Wanita mana yang ingin menghabiskan waktunya tenggelam dalam sebuah kejadian buruk di masa lalu? Mengubah semua impian indah menjadi mimpi buruk yang selalu menghantui malam-malamnya?
.........
Rintik hujan berirama tik tik tik beriringan seperti suara orkestra alam yang menyatu dengan cahaya lembayung yang syahdu. Langit yang kuyu tersiram derasnya hujan tadi seolah menggambarkan keadaan hati yang selalu dirundung pilu.
Wanita muda nan cantik itu sedang duduk di depan jendela kamarnya. Wajahnya yang sendu dengan sinar mata yang syahdu, kulit yang putih halus dengan pipi merona kemerahan, bibir mungilnya seperti sedang menggumamkan sesuatu.
Matanya memandang tetesan air yang jatuh ke tanah, air sisa hujan tadi. Di antara pepohonan hias di luar kamarnya udara sedikit berkabut. Di luar pasti dingin sekali. Sedingin hatinya kini. Bukan, bukan hanya kini tapi setiap hari, setiap jam, setiap menit bahkan setiap detik hatinya sangat dingin.
Dia menarik nafas panjang seakan ingin melepas beban yang begitu berat yang menghimpitnya sekian lama, beban yang tidak bisa dia bagi dengan siapapun termasuk kedua orangtuanya. Beban yang dipikulnya sendiri.
Sudah sering dia mencoba mencari tahu apa yang terjadi padanya. Mencoba mengerti mengapa dia seperti ini dan bagaimana caranya agar dia bisa keluar dari himpitan perasaan ini. Searching di google, berselancar di internet untuk mencari tahu apa ini. Mendatangi psikiater, berkonsultasi dengan ahli agama. Semua percuma. Hatinya tetap beku dan dingin.
Dia ingin lepas dari semua ini. Ingin bebas dan normal seperti wanita lain, seperti teman-temannya yang bahagia, atau seperti mama dan papanya yang saling mencintai. Tapi tidak bisa.
Pernah dia baca tentang PTSD (Post Traumatic Stress Disorder), yaitu sejenis trauma masa lalu yang menyebabkan seseorang tidak bisa lepas dari kenangan buruk yang pernah dialaminya. Kenangan pahit seperti pernah menjadi korban percobaan pembunuhan, perampokan atau pelecehan seksual. Ya, mungkin itu benar. Tapi ini bukan trauma yang sepenuhnya negatif, yang sepenuhnya buruk. Ini adalah trauma yang bercampur dengan rasa nikmat yang tidak dapat dia lupakan. Kenangan yang pahit sekaligus indah yang dia alami secara bersamaan yang rasanya tidak dapat dia uraikan dengan kata.
Matanya masih mencari-cari sesuatu sebagai pengalih dari rumitnya benang kusut yang ada di pikirannya. Bagaimana dia bisa mengurai kekusutan ini. Dari mana awalnya dan bagaimana rasa yang sebenarnya dia rasakan. Apakah rasa benci dan dendam atau rasa rindu yang mendalam? Sungguh rumit.
Cahaya Melati Almira nama wanita itu. Seorang wanita muda dengan usianya yang menginjak 32 tahun sudah menjadi seorang pengusaha catering yang sukses. Cateringnya sangat terkenal dan memiliki banyak pelanggan. Bukan pelanggan biasa tetapi para pejabat, selebriti, dan orang-orang terkenal. Mereka sangat puas dengan pelayanan dan hasil yang diberikan oleh Ayya walaupun harga yang harus dibayar cukup tinggi.
Siapa mengira kesuksesannya dalam berkarir tidak sejalan dengan kehidupan pribadinya yang kelabu. Kehidupan kelabu yang hanya dia sendiri yang tahu dan hanya dia sendiri yang merasakan tanpa bisa berbagi dengan orang lain, selain mimpi-mimpi yang selalu setia menemaninya, mimpi tentang kejadian masa lalu yang membuatnya selalu merasa bahwa semua itu benar-benar nyata dan tak dapat dilupakan.
