berdua.
"Kenapa kasih saya makan? kenapa gak paksa saya kerja?" tanya Juki dengan sangat bingung.
"Memang lo mau kerja?" tanya Topan dengan sangat meragukan.
"Saya gak nyangka bang Topan baik hati juga. Makasih, bang." jawab Juki sambil tersenyum.
Topan hanya diam dengan cemberut seolah merasa tidak ingin mendengar pujian seperti itu.
"Tidak ada penjahat yang baik hati. Kalau gue baik, gue gak akan mencuri." ucap Topan sambil terdiam.
Mendengar itu justru membuat Juki berpikiran positif terhadap Topan.
Esok harinya, Yashfi mulai bekerja di jalan raya. Ia memantau kecepatan para pengguna jalan. Lalu, ia melihat seorang pedagang sedang diserang oleh para preman.
"Kalau lo gak bayar sekarang juga, gue hancurin semuanya." Teriak preman itu sambil menghajar pedagang itu.
"Maaf, bang. Saya belum dapat duit hari ini." ucap pedagang itu sambil memohon.
"Gue gak peduli." Teriak preman dengan sangat marah.
Saat preman ingin menghajar kembali pedagang itu, Yashfi datang dan menahan tangan preman itu. Polisi laki-laki yang bersamanya langsung menghalangi Yashfi.
"Yashfi, apa yang kamu lakukan?" tanya polisi itu dengan sangat terkejut.
"Anda tidak lihat? Saya berusaha melerai keributan ini. Pedagang ini bisa dihajar habis-habisan oleh preman ini." jawab Yashfi dengan merasa heran dengan pertanyaan polisi itu.
"Sebaiknya kita tidak ikut campur." ucap polisi itu.
"Aku tidak percaya jika kalimat itu bisa terucap dari mulut seorang polisi. Tugas polisi adalah mengayomi dan menjaga masyarakat." ucap Yashfi dengan sangat kesal.
Preman tertawa dengan sangat puas melihat perbedaan pendapat antar kedua polisi lalu lintas tersebut.
"Wilayah ini kekuasaan saya, polisi sok tahu." ucap preman itu dengan meledek Yashfi.
"Ini jalanan umum, lagipula tindakan anda tidak dapat dibenarkan. Memukuli seseorang hanya karena belum memberikan setoran. Anda bisa ditahan atas pasal tindakan tidak menyenangkan dan perusakan properti serta pengancaman keselamatan seseorang." ujar Yashfi dengan sangat tegas.
Preman itu takut berurusan lebih jauh dengan polisi lainnya sehingga memutuskan pergi dari tempat itu. Yashfi dan polisi itu berdebat di dalam mobil.
"Kamu ini wanita, bagaimana jika preman itu dendam dan mencelakakan kamu? Lagipula wilayah kekuasaan seperti itu biasa terjadi untuk para pedagang jalanan. Mereka diberi tempat untuk berjualan dan pedagang harus membayar karena berjualan di tempat itu." ujar polisi.
"Bukan berarti bisa bertindak seenaknya? pedagang juga manusia tidak pantas dipukuli apalagi berjualan tidak selalu mendapatkan untung. Terkadang mereka bisa sepi, kita harus memaklumi hal itu. Aku bukan hanya seorang wanita tapi polisi lalu lintas. Tugasku adalah menertibkan jalanan dan mengurangi pertikaian. Kalau masalah di jalan tidak bisa diatasi, untuk apa ada polisi lalu lintas?" tanya Yashfi dengan sangat kesal.
Polisi mulai marah karena tidak terima diceramahi oleh polisi baru, dia mulai memarahi bawahannya itu.
"Kamu itu baru, kamu hanya perlu mendengar perintah yang diberikan." ujar polisi dengan kesal.
Topan berada di jalan yang dekat dengan mobil polisi Yashfi. Topan menaiki angkutan umum dan duduk disebelah bapak- bapak bersetelan rapi.
"Pak.. turun di depan, ya?" tanya Topan sambil mengambil dompet bapak itu.
"Iya, kamu sendiri?" tanya bapak itu.
"Berhenti!" ucap Topan sambil tersenyum.
Topan turun dari angkutan umum dan langsung membuka dompet.
"Ah.. cuma 100 ribu. Hari ini baru dapat sedikit." ujar Topan dengan menghela napas.
