🌷biasakan beri like di setiap babnya, jangan menabung bab, dimohon kerjasamanya 🌷
...----------------...
LOS ANGELES 27 TAHUN YANG LALU
“Selamat atas kelahiran putra Anda, Tuan Muda Wang,” Michael Liu membungkukkan tubuhnya, senyumnya mengembang.
Dia sangat bahagia. Kedatangannya ke Los Angeles hari ini sangat mendadak setelah mendengar kabar bahagia, Liu Fang Hua, sepupunya yang menikah dengan Tuan Muda Wang, melahirkan seorang anak laki-laki.
Memasuki kehamilan ketujuh bulan, mereka untuk sementara tinggal di Los Angeles untuk menyembunyikan kehamilan Liu Fang Hua. Keserakahan para paman, bibi dan sepupu Yuchen, membuat Keluarga besar Wang tidak boleh tahu dengan kehamilan ataupun kelahiran dari pasangan Wang Yuchen dan Liu Fang Hua.
“Jangan sungkan. Kau bukan sekedar sekretarisku tapi kau adalah sahabatku sejak dulu,” Wang Yuchen memeluk Michael Liu.
“Kau menjadi paman dari Wang Dwei sekarang. Kau tidak boleh memanggilnya Tuan Muda,” Wang Yuchen tertawa.
“Namanya Wang Dwei?” mata Michael berbinar menatap generasi termuda dari keluarga Wang.
Wang Yuchen mengangguk senang.
“Tampan bukan? Seperti Papanya,” Yuchen tertawa.
“Tuan dan Nyonya Muda adalah pasangan yang serasi. Tampan dan cantik bercampur dalam wajah Tuan Muda Wang Dwei...,” Michael Liu tidak bosan menatap bayi merah di dalam box bayi rumah sakit.
“A...a...,” telunjuk Wang Yuchen bergerak ke kanan dan ke kiri, “Sudah kubilang, jangan panggil dia Tuan Muda. Bagaimana mungkin seorang paman memanggil Tuan Muda kepada keponakannya?”
Michael Liu tertawa. Hatinya merasa hangat. Andai saja keluarga besar Wang dapat menerima sepupunya dalam keluarga mereka tentu saja itu akan menjadi lebih baik.
Liu Fang Hua, gadis cantik yang cerdas dan ceria, teman kuliah Wang Yuchen dianggap tidak sepadan untuk bersanding dengan marga Wang yang dikenal kaya raya dan berkuasa sejak jaman kerajaan.
Mereka sudah menyiapkan gadis yang dianggap memenuhi syarat menurut mereka tetapi ditolak oleh Wang Yuchen. Baginya, perasaannya lebih utama daripada segala hal-hal yang berhubungan dengan harta dan kekuasaan.
Kedua orangtua Wang Yuchen mendukung putranya. Menyebabkan mereka dijauhi oleh keluarga besarnya.
Untung saja, kedua orangtuanya kaya raya. Dan Wang Yuchen bertangan dingin. Dia mampu mengembangkan dan membesarkan bisnis milik kedua orangtuanya menjadi gurita raksasa.
Michael Liu entah kenapa, saat pertama melihat Wang Dwei, hatinya berdesir. Bahkan sebelum menatap wajahnya pun, detak jantungnya terasa beberapa kali lebih cepat.
Ada yang berbeda pada bayi tampan itu. Bukan hal yang remeh bila ia merasa dadanya berdebar. Para Gurunya di Kuil Shaolin di sebuah tempat terpencil mengajarinya tentang mengenali dan mengantisipasi sesuatu yang belum tampak oleh mata melalui intuisinya.
Michael Liu meraba dadanya. Lalu menatap bayi yang tengah terlelap itu. Para perawat berkulit putih sesekali berjalan ke box bayi untuk memeriksa.
Michael Liu masih memegangi dadanya. Matanya di pejamkan. Melihat tanpa menggunakan mata.
Tangannya gemetar. Lututnya terasa lemas. Menatap tidak percaya pada bayi merah yang terpejam sambil tersenyum.