Di usianya kini dia masih hidup sendiri, tidak pernah punya teman dekat apalagi kekasih. Hidupnya dia dedikasikan untuk pekerjaannya, untuk kesendiriannya, dan untuk kenangan yang selalu menemaninya.
🖤🖤🖤🖤
Hallo readers!!!
Seperti janji author pada karya yang pertama TERJEBAK DALAM PERNIKAHAN SEMU sekarang aku datang bawa karya kedua berjudul CAHAYA YANG HILANG (PTSD)
Semoga bisa menghibur kalian semua.
Mohon maaf kalau ada istilah yang tidak tepat atau penempatan data yang kurang akurat.
🙏🙏🙏
Happy reading semuanya 😘
Dia masih duduk di depan jendela kamarnya, masih memandang ke luar mengawasi setiap tetes air yang jatuh ke tanah menyisakan lubang kecil. Hatinya penuh dengan rasa. Entah rasa apa, dia tidak bisa mengidentifikasi. Apakah amarah, benci, rindu, atau dendam yang saat ini berkecamuk, ataukah gabungan dari semua rasa itu.
Siang tadi saat dia sedang berbelanja di supermarket, saat dia sedang mendorong troli tanpa sengaja matanya melihat sosok itu. Sosok yang selama hampir sepuluh tahun dicarinya. Sosok yang selama hampir sepuluh tahun menghantui hari-harinya dan selalu hadir dalam mimpinya. Sosok yang dia rindukan sekaligus dia benci. Tapi rasa mana yang lebih dominan, apakah rindu atau benci? Dia sendiri tak tahu.
Dia ingin menghampiri tapi ragu. Sosok itu seperti tak mengenalnya. Berlalu begitu saja di hadapannya tanpa ekspresi apapun. Sedangkan dia, badannya kaku dan tangannya gemetar, bibirnya ingin menyapa tetapi kelu. Akhirnya dia hanya diam dengan hati tersayat perih ketika seorang wanita cantik menghampiri sosok itu, lalu mereka bergandengan tangan meninggalkan supermarket menuju mobil dan menghilang dari pandangannya.
Sepuluh tahun yang lalu. Kenangan itu tidak akan pernah terlupakan. Peristiwa yang hanya terjadi sekali dalam hidupnya. Sesuatu yang besar yang berhasil mengubah dirinya menjadi seperti sekarang ini.
🖤
Cahaya Melati Almira, gadis cantik anak semata wayang seorang pengusaha kaya. Sangat dimanja dan dilindungi oleh orangtuanya. Bak gelas kristal yang tidak boleh disentuh, dijaga dengan sepenuh hati siang dan malam. Takut retak, takut rusak. Begitulah diibaratkan bagaimana perlakuan kedua orangtuanya terhadapnya.
Berangkat sekolah diantar, pulang sekolah dijemput. Pergaulan diatur, tidak boleh keluar rumah sendiri, tidak boleh bergaul dengan sembarang orang, harus begini, harus begitu. Bahkan ketika dia memasuki bangku kuliah perlakuan itu tidak berubah. Dan dia patuh.
🖤
“Sayang…kamu sedang apa? Kok dari tadi memandang keluar terus? Hujannya kan sudah berhenti,” suara Mama mengejutkannya. Mamanya tahu betul Ayya sangat suka memandangi hujan.
Ayya memutar kepalanya untuk melihat mamanya lalu tersenyum sambil membalikkan badannya.
“Ayya merasa tenang kalau lihat hujan Ma,” jawabnya.
“Sini, Mama mau bicara,” tangan mama menepuk tepi kasur tempatnya duduk.
Ayya menghampiri dan duduk di sebelah Mama
“Ada apa Ma?”
“Besok Om Baskoro akan datang berkunjung. Papa dan Mama akan menjamu makan siang. Kamu bisa hadir kan sayang?”