Saat Topan melihat ibu-ibu dengan belanjaan yang banyak, dompetnya terlihat sedikit di saku baju ibu itu. Topan mengambil dompet itu, ibu itu sadar dompet dicuri dan berteriak. Topan langsung lari sekencang mungkin. Yashfi mendengar teriakan ibu itu dan berlari menanyakan keadaan sang ibu itu.
Yashfi mengejar Topan yang berlari ke arah telepon umum. Topan bersembunyi di belakang tiang listrik yang berada didekat telepon umum.
"Wah.. gila ni cewe. Dia larinya cepat juga. Tapi aku merasa terhormat bisa dikejar oleh polisi wanita yang kemampuan larinya cepat." ucap Topan sambil tersenyum tipis.
Yashfi merasa bahwa Topan sudah tidak berada di tempat itu lagi. Ia memutuskan untuk pergi sebelum kena omelan Tedi, polisi yang bertugas bersamanya.
"Dari mana saja kamu? Bukannya kerja malah sibuk sendiri." ucap Tedi dengan sangat kesal.
"Maaf, tadi saya berusaha mengejar pencuri yang mengambil dompet seorang ibu di jalan. Tapi sayang, saya kehilangan jejak si pencuri itu." ujar Yashfi dengan sangat kesal.
Topan masuk ke dalam angkutan umum dan mulai duduk di sebelah bapak-bapak yang pakai setelan rapi. Topan langsung mengambil dompet sambil mengajak bapak itu bicara.
"Turun di mana?" tanya Topan.
"Di kantor itu." jawab bapak itu sambil menunjukkan kantornya.
Topan langsung turun dari angkutan umum setelah berhasil mengambil dompet itu. Saat membuka dompet, ia kecewa karena hanya mendapat sedikit uang.
"Ahh... cuma 100 ribu. Ini gak akan cukup buat bayar hutang." ucap Topan sambil merasa kesal.
"Bang Topan!" teriak Juki.
"Juki... udah sehat?" tanya Topan.
"Lumayan, bang." jawab Juki.
"Ini buat lo, lumayan 50 ribu." ucap Topan.
"Makasih, bang." ujar Juki.
Saat Topan berjalan menjauh, Juki memberikan uang itu kepada anak perempuan yang bernama Alea.
"Ini buat kamu, kamu gak harus mengamen hari ini." ucap Juki sambil memberikan uang itu.
"Tapi kak Juki masih pucat itu artinya masih sakit. Biasanya kalau aku sakit, kak Juki kasih aku uang supaya aku gak kerja. Sekarang giliran aku, ambil aja uang itu dan aku akn cari sendiri." jawab Alea dengan penuh khawatir.
"Kamu tenang aja, aku akan cari uang sekarang. Ini masih siang hari, masih ada waktu sebelum bang Sandi menagih setoran ke kita semua." ucap Juki sambil tersenyum.
Topan mendengar semua itu dan kembali ke tempat mereka berdua.
"Ini uang buat lo. Lo mau kerja dalam keadaan sakit, Lo cuma bakalan pingsan. Ambil ni!" Titah Topan.
"Aku gak nyangka kak Topan itu orang yang sangat baik hati. Aku pikir kak Topan sama seperti om Sandi. Ternyata aku salah." ucap Alea sambil tersenyum menyeringai.
"Jangan memuji seperti itu. Aku bukan orang baik karena orang baik tidak akan mencuri atau melakukan hal jahat lainnya." ujar Topan sambil terdiam.
Juki merasa bahwa Topan memang orang yang baik hati hanya saja memiliki nasib kurang beruntung sama seperti dirinya. Topan pergi dari tempat mereka dan setelah menjauh, ia merasa menyesal karena ia memberikan semua uang untuk kedua bocah tersebut.
"Bodoh, Topan. Lo sendiri belum makan dari tadi pagi. Sekarang lo harus cari duit supaya bisa makan." ucap Topan dengan penuh penyesalan.
Saat itu, Topan melihat seorang ibu dengan membawa banyak belanjaan. Ia mendekat dan mengambil dompet ibu itu dari sakunya. Ibu itu menyadarinya dan langsung teriak. Yashfi yang kebetulan berada di jalan yang sama dengan Topan langsung menghampiri sang ibu dan mengejar Topan. Topan sadar bahwa ia sedang dikejar dan berlari semakin jauh. Yashfi menggunakan mobil polisi untuk menghadang jalan Topan sampai akhirnya Topan tidak bisa lari lagi. Yashfi turun dan mengeluarkan borgol dari sakunya.