“Yang Mulia Wang Dwei...,” bisiknya dari balik kaca.
***
“Kakak, tolong jangan membuatku cemas...,” Liu Fang Hua masih memanggilnya kakak walaupun dirinya dipanggil Nyonya Muda olehnya.
“Saya tidak bermaksud membuat Anda cemas, Nyonya. Tapi Wang Dwei, garis takdirnya istimewa. Saya sudah memeriksa telapak tangannya. Dia memang bukan anak sembarangan.”
“Tentu saja dia bukan anak sembarangan. Dia anakku!” Wang Yuchen terdengar gusar.
“Legenda Bulan Sabit Biru...,” Michael Liu mengingatkan, “Sebagai Keluarga Wang, Anda tentunya tahu betul, Tuan Muda. Karena leluhur Anda dulu adalah seorang pangeran yang memiliki tanda lahir bulan sabit biru di lengannya. Menjadikannya seorang raja diraja yang dikenang dalam sejarah manusia.”
“Tapi... Sudah ratusan tahun tidak ada kemunculan seseorang dengan tanda lahir bulan sabit biru, Michael.”
“Jeda waktu ratusan tahun tidak menghilangkan anak yang diberkati dengan takdir sebagai Bulan Sabit Biru. Kami, kaum Naga selalu hadir setiap generasinya meskipun anak dengan tanda lahir bulan sabit biru belum muncul,” Michael Liu menatap tuannya yang tengah terpekur menatap bayinya.
Mereka bertiga sudah melihat tanda lahir itu. Michael bersikeras meminta perawat memindahkan bayi Wang Dwei ke ruangan ibunya.
“Tuan Muda tahu, bagaimana efek kemunculan Bayi Wang Dwei sebagai pemilik tanda bulan sabit biru kepada kami sebagai Kaum Naga?”
“Kami, Kaum Naga selalu lahir setiap tahunnya untuk bersiap mengawal dan menjaga Bulan Sabit Biru. Kami lebih tangguh daripada yang lainnya. Itu sudah menjadi takdir kami...,” Michael Liu membuka jasnya lalu menyampirkannya di sandaran punggung kursi yang ia duduki.
Ia membuka manset tangan kemeja putihnya yang selalu bersih. Wajahnya yang tampan khas Asia Timur tampak serius.
Liu Fang Hua meremat selimutnya. Matanya berkabut. Antara bangga dan khawatir mengetahui bayinya adalah bayi dengan tanda lahir bulan sabit biru.
Michael Liu menarik lengan kemejanya hingga siku. Ada tonjolan kulit berbentuk naga di lengan bagian dalamnya, kanan dan kiri.
Tetua Bikhsu Shaolin memberitahukannya bahwa ia adalah seorang Naga. Naga yang terkuat di bumi negeri Panda.
Saat itu, akhir dari masa tempaannya selama 1 tahun di kuil di atas gunung. Tetua Bikhsu memintanya untuk memindahkan kuali tembaga yang dipakai untuk membakar serpihan kayu gaharu.
Kayu sudah berubah menjadi arang yang membara. Warna kuali tembaga juga sudah berubah menjadi semakin merah.
“Kau tidak boleh mengangkatnya menggunakan jemarimu. Angkatlah dengan menggunakan lengan bagian dalammu. Letakkan kedua lenganmu tepat di bagian ukiran naga. Buktikan kepada kami semua bahwa kau sanggup menjadi naga terkuat yang akan melindungi Bulan Sabit Biru.”
Dan Michael melakukannya. Ia mampu dan sanggup.
Tato alami terbentuk dari luka bakarnya. 2 naga di lengan bagian dalamnya.
“Lihatlah ini,” menunjukkan tato alaminya yang menonjol, “Wang Dwei lahir pukul 6 petang kemarin kan?”
“Darimana kau tahu?” Wang Yuchen mengusap keringat di pelipisnya.
“Karena naga di lenganku menjadi biru indigo pada jam kelahiran Wang Dwei! Aku yakin, Kaum Naga di seluruh dunia pun akan merasakan hal yang sama yang aku rasakan.”
