Seorang gadis berusia 19 tahun, mengendari motornya menuju kampus. Dia adalah anak pertama dari sepasang orang tua yang sangat menyayangi nya, meski mereka dalam keadaan ekonomi sulit dan sang Ayah hanya seorang supir angkot dan Ibu seorang buruh cuci namun keharmonisan dan kasih sayang dalam keluarga mereka diatas segalanya.
Yura namanya... gadis itu bisa menempatkan diri dimanapun dan selalu humble juga seorang social butterfly, seseorang yang mudah berbaur dengan orang lain.
Namun dibalik semua itu, Yura gadis yang tidak menye-menye atau akan menerima begitu saja jika dia dipojokkan dan ada seseorang yang berbuat jahat padanya dia pasti akan melawan.
Beberapa teman-teman nya sudah mengenal sifat Self-protection/perlindungan diri yang dimiliki oleh Yura.
Yura masih anteng mengendari motornya, tiba-tiba...
BRAKKK!
Motornya ditabrak oleh mobil dari arah belakang, tubuh Yura terpental hingga beberapa meter jauhnya.
Tubuh Yura bersimbah darah, disaat-saat kematiannya Yura mengenali sosok orang yang sudah menabrak dirinya.
.
.
Di sebuah rumah masih satu kota dengan Yura, seorang perempuan muda berusia 19 tahun dengan wajah penuh memar dan sebelah tangan memakai gips sedang terbaring tak sadarkan diri setelah suami perempuan itu mendorongnya dari tangga.
Bukannya di bawa ke rumah sakit, sang perempuan hanya diperiksa di rumah sebab tidak ingin orang-orang mengetahui tentang kekerasan yang terjadi pada perempuan itu.
Aruna Malika namanya, seseorang yang dinikahi karena dia berasal dari orang tidak mampu dan tidak bersekolah tinggi hanya lulusan SMP, dalam keseharian nya Aruna berkerja membantu sang ibu di sawah. Aruna mempunyai empat adik, sehingga dia harus mengalah dan tidak melanjutkan sekolah ke jenjang selanjutnya.
Kenapa keluarga kaya itu memilih Aruna yang notabene nya hanya orang kampung dan kurang pendidikan?
Dulu, suami Aruna yang bernama Yoga pernah menikah. Ya! Yoga adalah seorang Duda yang mempunyai anak kembar, Aruna adalah ibu sambung kedua anak itu.
Alasan kenapa Aruna terpilih menjadi menantu dari keluarga kaya, karena masa lalu Yoga yang buruk. Dimana sang mantan istri sangat matre dan pernah menipu Yoga habis-habisan hingga keluarga Yoga hampir bangkrut meski kini keluarga itu sudah jaya kembali.
“Kamu itu ya, Ga! Nemu istri miskin dan bodoh, tapi kok lemah! Cuman di dorong sedikit aja, langsung terjatuh dan malah kayak gini! Ck!“ Mama mertua Aruna misuh-misuh.
“Loh, kok nyalahin Yoga sih Mah! Kan Mama yang nemu dia duluan... pas Mama pulang kampung nemuin Paman!“ protes Yoga.
“Udahlah! Yang penting dia bodoh dan bisa buat jaga anak-anak mu! Dia juga nggak pernah ngadu sama siapapun, padahal udah sering kita sik-sa! Dia juga nggak nuntut uang kamu dan nerima berapapun yang kamu kasih. Makan seadanya saja dia masih terus bilang alhamdulilah, dasar jiwa miskin!“ setelah mengatakan nya, Mama Yoga pun berbalik pergi keluar dari kamar.
Yoga juga tak ingin berlama-lama di kamar, dia sudah mempunyai temu janji dengan mantan istrinya yang kembali datang dan ingin kembali merajut cinta. Namun, karena Mama Yoga sangat membenci mantan menantunya jadi Yoga merahasiakan hubungan nya dengan sang mantan istri.
Saat dia mendorong Aruna tadi, dia kesal sebab Aruna mendengarkan perbincangan nya dengan mantan istrinya di telepon. Yoga menyenggol pundak Aruna di atas tangga saat akan turun ke bawah, tenyata Aruna malah terguling ke bawah hingga kepala dan tangan wanita itu terbentur lantai dengan keras.