"Mau lari ke mana, tuan pencuri?" tanya Yashfi dengan senyum tipis.
"Aku tidak menyangka bisa bertemu kembali dengan nona cantik. Maaf, tapi aku harus pergi." jawab Topan sambil tersenyum.
"Enak saja, aku tidak akan melepaskanmu kali ini." ucap Yashfi.
Yashfi berusaha memborgol tangan Topan. Topan yang tidak ingin ditangkap terpaksa melkaukan perlawanan. Mereka berdua akhirnya bertarung dan Yashfi terjatuh. Topan langsung lari setelah mengalahkan Yashfi.
"Ah... sialan. Aku kalah dari pencuri licik itu. Bagaimana bisa aku menangkap psikopat yang meresahkan banyak orang. Aku harus lebi sering berlatih supaya bisa mengalahkan penjahat." ucap Yashfi dengan sangat kesal.
Saat Yashfi kembali ke kantor kepolisian, ia melihat para detektif sedang membicarakan kasus pembunuhan terhadap korban bernama Imel.
"Nama Imel, gadis berusia 20 tahun yang telah berpisah dengan suaminya dan telah memiliki putra yang masih bayi. Pernikahan mereka hanya berjalan selama sebulan. Imel tinggal bersama sang ayah yang bernama Tatang." ucap detektif wanita yang bernama Intan.
"Jadi, ini korban kedua setelah Dhea. Wanita berusia 22 tahun yang juga sudah berpisah dengan suaminya. Dhea juga memiliki putra yang usianya sudah menginjak 1 tahun." sambung detektif pria yang bernama Angga.
"Benar, tapi aku belum menemukan informasi tentang psikopat ini. Yang pasti pelakunya adalah orang yang sama. Karena cara membunuh yang sama dengan menjerat leher korban sampai kehabisan napas. Pasti dilakukan selama 3 menit lebih sampai bisa dipastikan tewas." ujar Intan.
"Tapi kita sama sekali belum mendapatkan ciri atau kriteria si pelaku. Dia sama sekali tidak menampakkan diri atau memberikan isyarat. Hanya saja TKP selalu di tempat yang sama yaitu di hutan." ujar Angga.
Yashfi merasa senang setelah mendapat informasi dari percakapan para detektif. Karena itu artinya dia bisa mendapatkan informasi lebih detail.
"Jika aku berhasil menangkap si pelaku lebih dulu, aku pasti bisa diterima sebagai anggota detektif kepolisian. Dengan begitu, aku tidak akan terikat dengan senioritas yang dilakukan Tedi. Aku bisa mengappai mimpi sebagai detektif hebat." ucap Yashfi sambil tersenyum puas.
Tedi berada di belakang Yashfi.
"Kenapa senyum sendiri?" tanya Tedi.
"Pak Tedi, tidak.. saya tidak senyum." jawab Yashfi.
"Kalau kamu dipanggil harus bisa datang secepatnya. Jangan hanya mengurus urusan pribadi." ucap Tedi.
"Baik, pak." jawab Yashfi.
"Kamu tahu kenapa saya suruh kamu segera ke kantor?" tanya Tedi.
"Saya tidak tahu, pak." jawab Yashfi.
"Kamu tidak melakukan pemeriksaan di jalan dekat mall gemilang?" tanya Tedi dengan sangat serius.
"Saya baru dari jalan lain." jawab Yashfi.
"Itulah kenapa kamu selalu dimarahi. Kamu ceroboh sampai tidak tahu jalan yang ditugaskan untuk diawsi terjadi kecelakaan. 2 motor terjatuh dan mobil menabrak pohon besar. Tapi kamu bisa tidak tahu. Saya heran apa kamu serius dengan bekerja sebagai polisi lalu lintas?" tanya Tedi dengan sangat marah.
"Apa? Maaf, pak tadi saya mengejar pencuri yang kemarin tapi dia berhasil lolos. Sekarang saya akan segera pergi ke rumah sakit dan meminta keterangan dari para korban. Saya permisi." jawab Yashfi sambil berlari dari kantor kepolisian.
Saat tiba di rumah sakit, Yashfi langsung menemui suster dan menanyakan ruang rawat korban kecelakaan.
Setelah pemeriksaan, dokter keluar dari ruang pasien. Yashfi langsung menanyakan keadaan pasien.