“Apa saranmu?” Wang Yuchen terlihat lelah.
Dia mencium pipi bayinya, bergumam sayang saat bayinya menggeliat.
“Sembunyikan tanda lahirnya. Tidak boleh ada seorangpun yang melihat ataupun mengetahui tanda lahirnya kecuali kita, Tuan dan Nyonya Besar, Nona Muda Cathy, juga Tuan dan Nyonya Besar Liu.”
Mendengar kedua orangtua dan nama adiknya disebut, Yuchen mengangguk setuju.
“Kita sembunyikan Wang Dwei dari keluarga besar Wang?” Liu Fang Hua melambaikan tangannya ke arah suaminya, meminta bayinya.
“Bukan hanya keluarga besar Wang, tetapi juga dari Kelompok Belati Hitam yang merupakan musuh abadi Kaum Naga dan juga sembunyikan tanda lahir Wang Dwei dari lainnya.”
Sebutir air mata jatuh dari pipi Liu Fang Hua. Entah ini berkah ataukah kutukan, memiliki tanda bulan sabit biru.
***
CHONGQING
3,5 TAHUN KEMUDIAN
Wang Yuchen memegangi kedua tangan sekretarisnya. Istrinya duduk gelisah di sampingnya.
“Berjanjilah kepada kami... Tidak,” Wang Yuchen menggelengkan kepalanya dengan tegas, “Bersumpahlah kepada kami untuk selalu menjaga Wang Dwei. Apapun yang terjadi kepada kami, utamakan keselamatan dan keamanan Dwei.”
Michael Liu mengernyit.
“Kakak, kumohon...,” suara Liu Fang Hua terdengar mendesak.
“Tenanglah... Sebagai Naga, ada kesetiaan untuk selalu melindungi dan menjaga keselamatan Wang Dwei. Sumpah yang tak terucap tapi mengalir dalam darah kami yang terpilih menjadi Naga melalui takdir,” Michael Liu mencoba untuk menenangkan para Tuan dan Nyonya Mudanya.
“Tidak... Tidak. Bukan seperti itu, Michael. Firasatku berkata mereka tengah merencanakan sesuatu yang jahat untuk menguasai semuanya.”
Michael Liu kembali mengerutkan keningnya.
“Kau tahu apa yang harus kau lakukan bilamana hal darurat terjadi kepadaku kan? Kita sudah sering membahasnya. Aku tidak memintamu untuk menyelamatkan semua aset-asetku untuk Dwei. Itu terlalu berat bagimu sekalipun dirimu adalah seorang Naga terkuat,” Yuchen menarik nafasnya, “Selamatkan apa yang bisa kau selamatkan. Bawalah selalu stempelku bersama Dwei. Juga giok Wang milikku, bukti keabsahan seorang Wang. Dia yang berhak memiliki semua aset kami. Satu-satunya pewaris kami.”
Alarm di kepala Michael Liu berdering nyaring. Tanda bahaya.
“Kakak, bersumpahlah untuk kami,” Liu Fang Hua meraih tangan sepupunya, “Maafkan aku..”
Dengan cepat menyayat ujung telunjuk sepupunya dengan ujung cutter. Tiga tetes darah ditampung dalam sebuah piring cekung kecil.
Kemudian menyayat telunjuknya sendiri dan suaminya. Menampung 3 tetes darah dalam wadah yang sama.
“Kalian memintaku untuk melakukan sumpah darah?!” bisik Michael Liu keras.
“Berjanjilah Kakak untuk selalu mengutamakan keselamatan Dwei daripada keselamatan kami. Korbankan keselamatan kami bila itu bisa melindungi Dwei. Meskipun kami harus kehilangan nyawa...,” Liu Fang Hua menatap sepupunya dengan bersungguh-sungguh.
“Bagaimana bisa aku melakukannya? Bagaimana bisa aku membiarkan kalian mati sementara aku begitu menyayangi kalian?” bibir Michael Liu bergetar saat berbicara.