Sepeninggal Mama mertua dan suaminya, bulu mata lentik milik Aruna bergetar perlahan. Mata perempuan itu pelan-pelan terbuka, manik mata indahnya menelisik sekitar kamar yang memang megah karena Yoga membawa Aruna ke kamar pria itu. Jika sehari-harinya, Aruna akan tidur di kamar pembantu di bagian belakang rumah.
“Bunda!!!“
Suara dua orang anak berlarian masuk ke dalam kamar, mereka kemudian memeluk tubuh Aruna yang baru saja sadarkan diri.
“Bunda Una, udah bangun dari bobok nya?" tanya gadis kecil berusia 5 tahun, bernama Nessa.
“Bukan bobo, Nessa. Tapi, Bunda sakit," ralat saudara kembarnya bernama Nevan.
Siapa anak-anak ini?
Yura mengerjapkan mata kebingungan, tiba-tiba kilasan ingatan-ingatan dari si pemilik tubuh menyerbu kepalanya.
___
Yura... yuk bisa ramaikan Yura... 🤭🤣
Like, komen, favorit dan lainnya.
Jika tidak suka ceritanya jangan kasih rating rendah, 1,2,3 ya. Silahkan tinggalkan saja ceritanya tanpa memberi rating rendah karena penulis akan merasa tidak dihargai. Makasih 🙏🏻🤗
Kedua bocah kembar itu tidak mau beranjak pergi dari Yura, untung saja dalam keluarga nya Yura juga mempunyai adik laki-laki dan perempuan jadi dia mungkin bisa meng-handle si twins.
“Bunda, mau pipis.“ Rengek Nessa.
“Nes, tangan Bunda kan lagi sakit. Pipis sendiri sana, kan Bunda udah ngajarin kamu.“ cebik Nevan, anak itu memang lebih dewasa pemikiran nya.
Puk!
Nessa menepuk jidatnya sendiri, “Nessa lupa, Bunda. Nessa kan udah bisa pipis sendiri, xixixi...“
Anak perempuan itu berlari ke kamar mandi sendiri.
Bibir Yura tersenyum melihat kelucuan Nessa, setidaknya ada hiburan disaat jiwanya tiba-tiba terlempar ke tubuh orang lain.
“Bunda, udah nggak sakit ya? Bunda bisa senyum,“ Nevan mengelus pipi Yura.
“Nevan sayang Bunda, ya?“
Nevan mengangguk, “Mama Nevan udah nggak sayang, Papa juga sibuk sendiri... Nenek suka galak, katanya kami anak-anak dari wanita mata duitan. Apa itu wanita mata duitan, Bunda?“
Yura menghela nafas pelan, ternyata di dunia ini ada orang-orang yang begitu menyebalkan seperti Yoga dan Ibu mertua Aruna.
“Pesan Bunda, jangan pernah menjadi orang lemah. Apapun kata dunia... penentu hidup kalian adalah kalian sendiri. Jika ada yang berbuat jahat pada kita, lawan. Namun, kita jangan menjadi orang jahat lebih dulu.“
Mesti bocah laki-laki itu tidak mengerti, Nevan tetap mengangguk.
“Bundaaaaaaaaa!!! Susah cebokkk nya!“ teriak Nessa dari dalam kamar mandi, membuat Yura tertawa dengan lepas.
Deg!
Yoga yang baru masuk ke kamar karena ingin mengambil dompet yang ketinggalan, seketika mematung mendengar suara merdu dari tawa renyah istri kecilnya. Bahkan meski di wajah Aruna ada beberapa bekas lembam akibat kekasaran dirinya, namun saat ini Aruna begitu terlihat cantik alami di mata pria itu.
“Ekhm!“ Yoga menelan saliva dengan susah payah, selama ini setelah menikahi Aruna dia tidak pernah mendengar Aruna tertawa seperti saat ini, Aruna hanya tersenyum tipis seadanya.
Mendengar deheman Yoga, Yura mengehentikan tawanya. Dia hanya melirik tajam sekilas ke arah suami dari si pemilik tubuh, lantas Yura turun dari ranjang berjalan pelan ke arah kamar mandi untuk membantu anak sambung Aruna.