Ayya terdiam. Pasti Mamanya akan memperkenalkannya dengan Om Baskoro.
“Besok Ayya ada pesanan kue pengantin Ma. Kayaknya bakal pulang sore deh.”
“Sayaang…sebentar saja ya!. Om Baskoro akan datang bersama anaknya. Namanya Julius, dia baru lulus kuliah S3 di Inggris. Mama ingin kamu berkenalan dengannya,” tangan Mama mengusap anak rambut yang jatuh di kening Ayya.
Benar kan? Pasti itu tujuan Mama dan Papa.
“Ya sayang… bisa kan?” desak Mama.
“Ayya usahakan ya Ma,” demi Mamanya yang selalu berusaha mencarikan jodoh untuknya.
“Anak Mama yang cantik, Mama senang mendengarnya. Nanti kalau sudah selesai makan siangnya kamu bisa kembali ke toko kok,” Mama tersenyum bahagia.
Ayya hanya mengangguk pelan.
“Julius itu hebat lho. Dia menjadi dosen di Inggris dan mendapat beasiswa S3 di sana. Dia sengaja pulang ke Indonesia untuk memenuhi undangan papamu,” terang Mama.
Ayya hanya diam mendengarkan. Ini sudah kesekian kalinya orangtuanya memperkenalkan dia dengan laki-laki, tapi semuanya kandas. Tak ada yang bertahan. Entah mengapa, mungkin karena sikap dinginnya akhirnya semua laki-laki itu mundur secara teratur. Padahal semua laki-laki itu bukan orang sembarangan, ada yang pengusaha, dosen bahkan pejabat tapi semuanya tidak mampu meluluhkan hati Ayya.
“Nanti kalau kamu ketemu dengan Julius kamu pasti suka. Dia anaknya supel dan pandai bergaul. Maklum dia kan ngajar ilmu komunikasi, otomatis dia pandai dong komunikasinya,” Mama tertawa bangga.
Ayya masih diam, hanya senyum tipis yang muncul di bibir mungilnya.
“Kamu kalau nanti ketemu sama Julius jangan judes-judes ya. Bersikaplah yang ramah dan hangat,” lanjut Mama, “Bisa kan sayang?”
“Iya Ma” jawab Ayya singkat. Kan memang itu yang selalu diminta oleh Mama setiap kali dia dikenalkan dengan laki-laki yang dibawa Mama dan Papa padanya, tapi toh tetap saja semuanya tidak ada yang bertahan.
“Ayo kita ke ruang makan sayang, Papa sudah menunggu kayaknya,” ajak Mama merengkuh tangan Ayya mengajaknya beranjak menuju ruang makan.
Mama dan Papa selalu memperlakukannya seperti anak kecil yang harus diasuh dan dijaga dengan penuh kehati-hatian. Tidak pernah berubah sejak dulu, bahkan sampai usianya yang sudah lebih dari tiga puluh tahun, perlakuan itu tidak pernah berubah.
🖤
Ayya sedang berdiri sendirian di tengah hiruk pikuk pesta. Musik berdentum-dentum, orang - orang berlalu-lalang di hadapannya, Sebagian lagi sedang berjoget-joget mengikuti irama musik, ada juga yang sedang mengobrol sambil tertawa-tawa, wanita dan pria di sekelilingnya dengan pakaian pesta sambil makan dan minum, lampu yang berkedip-kedip semuanya merisaukan hatinya. Dia merasa sendirian di tengah keramaian.
Tiba-tiba.... dia sudah terbaring di lantai dingin dengan peluh memenuhi sekujur tubuhnya. Sosok itu ada di atasnya, menindihnya. Tercium bau alkohol dari nafasnya yang panas yang menyapu wajah Ayya. Hentakan demi hentakan yang diberikan sosok itu menimbulkan begitu banyak sensasi bagi Ayya. Terus dan terus hingga dia tak mampu menahan lagi dan akhirnya berteriak
AARRRGGHHHH……
Ayya terbangun. Mimpi lagi rupanya. Tapi peluh ini nyata, rasa ini nyata, dan bau alkohol dari nafasnya masih bisa dia ingat.