“Kumohon, lakukan saja seperti itu...,” Wang Yuchen memeluk Michael Liu, sahabatnya, sekretarisnya dan orang kepercayaannya.
Mereka bertiga saling berpelukan.
“Darah kita sudah bercampur. Aku harap kau mau memenuhi sumpahmu demi Dwei,” Yuchen menorehkan darah di dalam piring kecil pada dahi Michael, istrinya dan dirinya sendiri.
Tiga minggu kemudian, Michael Liu meraih tubuh Dwei yang tertutupi selimut seluruhnya. Dengan tangan Wang Yuchen di atas selimut seolah sedang mendekap anaknya. Dahinya berlubang mengeluarkan darah.
Di dalam selimut, tubuh Dwei kecil tergenang darah ibunya yang ditembak berkali-kali di bagian wajah setelah sebelumnya perut dan lututnya ditembaki oleh pelaku.
Michael Liu, menembak mati wanita yang membantai suami istri Wang. Gadis pilihan keluarga besar Wang untuk dinikahi Wang Yuchen. Pelaku utamanya adalah Keluarga Besar Wang yang memprovokasi gadis itu.
Wang Dwei tidak menangis. Tetapi tubuhnya gemetar hebat. Di usianya yang baru 3,5 tahun, dia sudah kehilangan Papa dan Mamanya dengan tragis.
Michael Liu menjadi sosok yang berubah. Tidak pernah bisa tersenyum lagi setelah peristiwa itu. Dwei pun sama. Tidak terdengar lagi celoteh cerianya. Diam tanpa ekspresi.
3 hari kemudian, Michael Liu mengantarkannya ke Jakarta untuk dirawat oleh seorang Wanita Naga terkuat bermarga Huang . Dibawa jauh dari jangkauan Keluarga Besar Wang.
Wanita Naga membawanya ke Bandung, agar Dwei bisa tumbuh besar bersama cucu-cucunya. Juga menyamarkan jejak Pria Naga dari Cina yang menyerahkan seorang balita kepadanya.
“Papanya memberikan nama Barat, Nicholas. Jangan pakai marga aslinya. Kumohon, berilah margamu untuk mengelabui mereka,” Michael Liu menatap Lisbeth Huang di depannya yang menggandeng Dwei.
“Jangan khawatir. Aku pasti akan memberikan margaku kepada anak ini. Tapi ijinkan aku memberinya nama. Nama depan untuknya,” Lisbeth Huang berjongkok menyejajarkan matanya dengan mata Dwei.
“Siapa?” leher Michael Liu tercekat.
“Anton,” tersenyum menatap Dwei yang diam tidak berekspresi, “Namamu sekarang Anton Nicholas Huang atau Anton Nicholas Wijaya. Kau sekarang menjadi cucuku.”
Michael Liu cepat mengelap air matanya. Dia mengangguk.
“Terimakasih banyak. Kirimi aku kabar tentangnya.”
“Tentu.”
.
🌷
*bersambung*
🌷
Ini novel keempat Author.
Sekilas tentang Anton, ada di
🌸 Mr. CEO : Rescue Me!
🌻 Mr. Secretary: Destiny Bound
🌺 Mr. Accountant: To Protect My Lil Wife.
Jangan lupa baca Al Qur'an
🍉❤🖤🤍💚🍉
🌷biasakan beri like di setiap babnya, jangan menabung bab, dimohon kerjasamanya 🌷
...----------------...
BANDUNG, 3 TAHUN KEMUDIAN
ANTON, 6 TAHUN
“Anton?” Lisbeth Huang atau Lisbeth Wijaya menatap heran pada anak kecil tampan di depannya yang berdiri merapat pada kusen pintu, “Ada apa?”
Anton menggeleng. Tubuhnya semakin merapat pada tembok.
“Ah... Mereka semua meninggalkan kamu orang?” Lisbeth mendatanginya.
Anton mengangguk. Matanya berkilau karena air mata yang tertahan.
“Kemari...”
Anton mendekat. Lisbeth Wijaya langsung memeluknya.