Yoga mematung mendapatkan sikap yang berbeda dari Aruna, selama ini istrinya itu tidak pernah mengacuhkan nya. Bahkan selalu bertanya lebih dulu, menanyakan tentang kebutuhan Yoga.
Namun barusan, istrinya melirik tajam padanya dan sepenuhnya mengacuhkan nya.
Tap
Tap
Dengan langkah lebar, Yoga masuk ke dalam kamar mandi dan berkacak pinggang di ambang pintu.
“Hei! Aruna! Kau pikir kau sedang apa? Kenapa kau pergi begitu saja ke dalam kamar mandi dan mengacuhkan ku!“
Yura membiarkan Yoga marah-marah, dia membantu Nessa membersihkan diri setelah buang air kecil.
“Bunda Una... nanti kalau Bunda udah sembuh beli es krim di tempat kemarin ya.“ Ucap Nessa, untung saja di usia nya ke lima tahun ucapan si kembar sudah lancar dan tidak cadel.
“Oh, di Nick's Creamery itu. Yang abang-abang penjualnya ganteng,“ Yura memakaikan celana pada Nessa meski dengan sebelah tangan, karena sebelah tangannya lagi di gips.
“Kapan kalian pergi kesana? Kenapa Papa nggak tau?“ tiba-tiba Yoga ikut nimbrung.
Mata Nessa mendelik tak suka pada sang Ayah, “Papa kan lupa... minggu kemarin Nessa sama Nevan ulang tahun. Jadi, Nessa dan Nevan pakai uang tabungan dari pemberian Papa buat beli es krim kesana.“
“Ck! Papa emang lupa!“ tak ada raut bersalah di wajah Yoga, seolah perkataan kesal putrinya hanyalah angin lalu dan tak berarti.
Padahal bagi kedua anak itu mendapatkan ucapan selamat ulang tahun saja, Nessa dan Nevan akan bahagia sekali. Namun sayang, jangankan perhatian dengan merayakan ulang tahun anaknya, bahkan ucapan selamat pun tidak keluar dari mulut Yoga.
“Udah selesai, ayok!“ Yura berdiri dari jongkok nya setelah membantu memakaikan celana pada Nessa.
Yura menggandeng tangan Nessa menuju keluar kamar mandi, Yoga berdiri tepat di ambang pintu. Dengan sengaja Yura menabrakkan pundaknya pada lengan Yoga dengan keras hingga tubuh Yoga yang berdiri menghalangi jalan terdorong ke samping.
“Hei!“ protes Yoga.
“Ups, sorry! Makanya Pak Yoga, jangan berdiri di ambang pintu. Selain menghalangi jalan, kata emak... itu pamali! Nanti Pak Yoga berjodoh dengan makhluk halus serupa Kunti!“ cibir Yura seraya mele-letkan lidah mengejek.
Yoga tercengang, baru pertama kalinya istrinya itu berani bersikap kasar dan mengejeknya. Tapi anehnya, jantungnya tiba-tiba berdesir.
Tunggu! Apa kepala Aruna terbentur keras, jadi perilakunya berbeda dan kasar? Pikir Yoga karena kelakuan Aruna tak masuk akal.
.
.
Di sebuah rumah sakit, tubuh asli Yura sudah mendapatkan penanganan. Namun Dokter mengatakan, jika Yura koma.
“Pak Alaric, Cctv dijalan tersebut tidak ada. Kebetulan jalan itu adalah jalanan kecil menuju jalan raya. Tapi kami masih mencari apapun untuk mencari pelaku tabrak lari pada Nona Yura.“
Seorang pria memakai jas mahal, selama ini dia mencari indentitas Yura karena Yura pernah menolongnya beberapa bulan lalu. Sayangnya, baru saja menemukan keberadaan Yura namun gadis itu malah menjadi korban tabrak lari.
“Kabari keluarga nya, bawa mereka melihat anaknya. Katakan, jangan mengkhawatirkan biaya.“ Ucap pria itu pada assisten pribadinya.
“Baik, Pak.“
Alaric meninggalkan rumah sakit, dia akan terus mencari siapa pelaku tabrak lari pada Yura.