"Bagaimana? Apa mereka mengalami luka serius?" tanya Yashfi dengan sangat penasaran.
"Sejauh ini tidak ada korban jiwa, hanya saja mereka bertiga mengalami banyak luka dan harus diperiksa kembali minggu depan." jawab dokter.
"Apa diagnosa dokter belum bisa dipastikan saat ini?" tanya Yashfi dengan sangat bingung.
"Belum, untuk saat ini pasien hanya perlu istirahat dan minum obat saja." jawab dokter sambil berjalan meninggalkan Yashfi.
Yashfi memasuki ruangan pasien.
"Selamat sore, saya polisi lalu lintas yang bernama Yashfi. Bagaimana keadaannya?" tanya Yashfi sambil duduk.
"Seharusnya jalanan dapat dilakukan pemeriksaan sebelum banyak pengemudi yang melewat. Kami nyaris mati karena kecelakaan ini." jawab pengemudi mobil dengan sangat kesal.
"Pemeriksaan dilakukan hari ini. Tapi apa penyebab kalian bisa mengalami kecelakaan?" tanya Yashfi dengan sangat penasaran.
"Jalan masih lancar untuk dilalui, saya pikir tidak akan ada kendala jika melaju sedikit lebih cepat. Tapi saat belokan tepat mall Gemilang, jalan terasa licin dan bau kamper mulai tercium. Motor kami saling bertabrakan tapi kami memilih membelokkan ke sisi jalan. Saat itu, mobil melewat padahal bisa melihat kejadian kami dan memilih berhenti. Tapi mobil itu melaju melewati kami. Seakan tidak mempedulikan ada kecelakaan yang terjadi." jawab pengemudi motor.
"Maaf sebelumnya, siapa nama kalian bertiga?" tanya Yashfi dengan memikirkan keanehan yang terjadi.
"Nama saya Yanto, usianya 45 tahun." jawab pengemudi motor.
"Saya Hedi, usia saya 42 tahun." jawab pengemudi motor yang lain.
"Saya Hartono, saya berusia 50 tahun." jawab pengemudi mobil.
"Baik, dari kesaksian pak Yanto. Saya mengerti bahwa pak Yanto dan pak Hedi mengalami kecelakaan. Tapi bagaimana dengan pak Hartono? Bagaimana kejadiannya sehingga bisa mengalami kecelakaan?" tanya Yashfi.
"Saya sedang berada di jalan yang sama dengan mereka, saya melajukan mobil dengan kecepatan yang cukup tinggi. Tapi mendadak rem mobil tidak bisa digunakan dan saya membelokkan ke pohon besar supaya bisa berhenti. Tapi karena jalan licin tabrakan itu begitu keras dan membuat saya tidak sadarkan diri." jawab pak Hartono.
"Baik, saya mulai mengerti. Saya akan memeriksa lebih lanjut supaya lebih jelas lagi. Terima kasih atas kerja samanya, saya permisi." ucap Yashfi sambil berjalan pergi dari ruangan itu.
Saat Yashfi memeriksa ulang tkp, ia memikirkan sesuatu yang janggal menurutnya.
"Kenapa bisa ada aroma kamper di jalan raya padahal di sekitar sana tidak ada tempat penjualan kamper atau aroma menyengat lainnya. Lalu, jalanan ini licin dipenuhi oleh minyak tapi anehnya hanya belokan ini saja. Sementara jalan lain bersih dan tidak ditemukan apapun." pikir Yashfi sambil mengamati jalanan itu.
Yashfi mencari sesuatu dan menemukan ada paku payung di dekat pohon besar.
"Eh.. ini.. paku payung? Hanya satu dan terletak didekat pohon bukan jalanan. Bagaimana bisa? Seharusnya jika seseorang menaruh benda seperti ini, akan ada banyak paku payung di jalan." pikir Yashfi dengan sangat bingung.
Disaat yang sama, Topan sedang mencuri dari seorang pria tua.
"Ah.. lumayan juga, itu kakek. Gue dapat 300 ribu." ucap Topan sambil tersenyum.
Topan melihat sekitar dan terkejut saat melihat keberadaan Yashfi.
"Huh.. itu cewe.. aduh.. sial banget gue. Kenapa harus ketemu lagi? Kabur aja ah..." ucap Topan sambil menoleh ke belakang.