Airmata yang sejak tadi ditahannya tumpah. Isakannya keras, bahunya berguncang. Menangis tergugu dalam pelukan Nainai_Nenek_nya.
“Sudah.. Tidak apa-apa. Mereka semua memang nakal!” Lisbeth Wijaya membelai punggung Anton.
“Mama menyuruh Anton tidur siang,” disela-sela isakannya ia bercerita, “Tapi mereka pergi tanpa Anton...”
“Nanti biar Nainai pukul mereka orang semua!” Lisbeth berusaha menenangkan Anton.
“Jangan Nainai. Jangan pukul mereka...”
“Mereka orang menjahati kamu orang. Kamu orang adalah cucuku..,” Lisbeth Wijaya geram kepada anak dan menantunya.
Berkali-kali ia berpesan untuk menerima kehadiran Anton di tengah keluarga mereka. Menekankan bahwa Anton adalah cucunya. Bagian dari keluarga Wijaya, marga Huang.
Bukan hanya kepada Aguan, anaknya, tetapi juga kepada Anita, istrinya. Juga kepada Paulus dan Sherly, istrinya. Lisbeth Wijaya menekan mereka untuk tidak menceritakan tentang Anton kepada siapapun termasuk kepada anak-anak mereka dan Anton sendiri.
Lisbeth Wijaya mempunyai kekuatan untuk melakukannya. Sebagai komisaris umum di perusahaan yang didirikan oleh mendiang suaminya, Gong Xi Company, keputusan Lisbeth adalah hal yang mutlak.
Tanpa persetujuannya, maka tender ataupun proyek tidak dapat dijalankan. Tanpa persetujuannya, pihak Bank ataupun investor tidak akan mencairkan dana.
Mereka semua menurut tanpa membantah. Begitu pula dengan keluarga besar Huang lainnya.
Cerita Anton yang merupakan adik dari Damian dan Grace mengalir begitu saja. Bahkan Anita selalu berkata kepada Anton dan anak-anaknya bahwa Anton lahir prematur. Lahir begitu saja di ruang tengah, bukan di rumah sakit.
Cerita ajaib yang dipegang Anton hingga besar nanti.
Sayangnya, perlakuan anak-menantu dan cucu-cucu Lisbeth Wijaya terhadap Anton tidak sama saat ada dirinya dan saat tidak ada. Seperti hari ini.
“Sudah ya. Kamu orang berhenti menangis.”
“Tapi Anton sangat ingin pergi ke PRJ, Nai. Mereka bahkan akan menginap di rumah Aline, rumah Om Paul.”
“Nainai punya kejutan untuk kamu orang. Biarkan saja mereka orang tidak ada di sini. Kita orang punya waktu berdua. Hanya kamu orang dan Nainai,” Lisbeth Wijaya mengelap airmata di pipi Anton, “Selamat ulang tahun , Anton Nicholas Wijaya...”
Anton tengadah menatap Nainai yang tersenyum. Nainai menggandeng tangan Anton. Menuntunnya ke ruang kerjanya.
Lisbeth Wijaya membuka laci mejanya. Mengeluarkan sebuah kaleng bundar dengan diameter besar.
Mata Anton berbinar. Penuh antisipasi dan penuh harap menatap kaleng bekas biskuit bundar berwarna biru.
“Nainai sengaja meletakkannya di dalam sini. Koko dan Cicimu nakal. Suka ngoprek meja Nainai.”
Anton tersenyum lebar lalu mengangguk.
Nainai membuka tutup kalengnya.
“Nainai memesannya khusus untukmu. Ini kue kesukaanmu. Kue bulan isi kacang hitam...”
Anton memekik senang sambil bertepuk tangan.
“Ya ampun... Besar sekali!” mengeluarkan suara terkesiap lalu memeluk Nainai, “Kue bulan terbesar yang pernah Anton lihat!”
Lisbeth Wijaya lega. Dia bisa melihat senyum dan binar di mata Anton. Cucu yang sangat ia jaga. Cucunya yang sangat berharga.
Anton terlalu pendiam. Jadi ia selalu dirundung oleh saudara-saudaranya yang lain. Lisbeth Wijaya tahu betul itu.