Di rumah mewah Alaric, seorang wanita sedang menunggunya. Dia adalah tunangan Alaric, hasil perjodohan dua keluarga.
“Al, kamu baru pulang. Capek, ya? Aku bikinan teh madu anget, oke.“
Wanita bertubuh ideal dengan wajah menawan itu mendekati Alaric dengan berjalan melenggak-lenggok, lalu dia mengusap pundak pria itu. “Aku udah nunggu kamu hampir satu jam, loh.“
Alaric mengangkat tangannya dan menghempaskan tangan wanita itu dari pundaknya. Pria itu tidak suka disentuh sembarangan meski oleh tunangan nya sendiri.
Bibir wanita bernama Sabrina itu cemberut saat Alaric melepaskan tangannya dari pundak pria itu, namun Alaric tidak perduli dan melanjutkan langkah menuju kamarnya.
“Al!“ teriak Sabrina kesal seraya menghentakkan sepatu hak tingginya.
“Menghadapi dia itu harus sabar, kamu juga sudah mengenal nya sejak kecil. Putra Tante kan emang pendiem dan dingin.“ Ujar Mama Alaric.
Sabrina menghela nafasnya, jika bukan karena citra orang kaya yang melekat pada diri Alaric tidak mungkin dia mau bertunangan dengan pria sedingin Alaric.
_____
Ceritanya melebar dulu ya, biar tokoh-tokohnya nanti sambung menyambung 🤭🙌
Ibu mertua Aruna dibuat tercengang.
Bagaimana tidak?
Yura berani melawan perintah dari wanita berusia 52 tahun itu, saat nenek sihir itu menyuruh Yura memasak untuk makan malam. Meskipun ada pembantu, namun lidah mereka sudah terbiasa memakan masakan enak Aruna.
“Katakan sekali lagi, apa katamu?!“ Mama Yoga menoyor kepala Yura.
Grep!
Yura menahan pergelangan tangan Mama Yoga dengan sedikit tekanan, membuat wanita setengah baya itu meringis kesakitan.
“Aku nggak mau masak!“ cebik Yura.
“K-kau! Beraninya menyakitiku!“ Teriakan Mama Yoga begitu memekakkan telinga, untung saja s twins sedang bermain di kamar mereka.
Yoga sendiri belum pulang setelah tadi pergi untuk menemui mantan istrinya, hanya ada adik Yoga bernama Paula yang sudah pulang kuliah.
“Hei, babu kampung! Ngapain kamu! Lepasin Mama!“
Paula mendekat ingin menjambak rambut Yura, namun dengan cepat Yura menghindar dengan memutar tubuhnya ke samping ibu mertua Aruna. Hingga kini yang terjadi malah tangan Mama Yoga tertekuk ke belakang karena posisi Yura yang berpindah. Saat tadi menghindar, bahkan Yura sempat menendang perut Paula hingga adik ipar dari Aruna itu terjerembab ke lantai.
“Duh!“ pekik Paula.
“Awww! Tangan mama sakit... La!“
Yura menahan lengan Mama Yoga dibelakang punggung, “Gimana? Enak nggak, jadi korban kekera-san? Bukankah kalian semua selalu senang menyik-sa ku selama ini? Apa begitu nikmat, menjadi pelaku kejahatan? Hah!“
“Sakit... Aruna! Ku-rang ajar kamu ya! Dasar menantu kampungan, to-lol! Beraninya kau menyakiti tubuhku yang berharga! Ah, kuku baruku! Arghttt... Fake nails ku copot!“ Mama Yoga merasakan satu kuku palsunya copot.
Yura mendorong tubuh Mama Yoga ke depan, tubuh wanita sosialita dengan penampilan glamor itu terhuyung.
Paula sudah berdiri dengan menahan perutnya yang sakit dengan tangan karena ditendang oleh Yura, dia bergabung dengan Ibunya. Keduanya sama-sama meringis menahan nyeri.