Ayya segera bangun menuju kamar mandi, membasuh wajahnya dan menatapnya di cermin.
Sosok itu telah aku temukan tadi siang, tapi dia sama sekali tak mengingatku. Apakah kejadian itu tidak berarti apa-apa baginya?
Setelah beberapa lama Ayya kembali ke tempat tidur, mengambil gelas berisi air dan meminumnya hingga habis. Dadanya masih nyeri. Nyeri oleh rasa yang selalu menderanya ditambah nyeri oleh kejadian yang menimpanya tadi siang.
Apakah selama ini hanya aku yang merasakan dan dia tidak?
Apakah selama ini hanya aku yang menderita dan dia tidak?
Bagaimana dia bisa dengan begitu mudah melupakan kejadian itu?
Sedangkan bagiku itu adalah sesuatu yang besar, sesuatu yang sangat berarti.
Apakah salah selama ini aku menjaga rasa ini?
Apakah akan sia-sia waktu yang telah berlalu ini?
Dimana dia tinggal? Apakah di kota ini? Mengapa harus sepuluh tahun baru kutemukan dia?
Ayya terisak dalam diam. Terbayang kembali kejadian siang tadi. Dia tampak sudah lebih dewasa sekarang, sepuluh tahun tak bertemu membuatnya lebih gagah dan berkharisma. Tapi hatinya seketika menjadi nyeri ketika dia ingat bagimana wajah itu begitu bahagia menggandeng wanita itu, mereka tertawa dan berbincang sambil berjalan menuju mobilnya. Bagaimana dia membukakan pintu mobil dan mempersilakan wanita itu masuk ke dalamnya. Sangat mesra. Dan itu menyakiti hati Ayya.
🖤🖤🖤🖤
Just remember to give ❤, comment, rate 5 and vote!
Thank you 😘
“Selamat pagi Mbak Ayya,” sapa beberapa orang karyawan toko Cahaya Catering ketika Ayya masuk ke dalam ruangan. Sambil tersenyum Ayya membalas salam mereka.
“Hari ini apa saja yang akan kita kerjakan Resti?” tanya Ayya pada asistennya setelah dia memasuki ruang kerjanya.
“Hari ini kita mau buat kue pengantin pesanan Bu Ismail Mbak, lalu ada pesanan nasi bento untuk acara ulang tahun nanti siang,” jawab Resti.
Resti adalah teman sekaligus orang kepercayaan Ayya. Dia membantu Ayya mengelola semua pesanan dan pekerjaan dengan sangat baik.
“Tolong kamu atur ya supaya siang ini aku bisa pulang dulu ke rumah barang satu atau dua jam.”
“Baik Mbak, tenang saja, ada Grace yang bisa membantu menghandel kue pengantin,” balas Resti.
“Oh… jangan!. Kue pengantin biar aku yang kerjakan, Grace biar mengerjakan nasi bento saja.”
“Oke baiklah kalau begitu. Nanti aku siapkan orang untuk membantu Mbak Ayya dan Grace,” sahut Resti.
Ayya mengelola toko cateringnya dengan sangat profesional. Dia akan terjun langsung untuk pesanan-pesanan yang spesial atau sesuai permintaan. Itulah sebabnya para pelanggan sangat puas dengan pelayanan yang diberikan.
Selain dirinya, ada juga Grace yang diandalkannya untuk menjadi koki dan pâtissier (orang yang ahli membuat kue-kue Eropa). Dengan dibantu oleh sepuluh orang karyawan tetap dan lima orang karyawan lepas ditambah Resti semuanya dapat terhandel dengan baik.