Dia pernah mendapati luka memar di kaki Anton. Terjatuh dari sepeda katanya saat bermain bersama Damian, Grace dan Aline.
Tapi tukang kebun berkata lain. Seseorang dari mereka memasang tali yang diikatkan, melintang di jalan yang dilalui sepeda roda empat Anton. Mereka bertiga tertawa saat melihat Anton terjatuh. Tetapi Anton tidak menangis.
Pernah juga kedua lengannya memar. Lisbeth Wijaya malam itu mengoleskan minyak tawon pada memar di lengan Anton.
“Kenapa? Siapa yang melakukannya kepada kamu orang?”
Anton tidak menjawab. Dia diam saja.
“Kamu orang tidak mau menceritakannya kepadaku?”
Anton masih terdiam tanpa ekspresi.
“Ini sakit kan? Kamu orang tidak menangis?”
Anton menatap Nainai. Melangkah mendekatinya. Memeluk Nainai lalu meletakkan kepalanya di dada Nainai.
Lisbeth Wijaya menyangka Anton menangis. Tapi nyatanya tidak. Hanya diam sambil memeluknya. Dirinya sendiri yang akhirnya menangis, balas memeluk erat.
“Nainai khawatir, orang yang melukai kamu orang akan merasa bebas menyakiti kamu orang karena kamu orang tidak mau bilang kepada Nainai.”
Pelukan Anton semakin erat. Hingga akhirnya dia tertidur.
Malam itu, Lisbeth Wijaya murka. Dia memanggil anak dan menantunya yang memang tengah berkumpul di rumah Bandung.
Tidak ada yang mau mengaku siapa yang sudah menyakiti Anton hingga kedua lengan atasnya memar parah. Hingga akhirnya, Ia memerintahkan untuk membuka semua rekaman CCTV.
Sherly terekam mencubit dan memukuli lengan Anton dengan tangkai kemoceng di garasi. Penyebabnya, karena Anton tidak memindahkan sepedanya saat mobilnya hendak keluar dari garasi.
Lisbeth Wijaya terenyuh. Anton hanya terdiam tanpa ekspresi saat menerima cubitan dan pukulan yang disertai dengan makian.
“Maafkan saya, Yang Mulia Wang Dwei...,” Lisbeth Wijaya hanya sanggup bergumam dalam hati.
Mulai malam itu, semua nomor rekening dan kartu kredit milik Paulus Wijaya dan istrinya diblokir selama 3 bulan atas perintahnya.
Dia menutup mata dan telinga saat Paulus Wijaya memaki dan memukuli istrinya di dalam kamar. Laki-laki harus bisa mendidik istrinya.
Dia tidak mau mengotori tangannya untuk menghukum Sherly. Hukuman fisik pasti diberikan oleh suaminya sendiri.
Baru hari ini, Lisbeth Wijaya melihat Anton menangis. Menangis karena kecewa. Begitu mendamba ingin diajak ke Jakarta untuk melihat PRJ. Juga menginap di rumah Aline.
Dan baru kali ini juga, Lisbeth Wijaya melihat ekspresi bahagia pada wajah Anton. Binar mata dan senyum lebarnya saat melihat kue ulang tahun sederhana. Kue ulang tahun tanpa krim warna. Kue bulan isi kacang hitam.
Anton sudah meniup lilin putih sisa kemarin malam saat terjadi pemadaman listrik.
“Kamu orang ingin langsung menggigitnya atau dipotong?”
“Dipotong. Kita makan bersama-sama. Anton sayang Nainai. Sayang sekali. Sayang banyak-banyak...,” memeluk Lisbeth Wijaya.
Leher Lisbeth Wijaya tercekat oleh anak yang baru berusia 6 tahun hari ini.
“Kenapa?”
“Karena hanya Nainai yang baik. Hanya Nainai yang sayang.”
Gerimis melanda hatinya. Lisbeth Wijaya merengkuh tubuh kecil Anton.