Yashfi yang tersadar kehadiran seseorang dan melihat ke arah Topan. Ia langsung lari mengejar dan mencurigai jika itu adalah pelaku kecelakaan ini.
"Berhenti atau saya tembak!!" teriak Yashfi sambil mengarahkan pistol.
Topan yang takut ditembak langsung berhenti dan menoleh ke belakang.
"Hei.. cantik, ketemu lagi ya. Jangan terlalu galak apalagi bawa pistol segala. Aku gak akan kabur kok. Tenang, oke?" tanya Topan sambil tersenyum.
Yashfi kesal karena dia pikir bukan pencuri itu.
"Yah.. aku kira pelaku tabrakan ternyata pencuri sialan." ucap Yasfi dengan penuh sesal.
Topan hanya melihat dengan sedikit kesal karena disebut sialan.
"Memang ada kecelakaan di mana?" tanya Topan dengan sedikit penasaran.
"Di jalan dekat mall Gemilang." jawab Yashfi sambil cemberut.
"Oh.. kecelakaan yang kemarin terjadi." jawab Topan.
Mereka duduk bersama di bawah pohon besar karena merasa kelelahan.
"Dari keterangan korban, mereka mencium bau kamper saat kecelakaan itu terjadi. Bukankah ini aneh? Bagaimana bisa tercium aroma kamper padahal disana tidak ada tempat yang bisa mengeluarkan bau yang menyengat." ucap Yashfi dengan sangat heran.
"Benar juga, setahuku di jalan itu tidak ada toko atau tempat penjualan parfum dan semacamnya. Mungkin sang pelaku beraroma seperti itu dan dia sengaja menumpahkan minyak." ujar Topan.
"Aku juga berpikiran seperti itu tapi aneh. Untuk apa dia menyiramkan minyak di jalan?" tanya Yashfi.
"Kalau dia memang gila, kita tidak perlu bertanya motif atau alasan. Dia pasti sengaja karena ingin mencelakakan seseorang." jawab Topan.
Yashfi terdiam saat mendengar perkataan Topan.
"Tidak kusangka pencuri ini bisa mengatakan sesuatu yang logis. Cukup menyenangkan juga menganalisis bersamanya." pikir Yashfi sambil tersenyum.
Saat itu juga, Yashfi menyadari apa yang dia ucapkan dan memukul kepalanya sendiri.
"Apa yang kau pikirkan? Apa kau sudah gila, Yashfi?" tanya Yashfi dalam hatinya sambil menepuk jidatnya sendiri.
Topan melihat itu dan berpikir aneh tentang Yashfi.
"Memang aneh ini cewe? Lagi diam tapi pukul kepalanya sendiri." pikir Topan sambil melihat ke arah Yashfi dan tersenyum.
Yashfi yang merasa lelah mendadak terlelap di bawah pohon besar itu. Topan melihat itu dan berpikir bahwa ia bisa kabur dari kejaran Yashfi.
"Huh.. bagus, ini cewe sudah tidur. Gue bisa kabur sekarang juga." ucap Topan dalam hati.
Saat Topan berjalan pergi meninggalkan Yashfi, ia menghentikan langkahnya.
"Tunggu, dia itu cewe. Bahaya kalau tidur sendirian di jalan raya begini. Apa gue tega tinggalin ini cewe? Bagaimana jika ada yang niat gak bener sama ini cewe? Ya udah... gue diem aja di belakang pohon besar ini sambil jaga dia." ucap Topan dengan sedikit kesal.
Yashfi masih tertidur dan Topan merasa bosan harus menunggu lama dibalik pohon besar itu.
"Yah.. lama juga ini cewe tidur. Nyenyak banget padahal bukan di atas kasur. Memang aneh ini cewe." ucap Topan sambil menggelengkan kepalanya.
Tak lama, Yashfi terbangun dan merasa kesal.
"Aisst... bagaimana aku bisa ketiduran disini? Aku kehilangan pencuri itu lagi. Ih... kesel banget. Lihat aja nanti, aku akan tangkap kalian semua. Aku akan menjadi lebih hebat dari detektif Conan. Kalian dengar itu, penjahat menyebalkan?" teriak Yashfi dengan sangat kencang sambil mengangkat tangannya.
Topan melihat itu dan tersenyum sendiri.
"Wanita dewasa penggemar detektif Conan rupanya. Unik juga." ucap Topan sambil tersenyum.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!