Lima orang karyawannya dia tempatkan di toko untuk melayani pembeli dan pemesanan, sementara yang lainnya bertugas membantu Ayya dan Grace membuat masakan, kue dan pastry. Sedangkan Resti bertugas sebagai penyambung dan mengkoordinir semuanya.Sementara lima karyawan lepasnya hanya dipanggil bila ada pesanan untuk hajatan atau pesta atau ada pesanan dalam skala besar saja.
Setiap harinya selain menjual aneka kue dan cake yang dipajang di etalase, selalu saja ada pesanan yang masuk baik dalam jumlah yang besar maupun kecil. Ini karena catering Ayya sangat terkenal dengan rasanya yang enak dan model atau hiasan yang menarik dan kekinian.
Para pejabat atau pengusaha kaya akan merasa bangga kalau memesan kue ulang tahun atau kue pernikahan padanya. Terkadang ibu-ibu sosialita memesan pastry untuk disuguhkan dalam acara arisan atau pertemuan keluarga. Itulah sebabnya Ayya memiliki toko yang besar dan bagus, dia sangat mapan dalam ekonomi dan mampu membayar semua karyawannya dengan gaji yang baik.
Semua orang terkagum-kagum dengan keberhasilan bisnis Ayya. Mereka memandang hormat dan menganggap Ayya adalah sosok yang sempurna. Orang-orang itu tidak tahu bagaimana rapuhnya hati Ayya.
🖤
“Nah…ini dia anaknya datang,” seru Mama ketika Ayya masuk ke dalam ruang tamu, “Sini sayang, Mama kenalkan kamu sama Om Baskoro dan Julius,” tangan Mama meraih Ayya dan membimbingnya menghampiri tamu mereka.
Ayya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya memberi salam.
“Selamat siang Mm, kenalkan saya Ayya,” sapanya menyalami Baskoro kemudian menyalami Julius, “Halo!” ucapnya.
Julius menerima uluran tangan Ayya, matanya tak berkedip menatapnya, “Halo!”
Dia cantik sekali, dan anggun.
Pertemuan siang itu sangat hangat diselingi dengan canda dan tawa. Sesekali Baskoro dan Papa menggoda Ayya dan Julius yang sama-sama jomblo padahal usia mereka sudah kepala tiga.
Julius menanggapi godaan dari orangtuanya dengan tersenyum sambil menatap Ayya, sementara Ayya hanya menunduk saja.
Sejak hari itu, Julius intens menghubungi Ayya, kadang chat via WA kadang menelepon. Tetapi sejauh ini sepertinya Ayya menanggapinya biasa-biasa saja bahkan terkesan dingin. Terkadang Julius berpikir apa yang salah darinya sehingga tanggapan Ayya seperti itu padanya.
🖤
Sore itu di toko catering milik Ayya.
Ddrrtt…derrttt….
Gawai Ayya berdering mengalunkan lagu a thousand year.
“Hallo…” Ayya menerima telepon.
“Hai Ay, lagi ngapain?” suara Julius di seberang sana.
“Oh hai Jul, biasalah orang kuli, lagi sibuk.”
“Kuli apa bos Ayya,” terkekeh, “Nanti pulang jam berapa? Aku jemput ya.”
“Eh..gak usah. Kayaknya aku bakal pulang maleman deh, soalnya ada pesanan buat besok pagi.”
"Gak apa-apa, 24 jam spesial buat kamu.”
“Beneran Jul, coz aku bawa mobil sendiri.”
Hening. Sepertinya Julius agak kecewa dengan penolakan Ayya.
“Aku ada yang mau diomongin sama kamu Ay. Sebentar aja, bisa ya?” terdengar merajuk.
Ayya menarik nafas. Ada rasa kasihan di sana. Dia tahu Julius berusaha mendekatinya, tapi hatinya tidak bisa berbohong. Dia tidak tertarik.
“Baiklah. Jam berapa kamu mau jemput aku?” akhirnya Ayya menyerah.
“Jam 5, bisa?” sumringah suaranya.