Tanpa diketahui Lisbeth Wijaya, kelak kenangan hari ini akan menjadi kenangan yang sangat berharga bagi Anton, sepanjang hidupnya.
.
🌷
*bersambung*
🌷
Lisbeth Wijaya adalah Wanita Naga terkuat. Artinya dia bukan perempuan kebanyakan.
Menjadi Komisaris Utama bukanlah jabatan yang main-main. Semua keluarga Wijaya/Huang tunduk kepadanya.
Anton kecil, memiliki trauma. Tumbuh menjadi pendiam dan tak berekspresi.
Mungkin setelah ini, Anton bisa tumbuh normal seperti anak kecil pada umumnya.
🌷
Bagaimana?
Suka ceritanya?
Bantuin Author untuk promosikan novel ini ya.
Jangan lupa like, minta update, sawerannya, subscribe dan beri penilaian bintang 5nya ya🥰
Follow akun Author di Noveltoon 😉
Love you more, Readers 💕
Jangan lupa baca Qur’an.
🌷❤🖤🤍💚🌷
🌷biasakan beri like di setiap babnya, jangan menabung bab agar sistem bisa melakukan penilaian retensi pembaca, dimohon kerjasamanya 🌷
...----------------...
Lisbeth Wijaya mengamati dua remaja di ruang TV dari ruang kerjanya. Anton dan Aline.
Keduanya menjadi dekat setelah Damian dan Grace bersekongkol mengunci Anton dalam gudang hingga malam hari saat Anton berumur 12 tahun. Dirinya marah besar dan menghukum keduanya.
Sejak saat itu, keduanya tidak mau bermain bersama Anton. Begitu juga dengan Anton. Anton lebih memilih membaca buku di ruang kerjanya.
Dia tahu bacaan yang menarik perhatian cucunya itu. Buku tentang komputer, fotografi dan bangunan. Disaat cucu-cucunya yang lain tergila-gila dengan game ataupun nge-mall, Anton lebih memilih berada di ruang kerjanya, memakai komputer di sana.
Lisbeth Wijaya tentu saja mengijinkannya. Apapun, demi Yang Mulia Wang Dwei.
Hanya Aline yang mau berteman dengan Anton. Dan keduanya tumbuh menjadi remaja dengan wajah yang tampan dan cantik. Berbeda jauh dengan Damian dan Grace yang berwajah biasa saja.
Seringkali Lisbeth Wijaya membuka kotak yang berisi foto-foto Wang Yuchen dan Liu Fang Hua. Wajah Yang Mulia Wang Dwei adalah perpaduan keindahan paras kedua orangtuanya.
Entahlah, melihat kedekatan Anton dan Aline membuat hatinya tidak suka. Dia tidak rela Yang Mulia Wang Dwei bersama dengan cucunya yang ia tahu betul karakternya seperti apa. Hasil didikan dan genetik dari kedua orangtuanya, yang notabene anaknya sendiri, Paulus Wijaya.
Aline bagi dirinya menyimpan misteri tersendiri. Dirinya terkejut saat mendapat laporan dari tukang kebun rumah. Aline suka menyiksa binatang yang ia temui.
Cerita dari supirnya yang saat itu menjemput anak-anak dari misa minggu, saat anak-anak masih di dalam gereja, Aline berjalan mengikuti gadis kecil yang sedari datang mengajak mengobrol pada Anton. Gadis kecil itu didorong hingga terjerembab dengan lutut terluka.
Lisbeth Wijaya tidak habis pikir bagaimana Paul dan Sherly mendidik anak tunggal mereka yang manja dan cengeng.
Satu hal yang pasti dan ia yakin betul, Aline tidak memiliki tanda lahir sebagai jodoh Bulan Sabit Biru. Hanya gadis dengan tanda lahir bunga lotus yang menjadi jodoh Bulan Sabit Biru dan akan memperkuat kedudukannya kelak hingga beberapa generasi.
“Kamu orang menyukainya?” Lisbeth Wijaya mendatangi kamar Anton, kebiasaannya sebelum Anton tidur.