Yura menunjuk Mama Yoga dan Paula bergantian, “Kalian suka sekali menin-das ku, kan? Mulai hari ini, kalian akan mendapatkan balasan dari setiap hal yang kalian lakukan padaku! Ingat peringatan ku ini...!!! Jika kalian masih berbuat buruk padaku, bukan hanya pukulan yang akan kalian dapatkan... tapi mimpi paling buruk dalam tidur kalian pun akan terjadi pada kalian! Jangan matikan lampu saat kalian tidur di malam hari, takutnya aku terkena somnambulisme dan membawa pi-sau untuk menu-suuk tubuh kalian!“
Kedua ibu dan anak itu saling bertatapan mendengar sesuatu yang tidak mereka mengerti.
“La, apa itu somnambulisme?“ tanya Mama Yoga.
“Mungkin bahasa sunda, Mah. Dia kan dari kampung sunda!“ jawab Paula yang tidak mengerti, padahal dia mahasiswi semester 4 lebih tua dari Aruna dan Yura satu tahun.
“Hahahahaa! Bo doh! Kalian sering mengatai ku bo doh hanya karena aku lulusan SMP, tapi kau Paula... masa anak kuliahan tidak mengerti arti dari somnambulisme?! Ck! Berhenti kuliah saja dan lanjut aja jual di-ri ke Om-om kaya! Bukankah kamu jarang pergi kuliah selama ini dan hanya bermain dengan Om-om mata keranjang hanya demi dibelikan barang-barang branded... padahal orang tua mu kaya! Sepertinya, kau melakukannya hanya karena milikmu yang udah nggak perawan itu gatel dan pengen selalu digaruk laki-laki!“ ledek Yura habis-habisan.
Yura membongkar kelakuan Paula diluar sana, karena dalam ingatan yang ditinggalkan Aruna padanya, Aruna pernah melihat Paula sedang melakukan V C S bersama lelaki yang pantas menjadi ayah Paula dengan tubuh polos diatas ranjang sambil mendesaah.
“Nih, ya! Aku kasih tau artinya somnambulisme, kau cari saja di mbah Gugel kalau nggak percaya! Artinya itu... tidur sambil berjalan! Ck, dasar otak du-ngu! Kuliah tapi otak nggak ada gunanya, cuma bisa buka selang-kaangan buat bapak-bapak bau tanah!“
Paula ingin maju untuk menampar mulut berani Yura, namun Mama Yoga menahan putrinya.
“Jangan, La! Benar kata Abang mu tadi sebelum pergi keluar, perempuan kampungan ini berubah jadi gila! Tadi saja... dia berani kasar sama Abang mu dan meledek Abang mu!“ Ucap Mama Yoga dengan mata penuh ketakutan menatap pada menantunya seakan sedang melihat monster.
“Astaga, Mama. Dulu istri Bang Yoga gila duit, sekarang gila otaknya!“ Paula bergidik ngeri melihat tatapan Yura yang seakan ingin mela-hap nya hidup-hidup.
Paula berbisik pada Ibunya, “Kita biarin aja dulu, Mah. Ada Bibik yang masak! Mungkin dia gila... gara-gara otaknya terbentur lantai saat jatuh dari atas tangga! Ayuk ke kamar!“ Paula menarik tangan ibunya untuk kabur.
“Aww, La! Jangan sentuh tangan Mama yang ini, sakit! Duh, kuku baru Mama ancur!“ sungut wanita setengah baya itu dengan wajah kesal seraya melangkah pergi dengan mencak-mencak sepanjang jalan.
“Huh! Baru dibalas segitu udah ngeluh! Dasar cemen! Kalian tidak tau, gimana perasaan Aruna saat kalian sik-sa dengan bertubi-tubi! Dia dijadikan pembantu, baby sitter, juga sasaran empuk kalau kalian lagi badmood... belum si Yoga, selingkuh dengan mantan istrinya! Cuihhh, keluarga pecundang!“ Yura misuh-misuh sendiri.
.
.
Di salah satu hotel, Yoga sedang memom-pa tubuh polos mantan istrinya dengan peluh bercucuran untuk meraih kenikmatan. Selama pernikahan dengan Aruna, sebenarnya Yoga belum pernah menyentuh gadis itu karena baginya Aruna bukan lah selera Yoga. Kriteria wanita sesuai standar Yoga, tetaplah mantan istrinya yang bertubuh seperti gitar spanyol alias sexy dan bahenol.
___
Makasih ya dukungannya 🙌🙏😍
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!