“Oke, aku tunggu. See you!”
“See you! Thanks ya Ay!”
Telepon ditutup.
Ayya termenung. Julius pemuda yang baik walaupun tidak terlalu tampan, tapi dia menarik dan supel. Mengapa hatinya tidak bisa menerimanya, tetap dingin?
Ah sudahlah, aku tidak tahu, batin Ayya.
Dia segera kembali menyibukkan diri dengan pekerjaannya.
🖤
“Emang kamu mau ngomongin apa Jul?” tanya Ayya. Sekarang mereka sedang duduk di café setelah Julius menjemputnya tadi.
“Sabar dong Ay, kita baru saja duduk, belum juga pesan makanan,” Julius tersenyum.
Kemudian dia memanggil pelayan dan memesan makanan.
“Ay, minggu depan aku harus kembali ke Cambridge karena cutiku sudah habis,” Julius memulai pembicaraannya setelah pelayan datang membawakan pesanan mereka.
Ayya mendengarkan sambil mulai mengisi piringnya.
“Ay, bolehkah aku meminta sesuatu padamu sebelum aku kembali ke UK?”
Ayya menatapnya, “Apa?’
“Jujur aku tertarik sama kamu Ay sejak kita pertama bertemu. Aku hanya ingin satu kata dari kamu agar aku tenang meninggalkan Indonesia.”
“Aku ingin tahu. Apa kamu juga suka sama aku?”
Aku harus bilang apa? kamu baik Jul, masa depan kamu juga menjanjikan. Tapi aku tidak bisa mencintai kamu. Aku tidak tahu kenapa.
“Apakah aku bisa mendapat jawabannya sekarang Ay?” desak Julius.
“Aku…. Maaf Jul kasih aku waktu. Aku gak tahu. Sampai saat ini aku suka sama kamu hanya sebatas teman biasa.”
Tangan Julius yang hendak menyuapkan makanan ke mulutnya terhenti. Dia tahu dia akan bertepuk sebelah tangan. Tapi dia belum menyerah.
🖤
Kringgg….kriinggg…
Telepon toko berbunyi.
“Hallo, selamat pagi. Cahaya catering, ada yang bisa dibantu?” sapa pelayan.
“Hallo selamat pagi. Bisa saya bicara dengan Nona Cahaya?” suara wanita lembut di seberang telepon.
“Ini dengan siapa Mbak?”
“Saya Melinda, ingin memesan cake ulang tahun sekaligus cateringnya. Tapi saya ingin yang spesial,” ucap wanita di saluran telepon.
"Saya berani bayar berapapun harganya," lanjutnya.
“Baik Mbak. Saya sambungkan langsung ke Mbak Ayya ya.”
Tut…tut…
“Hallo, selamat pagi. Ada yang bisa saya bantu?” suara Ayya terdengar.
“Hai ini Mbak Cahaya ya?”
“Betul. Mbak bisa panggil saya Ayya.”
“Saya ingin bertemu dengan Mbak Ayya kapan ya? Saya akan mengadakan pesta ulang tahun untuk anak saya sekaligus untuk syukuran promosi suami saya. Saya ingin sesuatu yang spesial,” suara wanita di seberang sana sangat lembut sepertinya dia wanita yang sangat anggun dan keibuan.
“Silakan Mbak boleh datang kapan saja, saya standby di toko.”
“Oh begitu? Baiklah kalau begitu nanti sore sekitar jam 4 saya akan datang ya Mbak.”
“Silakan, saya tunggu. Maaf dengan siapa saya berbicara?”
“Saya Melinda. Mbak Ayya bisa panggil saya Mel”
“Baik, Mbak Mel, saya tunggu kedatangannya nanti sore.”
“Oke, thanks ya, selamat pagi.”
“Selamat pagi,” jawab Ayya ramah.
🖤🖤🖤🖤
Waaah... author lagi semangat langsung 4 episode buat kalian semua.
😍😍😍😍
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!