“Hah?” Anton yang sedang menulis berhenti lalu menatapnya.
“Sepupumu.”
Anton terdiam cukup lama hingga Lisbeth Wijaya duduk di tepi tempat tidur, menunggunya berbicara.
“Dia baik. Dan hanya dia yang mau berteman dengan Anton.”
“Dia sepupu kamu orang.”
“Anton tahu itu, Nainai.”
“Dia lebih tua darimu 2 tahun.”
Anton mengangguk.
“Anton juga tahu itu Nainai..,” Anton tersenyum menatap Lisbeth Wijaya yang terlihat cemas.
“Dia anak Paulus Wijaya dan Sherly Tan. Kamu orang tahu betul bagaimana karakter Om dan Tantemu itu.”
Anton mengangguk. Kemudian menutup bukunya. Membereskan alat tulisnya dari meja.
“Dia juga cantik. Cantik sekali,” Anton tertawa kecil, “Laki-laki mana yang tidak bangga dan senang didekati gadis cantik, Nainai...”
Lisbeth Wijaya menatap Anton dengan tegas.
“Jangan. Jangan sampai kamu orang punya rasa yang lebih kepadanya. Dia tidak baik untukmu.”
Anton berhenti tertawa. Menatap wanita tua yang menyayanginya dengan sorot mata bertanya. Tetapi Lisbeth Wijaya tidak menjelaskan lebih jauh. Dia berlalu dari ruangan Anton.
Lisbeth Wijaya mengamati rinai hujan dari jendela kamarnya. Suara gonggongan Buddy, sahabat Anton di rumah ini terdengar riang. Juga suara gelak tawa Anton.
Lisbeth Wijaya lega, Anton tumbuh menjadi remaja yang periang meskipun keberadaannya di rumah ini seperti diasingkan oleh Damian dan Grace.
Aguan dan Anita sudah bosan mengingatkan anak-anaknya untuk menyayangi Anton. Di depannya, Damian dan Grace bersikap biasa saja karena takut uang jajan dan fasilitas yang disediakan olehnya akan dicabut.
Pria Naga bermarga Liu menghubunginya lewat telepati. Ya, Pria Naga Liu itu mempunyai keistimewaan tersendiri.
Dia menanyakan tentang Yang Mulia. Pria Naga itu tidak menyebut namanya sebagai Yang Mulia Wang Dwei, ia menyebutnya Yang Mulia Nicholas.
Apapun itu, bagi Lisbeth Wijaya, ini semua tentang Anton. Ia hanya menceritakan secara garis besar tentang Anton. Mereka sepakat untuk memberitahukan yang sebenarnya kepada Anton saat ulang tahunnya yang ke-20 nanti.
Lisbeth Wijaya menekan dadanya. Bila ia menolak menceritakan asal usul Anton, apakah takdir akan berkata lain?
Anton akan tetap berada di sisinya. Tidak akan memenuhi tugasnya sebagai pewaris tunggal Wang Corp. Tidak akan berhadapan dengan musuh yang mengerikan, Belati Hitam, untuk memenuhi takdirnya sebagai Yang Mulia Bulan Sabit Biru.
Dia mampu melindunginya sebagai Wanita Naga. Uangnya banyak. Perusahaannya besar dan akan semakin besar. Lisbeth Wijaya merasa mampu untuk itu.
.
🌷
*bersambung*
🌷
Aline dari kecil sudah terlihat berbeda tingkah lakunya sebagai anak-anak. Lisbeth
Wijaya menyadari, ada monster kecil dalam keluarganya.
Lisbeth Wijaya sudah terlalu dalam menyayangi Anton. Tidak rela bila ia harus mengembalikan Anton ke keluarga sebenarnya.
🌷
Bagaimana?
Suka ceritanya?
Bantuin Author untuk promosikan novel ini ya.
Jangan lupa like, minta update, sawerannya, subscribe dan beri penilaian bintang 5nya ya🥰
Follow akun Author di Noveltoon 😉
Love you more, Readers 💕
Jangan lupa baca Qur’an.
🌺❤🖤🤍💚🌺
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!